Anda di halaman 1dari 22

NCP HEPATITIS

DI

OLEH

NAMA : FERAWATI

NIM : P07131216012

REG : A

POLTEKKES KEMENKES ACEH

JURUSAN DIV GIZI


BAB I
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI HEPATITIS
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi
hepar terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol.
(Ester monika, 2002:93) Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan
menyerang hati.
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh
virus disertai nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan
kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas. (Brunner &
Suddarth, 2002 : 1169)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis
dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning.
Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang
berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang
di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah
sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua
penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya
peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis
dan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis
adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh
infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2.2 JENIS-JENIS HEPATITIS
2.2.1. Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui
kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang
terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran
cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6
minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering terinfeksi
adalah anak-anak dan dewasa muda.

2.2.2. Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum
suntik, atau hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang
sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan
keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk
kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan
heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu
dan pasien hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan
sampai timbul gejala klinis.

2.2.3. Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab
tersering infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV
ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi
darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi,
individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja
perawatan kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah.
Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.
2.2.4. Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV
bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu
yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila
individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV.
Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien
tranfusi darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV).
Masa inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko
timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian

2.2.5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui
ingeti air yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang
hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana
sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan
.
2.2.6. Kemungkinan hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para
pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan
dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun
hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.

2.3 PENYEBAB DAN CARA PENULARAN HEPATITIS.


2.3.1. Hepatitis A
Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari melalui mulut, misalnya
melalaui gelas atau sendok bekas yang di pakai penderita hepatitis A. Kadang –
kadang dapat juga melalui keringat penderita atau melalui jarum suntik bekas
yang di pakai pada penderita pengdapa hepatitis A.
2.3.2. hepatitis B
Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang manusia. Pada ibu
hamil bila terserang virus ini dapat menularkan pada bayinya yang ada dalam
kandungan atau waktu menyusui bayi itu. Bentuk penularan seperti inilah yang
banyak di jumpai pada penyakit hepatitis B. Pada saat ini jenis hepatitis yang
paling banyak di pelajari ialah hepatitis B dan telah dapat pula di cegah melalui
vaksinasi. Walaupun infeksi virus ini jarang terjadi pada populasi orang dewasa,
kelompok tertentu dan orang yang memiliki cara hidup tertentu berisiko tinggi.
Kelompok ini mencakup:
- Imigran dari daerah endemis hepatitis b
- pengguna obat IV yang sering bertukar jarum dan alat suntik
- pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang yang
terinfeksi
- pria homoseksual yaang secara seksual aktif
- pasien rumah sakit jiwa
- narapidana pria
- pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima produk
tertenu dari plasma
- kontak serumah denag karier hepatitis
- pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama yang banyak kontak
dengan darah

2.3.3. hepatitis C
Penularan hepatitis C dan Delta pada orang dewasa bisa terjadi melalui
kontak seksual dan bisa pula melalui makanan dan minuman, suntikan ataupun
transfusi darah. Virus hepatitis C juga berbahaya karena sebagian besar
penyakit Hepatitis C dapat berkembang menjadi kronis/menahun dan menjadi
pengidap yang selanjutnya akan menjadi sumber infeksi bagi orang sekitarnya.
2.3.4. Hepatitis Delta dan hepatitis E
Hepatitis delata dan hepatitis e didduga penularannya melalui mulut,
tetapi belum ada penelitian yang lebih mendalam.

2.4 TANDA DAN GEJALA


Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga
secara klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Dokter hanya
dapat memperkirakan saja jenis hepatitis apa yang di derita pasiennya dan untuk
membedakannya secara pasti masih diperlukan bantuan melalui pemeriksaan
darah penderita.gejala penderita hepatitis virus mula mula badanya terasa panas,
mual dan kadang-kadang muntah, setelah beberapa hari air seninya berwarna
seperti teh tua, kemudian matanya terlihat kuning, dan akhirnya seluruh kulit
tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis virus biasnya dapat sembuh setelah satu
bulan. Hampir semua penderita hepatitis A dapat sembuh dengan sempurna,
sedangkan penderita hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis delta
dan E belum dapat di ketahui secara pasti bagaimana perjalanan penyakitnya.
Sebagian besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi
sebagian kecil (kira-kira 10%) akan mengalami kronis (menahun) atau
meninggal.penderita hepatitis B yang menahun setelah 20-40 tahun kemudian
ada kemungkinan hatinya mengeras(sirosis), dan ada pula yang berubah
menjadi kanker hati.
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai
penyakit yang mencolok, kegagalan hati, dan kematian. Terdapat tiga stadium
pada semua jenis hepatitis yaitu :
a. Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode
masa tunas virus selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit.
Stadium ini disebut praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap
virus biasanya belum dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai
oleh :
- Malese umum
- Anoreksia
- Sakit kepala
- Rasa malas
- Rasa lelah
- Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas
- Mialgia (nyeri otot)

b. Stadium ikterus. Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagia
besar orang stadium ini ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya
adalah:
- Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal
- Pembesaran dan nyeri hati
- Splenomegali
- Mungkin gatal ( pruritus ) dikulit
c. Stadium pemulihan. Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini:
- Gejala-gejala mereda termasuk ikterus
- Nafsu makan pulih
- Apabila tedapat splenomegali, akan segera mengecil.

2.5 PENCEGAHAN

untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat
ini baru ada vaksin hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B sajalah yang
paling banyak diselidiki baik mengenai perjalanan penyakitnya maupun
komplikasinya.
Saat ini di seluruh dunia terdapat 200 juta orang pengidap hepatitis B
yang tidak menampakkan gejala, tetapi merupakan sumber penularan bagi
manusia sehat. Agar tubuh menjadi kebal diperlukan vaksinassi dasar mengenai
dasar sebanyak tiga kali vaksinassi hepatitis B. Mengenai jarak waktu
pemberian vaksinasi dasar tergantung dari jenis vaksinasi yang dipakai.
Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia
yang telah kebal Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan
sel ragi. Vaksin hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di
suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan
vaksin hepatitis b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada penderita sebulan
sekali sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5 bulan kemudian.
Untuk memperkuat kekbalan yang telah ada, perllu diberi vaksinasi
penguat. Caranya bermacam-macam ada vaksin yang perlu di ulang setahun
kemudian satu kali, lalu 4 tahun kemudian diberi sekali lagi, selanjutnya setiap
5 tahun sekali. Ada pula jenis vaksin yang perlu diberikan hanya setiap 5 tahun
sekali saja.
Vaksinasi hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Bayi yang
lahir dari ibu yang mengidap penyakit hpatitis B, harus di vaksinasi hepatitis B
segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya boleh diberi setelah berumur
sebulan.
Secara keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah
dengan memakai sarung tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh
lainnya, dan harus hati-hati memasang kembali tutup jarum suntik.

2.6. DIET UNTUK PENDERITA HEPATITIS

Maraknya kasus Hepatitis A menjadi perhatian berbagai pihak karena


penyakit ini sangat mudah menular sehingga dapat mengurangi produktivitas
kerja. Hepatitis merupakan peradangan hati akibat infeksi virus. Serangan virus
hepatitis ini sangat cepat dan penularan umumnya melalui makanan dan
minuman. Penderita hepatitis biasanya memiliki keluhan seperti kurang nafsu
makan, lemas, mual, kadang-kadang muntah, kembung, diare, sakit kepala, dan
kuning (jaundice). Pada hepatitis akut, mual dan kurang nafsu makan umumnya
hanya dalam waktu singkat. Warna kuning (jaundice) disebabkan kadar
bilirubin yang berlebihan, namun warna-warna kuning tersebut kadang-kadang
tidak muncul.

2.7. TERAPI GIZI PADA PENDERITA HEPATITIS

Diet khusus bagi penderita hepatitis dalam jumlah yang optimal


membantu penyembuhan luka pada sel-sel hati dan memulihkan kekuatan hati.
Selain itu, dapat meningkatkan regenerasi sel-sel hati yang rusak, memperbaiki
penurunan berat badan akibat kurang nafsu makan, mual dan muntah, mencegah
katabolisme protein, mencegah atau mengurangi ascites, dan koma hepatik.

Dalam diet Hepatitis mencakup pemenuhan zat-zat gizi yang diperlukan


tubuh, seperti :

1. Kalori dalam jumlah yang tinggi untuk mencegah pemecahan protein


yang diberikan bertahap sesuai kemampuan penderita hepatitis. Kalori
diberikan dalam jumlah tinggi karena adanya demam dan diperlukan
untuk proses regenerasi jaringan serta untuk menambah persediaan
tenaga. Kebutuhan kalori bersifat individual sehingga perlu perhitungan
khusus.
2. Protein perlu diberikan dalam jumlah yang tinggi agar dapat memperbaiki
jaringan hati yang rusak dan mempertahankan fungsi-fungsi utama tubuh.
Selain itu, protein merupakan agen lipotropik yang merubah lemak
menjadi lipoprotein agar dapat keluar dari hati untuk mencegah
perlemakan hati.
3. Pemberian lemak sesuai kondisi penderita hepatitis. Jika ada gangguan
pencernaan lemak/steatorhea dan mual, gunakan lemak dengan asam
lemak rantai sedang (Medium Chain Triglyserida) karena jenis lemak ini
tidak membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu dalam proses
absorpsinya. Selain itu, pemberian lemak harus dikurangi tetapi
pembatasan terlalu ketat tidak dianjurkan karena akan mengurangi
kelezatan makanan sehingga akan menurunkan nafsu makan. Lemak
diberikan dalam mudah yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi.

4 .Asupan Natrium diberikan dalam jumlah yang rendah, tergantung tingkat


edema dan ascites

5. Selain makanan, perlu suplemen B kompleks, vitamin K (untuk


mencegah perdarahan), vitamin C dan Zink untuk mempercepat
penyembuhan.
6. Penambahan vitamin A dan D yang berlebihan sangat tidak dianjurkan
karena akan memperberat fungsi hati yang sakit
7. Bentuk makanan diberikan dalam bentuk lunak terutama bila ada mual
dan muntah.

Dalam melaksanakan diet ini bersifat individual atau sangat bergantung


pada kondisi kesehatan seseorang sehingga perlu berkonsultasi langsung dengan
ahli gizi dan dokter. Selain diet, faktor lingkungan sangat berperan dalam
pencegahan penyakit hepatitis seperti menjaga kebersihan makanan dan alat
makan yang menjadi media penularan hepatitis. Oleh karena itu, untuk
mengurangi resiko terkena hepatitis, sebaiknya kita dapat menerapkan pola
hidup sehat seperti tidur minimal 8 jam sehari, berolahraga secara teratur,
mengurangi stress, menjaga kebersihan makanan dan alat makan, makan
makanan bergizi dalam jumlah seimbang sesuai kebutuhan dan menjaga
hubungan sosial.
2.8.SYARAT DIET UNTUK PENDERITA PENYAKIT HEPATITIS.

Adapun syarat2 yang harus di penuhi dalam penerapan diet penyakit hati ;

 energi tinggi ,untuk mencegah pemecahan protein,di berikan bertahap


sesuai dengan kemampuan pasien ,yaitu 40-45 kkal.
 Lemak cukup yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total dalam bntuk
yang mudah di cerna atau dalam bntuk elmusi.bila pasien mengalami
steatorea gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang.
 Protein agak tinggi yaitu 1,25g/kg BB,agar terjadi anabolisme protein.
 Vitamin dan mineral di berikan sesuai dengan tinggkat defiensi.
 Natrium di berikan rendah tergantung tingkat edema dan esites.
 Cairan di berikan lebih dari biasa kecuali bila ada kontraindikasi.
 Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah,atau makanan
biasa sesuai kemampuan saluran cerna.

2.9 TUJUAN DIET PENDERITA PENYAKIT HEPATITIS

 Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih


lanjut.
 Meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa
 Mencegah katabolisme protein
 Mencegah penrunan berat badan atau meninggkatkan berat badan jika
kurang
 Mencegah atau mengurangi asites,varises,dan hiportensi portal.
 Mencegah koma hepatik
2.10 MACAM-MACAM DIET UNTUK PENDERITA PENYAKIT
HEPATITIS

 Diet 1
Untuk penderita sirosis hati yang berat dan hepatitis akut
prekoma.biasanya di berikan makanan berupa cairan yang mengandung
karbohidrat yg sederhana misalnya buah,sirop,teh manis,pemberian protein
sebaiknya di hindarjkkan.bila terjadi penimbunan cairan atau sulit kencing
maka pemberian cairan maksimum 1 liter perhari.diet tersebut sebainya di
berikan lebih dari 3 hari.
 Diet 2
Di berikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat di atasi dan mulai
timbul nafsu makan.diet berbentuik lunak atau di cincang tergantung
keadaan penderita.asupan protein di batasi hingga 30 gram perhari,dan
lemak di berikan dalam bntuk yang mudah di cerna
 Diet 3
untuk penderitaa nafsu makannya yang baik.bentukl makanan lunak atau
biasa,tergantung keadaan penderita.kandungan protein bisa sampai 1g/kg
berat badan,lemak sedang dalam bntuk yang mudah di cerna
 diet 4
untuk penderita yang nafsu makannya telah membaik.dapat meenerima
protein dan tidak menunjukkan sirosis aktif.bentuk makanan lunak atau
biasa tergantung kesangkupan penderita.kalori,kandungan protein dan hidrat
arang tinggi,lemak,vitamin dan mineral cukup
2.11 HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN PADA DIET
PENDERITA HEPATITIS

1. hindari makanan yang dapat menimbulkan gas seperti :


timun,ubi,singkong,kacang merah,kol,sawi,lobak,nangka,durian dan lain-
lain.
2. Hindari makanan yang telat di awetkan seperti sosis,ikan asin,kornet dll.
3. Pilihlah bahan makanan yang mengandung lemaknya tidak banyak seperti
daging yang tidak berlemak
4. Sebaiknya pilih sayur-sayuran yang sedikit mengandung serat seperti
bayam,wortel,biet,labu siam,kacang panjang muda,buncis muda,daun
kangkung dan sebagainya
5. Bumbu2 jangan terlalu merangsang seperti salam,laos,kunyit,bawang
merah,bawang putih,ketumbar boileh di pakek tetapi jangan bnayak.
6. Hindarkan makanan yang terlalu berlemak seperti daging
babiu,usus,babat,otak,sum-sum dan santan kental
7. Hindari penggunaan kelapa,minyak kelapa,minyak hewan,margarin dan
mentega
8. Batasi penggunaan daging hingga 3 x minggu,makanlah sering ikan atau
ayam tanpa lemak sebagai pengganti
9. Gunakan susu skim pengganti susu penuh
10. Batasilah penggunaan kuning telur hingga 3 butir seminggu
11. Gunakanlah sering tahu,tempe,dan hasil olahan kacang2ngan
12. Batasilah penggunaan gula,makanan,minuman manis,seperti ;sirup,coca-
cola,limun,gula,dodol,tarcis,kolak,es krim,dan sebagainya
2.12 CARA PENGOLAHAN MAKANAN BAGI PENDERITA
HEPATITIS

1. Bila memasak daging pilihlah daging yang kurus laluy keluarkan


bangian2 yang berlemak
2. Memasak sebaiknya di kukus,di rebus,di panggang,di ungkep,atau di
tumis. Hindari makanan yang di goreng
3. Sebagian dari sayur sebaiknya di makan mentah atau sebagai lalapan

2.13 PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup istirahat,

hidrasi, dan asupan makanan yang adekuat. Hospitalisasi diindikasikan bila


terdapat muntah, dehidrasi, faktor pembekuan abnormal, atau tanda-tanda
gagal hati, yang membahayakan (gelisah, perubahan kepribadian, letargi,
penurunan tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV, studi laboratorium
yang berulangkali, dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan penyakit
adalah tujuan utama penatalaksanaan di rumah sakit .
Berikut ini adalah obat-obat yang dapta digunakan :
1. Globulin imun (Ig) – digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah
terpajan hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan)
2. HBIG – diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi
: diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan
per IM ditambah dosis booster. Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam
setelah kelahiran)
3. Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) – digunakan untuk mencegah
munculnya hepatitis B (Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah
kelahiran, diulangi pada usia 1 dan 6 bulan. Anak-anak yang berusia
kurang dari 10 tahun. Tiga dosis IM (paha anterolateral / deltoid), dua
dosis pertama diberikan berselang 1 bulan, dan booster diberikan 6 bulan
setelah dosis pertama. Anak-anak yang berusia lebih dari 10 tahun.
Diberikan tiga dosis ke dalam otot deltoid. Perhatikan bahwa anak yang
menjalankan hemodialisis jangka panjang dan anak dengan sindrom
Down harus divaksinasi secara rutin karena tingginya resiko memperoleh
infeksi Hepatitis B ini).

