- Diameter 32 – 34 nm
- Sakit kepala
- Rasa malas
- Rasa lelah
stadium prodromal
Pembesaran dan nyeri hati
Splenomegali
mengecil
1) Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
muntah, diare, dan pendarahan.
2) Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi hati.
3) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, diare, mual atau muntah.
4) Resiko intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan
kelelahan.
5) Resiko infeksi yang berhubungan dengan penyebaran virus
hepatitis melalui kontak dengan pengunjung dan staf.
6) Isolasi sosial yang berhubungan dengan status isolasi (jika anak
mengidap hepatitis B)
7) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di
rumah, penyakit, dan pencegahan kekambuhan.
8) Ketidakefektifan koping keluarga : penurunan yang berhubungan
dengan rawat nginap di rumah sakit.
9) Defisit pengetahuan yang berhungan dengan perawatan di rumah.
1. Hepatitis Akut
Terdiri dari istirahat, diet, dan pengobatan
medikamentosa.
1) Istirahat Pada periode akut dan keadaan
lemah diharuskan untuk istirahat. Istirahat
mutlak tidak terbukti dapat mempercepat
penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada
mereka dengan umur tua dan keadaan umum
yang buruk.
2) Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau
muntah-muntah sebaiknya di berikan infus.
Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan
yang cukup kalori ( 30 – 35 kalori/kg BB )
dengan protein cukup ( 1 gr/kg BB ). Pemberin
lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi.
3) Medikamentosa
Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat
penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid dapat
digunakan pada kolestatis yang berkepanjangan,
dimana transamenase serum sudah kembali normal
tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat
diberikan prednisone 3 x 10 mg selama 7 hari
kemudian dilakukan tapering off.
• Berikan obat – obat yang bersifat melindungi hati.
• Antibiotic tidak jelas kegunaannya.
• Jangan diberikan antiemetic. Jika perlu sekali dapat
diberikan golongan fenotiazin.
• Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan
perdarahan. Bila pasien dalam keadaan prekoma atau
koma, penanganan seperti koma hepatik.
2. Hepatitis Kronik
Menurut Arif Mansjoer (2001: 515) Obat yang
dinilai bermanfaat untuk pengobatan hepatitis
kronik adalah interferon (IFN). Obat tersebut
adalah suatu protein selular stabil dalam asam
yang diproduksi oleh sel tubuh kita akibat
rangsangan virus atau akibat induksi
mikroorganisme, asam nukleat, anti gen,
mitogen, dan polimer sintetik. Interferon
mempunyai efek antivirus, imunomodulasi,
dan antiproliferatif.
Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah
sangat penting karena sampai saat ini belum ada
obat yang dapat membunuh virus, sehingga satu-
satunya jalan untuk mencegah hepatitis virus
adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat ini baru
ada vaksin hepatitis B saja, karena memang
Hepatitis B sajalah yang paling banyak diselidiki
baik mengenai perjalanan penyakitnya maupun
komplikasinya.
Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang
dibuat dari darah manusia yang telah kebal
Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat
dari perekayasaan sel ragi. Vaksin hepatitis
yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis
di suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan
sebanyak tiga kali, sedangan vaksin hepatitis b
yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada
penderita sebulan sekali sebanyak dua kali,
lalu suntikan ke tiga baru di beri 5 bulan
kemudian.
Vaksinasi hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini
mungkin. Bayi yang lahir dari ibu yang
mengidap penyakit hepatitis B, harus di
vaksinasi hepatitis B segera setelah lahir,
sedangkan bayi lainnya boleh diberi setelah
berumur sebulan.
Secara keseluruhan tindakan pencegahan
terhadap hepatitis adalah dengan memakai
sarung tangan bila berkontak dengan darah
/cairan tubuh lainnya, dan harus hati-hati
memasang kembali tutup jarum suntik.
Perhatikan cara pembuangan bahan-bahan
terkontaminasi dan pembersihan alat-alat dan
permukaan yang terkontaminasi.
Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan
tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam
(lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan
sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa
lokal untuk perokok.
Pengkajian Kesehatan
a. Aktivitas
- Kelemahan
- Kelelahan
- Malaise
b. Sirkulasi
- Bradikardi (hiperbilirubin berat)
- Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
- Urine gelap
- Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
- Anoreksia
- Berat badan menurun
- Peningkatan oedema
- Asites
e. Neurosensori
- Peka terhadap rangsang
- Cenderung tidur
- Letargi
- Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
- Kram abdomen
- Nyeri tekan pada kuadran kanan
- Mialgia
- Atralgia
- Sakit kepala
- Gatal (pruritus)
g. Keamanan
- Demam
- Urtikaria
- Lesi makulopopuler
- Eritema
- Splenomegali
- Pembesaran nodus servikal posterior
h. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan