Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Infeksi virus hepatitis pada kehamilan dapat disebabkan oleh banyak macam virus hepatitis, seperti
pada orang dewasa umumnya. Infeksi ini dapat menimbulkan masalah, baik pada kehamilan/persalinan
maupun pada bayi yang dilahirkannya (penularan vertical). Bayi yang tertular kemungkinan besar akan
menjadi pengidap kronik dan berakhir dengan kanker hati primer atau sirosis hati setelah dewasa. Infeksi
virus hepatitis dapat menimbulkan masalah pada kehamilan, jika terjadi infeksi akut terutama kalau terjadi
hepatitis fulminan. Hepatitis fulminan adalah suatu jenis klinis hepatitis yang jarang terjadi, dimana
perjalanan penyakitnya berkembang dengan cepat, terjadi ikterus yang semakin berat, kuning seluruh
tubuh, timbul gejala neurologi atau ensefalopati hepatic, kemudian masuk kedalam keadaan koma dan
gagal hati akut. Selain itu bayi dapat tertular dari ibu (penularan vertical) dan menjadi pengidap kronik
dengan kemungkinan terjadinya kanker hati primer atau sirosis hati. Tetapi infeksi virus hepatitis yang
sering menimbulkan masalah yang berhubungan dengan kehamilan adalah, virus hepatitis B (VHB) dan
Virus Hepatitis E (VHE). Meskipun masalah yang ditimbulkan pada kehamilan oleh VHB dan VHE
hamper sama, tetapi terdapat perbedaan pada, endemisitas, cara penularan, cara pencegahan dan
morbiditas serta mortalitas. Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan
disebut "hepatitis kronis". Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver).
Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat
tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit
hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang
kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).

1.2 Tujuan

1.2.1 tujuan umum

mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan hepatitis.
1.2.2 tujuan khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data klien dengan hepatitis

2. Mahasiswa mampu melakukan analisa data pada klien dengan hepatitis

3. Mahasiswa mampu membuat/melakukan perencanaan tindakan pada klien dengan hepatitis

4. Mahasiswa mampu melakukan rencana-rencana yang telah disusun pada klie dengan hepatitis

5. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan kepada pasien dengan hepatitis

6. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada klien dengan hepatitis


1.3 Metode Penulisan
1.3.1 Studi kepustakaan
Dalam penyusunan asuhan Kebidanan penulis memperoleh pengetahuan dan wawasan dengan membaca
literatur literatur yang berkaitan dengan Hepatitis.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I: Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan,
Sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan pustaka, menguraikan konsep dasar asuhan kebidanan
Secara teoritis.
BAB III : Tinjauan kasus, menguraikan asuhan kebidanan secara nyata
BAB IV: Merupakan bab kesimpulan dan saran yang menguraikan
Kesimpulan sebagai jasil penulisan serta menyampaikan saran
Sesuai dengan hasil penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Hepatitis merupakan suatu istilah umum untuk terjadinya peradangan pada sel-sel hati. Hepatitis
dapat disebabkan oleh kondisi non-infeksi seperti obat-obatan, alkohol, dan penyakit autoimun, atau oleh
adanya infeksi seperti hepatitis virus.
Hepatitis virus terjadi bila virus hepatitis masuk ke dalam tubuh dan kemudian merusak sel-sel hati.
Cara masuknya virus hepatitis ke dalam tubuh bisa bermacam-macam, namun yang paling sering adalah
melalui makanan dan minuman (hepatitis virus A dan E), atau melalui cairan tubuh misalnya melalui
transfusi darah, suntikan, atau hubungan seksual (hepatitis virus B, C, dan D).
Ketika virus hepatitis masuk ke dalam tubuh maka akan timbul berbagai gejala, mulai dari yang
ringan (bahkan tanpa gejala) sampai yang berat. Gejala yang dapat muncul akibat infeksi virus hepatitis
diantaranya demam, nyeri otot, gejala-gejala mirip flu (flu-like syndrome), mual atau muntah, serta nyeri
perut, yang kemudian akan diikuti mata atau kulit berwarna kuning, serta buang air kecil akan berwarna
kecoklatan. Pada sebagian besar pasien, gejala-gejala tersebut akan membaik dengan sendirinya dan akan
hilang sama sekali setelah 4-6 minggu, sementara sebagian kecil pasien keluhan-keluhan itu akan semakin
memberat sehingga memerlukan perawatan yang khusus. Kondisi sakit seperti yang disebutkan di atas
disebut sebagai hepatitis virus akut.
Bila infeksi hepatitis virus akut itu disebabkan oleh virus hepatitis A dan E, maka umumnya pasien
akan sembuh total dan penyakitnya tidak berlanjut menjadi kronik. Hepatitis virus kronik dapat terjadi
pada sebagian pasien yang mengalami infeksi hepatitis virus akut B, C, atau D. Seseorang dikatakan
menderita hepatitis kronik bila virus hepatitis atau komponen-komponennya masih ada di dalam tubuh,
dan secara perlahan tetap akan merusak sel-sel hati dan berpotensi untuk menularkan ke orang lain,
walaupun gejala-gejala sudah menghilang dan secara fisik pasien sudah segar-bugar. Hepatitis kronik
perlu mendapat perhatian khusus, karena penyakitnya bisa berlanjut menjadi sirosis hati (hati mengecil
akibat sel-sel hati banyak yang digantikan jaringan parut) dan bahkan bisa menjadi kanker hati.
Diperkirakan bahwa sekitar 10 hingga 30% dari pengidap hepatitis B dan C akan berkembang menjadi
sirosis dan kanker hati. Baik sirosis atau kanker hati merupakan suatu kondisi akhir dari suatu penyakit
hati kronik, dengan berbagai gejala dan komplikasi yang berat dan mengancam nyawa (seperti perdarahan
saluran cerna, gagal hati, penurunan kesadaran, gangguan mekanisme pembekuan darah, infeksi di
rongga perut yang penuh terisi cairan, sampai pada kematian).
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat atau
agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus,
obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)

2.2 Etiologi Dan Faktor Resiko


1. Hepatitis A
a. Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27 nm
b. Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia,dibawah oleh
air dan makanan
c. Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari
d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan
penduduk yang sangat padat.
2. Hepetitis B (HBV)
a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm
b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi
akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
c. Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik,
staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif
dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
3. Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang
diameternya 30 – 60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh
kontak seksual.
c. Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 har
d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B

2.3 Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh
sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga
terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat
diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai
hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel
hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati
dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan
pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak
menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati
2.4 Manifestasi Klinik
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat
dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing – amsing stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula terlihat pada sklera,kemudian
pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah.
Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi.
Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena
penyebab yang biasanya berbeda.
2.4 Tes Diagnostik
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan
skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati)atau
mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh
hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya
gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin
terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.
2.5 Penatalaksanaan Medik
Tidak ada terpi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang
cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan intravena mungkin perlu selama
fase akut bila pasienterus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala
mereda dan tes fungsi hati kembali normal.

4. Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm
b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki kebiasaan memakai
obat terlarang dan penderita hemovilia
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.

5. Hepattitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 – 36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia
dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan
makanan, minum minuman yang terkontaminasi.
2.5 Hepatitis Pada Kehamilan
Sama seperti pada orang pada umumnya, seorang ibu yang hamil dapat berisiko mengalami hepatitis virus
dan seseorang yang sudah mengalami hepatitis kronik dapat hamil. Semua jenis virus hepatitis dapat
menginfeksi ibu hamil, dan dapat menimbulkan gejala hepatitis virus akut. Gejala dan tanda infeksi
hepatitis virus akut yang terjadi pada kehamilan umumnya tidak banyak berbeda dengan mereka yang
tidak hamil. Yang perlu dilakukan adalah memeriksakan diri ke dokter bila muncul gejala-gejala yang
sudah disebutkan di atas tadi untuk memastikan apakah ini suatu hepatitis virus atau bukan, menentukan
jenis virus apa yang menginfeksi, serta menentukan derajat kerusahan sel hati yang terjadi. Biasanya
dokter akan menganjurkan perawatan di rumah sakit untuk memantau perkembangan penyakitnya, serta
memastikan bahwa pasien cukup istirahat dan mendapat asupan makanan yang baik. Umumnya ibu hamil
yang mengalami hepatitis virus akut akan sembuh dalam 4 sampai 6 minggu.
Menentukan jenis virus hepatitis apa yang menginfeksi merupakan hal penting, sebab seperti yang telah
disebutkan di atas, bila virus hepatitis B dan C yang menginfeksi maka perlu dilakukan langkah-langkah
lebih lanjut untuk mengantisipasi perkembangan penyakit lebih lanjut serta mencegah penularan penyakit
ke janin atau bayi. Bila ibu hamil terinfeksi hepatitis virus B atau C, maka dokter akan melakukan
berbagai pemeriksaan lanjutan untuk menentukan apakah hepatitis virusnya dalam kondisi aktif dan
menularkan ke orang lain atau tidak, termasuk ke janinnya.

2.5.1 Infeksi hepatitis pada ibu hamil

Merupakan masalah yang serius. Infeksi hepatitis ditularkan melalui cara horizontal yaitu melalui

parenteral dengan terpapar darah, semen, sekresi vagina, saliva dan vertikal ibu ke janin. Penularan secara

vertikal dapat melalui beberapa cara yaitu melaui plasenta, kontaminasi darah selama melahirkan,

transmisi fekal-oral pada masa puerperium atau permulaan partus, transmisi melalui laktasi (Akbar,1996;

Reinus,1999; Cunningham,2001).

2.5.2Pengaruh Hepatitis Terhadap Janin/Neonatus

3,5 % Risiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu terinfeksi pada trimester ketiga

atau masa nifas ; dan risiko ini jauh lebih rendah (5-10%) jika ibu terinfeksi pada awal kehamilan.

Sebagian besar infeksi pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat persalinan dan kelahiran atau

melalui kontak ibu bayi, daripada secara transplasental.Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan

tanda infeksi ikterus ringan, mereka cenderung menjadi carrier. Status carrier ini dipertimbangkan akan

menjadi sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler. Infeksi kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang

terinfeksi, 60% pada anak < 5 tahun dan 2%-6% pada dewasa. Diantaranya, seseorang dengan infeksi

kronik HBV, risiko kematian dari sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 15% - 25%. Infeksi HBV

bukan merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun, terdapat insidens berat lahir rendah yang lebih tinggi

diantara bayi-bayi dengan ibu yang menderita infeksi akut selama hamil. Pada satu penelitian hepatitis

akut maternal (tipe B atau non-B) tidak mempengaruhi insidens dari malformasi kongenital, lahir mati,
abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi, hepatitis akut menyebabkan peningkatan insidens

prematuritas.

2.5.3Antepartum

Infeksi hepatitis kadang tidak disadari karena hanya menimbulkan demam ringan.

Hanya30%penderita yang mengalami kuning, mual, muntah, dan nyeri perut kanan atas. Oleh karena itu,

diagnosis ditegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah yang spesifik untuk hepatitis (HbsAg, anti-

HBs) dan fungsi hati yaitu enzim SGOT dan SGPT. Infeksi hepatitis tidak menyebabkan kematian atau

kecacatan pada janin. Namun infeksi saat kehamilan kerap berkaitan dengan berat lahir rendah dan lahir

prematur. Penularan ke bayi lebih besar terjadi jika ibu terinfeksi pada trimester ke tiga, yaitu 10% pada

trimester pertama dan 60-90% pada trimester ketiga.


2.5.4 Yang harus dilakukan oleh ibu hamil
a. Mendapat kombinasi antibodi pasif (immunoglobulin) dan imunisasi aktif vaksin hepatitis.
b.Tidak minum alkohol

c. Menghindari obat-obatan yang hepatotoksis seperti asetaminofen yang dapat memperburukkerusakan


hati
d. Tidak mendonor darah, bagian tubuh dan jaringan. Tidak menggunakan alat pribadi yang dapat terpapar darah
dengan orang lain
e. Menginformasikan pada dokter anak, dokter Kebidanan dan bidan bahwa mereka carrier hepatitis, Memastikan
bahwa bayi mereka mendapat vaksin hepatitis waktu lahir, umur 1 bulan, dan 6 bulan.
f. Kontrol sedikitnya setahun sekali ke dokter
g. Mendiskusikan risiko penularan dengan pasangan mereka dan mendiskusikan pentingnya konseling dan
pemeriksaan

2.5.5 Persalinan
Walaupun persalinan secara seksio sesarea sudah dianjurkan dalam arti untuk penurunan transmisi HBV
dari ibu ke anak, jenis persalinan ini tidak berarti secara bermakna dapat menghentikan transmisi HBV.
Tetapi seksio sesarea sangat disarankan oleh Centers for Disease Control (CDC) dan American College of
Obstetricians and Ginyecologists (ACOG)

2.5.6 Bayi baru lahir


Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik) harus di terapi dengan
kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan vaksin hepatitis.
2.5.7 Apakah boleh menyusui
Dengan imunoprofilaksis hepatitis yang sesuai, menyusui tidak memperlihatkan risiko tambahan untuk
penularan dari carrier virus hepatitis Asalkan bayi sudah mendapatkan HBIG dan vaksin hepatitis selama
12 jam pertama kelahiran, maka ibu dapat menyusui tanpa khawatir si kecil tertular. Awasi juga keadaan
puting ibu, agar tidak terluka atau lecet. Setiap ibu selesai menyusui, puting susu dibersihkan dengan air
hangat tanpa sabun. Sabun dapat membuat kulit kering dan mudah luka.

2.5.8 Prevalensi
HbsAg pada wanita hamil di perkotaan pada bangsa kulit putih non hispanik sebesar 0,60%, kulit hitam
non hispanik 0,97 %, hispanik 0,14 % dan bangsa Asia 5,79 %. Insiden batu empedu selama kehamilan
meningkat. Pada suatu penelitian di Italia dengan pemeriksaan ultrasound didapatkan lebih dari 40 %
wanita hamil mengidap batu empedu. Hal ini dihubungkan dengan hasil lithogenik peningkatan saturasi
kolesterol dan penurunan asam deoksiribonukleik pada kandung empedu selama periode tingginya
konsentrasi estrogen dan pengurangan fungsi pengosongan kandung empedu selama kehamilan. Setiap
tahun di Amerika Serikat diperkirakan 250.000 orang, terinfeksi virus Hepatitis, tiga puluh lima ribu
diantaranya anak-anak, sekitar 5.000 orang meninggal karenanya. Diseluruh dunia, 350 juta orang
terinfeksi kronis, menyebabkan 1 sampai 2 juta kematian tiap tahunnya. Penularan perinatal dari ibu
pengidap HBs Ag kepada anaknya merupakan jalur transmisi penting untuk terjadinya kronisitas infeksi.
Pada tinjauan kasus ini kami akan membahas penanganan seorang penderita Hepatitis Akut dengan
kehamilannya.

2.5.9 Siapa yang harus menjalani pemeriksaan


1. Semua wanita hamil saat ANC pertama kali harus di cek HBsAg.
2. Setiap wanita yg akan melahirkan yang tidak menjalani pmeriksaan HBsAg saat kunjungan ANC-nya.
3. Lebih dari 90% dari perempuan ditemukan HBsAg positif pada rutin pemutaran film akan
4. Semua rentan kontak (termasuk semua anggota keluarga) dengan panel hepatitis (HBsAg, antiHBc, antiHBs).
5. Skrining dan vaksinasi yang rawan kontak harus dilakukan

2.4.10 Rekomendari untuk perempuan

Advisory Committee on Immunization Practice, mereka merekonmendasikan semua perempuan hamil

diperiksa HbsAg pada masa kehamilan awal. Setiap bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif atau ibu

yang HbsAg-nya tidak diketahui, harus mendapat vaksin hepatitis dan HBIG (hepatitis Immunoglobulin).

Booster vaksin hepatitis kemudian diberikan dua kali yaitu saat bayi berusia 1 bulan dan usia 3-6 bulan.

Setelah vaksin diberikan lengkap, maka pada usia 9-18 bulan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan HbsAg

dan anti-HBs. Bila pemeriksaan anti-HBs dilakukan sebelum usia 9 bulan, bisa jadi anti-HBS positif akibat

pemberian HBIG dan bukan antibodi yang dihasilkan oleh si bayi.


2.5.11 Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Penderita
harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal.
Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat.Pemakaian
obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari.Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu
diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-
partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode
post natal dengan dilakukan pemeriksaantransaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus
antigensecara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatankhusus bila tidak mengalami
penyulit-penyulit lain.
2.5.12 Pencegahan
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung denganpenderita hepatitis virus A hendaknya diberi
immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin ternyatatidak efektif untuk mencegah
hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk
mempermudah penularan hepatitis virus.Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-
kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan
pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal.Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap
dilakukanpemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bu-lan dan enam bulan kemudian.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai