Sedangkan bakteri Sterptococcus sp. adalah salah satu genus dari bakteri
nonmotil yang mengandung sel gram positif ,bersifat anaerob fakultatif, berbentuk
buat, oval dan membentuk rantai pendek, panjang atau berpasangan, bakteri ini tidak
membentuk spora, bakteri ini dapat ditemukan di bagian mulut, usus manusia dan
hewan Perkembangbiakan bakteri streptococcus Sp dapat hidup pada kadar Ph 7,4 - 7,6,
suhu pertumbuhan berada di 37oC, dan media isolasi primer adalah agar darah dengan
oksigen yang rendah karena oksidasi intraseluler dapat menghasilkan hidrogen
peroksida yang bersifat toksik bagi bakteri. Yang membedakannya dengan
Staphylococcus adalah bakteri ini tidak memiliki enzim katalase. (Apriyanto, 2016).
Sampel yang kami gunakan adalah sampel swab tangan dari salah satu prtugas
kebersihan lingkungan di area Poltekkes Denpasar. Hal ini dikarena petugas kebersihan
kontak langsung dengan hal-hal yang dapat mengkontaminan bakteri seperti
mencabuti rumput ataupun mendorong tempat sampah yang sangat kotor disisi
lain pula megingat bahwa kedua bakteri ini merupakan mirkoflora normal yang
terdapat di organ tubuh manusia khususnya kulit. Sampel yang kami gunakan
yaitu swab tangan, swab yang diambil pada tangan kanan yang pertama dilakukan
adalah meminta orang yang akan diswab tangannya untuk menggosok – gosokkan
tangan dengan kapas yang telah terisi NaCl, untuk mensterilkan bagian tangan
yang akan diswab.sterilisasi merupakan proses yang dirancang untuk menciptakan
keadaan steril. Keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangansemua mikroorganisme hidup.Tujuan proses
sterilisasi adalah untuk menghancurkan semua mikroorganisme di dalam atau di
atas permukaan suatu benda atau sediaan dan menandakan bahwa alat untuk
sediaan tersebut bebas dari resiko untuk menyebabkan infeksi. Kemudian gunakan
cotton swab steril. Cotto swab steril digunkan karena alat tersebut dijamin kualitas
dan mutunya dalam melakukan praktikum swab tangan, hidung, dan
tenggorokkan. Semua prosedur pengusapan dilakukan dengan cara yang sama
yakni mengusap sela-sela jari tangan kanan yang dimulai dari sela jari antara ibu
jari dan telunjuk, dilanjutkan sela jari antara telunjuk dan jari tengah, sela jari
antara jari tengah dan jari manis dan terakhir sela jari antara jari manis dan jari
telunjuk setelah itu langsung di celupkan pada media thioglikota pada tabung
reaksi.
Dari koloni yang terdapat di media MSA dan BAP yang telah kami buat
kemudian di uji Katalase hasil yang kami dapatkan adalah positif yang dimana
ditunjukkan dengan adanya gelembung udara yang timbul ketika koloni bakteri di
homogenkan pada reagen H2O2 yang berarti bahwa di kedua Media baik di MSA
dan BAP posistif terdapat bakteri Staphylococcus dan negatif terdapat bakteri
Streptococcus. Setelah itu dikarenakan sudah diketahui bahwa bakteri yang kita
dapatkan adalah bakteri Staphylococcus, sekarang kami akan mengidentifikasi
bakteri tersebut mengingat bahwa bakteri Staphylococcus terbagi menjadi 2
golongan yaitu yang bersifat patogen ( S. Aureus ) dan non patogen (S.epidermidis
dan S.Saprofiticus ) dengan uji koagulase.
Dalam uji koagulase terdapat 2 metode, yaitu uji slide dan uji tabung. Uji
slide atau clumping factor digunakan untuk mengetahui adanya ikatan koagulase.
Uji slide dikerjakan dengan cara setetes aquadest atau NaCl fisiologis steril
diletakkan pada kaca benda, kemudian satu usa biakan yang diuji, disuspensikan.
Setetes plasma diletakkan di dekat suspensi biakan tersebut, keduanya dicampur
dengan menggunakan osa dan kemudian digoyangkan. Reaksi positif terjadi
apabila dalam waktu 2 – 3 menit terbentuk presipitat granuler. Uji tabung
digunakan untuk mengetahui adanya koagulase bebas dengan cara 200 µl plasma
dimasukkan secara aseptis ke dalam tabung reaksi steril. Sebanyak 3 – 4 koloni
biakan Staphylococcus sp. yang diuji ditambahkan ke dalam tabung reaksi
kemudian dicampur hati-hati. Selanjutnya, tabung o dimasukkan ke dalam
inkubator pada suhu 37 C. Pengamatan dilakukan pada 4 jam pertama, dan
sesudah 18-24 jam. Reaksi positif akan terjadi apabila terbentuk clot atau jelly dan
ketika tabung dimiringkan jelly tetap berada di dasar tabung (Khrisna, 2013)
Jadi dapat disimpulkan dari praktikum serta uji – uji yang telah
dilaksanakan bahwa sampel yang kami gunakan dalam pemeriksaan identifikasi
bakteri Staphylococcus dan Streptococcus adalah sampel swab tangan dari salah
satu petugas kebersihan di area kampus Poltekkes Denpasar. Swab tangan tersebut
dimasukkan pada media transport yaitu media Thioglikolat. Dimana hasil yang
didapatkan adalah bakteri yang bersifat anaerob fakultatif sesuai dengan sifat
bakteri Staphylococcus dan Streptococcus yaitu anaerob fakultatif . Setelah itu
ditanam koloni bakteri pada 2 media yaitu MSA yang digunakan untuk
mengidentifikasikan khusus bakteri Staphylococcus dan BAP untuk
mengidentifikasikan bakteri Streptococcus. Pada media MSA didapatkan koloni
kuning yang dimana menunjukkan adanya bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan pada media BAP terdapat koloni yang bersifat alpha hemolitik
kemungkinan terdapat bakteri Streptococcus atau Staphylococcus. Untuk
menegakkan atau menegaskan hal tersebut akhirnya kami melakukan uji katalase
yang dimana bertujuan untuk membedakan antara bakteri Staphylococcus dengan
Streptococcus. Koloni yang kita uji yaitu koloni yang terdapat di media MSA dan
BAP. Kemudian hasil dari uji katalse menunjukkan hasil positif yang berarti
bakteri yang terdapat di kedua media mempunyai enzim katalse. Enzim katalase
itu sendiri hanya dimiliki oleh bakteri Staphylococcus saja sehingga bakteri yang
terdapat di sampel swab tangan tersebut adalah bakteri Staphylococcus. Untuk
mengidentifikasi jenis dari bakteri Staphylococcus itu sendiri adalah dengan uji
koagulase. Dimana uji koagulase untuk menunjukkan apakah bakteri tersebut
memiliki enzim koagulase atau tidak. Dari hasil uji koagulase tersebut
menunjukkan hasil positif. Mengingat bahwa enzim koagulase hanya dimiliki oleh
bakteri Staphylococcus aureus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri yang
terdapat di sampel swab tangan adalah bakteri Staphylococcus berjenis
Staphylococcus aureus.