Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia

termasuk di indonesia, yang terdiri dari hepatitis A,B,C,D, dan E sering muncul

sebagai kejadian luar biasa, di tularkan melalui fecal oral dan biasanya berhubungan

dengan perilaku hidup bersih dan sehat, bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik.

Sedangkan hepatitis B, C dan D ( jarang ) di tularkan secara parentral dapat menjadi

kronis dan menimbulkan cirrhosis dan lalu kanker kehati. Virus hepatitis B telah telah

menginfeksi sejumlah 2 milyar orang didunia, sekitar 240 juta orang diantaranya

menjadi pengidap hepatitis B kronik, sedangkan untuk prnderita hepatitis C didunia

diperkirakan sebesar 170 juta orang. Sebanyak 1,5 juta penduduk didunia meninggal

setiap tahunnya karena hepatitis.

Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi hepatitis B, terbesar

kedua dinegara South East Asian Region ( SEAR ) setelah myanmar. Berdasarkan

hasil riset kesehatan dasar ( Riskesdas ), studi dan uji saring darah donor PMI maka

diperkirakan diantara 100 orang indonesia, 10 diantaranya telah terinfeksi hepatitis B

atau C. Sehingga saat ini diperkirakan terdapat 28 juta penduduk indonesia yang

terinfeksi hepatitis B dan C, 14 juta di antaranya berpotensi untuk menderita kanker

hati. Besaran masalah tersebut tentunya akan berdampak sangat besar terhadap

masalah kesehatan masyarakat, produktifitas, umur harapan hidup, dan dampak sosial

ekonomi lainnya.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah defenisi hepatitis ?

2. Apa etiologi/faktor pencetus hepatitis ?

3. Apa manifestasi klinis hepatitis ?

4. Apa patofisiologi hepatitis ?

5. Apa pemeriksaan penunjang hepatitis ?

6. Apa penatalaksaan hepatitis ?

7. Apa komplikasi hepatitis ?

8. Apa asuhan keperawatan pada pasien hepatitis ?

C. TUJUAN

1. Tujuan umum

Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada pasien hepatitis

2. Tujuan khusus

Mengetahui dan memahami defenisi hepatitis

Mengetahui dan memahami etiologi hepatitis

Mengetahui dan memahami manifestasi klinis

Mengetahui dan memahami patofisiologi hepatitis

Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang hepatitis

Mengetahui dan memahami penatalaksaan hepatitis

Mengetahui dan memahami komplikasi hepatitis

Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien hepatitis

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-

bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan

klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-

bahan kimia. Tak dapat dipungkiri, Indonesia termasuk daerah endemis hepatitis virus

B (HVB). Tentu saja hal ini menjadi masalah besar karena mempunyai dampak

morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian), dan dampak psikososial serta ekonomi.

Infeksi HVB pada awal kehidupan (sebelum usia 1 tahun) akan berisiko menjadi

kronis sebesar 90%. Sedangkan pada usia 2-5 tahun risikonya menurun menjadi 50%,

dan bila terjadi infeksi pada anak usia di atas 5 tahun hanya 5-10% untuk menjadi

kronis.

Hepatitis B pada anak biasanya tanpa gejala atau ringan saja, walaupun begitu

infeksi pada anak mempunyai risiko jadi kronis. Terutama bila terjadi saat di dalam

kandungan. Pada pemeriksaan kadang cuma ditemukan pembesaran hati. Infeksi

hepatitis B kronik pada anak dapat berlanjut jadi sirosis dan kanker hati pada saat

dewasa. Memang, umumnya infeksi HVB pada anak tak menimbulkan gejala, tapi

pada sebagian kecil kasus dapat menimbulkan hepatitis berat yang bisa menyebabkan

kematian.

3
Mengingat hepatitis mempunyai dampak yang buruk bagi anak maka diperlukan

perhatian khusus dari orang tua pada anak misalnya dalam pemberian imunisasi pada

anak secara tepat waktu dan menjaga kebersihan, dan pengawasan terhadap pola

makan anak

Klasifikasi hepatitis

1. Virus hepatitis A

Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat

buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah

yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.

2. Hepatitis B

Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan

melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi diantara para pemakai

obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual

(baik heteroseksual maupun pria homoseksual).

Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi

selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang

membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus

hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.

3. Virus hepatitis C

Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis

C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum

bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan

yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita

hepatitis C.

4
4. Virus hepatitis D

Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini

menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi

terhadap virus ini adalah pecandu obat.

5. Virus hepatitis E

Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang

hanya terjadi di negara-negara terbelakang.

B. ETIOLOGI

Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh
virus. Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1. Virus hepatitis A (HAV)
2. Virus hepatitis B (HBV)
3. Virus hepatitis C (HCV)
4. Virus hepatitis D (HDV)
5. Virus hepatitis E (HEV)
6. Hepatitis F (HFV)
7. Hepatitis G (HGV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal
adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai
daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua
penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005:
243). Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk
respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga
bersifat idiopatik.
C. MANIFESTASI KLINIS

1. Masa tunas

Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)

Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)

Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

5
2. Fase pre ikterik

Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus

berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,

vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal

terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu

badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri

persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

3. Fase ikterik

Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan

disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat

pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.

Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai

dirasakan selama 1-2 minggu.

4. Fase penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,

disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa

ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali,

namun lemas dan lekas capai.

D. PATOFISIOLOGI

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi

virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit

fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai

darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada

hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini

menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel

6
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan

oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang

mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu

badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman

pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan

nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun

jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,

tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi

kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi

kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan

melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan

regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),

maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang

timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi

dan eksresi bilirubin.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan pigmen

urobilirubin direk

bilirubun serum total

bilirubin urine

urobilinogen urine

urobilinogen feses

b. Pemeriksaan protein

7
protein totel serum

albumin serum

globulin serum

HbsAG

c. Waktu protombin

respon waktu protombin terhadap vitamin K

d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

AST atau SGOT

ALT atau SGPT

LDH

Amonia serum

2. Radiologi

foto rontgen abdomen

pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang

berlabel radioaktif

kolestogram dan kalangiogram

arteriografi pembuluh darah seliaka

3. Pemeriksaan tambahan

Laparoskopi

biopsi hati

F. PENATALAKSAAN

1. Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suporsif & mencakup :

Istirahat sesuai kebutuhan.

Penkes mengenai menghindari pemakaian alcohol /obat-obatan.

Penkes mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota keluarga.

8
Keluraga dari pasien hepatitis ditawarkan untuk menerima gema globulin

murni yang spesifik terhadap hepatitis virus A /hepatitis virus B, yang dapat

memberikan imunitas pasif terhadap infeksi, namun bersifat sementara.

Vaksin hepatitis B virus melalui IM sebanyak 3 kali pada interval yang

ditentukan, dosis I & II diberikan terpisah satu bulan, dosis IV diberikan 6

bulan setelah dosis ke V.

2. Pengobatan

Calcium I + Cordyceps, cara pemakaian :

Calcium I + Cordyceps + Zinc (Jika komposisi Calcium I + Cordyceps saja

belum cukup)

G. KOMPLIKASI

Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh

akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati

hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis

hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodata

Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal

masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.

Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat,

pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.

Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

dan hubungan dengan klien.

2. Keluhan utama

Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk,

sakit perut kanan atas, demam dan kuning.

3. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri

perut kanan atas.

Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita

sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur

operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan

saudara-saudaranya.

10
Riwayat kesehatan keluarga

Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya

berkaitan dengan penyakit pencernaan.

4. Data dasar pengkajian

a. Aktifitas

Kelemahan

Kelelahan

Malaise

b. Sirkulasi

Bradikardi ( hiperbilirubin berat )

Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

c. Eliminasi

Urine gelap

Diare feses warna tanah liat

d. Makanan dan cairan

Anoreksia

Berat badan menurun

Mual dan muntah

Peningkatan oedema

Asites

e. Neurosensori

Peka terhadap rangsang

Cenderung tidur

Letargi

Asteriksis

11
f. Nyeri/kenyamanan

Kram abdomen

Nyeri tekan pada kuadran kanan

Mialgia

Atralgia

Sakit kepala

Gatal ( pruritus )

g. Keamanan

Demam

Urtikaria

Lesi makulopopuler

Eritema

Splenomegali

Pembesaran nodus servikal posterior

h. Seksualitas

Pola hidup/perilaku meningkat resiko terpajan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

diare, mual atau muntah.

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, diare, dan


pendarahan.
3. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi hati.

12
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO NANDA NOC NIC


1 Gangguan nutrisi : kurang dari NOC : NIC :
Nutritional Status : food Nutrition Management
kebutuhan tubuh yang
and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan Kriteria Hasil : makanan.

anoreksia, diare, mual atau Adanya peningkatan 2. Kolaborasi dengan ahli


berat badan sesuai gizi untuk menentukan
muntah.
dengan tujuan. jumlah kalori dan nutrisi
Berat badan ideal yang dibutuhkan pasien.
sesuai dengan tinggi 3. Anjurkan pasien untuk
badan. meningkatkan protein
Mampu dan vitamin C.
mengidentifikasi 4. Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
Tidak ada tanda tanda tinggi serat untuk
malnutrisi. mencegah konstipasi.
Tidak terjadi 5. Ajarkan pasien
penurunan berat badan bagaimana membuat
yang berarti. catatan makanan harian.
6. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori.
7. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan.

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal.
2. Monitor adanya
penurunan berat badan.
3. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi

13
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah.
6. Monitor mual dan
muntah.
7. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht.
8. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva.
9. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
1 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet.

2 Resiko kekurangan volume NOC: NIC :


cairan yang berhubungan
Fluid balance Fluid management
dengan muntah, diare, dan
Hydration 1. Timbang popok/pembalut
pendarahan Nutritional Status : jika diperlukan.
Food and Fluid Intake 2. Pertahankan catatan
Kriteria Hasil : intake dan output yang
Mempertahankan urine akurat.
output sesuai dengan3. Monitor status hidrasi (
usia dan BB, BJ urine kelembaban membran
normal, HT normal. mukosa, nadi adekuat,
Tekanan darah, nadi, tekanan darah ortostatik
suhu tubuh dalam batas ), jika diperlukan.
normal. 4. Monitor vital sign

14
Tidak ada tanda tanda5. Monitor masukan
dehidrasi, Elastisitas makanan / cairan dan
turgor kulit baik, hitung intake kalori
membran mukosa harian.
lembab, tidak ada rasa6. Kolaborasikan pemberian
haus yang berlebihan cairan IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
9. Dorong masukan oral
1 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
1. Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan.
12. Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
13. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk.
14. Atur kemungkinan
tranfusi.
15. Persiapan untuk
tranfusi.
3 Nyeri berhubungan dengan NOC : NIC :
proses patologis penyakit Pain Level, Pain Management
Pain control, 1. Lakukan pengkajian
Comfort level nyeri secara
Kriteria Hasil : komprehensif termasuk
Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
nyeri. durasi, frekuensi, kualitas
Mampu mengenali dan faktor presipitasi.
nyeri (skala, intensitas, 2. Observasi reaksi

15
frekuensi dan tanda nonverbal dari
nyeri). ketidaknyamanan.
Menyatakan rasa 3. Kurangi faktor
nyaman setelah nyeri presipitasi nyeri.
berkurang. 4. Pilih dan lakukan
Tanda vital dalam penanganan nyeri
rentang normal. (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal).
5. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi.
6. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi.
7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
8. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
9. Tingkatkan istirahat
Analgesic
Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi.
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih

16
dari satu.
5. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur.
6. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali.
7. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

17
DAFTAR PUSTAKA

Sievert, William, Melvyn G. Korman, Terry Bolin. (2010). Segala Sesuatu tentang

Hepatitis.Jakarta: Arcar.

Sulaiman, Andri Sanityoso, dkk. (2010). Pendekatan Terkini Hepatitis B dan C

dalam PraktikKlinis Sehari-hari. Jakarta: Sagung Seto.

Syahrurachman, Agus, dkk. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara

18

Anda mungkin juga menyukai