Anda di halaman 1dari 10

TUGAS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

HEPATITIS
Dosen Pengampu : Septian Emma DJ, S.Ked

DISUSUN OLEH :
1. Prasmanto W (1403329044)
2. Didik Setiawan (1403329047)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 KASUS
Sekelompok mahasiswa menderita penyakit dengan gejala demam, nyeri kepala,
lemah, anoreksia, mual, muntah, kadang nyeri pada perut kanan atas, diare atau obstipasi air
seni berwana gelap (seperti teh). Hasil pemeriksaan fisik didapati mata berwarna kuning.
Berdasarkan hasil anamneses , sekelompok mahasiswa tersebut mempunyai kesamaan
riwayat makan diwarung makan yang sama. Warung tersebut berada didaerah yang kurang
higienis, sanitasi jelek dan sampah berserakan.

1.2 TUJUAN
1. Mengetahui karakteristik agent penyakit Hepatitis
2. Mengetahui karakteristik host penyakit Hepatitis
3. Mengetahui karakteristik lingkungan agent penyakit Hepatitis
4. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Hepatitis
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang
6. Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan penyakit
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisa Kasus


Berdasarkan gejala yang terjadi seperti demam, nyeri kepala, lemah, anoreksia, mual,
muntah, kadang nyeri pada perut kanan atas, diare atau obstipasi air seni berwana gelap
(seperti teh) dan mata berwarna kuning dapat disimpulkan sekolompok mahasiswa tersebut
terkena penyakit Hepatitis. Dugaan diperkuat lagi dengan warung yang sama dan keadaan
warung yang tidak higienis.
Hepatitis merupakan penyakit yang menyerang organ hati manusia. Di sini hati atau
liver mengalami peradangan sehingga membuat fungsi hati, yang sebagai tempat penyaring
racun-racun dalam darah, menjadi terganggu. Dengan terganggunya fungsi hati tersebut, maka
terganggu pula fungsi organ yang lain, sehingga membuat kesehatan seseorang akan hancur
secara keseluruhan. Akibat lainnya adalah hati menolak darah yang mengalir sehingga
tekanan darah menjadi tinggi dan pecahnya pembuluh darah.
Penyebab kerusakan fungsi hati atau liver ini bisa karena seseorang mengkonsumsi
alkohol secara berlebihan atau karena termakan racun yang membebani kerja liver dan
mengakibatkan fungsi hati menjadi rusak. Tetapi, pada kebanyakan kasus, hepatitis
disebabkan oleh virus yang ditularkan penderita hepatitis.
Gejala-gejala umum dari hepatitis ini adalah rasa nyeri atau sakit pada perut bagian
kanan, badan lemas, mual, demam dan diare. Pada beberapa kasus juga ditemukan gejala
seperti akan flu dan sakit kuning yang ditandai kulit dan mata yang terlihat kuning.
Ada 5 macam virus hepatitis yang dinamai sesuai abjad. Kelima virus itu adalah
virus hepatitis A (VHA), virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C (VHC), virushepatitis
D (VHD) dan virus hepatitis E (VHE) dan yang terbaru virus Hepatitis G. Virus-virus ini terus
berkembang dan bahkan diperkirakan sedikitnya masih ada 3 virus lagi yang dapat
menyebabkan hepatitis.

2.2 Karakteristik agent penyakit


1. Jenis dan Cara penularan
Berbagai literatur menyebutkan macam jumlah virus hepatitis yang ditemukan
saat ini berbeda antara satu dengan yang lain. Beberapa literatur menyebutkan ada
lima macam, sebagian enam macam dan sebagian yang lain ada tujuh. Namun
umumnya yang ditemukan di Indonesia hanya lima saja yaitu virus hepatitis A (VHA),
virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C (VHC), virushepatitis D (VHD) dan
virus hepatitis E (VHE).
1. Hepatitis A
Virus hepatitis A biasanya terdapat pada kotoran si penderita, dan virus ini dapat
hidup pada air atau es batu. Virus ini menyebar karena seseorang meminum air
yang tercemar VHA atau mengkonsumsi makanan yang tidak dimasak dengan
benar sehingga virus tetap hidup pada makanan atau bisa juga karena orang yang
mempersiapkan makanan tidak mencuci tangan dengan benar terlebih dahulu,
padahal mungkin saja pada tangannya terdapat virus hepatitis A. Tidak mencuci
tangan sehabis menggunakan toilet juga menyebabkan virus ada pada kotoran
manusia ini akhirnya berpindah
2. Hepatitis B
Virus Hepatitis B (VHB) biasanya menular melalui darah atau cairan tubuh seperti
air liur, cairan vagina, atau air mani yang masuk dalam aliran darah orang sehat. Ini
karena hepatitis B terdapat dalam darah dan cairan tubuh tersebut. Tranfusi darah,
darah pada pisau cukur, perawatan gigi, gunting kuku, jarum suntik atau jarum yang
digunakan untuk membuat tato dapat memindahkan sejumlah kecil darah yang
terinfeksi virus hepatitis. Bahkan noda darah yang sudah mengering dapat menulari
orang lain selama 1 minggu sejak menempel pada suatu benda. Cara lain
penyebaran virus ini adalah karena terbawa sejak dari kandungan oleh seorang ibu
yang terinfeksi (keturunan) dan karena hubungan seks.
3. Hepatitis C
Dari banyak kejadian hepatitis jenis ini 80% ditularkan akibat transfusi darah dan
bisa juga ditularkan melalui jarum suntik yang digunakan bersama-sama. Penyakit
jenis ini jarang terjadi melalui hubungan seksual. Kebanyakan dari kejadian yang
ada hepatitis jenis ini juga tidak bisa dilihat secara kasat mata, kita tidak bisa secara
langsung penderita mengalami penyakit ini atau tidak karena tidak menampakkan
gejala-gejalanya.
4. Hepatitis D
Hepatitis ini merupakan rekan-infeksi dari virus hepatitis B, sehingga virus pada
hepatitis ini menyebabkan infeksi dari hepatitis B lebih ganas (berat). Virus
hepatitis ini biasanya dimiliki oleh para pecandu narkoba.
5. Hepatitis E
Pada virus hepatitis ini wabahnya hampir mirip dengan hepatitis A, biasanya juga
terjadi pada Negara-negara terbelakang.

1.3 Karakteristik Host


1. Manusia. Mudah atau tidaknya seseorang tertular penyakit hepatitis tergantung dari
keadaan imunitas tubuh dan perilakunya. Kebanyakan faktor resiko adalah mereka
yang memiliki tingkat ekonomi rendah, bermukim pada tempat yang tidak layak huni
dan kotor. Namun tidak menutup kemungkinan mereka yang tergolong ekonomi
menengah ke atas mempunyai resiko yang sama bahkan lebih berat karena perilaku
yang tidak sehat. Pemakaian narkoba suntik, perilaku seksual berisiko, transfusi darah,
pemakaian tatto dan riwayat keluarga pengidap hepatitis merupakan beberapa faktor
risiko untuk terinfeksi virus
2. Hewan. Satwa primata (bangsa kera dan monyet) mempunyai anatomi yang mirip
dengan manusia sehingga dapat menularkan penyakit hepatitis. Penularan pada
manusia dapat melalui cakar, cairan dan gigitan hewan tersebut.

2.4 Lingkungan yang mempengaruhi


1. Lingkungan Fisik. Lingkungan fisik mencakup keadaan iklim, keadaan geografis,
stuktur geologi dan sebagainya. Penyakit hepatitis tersebar diseluruh dunia, namun
demikian pada negara dengan iklim tropis dan lembab membuat penyakit hepatitis
bertahan lebih lama dilingkungan dari pada suatu daerah yang iklimnya kering.
Lingkungan tidak higienis dan kontak manusia dan hewan primata berpengaruh
terhadap penyebaran hepatitis.
2. Lingkungan Biologi. Lingkungan biologi yang dapat menjadi tempat favorit
penularan hepatitis adalah tempat yang lembab dan tidak higienis. Daerah yang
umumnya menjadi tempat yang rawan penularan adalah tempat lembab, tidak saniter.
Oleh karena itu kejadian kasus hepatitis seringkali terjadi didaerah kampus dengan
warung-warung makan yang tidak higienis.
3. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya. Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya
adalah lingkungan yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antara manusia,
termasuk perilaku, adat istiadat, budaya, kebiasaan, dan perilaku penduduk.
Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang penyakit hepatitis, kebiasaan
pengolahan makanan yang tidak higienis, seks menyimpang dan daerah rawan narkoba
merupakan faktor yang berkaitan dengan system lingkungan social, ekonomi dan
budaya. Faktor kebiasaan ini mempunyai dampak penularan yang lebih besar dari pada
faktor lain.

2.5 Tanda dan Gejala


Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit hepatitis berbeda antara infeksi satu virus
dengan lainnya. Tetapi secara garis besar virus tersebut mempunyai sifat sama yaitu
menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati. Berdasarkan lama
waktu infeksinya penyakit hepatitis dibagi menjadi dua yaitu akut dan kronis. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6
bulan disebut hepatitis kronis.
Gejala hepatitis akut akibat virus pada mayoritas orang adalah perasaan tidak enak
badan secara keseluruhan, kelelahan, demam, meriang, hilang nafsu makan, mual, muntah,
diare, sakit kepala, dan rasa sakit diperut, yang lebih sering terjadi di perut bagian atas.
Penyakit kuning, yang adalah perubahan bagian putih mata menjadi kuning, biasanya terjadi
dalam hitungan hari , namun bisa mencapai dua minggu. Ketika penyakit kuning mulai
tampak, banyak orang mengalami rasa gatal di kulit. Urine menjadi berwarna gelap. Warna
tinja juga mungkin menjadi lebih terang. 
Hepatitis kronik adalah peradangan pada hati yang terjadi lebih dari 6 bulan.Hepatitis
kronik dapat berlangsung selama beberapa tahun atau bahkan sampai beberapa puluh tahun.
Pada kebanyakan orang, hepatitis kronis bersifat ringan dan tidak menyebabkan kerusakan
hati yang parah. Akan tetapi pada beberapa orang, peradangan yang berlangsung lama dapat
menghambat kerja hati berkembang menjadi sirosis, kegagalan hati atau bahkan kanker
hati. Untuk mengetahui kondisi hati yang terkena hepatitis kronis harus dilakukan
pemeriksaan laboratorium.

2.6 Pemeriksaan (Diagnosis)


Untuk mendeteksi adanya penyakit hepatitis, perlu dilakukan serangkaian tes fungsi
hati yang sifatnya enzimatik (menguji kadar enzim), yaitu :
1. Enzim yang berkaitan dengan kerusakan hati, antara lain SGOT, SGPT, GLDH dan
LDH
2. Enzim yang berhubungan dengan adanya penanda adanya sumbatan pada kantung
empedu, yaitu Gamma GT dan alkali fosfatase
3. Enzim yang berhubungan dengan kapasitas sintesis hati, yaitu kolinesterase.
Jika serangkaian tes enzimatik tersebut menandakan adanya gangguan pada hati, dan
dari diagnosa dicurigai adanya hepatitis, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan
serologi (sel), yaitu pemeriksaan HBsAg, HBeAg, antiHBe dan HBV DNA.
HBsAg dan HBeAg keduanya adalah antigen (pasangan antibodi). Fungsi
pemeriksaan HbsAg  adalah untuk mengetahui apakah pasien merupakan penderita hepatitis
B, yang ditandai dengan HBsAg positif, sedangkan fungsi pemeriksaan HBeAg adalah untuk
mengetahui apakah adanya replika virus dalam hepatosit (sel hati). HBeAg berkaitan erat
dengan HBV DNA, yaitu DNA virus Hepatitis B. Pada beberapa kasus, ada yang nilai
HBeAg-nya negatif namun bukan pertanda mutlak bahwa yang bersangkutan tidak memiliki
virus, misalnya pada penderita Hepatitis B yang mengalami mutasi.
Jika pada pemeriksaan selama lebih dari 6 bulan berturut-turut pasien memiliki
HBsAg positif, maka pasien dikategorikan penderita hepatitis B kronis. Dan jika pada
pemeriksaan muncul antibodi HBs atau anti-HBs, maka artinya pasien sedang dalam masa
penyembuhan infeksi.

2.7 Cara pencegahan dan penanggulangan penyakit


Penyakit hepatitis dapat diobati dengan berbagai cara, baik dari segi kedokteran
(medis) maupun pengobatan alternatif (non medis). Terapi untuk hepatitis umumnya tidak ada
yang spesifik. Terapi yang bisa diberikan dapat berupa terapi suportif, terapi simtomatis dan
terapi kausatif. Terapi suprtif adalah terapi yang membantu agar fungsi vital tubuh tetap
bekarja dengan baik.
Terapi simtomatis yaitu terapi yang meringankan gejala penyakit. Sementara terapi
kausatif berfungsi untuk menghilangkan penyebab penyakit dalam hal ini adalah antivirus.
Virus selalu membutuhkan sel inang  (dalam hal ini sel hati manusia) untuk bereplikasi
(menggandakan diri). Hal ini disebabkan pada prinsipnya virus tidak dapat bereplikasi secara
mandiri. Antivirus bekerja menghambat salah satu tahapan tersebut, tergantung jenis
antivirusnya. Antivirus yang diberikan antara lain interferon, lamivudin, ribarivin, adepovir
dipivoksil dan entercair.
Dalam melakukakan pencegahan agar maksimal sebaiknya lakukan perawatan sejak
dini agar penderita dapat disembuhkan, karena semakin lambat ditangani, virus akan semakin
merusak hati dan bahkan menjadi kanker. Terkadang karena tidak menampakkan gejala yang
jelas, kebanyakan orang tidak menyadari kalau dalam tubuhnya sudah berdiam
virus hepatitis dan terlanjur hati sudah menjadi rusak parah.
Setiap orang agar melakukan vaksinasi sehingga mendapatkan antibodi dari virus
hepatitis A (VHA) dan virus hepatitis B (VHB). Namun, untuk hepatitis C tidak ada vaksinasi
untuk mencegahnya. Walau seseorang belum terindikasi virus ini tetapi pemberian vaksin
dapat mencegah virus merusak hati karena gejala hepatitis bisa saja baru muncul puluhan
tahun kemudian. Pemberian vaksin khususnya perlu diberikan pada anak-anak karena
kekebalan tubuh mereka lebih lemah untuk membersihkan virus hepatitis dibandingkan orang
dewasa.
Pada penderita yang keadaannya hatinya sudah parah sebaiknya diakukan
pencangkokkan hati. Tetapi, ini akan sulit karena donor hati yang ada lebih sedikit
dibandingkan daftar tunggu dari penderita yang membutuhkan hati.
Pencegahan yang sederhana tetapi mempunyai manfaat besar yaitu mengembalikan
kekebalan alami tubuh. Penderita hepatitis seharusnya mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan istirahat yang cukup agar tubuh mampu bertahan menghadapi virus ini dan mencegah
jumlah virus semakin banyak yang akan menggeroti kesehatan penderitanya. Dengan
kekebalan tubuh yang kuat, tubuh akan mampu menangani virus hepatitis yang
membahayakan ini.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari analisis kasus didapatkan disimpulkan sekelompok mahasiswa tersebut terkena
penyakit hepatitis yang disebabkan oleh pengolahan makanan dan pencucian peralatan makan
di warung yang tidak higienis.

Penyakit hepatitis ditularkan berbagai maam virus yang cara penularanya berbeda
antara satu dengan yang lain. Berbeda cara penularan berbeda pula cara pencegahannya.
Berbagai pencegahan hepatitis dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut

1. Imunisasi
Imunisasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah terinfeksi penyakit hepatitis.
Setelah di imunisasi, tubuh akan menghasilkan antibodi yang merupakan zat kekebalan
tubuh terhadap penyakit hepatitis. Imunisasi hepatitis bisa diberikan pada anak usia 2 – 18
tahun dan cukup sekali dalam seumur hidupnya.
2. Imunitas sementara
Ini sangat efektif diberikan kepada seseorang yang sering bepergian terutama di wilayah
endemic hepatitis ataupun di lingkungan dengan sanitasi yang buruk. Antivirus yang
diberikan akan bekerja efektif setelah 2 minggu penggunaan.
3. Menjaga kebersihan diri
4. Tidak meminjam barang orang lain selama kita tidak yakin dengan kondisi kesehatan
orang yang bersangkutan.
5. Setia pada pasangan dengan cara tidak melakukan hubungan seks dengan berganti – ganti
pasangan.
6. Tidak melakukan donor darah bila kita sendiri terkena penyakit hepatitis.
7. Membersihkan ceceran darah.
DAFTAR PUSTAKA

Basundari Sri Utami, 1990, Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta

http://doktersehat.com/apa-itu-hepatitis-dan-bagaimana-penanganannya/( Diakses Rabu , 4


Desember 2014 2014 pukul 20.00 WIB)

http://eprints.undip.ac.id/5556/1/2278.pdf /( Diakses Rabu , 4 Desember 2014 2014 pukul


20.00 WIB)

http://mediasehat.com/tanyajawab591( Diakses Rabu , 4 Desember 2014 2014 pukul 20.00


WIB)

http://mediskus.com/penyakit/hepatitis-akut.html( Diakses Rabu , 4 Desember 2014 2014


pukul 20.00 WIB)

http://obat-hepatitis.com/obat-hepatitis/( Diakses Rabu , 4 Desember 2014 2014 pukul 20.00


WIB)

http://setiah3121.wordpress.com/2013/05/15/pengertian-hepatitis-jenis-jenis-cara penyebaran-
dan-cara-pencegahannya /( Diakses Rabu , 4 Desember 2014 2014 pukul 20.00
WIB)

Anda mungkin juga menyukai