Anda di halaman 1dari 6

Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melaksanakan pemeriksaan identifikasi


bakteri Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. Dimana tujuan untuk
dilaksanakakkannya praktikum ini tentunya untuk mengidentifikasi adanya
bakteri tersebut serta mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi bakteri
tersebut. Kedua bakteri ini merupakan golongan mikroflora normal yang terdapat
pada tubuh manusia. Bakteri Staphylococcus bersifat Gram positif yang berbentuk
kokus dan tersusun dalam rangkaian tidak beraturan yang terdapat garis tengah
dengan ukuran 1μm. Staphylococcus sp. tidak bergerak serta tidak mampu
membentuk spora. Staphylococcus sp adalah flora normal pada kulit manusia,
saluran pernapasan dan saluran pencernaan hampir 40 - 50% manusia merupakan
pembawa Staphylococcus sp. Bakteri ini bersifat patogenik karena mempunyai
enzim ekstraseluler, toksin, serta sifat invasif strain tersebut. Bakteri
Staphylococcus sp menghasilkan koagulase positif. Bakteri ini dapat
menimbulkan infeksi bernanah dan abses yang biasa menyerang anak – anak, usia
lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun. Staphylococcus sp mampu
tumbuh dalam keadaan aerobik atau mikroaerofilik. Bakteri ini dapat tumbuh
pada suhu 37°C tetapi paling baik dalam pembentukan pigmen pada suhu kamar
(20-25°C). Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol dan
berkilau. Staphylococcus sp yang patogen dan invasif cenderung menghasilkan
koagulase dan pigmen kuning yang bersifat hemolitik sedangkan yang
nonpatogen dan tidak invasif, seperti S.epidermidis cenderung bersifat koagulase
– negatif dan tidak hemolitik dan pada S.saprophyticus secara khas tidak
berpigmen, resisten terhadap novobiosin dan non hemolitik (Anonim, 2019)

Sedangkan bakteri Sterptococcus sp. adalah salah satu genus dari bakteri
nonmotil yang mengandung sel gram positif ,bersifat anaerob fakultatif, berbentuk
buat, oval dan membentuk rantai pendek, panjang atau berpasangan, bakteri ini tidak
membentuk spora, bakteri ini dapat ditemukan di bagian mulut, usus manusia dan
hewan Perkembangbiakan bakteri streptococcus Sp dapat hidup pada kadar Ph 7,4 - 7,6,
suhu pertumbuhan berada di 37oC, dan media isolasi primer adalah agar darah dengan
oksigen yang rendah karena oksidasi intraseluler dapat menghasilkan hidrogen
peroksida yang bersifat toksik bagi bakteri. Yang membedakannya dengan
Staphylococcus adalah bakteri ini tidak memiliki enzim katalase. (Apriyanto, 2016).

Sampel yang kami gunakan adalah sampel swab tangan dari salah satu prtugas
kebersihan lingkungan di area Poltekkes Denpasar. Hal ini dikarena petugas kebersihan
kontak langsung dengan hal-hal yang dapat mengkontaminan bakteri seperti
mencabuti rumput ataupun mendorong tempat sampah yang sangat kotor disisi
lain pula megingat bahwa kedua bakteri ini merupakan mirkoflora normal yang
terdapat di organ tubuh manusia khususnya kulit. Sampel yang kami gunakan
yaitu swab tangan, swab yang diambil pada tangan kanan yang pertama dilakukan
adalah meminta orang yang akan diswab tangannya untuk menggosok – gosokkan
tangan dengan kapas yang telah terisi NaCl, untuk mensterilkan bagian tangan
yang akan diswab.sterilisasi merupakan proses yang dirancang untuk menciptakan
keadaan steril. Keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangansemua mikroorganisme hidup.Tujuan proses
sterilisasi adalah untuk menghancurkan semua mikroorganisme di dalam atau di
atas permukaan suatu benda atau sediaan dan menandakan bahwa alat untuk
sediaan tersebut bebas dari resiko untuk menyebabkan infeksi. Kemudian gunakan
cotton swab steril. Cotto swab steril digunkan karena alat tersebut dijamin kualitas
dan mutunya dalam melakukan praktikum swab tangan, hidung, dan
tenggorokkan. Semua prosedur pengusapan dilakukan dengan cara yang sama
yakni mengusap sela-sela jari tangan kanan yang dimulai dari sela jari antara ibu
jari dan telunjuk, dilanjutkan sela jari antara telunjuk dan jari tengah, sela jari
antara jari tengah dan jari manis dan terakhir sela jari antara jari manis dan jari
telunjuk setelah itu langsung di celupkan pada media thioglikota pada tabung
reaksi.

Media thioglikolat yang telah di tanami sampel swab tersebut di tutup


dengan aluminium foil pada bagian bawahnya, aluminum digunakan karena
aluminium foil cukup efektif untuk menghalangi masuknya mikroba ke dalam
tabung agar terhindar dari kontaminasi mikroba dan menjaga agar kesterilannya
tetap bertahan. Lalu diinkubasi pada suhu 37derajat celcius dalam waktu 24 jam,
merupakan suhu yang tepat untuk pertumbuhan bakteri. Definisi inkubasi dalam
mikrobiologi adalah proses memelihara kultur mikroba dalam suhu tertentu
selama jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk memantau pertumbuhan
bakteri. Setelah 24 lalu diamati, yang dimana hasil yang kami dapatkan pada
media thioglikot yaitu anaerob fakultatif dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen
karena mereka dapat memetabolisme energi secara aerobik atau anaerob. Mereka
berkumpul sebagian besar di atas karena respirasi aerobik menghasilkan lebih
banyak ATP daripada fermentasi atau respirasi anaerob .

Setelah ditanam koloni ke media MSA dan BAP, hasil menunjukkan


bahwa terdapatnya bakteri Staphylococcus aureus pada media MSA dimana
terdapat koloni berwarna kuning yang merupakan salah satu petunjuk bahwa
terdapatnya bakteri Staphylococcus aureus sedangkan pada media BAP terdapat
koloni bakteri yang tumbuh dimana memiliki ciri – ciri bersifat β – hemolitik
yang dimana kemungkinan itu Streptococcus atau Staphylococcus karena
mengingat media BAP untuk menguji ada atau tidaknya bakteri Streptococcus
dengan sifat hemolisisnya yang berbeda - beda akan tetapi ternyata pada dasarnya
Staphylococcus bersifat tidak menghemolisis namun kemungkinan juga mampu
bersifat β – hemolitik untuk memastikan hal tersebut kita harus melaksanakan uji
katalase dan uji koagulase (Anonim, 2019). Uji katalase penting untuk
membedakan Streptococcus (katalase negatif) dengan Staphylococcus yang
menghasilkan enzim katalase (katalase positif). Uji katalase dilakukan dengan
menambahkan reagen H2O2 30% ke isolat bakteri. Kultur yang menunjukkan
katalase positif akan gelembung udara (Novianti, 2019).

Bakteri dapat memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2


menjadi H2O dan O2. Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase
pada bakteri uji. Enzim ini penting untuk pertumbuhan aerobik karena H2O2 yang
dibentuk oleh enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba. Beberapa
bakteri yang termasuk katalase negatif adalah Streptococcus, Lactobacillus,
Clostridium, dan Leuconostoc. Beberapa bakteri diantaranya memproduksi
katalase lebih banyak daripada yang lain. Ini ditunjukkan dengan jumlah yang
banyak pada bakteri aerob. Sedangkan enzim tidak diproduksi oleh bakteri
anaerob obligat karena mereka tidak memerlukan enzim tersebut. (Novianti, 2019)
Uji katalase pada bakteri S. aureus dapat menghasilkan gelembung –
gelembung oksigen karena adanya pemecahan H2O2 oleh enzim katalase yang
dihasilkan oleh bakteri itu sendiri sehingga bakteri ini termasuk ke dalam bakteri
katalase positif. Demikian yang terjadi pada bakteri S. epidermidis, terbentuk
gelembung – gelembung oksigen di sekitar olesan bakteri. Komponen H2O2 ini
merupakan salah satu hasil respirasi aerobik bakteri, dimana hasil respirasi
tersebut justru dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena bersifat
toksik.Mekanisme enzim katalase memecah H2O2 yaitu saat melakukan respirasi,
bakteri menghasilkan berbagai macam komponen salah satunya H2O2. Dengan
enzim katalase, H2O2 diurai dengan reaksi sebagai berikut :

2 H2O2 2H2O + O2 (Novianti, 2019)

Dari koloni yang terdapat di media MSA dan BAP yang telah kami buat
kemudian di uji Katalase hasil yang kami dapatkan adalah positif yang dimana
ditunjukkan dengan adanya gelembung udara yang timbul ketika koloni bakteri di
homogenkan pada reagen H2O2 yang berarti bahwa di kedua Media baik di MSA
dan BAP posistif terdapat bakteri Staphylococcus dan negatif terdapat bakteri
Streptococcus. Setelah itu dikarenakan sudah diketahui bahwa bakteri yang kita
dapatkan adalah bakteri Staphylococcus, sekarang kami akan mengidentifikasi
bakteri tersebut mengingat bahwa bakteri Staphylococcus terbagi menjadi 2
golongan yaitu yang bersifat patogen ( S. Aureus ) dan non patogen (S.epidermidis
dan S.Saprofiticus ) dengan uji koagulase.

Dalam uji koagulase terdapat 2 metode, yaitu uji slide dan uji tabung. Uji
slide atau clumping factor digunakan untuk mengetahui adanya ikatan koagulase.
Uji slide dikerjakan dengan cara setetes aquadest atau NaCl fisiologis steril
diletakkan pada kaca benda, kemudian satu usa biakan yang diuji, disuspensikan.
Setetes plasma diletakkan di dekat suspensi biakan tersebut, keduanya dicampur
dengan menggunakan osa dan kemudian digoyangkan. Reaksi positif terjadi
apabila dalam waktu 2 – 3 menit terbentuk presipitat granuler. Uji tabung
digunakan untuk mengetahui adanya koagulase bebas dengan cara 200 µl plasma
dimasukkan secara aseptis ke dalam tabung reaksi steril. Sebanyak 3 – 4 koloni
biakan Staphylococcus sp. yang diuji ditambahkan ke dalam tabung reaksi
kemudian dicampur hati-hati. Selanjutnya, tabung o dimasukkan ke dalam
inkubator pada suhu 37 C. Pengamatan dilakukan pada 4 jam pertama, dan
sesudah 18-24 jam. Reaksi positif akan terjadi apabila terbentuk clot atau jelly dan
ketika tabung dimiringkan jelly tetap berada di dasar tabung (Khrisna, 2013)

Namun pada praktikum kali ini kami menggunakan metode tabung


dikarenakan kami ingin melihat ada atau tidaknya koagulase bebas. Uji koagulase
bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan enzim koagulase.
Produksi koagulase adalah kriteria yang paling umum digunakan untuk
identifikasi sementara S. aureus. Reaksi koagulase positif sangat penting untuk
membedakan S. aureus dengan spesies staphylococcus yang lain. Koagulase
merupakan protein ekstraseluler yang dihasilkan oleh S. aureus yang dapat
menggumpalkan plasma dengan bantuan faktor yang terdapat dalam serum
sehingga nantinya enzim ini akan berikatan dengan fibrinogen yang terdapat pada
plasma dan akan membentuk gumpalan. Oleh karena itu peran koagulase yang
dihasilkan oleh S. aureus dapat digunakan sebagai sarana diagnostik (Khrisna,
2013). Setelah dilakukannya uji koagulase dan diinkubasi kemudian diamati
hasilnya. Diadapatkannya gumpalan plasma yang menunjukkan bahwa koloni
yang kita amati adalah koloni bakteri Staphylococcus aureus.

Jadi dapat disimpulkan dari praktikum serta uji – uji yang telah
dilaksanakan bahwa sampel yang kami gunakan dalam pemeriksaan identifikasi
bakteri Staphylococcus dan Streptococcus adalah sampel swab tangan dari salah
satu petugas kebersihan di area kampus Poltekkes Denpasar. Swab tangan tersebut
dimasukkan pada media transport yaitu media Thioglikolat. Dimana hasil yang
didapatkan adalah bakteri yang bersifat anaerob fakultatif sesuai dengan sifat
bakteri Staphylococcus dan Streptococcus yaitu anaerob fakultatif . Setelah itu
ditanam koloni bakteri pada 2 media yaitu MSA yang digunakan untuk
mengidentifikasikan khusus bakteri Staphylococcus dan BAP untuk
mengidentifikasikan bakteri Streptococcus. Pada media MSA didapatkan koloni
kuning yang dimana menunjukkan adanya bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan pada media BAP terdapat koloni yang bersifat alpha hemolitik
kemungkinan terdapat bakteri Streptococcus atau Staphylococcus. Untuk
menegakkan atau menegaskan hal tersebut akhirnya kami melakukan uji katalase
yang dimana bertujuan untuk membedakan antara bakteri Staphylococcus dengan
Streptococcus. Koloni yang kita uji yaitu koloni yang terdapat di media MSA dan
BAP. Kemudian hasil dari uji katalse menunjukkan hasil positif yang berarti
bakteri yang terdapat di kedua media mempunyai enzim katalse. Enzim katalase
itu sendiri hanya dimiliki oleh bakteri Staphylococcus saja sehingga bakteri yang
terdapat di sampel swab tangan tersebut adalah bakteri Staphylococcus. Untuk
mengidentifikasi jenis dari bakteri Staphylococcus itu sendiri adalah dengan uji
koagulase. Dimana uji koagulase untuk menunjukkan apakah bakteri tersebut
memiliki enzim koagulase atau tidak. Dari hasil uji koagulase tersebut
menunjukkan hasil positif. Mengingat bahwa enzim koagulase hanya dimiliki oleh
bakteri Staphylococcus aureus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri yang
terdapat di sampel swab tangan adalah bakteri Staphylococcus berjenis
Staphylococcus aureus.

Anda mungkin juga menyukai