Anda di halaman 1dari 8

Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

HITUNG JUMLAH KOLONI JAMUR DAN IDENTIFIKASI JAMUR PADA


SPUTUM PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DARI RUMAH SAKIT X DAN Y
DI JAKARTA
Lenggo Geni1, Zuraida2,Vivi Violita3

1
Prodi D III Analis Kesehatan Universitas MH Thamrin
Alamat Korespondensi
Prodi D III Analis Kesehatan Universitas MH Thamrin
Jl.Raya Pondok Gede no.23-25 Kramat Jati, Jakarta Timur

ABSTRAK

Infeksi jamur pada penderita TB paru merupakan infeksi sekunder yang disebabkan karena terdapatnya kelainan atau
kerusakan jaringan paru pada penderita TB paru berupa kavitas, bronkiektasis, destroyed lung dan sebagainya. Selain
itu, pemakaian antibiotik secara luas juga akan menekan flora normal sehingga pertumbuhan jamur oportunistik tidak
terhambat. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui keberadaan jamur pada sampel sputum penderita TB paru.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui prosentase jamur, jumlah koloni jamur dan jenis jamur
yang terdapat pada sampel sputum penderita TB paru.

Sampel yang digunakan yaitu sputum penderita TB paru (BTA +) dengan jumlah seluruh sampel ada 84 sampel.
Kemudian dilakukan pemeriksaan langsung dan biakan dengan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA +), untuk
melihat jumlah koloni jamur dan spesies jamur yang terdapat dalam sampel.

Hasil pemeriksaan dari 84 sampel sputum penderita TB paru (BTA +) didapatkan sebanyak 79 sampel (94%) positif
tumbuh jamur pada biakan. Hasil hitung jumlah koloni jamur terbanyak yang ditemukan yaitu jamur khamir dengan
jumlah koloni <100 koloni/ml sebanyak 52 sampel (69,3%), sedangkan jumlah koloni jamur kapang dengan jumah
koloni <2 koloni/ml sebanyak 19 sampel (48,7%). Adapun hasil identifikasi jamur yang terdapat pada sampel yaitu
Non Candida albicans sebesar 37 (29,3%), Candida albicans sebesar 39 (30,9%), Aspergillus fumigatus sebesar 19
(15,2%), Aspergillus flavus sebesar 18 (14,2%), Aspergillus niger sebesar 9 (7,2%) dan Rhizopus sp sebesar 4 (3,2%).

Kata Kunci : TB Paru, Koloni Jamur

PENDAHULUAN jamur paru dari berbagai cara pengambilan spesimen


Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit radang terhadap penderita penyakit paru yang dicurigai
parenkim paru karena infeksi Mycobacterium terinfeksi jamur paru didapatkan 82,1% positif jamur.
tuberculosis. Tuberkulosis paru mencakup 80% dari Kebanyakan yang positif adalah penderita TB paru
keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan (67,8%) baik TB yang masih aktif maupun sudah tidak
20% selebihnya merupakan tuberkulosis ekstrapulmonar aktif lagi (Sukamto, 2004 : 15).
(Djojodibroto, 2007 : 151). Penelitian konfirmasi TB di sepuluh laboratorium
World Health Organization (WHO) memperkirakan kabupaten Washim, Maharashtra, India, sampel yang
bahwa sepertiga dari penduduk dunia (lebih dari 2 miliar digunakan untuk analisis jamur adalah sampel sputum
orang) terinfeksi TB. Setiap tahun, delapan juta orang penderita TB kronis dan penderita bergejala (non TB).
menderita TB dan 95% dari mereka berada di negara Hasilnya penderita tuberkulosis paru yaitu 500 penderita
berkembang, India, Cina dan Indonesia mencapai dan 203 diantaranya menderita infeksi mikotik.
setengah dari kasus (Narain, Pontali, dan Tripathy, 2002 : Persentase infeksi mikotik pada penderita TB paru adalah
3). 46% (Bansod dan Rai, 2008 : 74).
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama Infeksi mikotik dari 200 sampel sputum positif
kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia penderita TB paru ditemukan 160 Aspergillus fumigatus,
merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan 55 Aspergillus niger, 182 Cryptococcus neoformans, dan
Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah 163 Histoplasma capsulatum. Sedangkan infeksi mikotik
pasien TB di dunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap dalam 50 sampel sputum penderita gejala TB paru
tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 ditemukan 8 Aspergillus fumigatus, 5 Aspergillus niger, 6
orang. Insidensi kasus TB Basil Tahan Asam (BTA) Cryptococcus neoformans, dan 4 Histoplasma
positif sekitar 110 per 100.000 penduduk (Depkes RI, capsulatum (Bansod dan Rai, 2008 : 78).
2007 : 4), masih tingginya kekerapan tuberkulosis paru di Di Indonesia data angka kejadian penyakit jamur
Indonesia merupakan salah satu penyebab tingginya paru belum ada hanya beberapa laporan mengenai infeksi
infeksi jamur paru di Indonesia.Penelitian yang dilakukan jamur paru telah dilaporkan. Namun demikian adanya
di Unit Pelayanan Fungsional (UPF) Paru RS kecenderungan peningkatan kekerapan penyakit jamur
Persahabatan Jakarta dengan melakukan pemeriksaan paru akibat berbagai situasi di Indonesia harus
37
Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016
diantisipasi berdasarkan masih tingginya kekerapan TB menginokulasikan bahan sampel pada media biakan yang
paru yang dengan obat anti tuberkulosa dapat sesuai (Pelczar dan Chan, 2009 : 661).
disembuhkan namun meninggalkan lesi sisa seperti Tingginya penularan dan infeksi TB paru berkaitan
kavitas, bronkiektasis, destroyed lung, dan sebagainya dengan beberapa faktor determinan, diantaranya faktor
(Sukamto, 2004 : 5). lingkungan (tempat tinggal dan pekerjaan), karakteristik
Jamur terdapat dimana-mana dan pajanan terhadap individu (umur, jenis kelamin, status gizi), perilaku
saluran nafas sulit dihindarkan sehingga paru merupakan (kebiasaan merokok, pengetahuan, pendidikan), dan
salah satu target infeksi oleh jamur. Kelompok jamur adanya riwayat penyakit Diabetes Melitus (DM) dan
oportunistik hanya menginfeksi pejamu dengan gangguan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
pada sistem imun atau terdapat faktor predisposisi. Pada (Misnadiarly dan Sunarno, 2009 : 57 dan 62).
keadaan normal spora jamur oportunistik sulit
menginvasi mukosa saluran nafas. Pada pasien dengan Mikosis Sistemik
immunocompromissed, spora yang terinhalasi dan Mikosis sistemik atau mikosis dalam merupakan
berkolonisasi akan menginvasi jaringan paru dan penyakit yang terutama disebabkan oleh jamur seringkali
berkembang sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan parah atau mematikan, organisme penyebabnya
paru dan menimbulkan gejala klinis menyerang jaringan di bawah kulit atau paru-paru, dari
(http://www.klikparu. com/2013/02/ jamur-paru.html). situ lalu dapat menyebar ke organ-organ lain dalam
Gejala umum infeksi jamur paru sama dengan tubuh, kemudian menetap dan menimbulkan penyakit
infeksi mikroba lainnya, antara lain batuk-batuk, batuk (Pelczar dan Chan, 2009 : 674).
darah, banyak dahak, sesak, demam, nyeri dada dan bisa Penyebab mikosis dalam ialah jamur patogen atau
juga tanpa gejala. Pada penderita TB paru dengan defek jamur saprofit yang menjadi patogen karena adanya
anatomi paru disertai pemberian obat anti tuberkulosa faktor predisposisi atau terdapat gangguan sistem imun
dalam waktu lama akan menekan flora normal sehingga (pasien dalam keadaan immunocompromissed)
pertumbuhan jamur oportunistik tidak terhambat (Sjarifuddin dan Susilo dalam Gandahusada, Ilahude, dan
(Sukamto, 2004 : 1 dan 7). Pribadi, 1998 : 296).
Infeksi jamur paru sering menyertai penyakit lain dan Menurut Pelczar dan Chan (2009:674), faktor-faktor
tidak ada gejala yang khas sehingga infeksi jamur sering yang mempengaruhi seseorang menjadi lebih rentan
tidak terdiagnosa dan keberadaan jamur dalam paru pun terhadap infeksi jamur sistemik ialah :
tidak diketahui, untuk itu pemeriksaan laboratorium 1. Adanya penyakit kronis yang melemahkan seperti
sangat penting dengan mengidentifikasi adanya jamur kanker, diabetes, leukemia, dan TBC.
pada sampel sputum dan hitung jumlah koloni jamur 2. Penggunaan obat-obatan baru seperti antibiotik dan
untuk melihat apakah jamur hanya merupakan flora hormon, yang menyebabkan perubahan metabolisme
normal ataukah penyebab terjadinya infeksi pada paru. tubuh atau mengganggu hubungan normal di antara
organisme pada atau dalam tubuh.
Adapun Tujuan Penelitian untuk Mengetahui 3. Luka setempat yang disebabkan oleh kekurangan
keberadaan jamur pada sampel sputum penderita vitamin, iradiasi, atau faktor lain yang memungkinkan
tuberkulosis paru. masuknya jamur ke jaringan sebelah dalam.

TINJAUAN TEORITIS Jamur Penyebab Mikosis Paru


1. Dahak 1. Jamur patogen sistemik
Dahak yang mungkin disertai lendir, nanah atau Jamur ini dapat menginvasi dan berkembang pada
mengandung darah. jaringan host normal tanpa adanya predisposisi.
2. Sakit dada Prevalensi infeksi jamur patogen sistemik ini lebih
Kadang-kadang hanya berupa nyeri yang ringan, rendah dibandingkan infeksi jamur oportunistik.
kadang-kadang lebih sakit sewaktu menarik napas Menurut Sukamto (2004 : 2), beberapa jamur
dalam. patogen yang dapat menginfeksi paru adalah
3. Sesak napas Histoplasmosis, Koksidioidomikosis,
Disebabkan oleh penyakit yang luas pada paru atau Parakoksidioidomikosis, Blastomikosis, dan
oleh pengumpulan cairan di rongga pleura sebagai Kriptokokosis.
komplikasi tuberkulosis paru. 2. Jamur oportunistik
4. Mengi (Wheezing) lokal Organisme oportunistik artinya dalam keadaan
Kadang-kadang terdengar mengi (wheeze) setempat normal sifatnya non pathogen tetapi dapat berubah
pada pasien. Ini disebabkan bronkitis TB atau akibat menjadi patogen bila keadaan tubuh melemah, dimana
tekanan kelenjar getah bening pada bronkus. mekanisme pertahanan tubuh terganggu. Menurut
Diagnosis sementara tuberkulosis dapat dilakukan Sukamto (2004:2), infeksi jamur paru yang disebabkan
dengan mengamati adanya batang tahan asam pada jamur oportunistik adalah kandidiasis dan aspergilosis.
olesan dahak, cairan pleura, air seni, atau fluida tulang Edward Ringel (2012 : 314) juga menyebutkan bahwa
belakang. Namun diagnosis yang pasti bergantung mukormikosis juga termasuk infeksi jamur yang
kepada terisolasinya dan teridentifikasinya basilus yang disebabkan jamur oportunistik.
bersangkutan dari penderita. Ini dapat dilakukan dengan

38
Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016
Keberadaan Jamur pada Penderita TB Paru 3. Berdasarkan buku Besar Sampel dan Cara
Infeksi jamur paru dapat sebagai infeksi primer Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran
maupun sekunder. Timbulnya infeksi sekunder pada paru dan Kesehatan (Dahlan, 2009 : 39), cara perhitungan
disebabkan terdapatnya kelainan atau kerusakan jaringan besar sampel yang dipakai dalam penelitian ini
paru seperti pada penderita TB paru berupa kavitas, adalah:
bronkiektasis, destroyed lung, dan sebagainya (Sukamto,
2004:1). 𝑍 ∝2 × 𝑃 × 𝑄
𝑁=
Selain itu, pemakaian antibiotik dalam pengobatan 𝑑2
2
TB paru di satu sisi bermanfaat dalam terapi namun juga 1,96 × 0,678 × 0,322
menimbulkan pertumbuhan jamur saprofit dalam tubuh 𝑁= = 84
0,102
manusia. Faktor predisposisi yang lain adalah dengan
pemakaian kortikosteroid lama, TB paru dengan lesi Keterangan : N : Besar sampel
kavitas, meningkatnya angka harapan hidup, Zα2 :Derajat kepercayaan 95% (1,96)
penggunaan obat imunosupresif dan sitostatika serta P : Prevalensi (67,8%)
meningkatnya jumlah pasien HIV/AIDS Q : 1-P
(http://www.klikparu.com/2013/02/ jamur-paru.html). d : Presisi (10%)
Diagnosis Laboratorium Teknik Pengumpulan Data
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnostik jamur Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
paru dapat pula dilakukan dengan pemeriksaan spesimen pengumpulan data primer, dengan langkah-langkah
dahak. Dahak dikeluarkan oleh penderita setelah sebagai berikut :
sebelumnya berkumur-kumur dengan air bersih berkali- 1) Mendapatkan sampel sputum penderita TB paru
kali untuk menyingkirkan kontaminan Candida yang dengan hasil BTA +/positif dari Rumah Sakit X dan Y
hidup komensal di mulut dan rongga pipi. Tanpa di Jakarta dalam kurun waktu 14 hari kerja.
pengawet dahak dikirim secepatnya untuk pemeriksaan. 2) Setelah sampel sputum didapatkan, kemudian
Dengan pemeriksaan langsung di bawah mikroskop diperiksa secara langsung dengan KOH 10% dan
biasanya dapat dikenali dan nampak spora, hifa dan dibiakkan dalam media SDA (+).
blastospora. Pengenalan akan lebih mudah dan jelas bila 3) Koloni jamur yang tumbuh dihitung dan
dilakukan penetesan sediaan dengan KOH 20%, ataupun diidentifikasi.
dibuat sediaan apus dengan pewarnaan Giemsa 4) Hasil pemeriksaan mikroskopis dan biakan ditabulasi
(Sukamto, 2004). dan dihitung prosentasenya.
Mengisolasi jamur dapat dilakukan dengan membuat
biakan pada medium agar Sabouraud Dekstrosa dengan Instrumen Penelitian
ditambahkan antibiotik untuk menekan pertumbuhan 1. Alat-alat :
kuman (Susilo, 1998 : 317). a. Cawan petri
Menurut Sukamto (2004 : 12), secara umum diagnosis b. Kaca objek
jamur paru ditegakkan melalui : c. Kaca penutup
1. Kecurigaan yang tinggi terhadap kemungkinan infeksi d. Ose jarum
jamur di paru. e. Batang pengaduk Pipet tetes
2. Pemeriksaan diagnostik yang lazim terhadap penyakit f. Api bunsen
paru : g. Korek api
a. Foto toraks Postero Anterior (PA) dan lateral, h. Kompor listrik
Computerised Tomography (CT) Scan toraks i. Labu Erlenmeyer
b. Sputum: mikroskopis jamur dan kultur j. Kapas
c. Bronkoskopi: sekret bronkus, bilasan bronkus k. Mikroskop
3. Pemeriksaan kultur darah dan pemeriksaan serologi. l. Autoclave
m. Inkubator
METODE 2. Bahan :
Tempat dan Waktu Penelitian a. Alkohol 70%
1. Penelitian dilakukan di laboratorium Mikrobiologi b. KOH 10%
Rumah Sakit X dan laboratorium Mikrobiologi Prodi c. Akuades steril
Analis Kesehatan MH. Thamrin. d. Putih telur ayam
2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Mei e. NaCl 0,9%
sampai 20 Juni 2015. f. Lactophenol cotton blue (LPCB)
Populasi dan Sampel g. Medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA (+))
1. Populasi dalam penelitian ini adalah sputum BTA dari h. Sputum BTA +/positif
Rumah Sakit X dan Y di Jakarta.
2. Sampel untuk penelitian ini adalah sputum BTA 3. Persiapan alat dan bahan
+/positif dari Rumah Sakit X dan Y di Jakarta sebanyak a. Pembuatan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA
84 sampel. (+))

39
Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016
Menurut Mulyati dalam Buku Penuntun Praktikum 4) Diamati pertumbuhan jamur setiap hari dan dihitung
Mikologi, media yang digunakan untuk mengisolasi koloni jamur yang tumbuh disetiap cawan petri.
jamur pada sputum adalah medium Sabouraud Dextrose 5) Diperiksa koloni jamur yang tumbuh secara
Agar (SDA) dengan antibiotik kloramfenikol (SDA (+)) makroskopis dan mikroskopis.
dengan komposisi sebagai berikut : c. Identifikasi koloni jamur khamir
1) Desktrosa atau glukosa: 40 gram Koloni khamir yang tumbuh pada media SDA (+)
2) Pepton : 10 gram kemudian diperiksa dengan cara langsung
3) Agar : 12 gram menggunakan larutan LPCB untuk memberikan
4) Akuades : 1000 ml warna dan dilakukan identifikasi Candida sp dengan
5) Kloramfenikol : 500 mg teknik tes Germ tube.
Bubuk SDA ditimbang sebanyak 62 gram,
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 1 liter dan 1) Pemeriksaan langsung
dilarutkan dengan 1 liter aquadest. Larutan kemudian a) Disiapkan kaca objek yang bersih kemudian diberi 1
didihkan, setelah itu ke dalam labu ditambahkan 500 mg tetes larutan Lactophenol cotton blue (LPCB).
antibiotik kloramfenikol dan diaduk hingga merata. b) Kemudian diambil sedikit koloni jamur dengan ose
Kemudian media yang sudah jadi ditutup dengan kapas dan diletakkan pada kaca objek yang telah berisi
dan disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada LPCB.
suhu 121oC dengan tekanan 1 atmosfer (atm). Medium c) Dibuat suspensi jamur sampai koloni hancur
SDA (+) yang sudah disterilkan dimasukkan ke dalam kemudian ditutup dengan kaca penutup.
cawan petri bersih dan steril sebanyak 15 ml lalu ditutup d) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan
dan dibiarkan sampai membeku sehingga terbentuk pembesaran 10x10 untuk mencari lokasi jamur dan
media agar plate. dengan pembesaran 10x40 untuk mengidentifikasi
b. Pembuatan KOH 10% sporulasi yang terbentuk.
1) Kristal Kalium Hidroksida : 10 gram 2) Tes Germ tube
2) Akuades : 100 ml a) Diisi tabung dengan putih telur sebanyak 1-2 ml,
Ditimbang 10 gram kristal kalium hidroksida dan dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 37 oC
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 500 ml, kemudian selama 15-30 menit.
ditambahkan 100 ml aquadest, dicampur hingga merata. b) Dikeluarkan media dari inkubator dan siap
c. Pembuatan Lactophenol cotton blue (LPCB) digunakan.
Menurut Mulyati (2010 : 45) dalam buku Penuntun c) Diambil sedikit koloni Candida dengan ose jarum
Praktikum Mikologi, pembuatan Lactophenol cotton blue yang sudah dipanaskan di api bunsen kemudian
(LPCB) adalah sebagai berikut : dimasukkan ke dalam media cair dan diinkubasi
Kristal fenol : 20 gram, dilarutkan dalam pada suhu 37oC selama 2-3 jam.
penangas d) Dikeluarkan media tersebut dari inkubator.
Asam laktat : 20 ml e) Diambil larutan media dengan pipet atau ose dan
Gliserol : 40 ml diletakkan di atas kaca objek kemudian ditutup
Akuades : 20 ml dengan kaca penutup.
Bubuk cotton blue : 0,05 gram f) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan
Semua bahan dicampurkan di atas uap air panas dengan pembesaran 10x10 dan 10x40.
hati-hati, kemudian ditambahkan 0,05 gram bubuk cotton
blue, dicampur hingga merata. d. Identifikasi koloni jamur kapang
4. Cara mengisolasi jamur dari sampel sputum 1) Koloni kapang yang tumbuh pada media SDA (+)
penderita TB paru kemudian diperiksa dengan cara langsung
a. Pemeriksaan langsung menggunakan larutan LPCB untuk memberikan
1) Diambil spesimen sputum secukupnya dengan ose warna dan dengan penambahan alkohol 70% untuk
yang telah dipanaskan dan diletakkan di atas kaca menghilangkan gelembung udara. Pemeriksaan
objek. langsung
2) Ditambahkan 1 tetes KOH 10% dan ditutup dengan 2) Diambil koloni jamur kapang dengan ose jarum
kaca penutup. yang telah dipanaskan kemudian diletakkan di atas
3) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan kaca objek.
pembesaran 10x40 untuk melihat adanya elemen 3) Ditambahkan 1 tetes alkohol 70% kemudian koloni
jamur. diuraikan menggunakan ose jarum sampai
b. Biakan/kultur penghancuran setipis mungkin. Kemudian
1) Dimasukkan 2 ml sputum ke dalam tabung dan ditambahkan 1 tetes larutan LPCB dan ditutup
ditambahkan 4 ml NaCl 0,9%, dihomogenkan. dengan kaca penutup.
2) Dipipet 0,1 ml bahan pemeriksaan yang sudah 4) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan
diencerkan tadi ke dalam media SDA (+), diratakan pembesaran 10x10 dan 10x40.
pada permukaan media.
3) Diinkubasi pada suhu kamar selama 2-7 hari. e. Pemeriksaan dengan Slide Culture

40
Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016
Pemeriksaan dibuat apabila morfologi pada biakan Sedangkan sporulasi dari masing-masing spesies sebagai
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) kurang jelas atau berikut :
meragukan sehingga sulit dalam menentukan a) Aspergillus fumigatus memiliki sporulasi konidia
jamurnya. Biakan ini dapat dipakai untuk membuat atas berbentuk kolumnar (memanjang), berwarna
sporulasi yang baik sehingga jelas morfologinya. hijau sampai hijau kotor. Vesikel berbentuk
Cara membuat Slide Culture yaitu : kepala, konidiofor berdinding halus dan
a) Disiapkan ruang biakan steril : diisi cawan petri umumnya berwarna hijau. Konidia bulat hingga
dengan 2 buah kaca objek dan kaca objek yang semi bulat, berwarna hijau dan berdinding kasar
teratas diletakkan menyilang. hingga berduri.
b) Di atas kaca objek tersebut diletakkan Sabouraud b) Aspergillus niger memiliki sporulasi konidia atas
Dexstrose Agar (SDA) berukuran 5 x 3 x 2 mm. berwarna hitam kecoklatan, konidiofor halus,
c) Diambil koloni dengan jarum inokulasi (jarum telah tidak berwarna atau agak berwarna cokelat
dibakar dan didinginkan) lalu ditanam di keempat kekuningan. Konidia kasar menunjukkan
sisi potongan kecil Sabouraud Dexstrose Agar lembaran atau pita berwarna hitam kecokelatan.
(SDA) tadi. c) Aspergillus flavus memiliki sporulasi kepala
d) Ditutup biakan tersebut dengan kaca penutup steril konidia khas berbentuk bulat dan berwarna hijau
dan bagian dasar dituangi akuades steril. kekuningan hingga hijau tua kekuningan.
e) Didiamkan pada suhu kamar, setelah biakan Konidia bulat hingga semi bulat berwarna hijau
berumur 7-14 hari dibuat sediaan langsung dengan pucat dan berduri.
lactophenol cotton blue. 4). Rhizopus sp
f) Diambil miselium yang menempel pada kaca Koloni Rhizopus sp berwarna putih abu-abu dengan
penutup menggunakan pinset, kemudian diletakkan permukaan cottony. Rhizopus sp mempunyai
di atas kaca objek yang telah ditetesi alkohol 70% sporangiofor yang tidak bercabang, ujung
dan larutan lactophenol cotton blue. Sediaan siap sporangiofor menggelembung membentuk
untuk diperiksa di bawah mikroskop. sporangium, sporangium muda berisi protoplasma,
g) Untuk kaca objek yang mengandung lempeng agar sporangium matang berisi sporangiospora, bagian
diangkat dari cawan petri steril dan dibuang ujung konidiofor dibatasi oleh kolumela, dan
lempeng agarnya. Kaca objek yang telah terdapat rhizoid (akar semu).
mengandung miselium kemudian diberi 1 tetes 5). Mucor sp
alkohol 70% untuk menghilangkan gelembung Koloni Mucor sp berwarna putih dengan permukaan
udara, sebelum alkohol menguap tambahkan 1-2 cottony dan dapat menutupi seluruh ruang biakan.
tetes larutan lactophenol cotton blue, kemudian Susunan tubuh Mucor sp mirip dengan Rhizopus sp,
ditutup dengan kaca penutup dengan hati-hati. sporangiofor panjang bercabang, tidak teratur,
h) Diperiksa sediaan di bawah mikroskop dengan kolumela masuk ke dalam sporangium, dan tidak
pembesaran 10x10 dan dengan pembesaran 10x40 memiliki rhizoid.
untuk melihat susunan morfologinya. 6). Absidia sp
Pembacaan hasil Koloni Absidia sp berwarna putih dengan permukaan
Pembacaan hasil pemeriksaan biakan jamur secara cottony. Mempunyai sporangiofor yang tidak
makroskopis dan mikroskopis pada koloni khamir dan bercabang, sporangium berukuran kecil, dan
kapang : kolumela berbentuk runcing.
1) Candida sp
Koloni ragi mempunyai permukaan koloni halus, Teknik Analisa Data
menimbul, licin. Sedangkan koloni seperti ragi Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa
mempunyai permukaan koloni berlipat-lipat atau dengan prosentase kumulatif dari jumlah sampel yang
berserabut di bagian tepi koloni. Secara mikroskopis diperiksa. Perhitungan dilakukan dengan
ditemukan sel ragi (tunggal) atau blastospora (sel membandingkan antara jumlah yang positif jamur dengan
ragi bertunas) dan atau tanpa hifa semu. banyaknya sampel yang diperiksa. Prosentase tersebut
2) Tes Germ tube berdasarkan pembentukan kecambah secara singkat dapat diketahui dengan rumus sebagai
Germ tube (+) : C. albicans, C. dubliniensis, dan C. berikut :
tropicalis
Germ tube (-) : spesies Candida lainnya
3) Aspergillus sp Nilai (%) 
 x 100 %
Koloni Aspergillus sp berwarna hitam atau kehijauan
dengan permukaan koloni velvety sampai powdery. Jamur
n
ini mempunyai konidiofor (hifa khusus pembentuk spora) Keterangan :
yang diujungnya membesar (vesikel), dan di atasnya ∑ x = Jumlah sampel yang positif
terdapat sterigma berbentuk fialid tersusun seperti kepala ∑n = Jumlah seluruh sampel
penari Bali atau kipas. Pada ujungnya sterigma
ditemukan 1-2 lapis konidia serta terdapat sel kaki.

41
Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016
HASIL Terhadap 84 sampel sputum penderita TB paru tersebut
Berdasarkan pemeriksaan hitung jumlah koloni jamur terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan langsung dan
dan identifikasi jamur pada sputum penderita TB paru biakan pada medium agar plate SDA (+)dengan hasil
dari Rumah Sakit X dan Y di Jakarta didapatkan 84 pemeriksaannya dapat dilihat pada tabel 2.
sampel sputum penderita TB paru dengan BTA +/positif.
Tabel 2
Hasil Pemeriksaan Langsung Dan Kultur Jamur Pada Medium SDA (+)
Dari Sampel Sputum Penderita TB Paru Dari Rumah Sakit X Dan Y Di Jakarta

Derajat Kepositifan BTA


Jenis Pemeriksaan Scanty
+1 (%) +2 (%) +3 (%)
<10 (%)
Langsung
Negatif (%) 3 (21,4%) 5 (11,6%) 2 (10,5%) 1 (12,5%) 11 (13,1%)
Positif (%) 11 (78,6%) 38 (88,4%) 17 (89,5%) 7 (87,5%) 73 (86,9%)
Jumlah (%) 14 (100%) 43 (100%) 19 (100%) 8 (100%) 84 (100%)

Biakan
Negatif (%) 2 (14,3%) 2 (4,7%) 0 (0%) 1 (12,5%) 5 (6%)
Positif (%) 12 (85,7%) 41 (95.3%) 19 (100%) 7 (87,5%) 79 (94%)
14
Jumlah (%) 43 (100%) 19 (100%) 8 (100%) 84 (100%)
(100%)
Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan data tabel 2, dari 84 sampel sputum Penelitian juga dilanjutkan terhadap 79 sampel yang
penderita TB paru yang diperiksa secara langsung positif jamur pada biakan tersebut dengan mengamati
dengan KOH 10% didapatkan 73 sampel (86,9%) positif jenis jamur yang tumbuh dan dihitung jumlah koloni
ditemukannya elemen jamur dan secara biakan dalam jamur. Adapun hasil hitung jumlah koloni jamur dapat
medium agar plate SDA (+) didapatkan 79 sampel (94%) dilihat pada tabel 3.
yang positif jamur.
Tabel 3
Hasil Hitung Jumlah Koloni Jamur Pada Medium SDA (+)
Dari Sampel Sputum Penderita TB Paru (BTA +) Dari Rumah Sakit X Dan Y Di Jakarta

Jumlah Derajat kepositifan BTA Jumlah (%)


Jenis Jamur koloni Scanty <10
+1 (%) +2 (%) +3 (%)
(CFU/ml) (%)
Khamira) <100 6 (50%) 28 (71,8%) 15 (83,3%) 3 (50%) 52 (69,3%)
101-200 3 (25%) 6 (15,4%) 1 (5,6%) 3 (50%) 13 (17,3%)
201-300 0 (0%) 1 (2,6%) 2 (11,1%) 0 (0%) 3 (4%)
301-400 1 (8,3%) 1 (2,6%) 0 (0%) 0 (0%) 2 (2,7%)
401-500 1 (8,3%) 2 (5,1%) 0 (0%) 0 (0%) 3 (4%)
>500 1 (8,3%) 1 (2,6%) 0 (0%) 0 (0%) 2 (2,7%)
Jumlah (%) 12 (100%) 39 (100%) 18 (100%) 6 (100%) 75 (100%)
Kapangb) <2 2 (100%) 9 (56,2%) 6 (40%) 2 (33,3%) 19 (48,7%)
2-4 0 (0%) 6 (37,5%) 8 (53,3%) 4 (66,7%) 18 (46,2%)
>4 0 (0%) 1 (6,3%) 1 (6,7%) 0 (0%) 2 (5,1%)
Jumlah (%) 2 (100%) 16 (100%) 15 (100%) 6 (100%) 39 (100%)
Sumber : Data Primer

Keterangan : banyak ditemukan yaitu dengan jumlah koloni jamur <2


a) Non Candida albicans dan Candida albicans CFU/ml sebesar 19 sampel (48,7%).
b) Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus, Aspergillus Identifikasi spesies jamur terhadap jamur yang tumbuh
niger, Rhizopus sp pada biakan juga dilakukan berdasarkan pemeriksaan
Berdasarkan data tabel 3, dari hasil hitung jumlah makroskopis dengan mengamati warna dan permukaan
koloni jamur khamir dan kapang didapatkan jumlah koloni, serta pemeriksaan mikroskopis untuk melihat
koloni jamur khamir yang paling banyak ditemukan yaitu sporulasi yang terbentuk dengan menggunakan larutan
dengan jumlah koloni jamur <100 Colony Forming Unit LPCB. Hasil identifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel
per mililiter (CFU/ml) sebesar 52 sampel (69,3%), 4 dibawah ini.
sedangkan jumlah koloni jamur kapang yang paling

42
Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016
Tabel 4
Hasil Identifikasi Spesies Jamur Dari Sampel Sputum Penderita TB Paru (BTA +)
Dari Rumah Sakit X Dan Y Di Jakarta
Derajat Kepositifan BTA
Total
Spesies jamur Scanty <10
+1 (%) +2 (%) +3 (%) Jumlah (%)
(%)
Non Candida albicans 11 (78,6%) 24 (38,7%) 2 (5,4%) 0 (0%) 37 (29,3%)
Candida albicans 1 (7,1%) 16 (25,8%) 16 (43,2%) 6 (46,1%) 39 (30,9%)
Aspergillus fumigatus 1 (7,1%) 9 (14,5%) 7 (18,9%) 2 (15,4%) 19 (15,2%)
Aspergillus flavus 1 (7,1%) 7 (11,3%) 9 (24,3%) 1 (7,7%) 18 (14,2%)

Aspergillus niger 0 (0%) 5 (8,1%) 2 (5,4%) 2 (15,4%) 9 (7,2%)


Rhizopus sp 0 (0%) 1 (1,6%) 1 (2,7%) 2 (15,4%) 4 (3,2%)
Jumlah (%) 14 (100%) 62 (100%) 37 (100%) 13 (100%) 126 (100%)
Sumber : Data Primer

Berdasarkan data tabel 4, hasil identifikasi dari 79 sampel jamur tetapi tidak sebanyak pada sampel BTA +1, hal ini
yang positif jamur secara biakan diketahui prosentase dikarenakan jumlah sampel yang didapatkan dari Rumah
jenis jamur yang paling banyak ditemukan dari genus Sakit X dan Y kebanyakan sampel sputum penderita TB
Candida sp yaitu Candida albicans sebesar 39 sampel paru dengan BTA +1. Bila dibandingkan dengan
(30,9%), sedangkan dari genus Aspergillus sp yang penelitian yang dilakukan di Unit Pelayanan Fungsional
paling banyak ditemukan yaitu Aspergillus fumigatus (UPF) Paru RS Persahabatan Jakarta mendapatkan 67,8%
sebesar 19 sampel (15,2%), diikuti oleh ordo Mucorales positif jamur pada penderita TB paru (Sukamto, 2004 :
yang hanya ditemukan jamur Rhizopus sp sebesar 4 15). Tingginya prosentase jamur positif pada penderita
sampel (3,2%). TB paru dalam penelitian ini kemungkinan karena belum
berhasilnya pengobatan terhadap infeksi jamur pada paru.
PEMBAHASAN Pemeriksaan hitung jumlah koloni jamur khamir dan
Hasil pemeriksaan langsung dan biakan dari 84 kapang juga dilakukan untuk melihat apakah keberadaan
sampel sputum penderita TB paru dari Rumah Sakit X jamur pada penderita TB paru sebagai flora normal atau
dan Y di Jakarta didapatkan hasil pemeriksaan langsung penyebab infeksi jamur paru. Namun belum pernah ada
positif ditemukan elemen jamur sebanyak 73 sampel penelitian mengenai jumlah koloni jamur pada sputum
(86,9%), sedangkan hasil biakan yang positif ditemukan penderita TB paru, jadi belum ada batasan untuk
koloni jamur sebanyak 79 sampel (94%). Tingginya hasil mendiagnosa lebih lanjut.
pemeriksaan biakan jamur pada medium agar plate SDA Hasil hitung jumlah koloni jamur khamir (Non
(+) ini dikarenakan pemeriksaan biakan lebih sensitif Candida albicans dan Candida albicans) yang paling
dibandingkan pemeriksaan mikroskopik sediaan banyak diisolasi dari sampel sputum penderita TB paru
langsung (Kumala, 2006 : 30). adalah dengan jumlah koloni jamur <100 CFU/ml
Positif adanya jamur pada sampel kemungkinan juga sebesar 52 sampel (69,3%). Menurut Department of
sebagai akibat meningkatnya penderita TB paru yang Surgical Education (2004 : 2) kultur jamur Candida sp
dengan pemakaian obat antibiotik spektrum luas, bermakna jika jumlah koloni jamur >100 CFU/ml untuk
penggunaan obat steroid, serta penggunaan obat sitostatik sputum, itu artinya 52 sampel sputum (69,3%) yang
maupun radioterapi, disamping penderita TB paru yang mengandung koloni jamur khamir (Non Candida
merupakan pasien immunocompromissed (Djojodibroto, albicans dan Candida albicans) <100 CFU/ml
2007 : 144 dan 145), pada keadaan tersebut mekanisme kemungkinan hanya sebagai flora normal, sedangkan
pertahanan tubuh yang dalam keadaan normal mampu selebihnya yaitu 23 sampel sputum (30,7%) yang
mengontrol pertumbuhan dan patogenitas jamur, tetapi mengandung koloni jamur khamir (Non Candida
dalam hal seperti ini jamur yang tadinya bersifat saprofit albicans dan tertekan atau menjalani pembedahan. Pada
menjadi patogen dan terjadi suatu infeksi oportunistik sekitar 50% penderita TB paru bisa dijumpai Candida
(Sukamto, 2004 : 3). albicans dalam dahak penderita. Pasien yang menderita
Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan 84 kandidiasis paru biasanya tampak lebih sakit, mengeluh
sampel sputum penderita TB paru dengan derajat demam dengan pernapasan dan nadi yang cepat, batuk,
kepositifan BTA yang beragam. Setelah dilakukan hemaptoe, sesak dan nyeri dada (Sukamto, 2004 : 8).
pemeriksaan biakan terhadap sampel, kebanyakan sampel Berdasarkan sampel yang paling banyak
yang positif yaitu sampel dengan kuman TB (+1) dari 43 mengandung jamur Aspergillus sp yaitu dari sampel
sampel ada 41 (95,3%) yang positif. Sampel dengan sputum BTA +1 sebesar 21 (23,9%) dan spesies yang
kuman TB (scanty <10), (+2), dan (+3) juga ditemukan paling banyak ditemukan yaitu Aspergillus fumigatus
44
Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016
sebesar 19 (15,2%). Selain karena sampel yang paling DAFTAR PUSTAKA
banyak diperoleh, hal ini mungkin juga dikarenakan
penderita TB paru dengan BTA +1 mengalami kasus Bansod,S., Rai,M., Emerging of Mycotic Infection in
kambuh yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan Patients Infected with Mycobacterium tuberculosis,
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau World Journal of Medical Sciences, India, 2008
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat (www.idosi.org, 17 Maret 2013).
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan Crofton,J., Horne,N., dan Miller,H., Tuberkulosis
positif. Klinis, Penerbit Widya Medika, Edisi 2, Jakarta, 2002.
Kavitas tuberkulosis yang sudah diobati dengan baik Dahlan,M.S., Besar Sampel dan Cara Pengambilan
dan sudah ‘sembuh’ kadang-kadang tinggal terbuka dan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,
dapat terinfeksi dengan jamur Aspergillus fumigatus. Edisi 2, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, 2009.
Pada sinar rontgen dapat dilihat semacam bola terdiri Department of Surgical Education, Management of
atas fungus yang berada dalam kavitas, keadaan ini Candida Infectios in Surgical Patients, Orlando Regional
kadang-kadang menyebabkan hemoptisis yang berat Medical Center, 2004 (www.surgicalcriticalcare.net, 4
bahkan fatal (Crofton, Horne, dan Miller, 2002 : 110). Juli 2013).
Aspergilosis paru biasanya adalah suatu secondary Depkes RI, Buku Pedoman Nasional Penanggulan
disease pada penderita dengan kelainan menahun seperti Tuberkulosis, Edisi 2, Jakarta, 2007.
tuberkulosis. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Djojodibroto,D., Respiratory Medicine, Penerbit
Aspergillus, terutama spesies Aspergillus fumigatus. Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2007.
Jamur ini banyak berhamburan di udara sehingga Gandahusada,S., Ilahude,H.D., dan Pribadi,W.,
gampang dihirup melalui saluran napas. Spora jamur Buku Parasitologi Kedokteran, Edisi 3, FKUI, Jakarta,
yang terhirup, kemudian mengadakan kolonisasi di 1998.
permukaan mukosa. Jamur dapat menembus jaringan Kumala,W., Mikosis Sistemik dan Mikosis
hanya bila ada gangguan sistem imun, baik lokal atau Oportunistik, Buku Mikologi Dasar Kedokteran, Penerbit
sistemik (Prabata, dkk, 2012 : 4). Universitas Trisakti, 2006.
Misnadiarly., dan Sunarno., Tuberkulosis Paru dan
KESIMPULAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya
Berdasarkan hasil pemeriksaan hitung jumlah koloni Angka Kejadiannya di Indonesia tahun 2007, Puslitbang
jamur dan identifikasi jamur yang telah dilakukan di Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan
laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit X dan Pengembangan Kesehatan, Vol 37, Jakarta, 2009.
laboratorium Mikrobiologi Universitas MH. Thamrin, Mulyati., Pemeriksaan Bahan Klinik lain, Buku
Jakarta terhadap 84 sampel sputum penderita Penuntun Praktikum Mikologi, Jakarta 2012.
tuberkulosis paru (BTA +) dapat diambil Narain,J.P., Pontali,M., dan Tripathy,S.,
kesimpulannnya sebagai berikut : Epidemiology and Control Strategies, The Indian Journal
a. Hasil pemeriksaan langsung dan biakan dari sampel of Tuberkulosis, Vol 49 No.1, India, 2002
sputum penderita TB paru (BTA +) didapatkan 79 (94%) (http://lrsitbrd.nic.in, 17 Maret 2013).
sampel positif mengandung jamur. Pelczar, dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar
b. Jumlah koloni yang dihitung dari 79 biakan jamur Mikrobiologi, Jilid 2, Penerbit UI Press, Jakarta, 2009.
didapatkan jumlah koloni paling banyak dari jamur Prabata, dkk., Makalah Diskusi Kasus Mikosis Paru,
khamir dengan jumlah koloni <100 CFU/ml sebesar 52 FKUI Rumah Sakit Persahabatan, 2012.
(69,3%), sedangkan jumlah koloni dari jamur kapang Simatupang,M.M., Makalah Candida albicans,
dengan jumlah koloni <2 CFU/ml sebesar 19 (48,7%) Departemen Mikrobiologi FK USU, Sumatera, 2009
a. Prosentase jenis jamur yang ditemukan dari 79 sampel Sukamto., Pemeriksaan Jamur Bilasan pada
positif jamur pada biakan yaitu Non Candida albicans Penderita Bekas Tuberkulosis Paru, Hasil Penelitian
sebesar 37 (29,3%), Candida albicans sebesar 39 Universitas Sumatera, 2004 (www.Depkes.go.id, 13
(30,9%), Aspergillus fumigatus sebesar 19 (15,2%), Maret 2013).
Aspergillus flavus sebesar 18 (14,2%), Aspergillus niger http://www.cosmosbiomedical.com/education/mycol
sebesar 9 (7,2%) dan Rhizopus sp sebesar 4 (3,2%). Perlu ogy/mycology2, 8/072013
dilakukan penelitian lebih lanjut apakah jamur tersebut http://www.klikparu.com/2013/02/jamur-paru.html,
penyebab infeksi paru atau hanya sebagai kontaminan. 16/02/2013
b. Perlu diperhatikan juga prosedur pengambilan sampel http://www.mycology.adelaide.edu.au/Mycoses/,
serta kualitas dan kuantitas sampel sputum, karena 16/02/2013
banyaknya jamur sebagai flora normal yang terdapat http://www,tuberkulosis.org/cara-penularan-tbc/,
dalam saluran napas atas dan kemungkinan telah 16/02/2013
terkontaminasi dengan jamur yang berasal dari luar.

45

Anda mungkin juga menyukai