2.14 DIAGNOSA

Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :


 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
 Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
 Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
 Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan
dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam
garam empedu.
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret
 Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus
2.15 CONTOH MENU MAKANAN YANG SESUAI DENGAN
PENDERITA PENYAKIT HEPATITIS

 Menu pertama
Makan pagi
- jaffle telur
- susu skim ( rendah lemak )
* selingan pagi = puding colat

Makan siang
- Bubur ayam alami (tanpa bumbu kuning)
- Telur rebus matang
- Pepes tahu putih telur
- Tumis buncis muda
- Jus melon
*selingan sore =agar-agar buah

Makan malam
- bubur tim saring
- sup (tofu,wortel,daun bawang,seledri,dada ayam)
- Abon tabur
- yoghurt

 Menu ke dua
Makan pagi
- Sandwich dada ayam
- Teh manis
Makan siang
- Bubur tim udang
- Abon tabur
- Jus wortel
Makan malam
- Bubur tim saring
- Ayam bakar suwir( rendah bumbU)
- Sup brokoli
- Korma
- Air mineral
- Jus tomat
 Menu hari ke tiga
Makan pagi
- Bubur kacang hijau
- Roti tawar
Makan siang
- Nasi tim
- Pepes tahu tempe
- Sup bayam
- Pepeya potong dengan taburan gulapasir
Makan malam
- Gado-gado rebus (rendah bumbu,tanpa timun)
- Jus sirsak

 Menu hari ke empat


Makan pagi
- Bakpao
- Teh manis

Makan siang
- Nasi tim
- Sup ayam makaroni (dada ayam,markoroni,wortel,seledri,daun
bawang,bawang putih
- Jus tomat
Makan malam
- Nasi tim
- Sapo tahu
- Jus pepaya
- Puding

 Menu hari ke lima


Makan pagi
- Jagung rebus
- Susu skim
Makan siang
- Bubur pangsit,ayam kukus
- Roti kukus
- Semangka potong
Makan malam
- Nasi tim
- Tumis pare atau kangkung
- Telus rebus matang
- Jus apel

 Menu hari ke enam


Makan pagi
- roti selai
- teh manis
makan siang
- nasi tim
- sayur bening labu siam
- abon tabur
- telur rebus matang
- jus melon
makan malam
- kentang halus rebus
- seledri tabur
- ayam bakar swier (rendang bumbu)
BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
1. hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang
disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Hepatitis terdiri dari beberap jenis, yaitu :
* hepatitis A
* hepatitis B
* hepatitis C
* hepatitis D
* hepatitis E
* kemungkinan hepatitis F dan G
3. Virus-virus yang menyebabkan hepatitis dapat menyebabkan cedera dan
kematian hepatosit dengan secara langsung membunuh sel dan dengan
merangsang reaksi peradangan dan imun yang mencederai atau
menghancurkan hepatosit. Reaksi peradangan melibatkan degranulasi sel
mast dan pelepasan histamin, pengaktivan komplemen, lisis sel-sel yang
terinfeksi dan sel-sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakan
interstisium. Respon imun yang timbul kemidian mendukung respon
peradangan. Perangsangan komplemen dan lisis sel serta serangan antibodi
langsung terhadap antigen-antigen virus menyebabkan destruksi sel-sel
yang terinfeksi. Hati menjadi edematosa sehingga kapiler-kapiler kolaps
dan aliran darah berkurang yang menyebabkan hipoksia jaringan, akhirnya
terbentuk jaringan ikat dan fibrosis dihati.
4. Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga
secara klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain.
5. Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu :
a. Stadium prodromal
b. Stadium ikterus
c. Stadium pemulihan
6. Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting
karena sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus,
sehingga satu-satunya jalan untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan
vaksinasi.

SARAN
1. biasakan untuk selalu hidup bersih dan sehat
2. selalu periksa kesehatan atau vaksinasi jika sudah terjangkit penyakit
hepatitis
DAFTAR PUSTAKA

Ester, Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
Oswari, 2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru
Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth,
Edisi 8, Vol 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai