Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan
sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi
racun dalam tubuh seperti alkohol, menyaring produk-produk yang tidak
berguna lagi dari darah dan bertindak sebagai semacam pengaruh bagian
tubuh yang menjamin terjadinya keseimbangan zat-zat kimia dalam sistem
itu.
Salah satu penyakit yang menyerang hati adalah penyakit hapatitis.
Istilah ” Hepatitis ” dipakai untuk semua jenis peradangan hati (liver)
disebabkan mulai dari virus atau obat-obatan. Virus yang menyebabkan
penyakit ini berada dalam cairan tubuh manusia yang sewaktu-waktu bisa
ditularkan keorang lain. Beberapa jenis virus hepatitis yang diketahui
diantaranya adalah : Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D,
Hepatitis F, dan Hepatitis G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa
akut (Hepatitis A), bisa kronik (Hepatitis B & Hepatitis C) dan bisa juga
kemungkinan menjadi kanker hati (Hepatitis B).
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada
kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar
oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen
virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus
akut. (Ester Monica, 2002)
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan,
memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari
sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus
hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-
kasus subklinis, ketidak berhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan
dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang
kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001)

1
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan
keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga
akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang
Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan,
penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu hepatitis A?
2. Apa penyebab dan bagaimana cara penularan penyakit hepatitis A?
3. Apa tanda dan gejala dari penyakit hepatitis A?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit hepatitis A?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian, cara penularan dan cara pencegahan
penyakit hepatitis A.
1.4 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan tentang pengertian dan cara pencegahan
penyakit hepatitis A.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hepatitis adalah proses peradangan difus pada sel hati. Secara populer
juga dikenal dengan sebutan penyakit hati, sakit liver, atau sakit kuning.
Penyakit hepatitis terbanyak disebabkan oleh virus. Berdasarkan perjalanan
penyakitnya dibedakan menjadi hepatitis akut dan hepatitis kronis. Disebut
hepatitis kronis, bila penyakitnya masih berlangsung setelah 6 bulan.
Sedangkan hepatitis A adalah hepatitis yang disebabkan oleh infeksi
Hepatitis A Virus (HAV).
2.2 Etiologi Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh hepatitis A virus. Virus ini termasuk
virus RNA, serat tunggal, dengan berat molekul 2,25-2,28 x 106 dalton,
simetri ikosahedral, diameter 27-32 nm dan tidak mempunyai selubung.
Mempunyai protein terminal VPg pada ujung 5’nya dan poli (A) pada ujung
3’nya. Panjang genom HAV: 7500-8000 pasang basa. Hepatitis A virus
dapat diklasifikasikan dalam famili picornavirus dan genus hepatovirus.
2.3 Transmisi Hepatitis A Virus
Virus ini menyebar terutama melalui ingests makanan atau air yang
terkontaminasi dengan tinja orang yang terinfeksi. Dapat juga ditularkan
melalui hubungan seksual. Penyakit ini terutama menyerang golongan sosial
ekonomi rendah yang sanitasi dan kebersihannya kurang baik.
2.4 Patogenesis Hepatitis A Virus
HAV didapat melalui transmisi fecal-oral; setelah itu orofaring dan
traktus gastrointestinal merupakan situs virus ber-replikasi. Virus HAV
kemudian di transport menuju hepar yang merupakan situs primer replikasi,
dimana pelepasan virus menuju empedu terjadi yang disusul dengan
transportasi virus menuju usus dan feses. Viremia singkat terjadi
mendahului munculnya virus didalam feses dan hepar. Pada individu yang
terinfeksi HAV, konsentrasi terbesar virus yang di ekskresi kedalam feses
terjadi pada 2 minggu sebelum onset ikterus, dan akan menurun setelah
ikterus jelas terlihat. Anak-anak dan bayi dapat terus mengeluarkan virus

3
selama 4-5 bulan setelah onset dari gejala klinis. Berikut ini merupakan
ilustrasi dari patogenesis hepatitis A.

HAV masuk ke hati dari saluran pencernaan melalui aliran darah,


menuju hepatosit, dan melakukan replikasi di hepatosit yang melibatkan
RNA-dependent polymerase. Dari hepar HAV dieliminasi melalui sinusoid,
kanalikuli, masuk ke dalam usus sebelum timbulnya gejala klinis maupun
laboratoris.
2.5 Manifestasi Klinis Hepatitis A Virus
Gejala awal yang dapat muncul meliputi pusing, mual-mual, muntah,
sakit tenggorokan, diare, kehilangan nafsu makan, kelelahan dan nyeri pada
otot serta sendi. Ketika organ hati Anda mulai terserang, ada beberapa
gejala yang akan muncul, yaitu urin berwarna gelap, tinja berwarna kuning
pucat, sakit kuning serta pembengkakan hati yang terasa sakit jika perut
kanan atas ditekan.
Tidak semua pengidap hepatitis A akan menunjukkan gejala. Karena
itu, penyakit ini kadang sulit disadari. Masa sejak masuknya virus sampai
muncul gejala hepatitis A membutuhkan sekitar 14-40 hari. Tetapi masa
inkubasi yang dialami sebagian besar pengidap penyakit ini sekitar tiga
minggu.

4
Pengidap hepatitis A anak-anak di bawah usia enam tahun cenderung
tidak menunjukkan gejala. Hanya satu dari 10 yang mengalami sakit kuning.
Sedangkan pada remaja dan orang dewasa, penyakit ini biasanya
menyebabkan gejala yang lebih parah dan sekitar tujuh di antara 10 akan
mengalami sakit kuning.
Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi
asimptomatik tanpa ikterus sampai yang sangat berat yaitu hepatitis
fulminant yang dapat menimbulkan kematian hanya dalam beberapa hari.
Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase
prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan).
2.5.1 Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang
fase ini tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan,
makin besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Pada hepatitis
A fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata 28-
30 hari.
2.5.2 Fase Prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya
gejala ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan
malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas
atas dan anorexia. Mual muntah dan anoreksia berhubungan dengan
perubahan penghidu dan rasa kecap. Demam derajat rendah umunya terjadi
pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di
kuadran kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas
akan tetapi jarang menimbulkan kolesistitis.
2.5.3 Fase Ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan
dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi.
Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi
justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.

5
2.5.4 Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan
sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan
membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan
laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-10% kasus perjalanan
klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya < 1% yang menjadi
fulminant.
2.6 Komplikasi
Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A umumnya tidak
menyebabkan penyakit hati jangka panjang (kronis) dan jarang yang
berakibat fatal. Tapi beberapa kelompok seperti manula, orang dengan
penyakit kronis seperti diabetes, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
menurun seperti penderita HIV dan orang yang telah menderita penyakit
hati sebelum terinfeksi hepatitis A lebih rentan untuk mengalami
komplikasi. Berikut adalah komplikasi yang bisa terjadi:
1) Risiko Mengalami Gagal Hati
Komplikasi ini terjadi ketika fungsi hati menurun drastis. Gagal
hati dapat menyebabkan pengidapnya mengalami sakit kuning, mual dan
muntah-muntah. Perubahan fisik juga akan terjadi, misalnya rambut
rontok, mudah lebam dan berdarah seperti mimisan serta munculnya
penumpukan cairan pada perut dan kaki. Penderita gagal hati juga
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Walau jarang terjadi, risiko gagal
hati tetap harus diwaspadai karena perkembangan kondisi pengidapnya
perlu terus dipantau oleh dokter spesialis hati.
2) Risiko Kambuhnya Infeksi
Infeksi hepatitis A terkadang dapat datang kembali. Kambuhnya
hepatitis A bisa terjadi lebih dari satu kali setelah infeksi pertama.
3) Risiko Mengalami Kolestasis
Kolestasis biasanya terjadi pada pengidap hepatitis A yang berusia
lebih tua. Kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan
khusus. Komplikasi ini terjadi ketika cairan empedu menumpuk di dalam

6
hati. Gejala-gejalanya meliputi penurunan berat badan, demam, sakit
kuning yang tidak kunjung sembuh dan diare.
2.7 Diagnosis Hepatitis A Virus
Untuk menegakan diagnosis HAV diperlukan beberapa pemeriksaan.
Pemeriksaan tersebut antara lain adalah:
1) Pemeriksaan Klinis
Diagnosis klinik ditegakan berdasarkan keluhan seperti demam,
kelelahan, malaise, anorexia, mual dan rasa tidak nyaman pada perut.
Beberapa individu dapat mengalami diare. Ikterus (kulit dan sclera
menguning), urin berwarna gelap, dan feses berwarna dempul dapat
ditemukan beberapa hari kemudian. Tingkat beratnya penyakit
beraragam, mulai dari asimtomatik (biasa terjadi pada anak-anak), sakit
ringan, hingga sakit yang menyebabkan hendaya yang bertahan selama
seminggu sampai sebulan.
2) Pemeriksaan Serologik
Adanya IgM anti-HAV dalam serum pasien dianggap sebagai gold
standard untuk diagnosis dari infeksi akut hepatitis A. Virus dan antibodI
dapat dideteksi dengan metode komersial RIA, EIA, atau ELISA.
Pemeriksaan diatas digunakan untuk mendeteksi IgM anti-HAV dan total
anti-HAV (IgM dan IgG). IgM anti-HAV dapat dideteksi selama fase
akut dan 3-6 bulan setelahnya. Dikarenakan IgG anti-HAV bertahan
seumur hidup setelah infeksi akut, maka apabila seseorang terdeteksi IgG
anti-HAV positif tanpa disertai IgM anti-HAV, mengindikasikan adanya
infeksi di masa yang lalu. Pemeriksaan imunitas dari HAV tidak
dipengaruhi oleh pemberian passive dari Immunoglobulin/Vaksinasi,
karena dosis profilaksis terletak dibawah level dosis deteksi.
3) Pemeriksaan Penunjang Lain
Diagnosis dari hepatitis dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan
biokimia dari fungsi liver (pemeriksaan laboratorium dari: bilirubin urin
dan urobilinogen, total dan direct bilirubin serum, alanine transaminase
(ALT) dan aspartate transaminase (AST), alkaline phosphatase (ALP),
prothrombin time (PT), total protein, serum albumin, IgG, IgA, IgM, dan

7
hitung sel darah lengkap). Apabila tes lab tidak memungkinkan,
epidemiologic evidence dapat membantu untuk menegakan diagnosis
2.8 Terapi
Tujuan dari terapi ini untuk meningkatkan seroklirens, mencegah
perkembangan penyakit ke arah sirosis, dan meminimalkan kerusakan hati
pada pasien.
1) Terapi nonfarmakologi
a. Konseling
b. Vaksinasi dan imunisasi
c. Hindari konsumsi alkohol
d. Ajak pasien untuk berkonsultasi sebelum menggunakan obat baru,
termasuk obat herbal dan obat tanpa resep.
2) Terapi farmakologi
a. Interferon (IFN)
Merupakan sitokin yang memiliki efek antivirus, antiproliferatif,
dan imunomodulator. Pemberian IFN memerlukan frekuensi
pemberian 3 kali seminggu, sehingga digantikan oleh pegylated-IFN
(PEG-IFN). PEG-IFN memiliki waktu paruh yang lebih panjang dari
pada IFN, dapat diberikan 1 kali/minggu. Efek sampingnya adalah
kelelahan, demam, sakit kepala, mual, tidak nafsu makan, kekakuan,
mialgia, artralgia, nyeri muskuloskeletal, insomnia, depresi,
cemas/emosi labil, alopesia, reaksi di tempat injeksi.
b. Lamivudine
Merupakan analog nukleosida. Memiliki aktivitas antivirus pada
HBV maupun HIV. Dosis untuk dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x
sehari, dan untuk anak usia 2 – 11 tahun : 3 mg/kg 1 x sehari
(maksimum 100 mg/hari). Efek sampingnya adalah diare, nyeri perut,
ruam, malaise, lelah, demam, anemia, neutropenia, trombositopenia,
neuropati, jarang pankreatitis

8
c. Adefovir
Merupakan analog nukleosida asiklik dari AMP (adenosine
monophosphate). Mekanisme kerja yaitu menghambat polimerase
DNA HBV. Dosis 10 mg/hari selama 1 tahun.
d. Entecavir
Merupakan analog nukleosida dari guanosin. Mekanisme kerja
yaitu menghambat polimerase HBV. Lebih poten daripada lamivudine
dan efektif pada HBV resisten lamivudine. Dosisnya 0,5 mg/hari atau
1 mg/hari pada pasien dengan HBV resisten lamivudine
2.9 Pencegahan Hepatitis A
Pencegahan hepatitis A yang utama adalah dengan menjaga
kebersihan. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah mudah seperti:
a. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, contohnya sebelum
makan, sebelum mengolah makanan dan setelah ke toilet.
b. Jangan berbagi barang-barang pribadi seperti sikat gigi atau handuk.
c. Jangan saling meminjamkan peralatan makan.
d. Selalu memasak makanan sampai matang dan merebus air sampai
mendidih.
e. Hindari jajan di pedagang kaki lima yang kebersihannya kurang terjaga.
f. Hindari konsumsi makanan mentah yang berasal dari perairan yang
terkontaminasi, misalnya tiram.
Pencegahan infeksi hepatitis A juga dapat dicegah melalui vaksinasi
yang dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu 6-12 bulan. Vaksin
ini dianjurkan bagi mereka yang berisiko tinggi terkena hepatitis A,
misalnya pengidap penyakit hati kronis, pria yang berhubungan seks dengan
sesama pria, orang yang sering menggunakan jarum suntik seperti pengguna
obat-obatan terlarang dan orang yang bekerja di area yang berhubungan
dengan kotoran seperti selokan.
Di negara Indonesia sendiri, vaksin ini tidak termasuk ke dalam
imunisasi wajib. Tetapi telah tersedia dan bisa diberikan mulai dari anak
yang berusia dua tahun hingga orang dewasa.

9
2.10 Pengobatan Hepatitis A
Penyakit ini tidak memiliki langkah penanganan khusus. Pemulihan
hanya bergantung pada sistem kekebalan tubuh yang melenyapkan virus
dengan sendirinya. Langkah pengobatan hepatitis A bertujuan meringankan
gejala-gejala yang dialami. Langkah-langkah pengobatannya meliputi:
a. Banyak beristirahat. Pengidap hepatitis A pasti akan mengalami
kelelahan, terutama pada awal infeksi.
b. Mengatasi mual-mual dan muntah, misalnya dengan menghindari
makanan berlemak dan makan dengan porsi sedikit. Jika gejala ini tidak
berkurang, dokter biasanya menganjurkan konsumsi obat antimuntah
seperti metoclopramide. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, kapsul,
serbuk serta lewat suntikan.
c. Jangan mengonsumsi minuman keras atau obat-obatan yang berdampak
pada hati agar organ hati Anda juga bisa beristirahat. Jika ada obat-
obatan tertentu yang harus Anda gunakan, diskusikanlah dosis atau jenis
obat yang aman dengan dokter.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis A adalah penyakit peradangan difus pada sel hati yang
disebabkan oleh Hepatitis A Virus. Cara penularan penyakit ini yaitu
melalui ingests makanan atau air yang terkontaminasi dengan tinja orang
yang terinfeksi. Dapat juga ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit
ini terutama menyerang golongan sosial ekonomi rendah yang sanitasi dan
kebersihannya kurang baik. Cara pencegahan penyakit Hepatitis A yaitu
dengan cara menggunakan air yang bersih, baik untuk mandi, minum,
maupun mencuci tangan atau pakaian, menjaga kebersihan lingkungan, dan
mendapatkan imunisasi aktif serta pasif untuk HAV.
3.2 Saran
Infeksi hepatitis terjadi dengan menyerang salah satu organ paling
penting yaitu hati. Dalam hal ini yang perlu kita lakukan untuk mencegah
penyakit ini sebaiknya masyarakat lebih menjaga diri dari keterpaparan
penyakit ini dan lebih dini untuk memeriksakan diri ke dokter, serta rajin
dalam menjaga kebersihan.

11

Anda mungkin juga menyukai