Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI II

IDENTIFIKASI Staphylococcus sp.

Disusun oleh:
RIZKY DEWI PRABANDARI
151910113021
KELOMPOK 5

LABORATORIUM BAKTERIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII-TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Staphylococcus termasuk bakteri berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih
1mm, tidak bergerak dan tidak membentuk spora (Jawetz,dkk,2006). Bentuk
Staphylococcus tersusun seperti buah anggur (Todar, 2008), sebagian besar mampu
memfermentasi manitol, koagulase serta enterotoksin. Bakteri Staphylococcus sp.
yang ditemukan pada manusia antara lain S. aureus, S. epidermidis, S. saprophyticus
(Aprilliana, dkk, 2013).
Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigenik dan
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan
merupakan suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang
tergabung, merupakan eksoskeleton yang kaku pada dinding sel. Peptidoglikan
dirusak oleh asam kuat atau lisozim (Dewi 2013).
Staphylococcus aureus dapat ditemukan di saluran hidung dan hampir di bagian
tubuh, termasuk kulit, rongga mulut dan saluran pencernaa., S. aureus menyebabkan
berbagai infeksi dan toksinosis supuratif (pembentukan nanah) pada manusia yakni:
lesi kulit superfisial seperti bisul, stek dan furuncules; infeksi yang lebih serius
seperti pneumonia, meningitis, dan infeksi saluran kemih; dan infeksi yang parah,
seperti osteomielitis dan endokarditis. (Todar, 2008-2012)
Banyak faktor virulensi potensial dari Staphylococcus aureus diantaranya: 1)
protein permukaan yang meningkatkan kolonisasi jaringan inang; 2) invasin yang
meningkatkan penyebaran bakteri dalam jaringan (leukocidin, kinase,
hyaluronidase); 3) faktor permukaan yang menghambat menelan fagositik (kapsul,
protein A); 4) sifat biokimia yang menigkatkan keangsungan hidup mereka dalam
fagosit (karotenoid, produksi katalase); 5) penyamaran imunologis; 6) racun yang
merysak membran dan melisiskan membran sel eukariotik (hemolisin, leukositosin
dan leukosidin).
S. epidermidis biasanya ditemukan di kulit dan membran mukosa manusia.
Sebagian besar S. epidermidis bersifat non patogenik dan dapat menjadi flora
normal, namun bisa menjadi patogen di lingkungan rumah sakit atau jika berpindah
tempat (Todar, 2008-2012). Contoh infeksi akibat S. epidermidis adalah
endokarditis prostheticvalveve setelah implantasi katup prostetik (Verhoef & Fleer,
1983), keratitis karena penggunaan lensa kontak (Elder et al. 1995), keterlambatan
timbulnya endophytal-mitis pasca operasi yang terkait dengan implantasi lensa
intraokular (Jansenet al, 1991).
S. saprophyticus dapat ditemukan pada rektum yakni sebanyak 40% dan
ditemukan juga pada saluran urogenital wanita sehat sebanyak 6,9%.
Staphylococcus saprophyticus dapat menyebabkan infeksi saluran kemih baik pada
wanita maupun pria. (Raul Raz, Raul Colodne & Calvin M. Kunin, 2005)

1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan karakteristik bakteri
Staphylococcus sp. menggunakan uji katalase dan koagulase.
BAB II METODE PRAKTIKUM

2.1. Tanggal dan Tempat Praktikum


Tanggal dan Tempat Praktikum Keterangan
3 Februari 2020, di Laboratorium Melakukan penanaman bakteri
Mikrobiologi FK UNAIR. Staphylococcus pada media BAP (Blood
Agar Plate) dan media MSA (Mannitol
Salt Agar).
4 Februari 2020, di Laboratorium Melakukan pewarnaan gram dari bakteri
Mikrobiologi FK UNAIR. yang telah ditenam di media BAP dan
MSA serta melakukan penanaman pada
media NSA (Nutrient Slant Agar) dari
mediaa MSA.
5 Februari 2020, di Laboratorium Melakukan pengamatan pada media
Mikrobiologi FK UNAIR. NSA, apakah bakteri tumbuh dengan
baik.
10 Februari 2020, di Laboratorium Melakukan penanaman pada media NB
Mikrobiologi FK UNAIR. (Nutrient Broth).
11 Februari 2020, di Laboratorium Melakukan uji katalase dan koagulase.
Mikrobiologi FK UNAIR.

2.2. Prosedur Praktikum

Penanaman bakteri Penanaman bakteri Penanaman bakteri Penanaman bakteri


pada media BAP, pada media MSA, pada media NAS, pada media NB,
inkubasi 37˚C inkubasi 37˚C inkubasi 37˚C inkubasi 37˚C
selama 24 jam. selama 24 jam. selama 24 jam. selama 24 jam.

Amati Lakukan uji katalase


terbentuknya Amati apakah dengan
Lakukan pewarnaan
hemolisa. terbentuk zona menambahkan 3%
gram dari masing-
Alpha/ kuning H2O2.amati
masing media
betta/gamma keemasan terbentuknya
dengan OCV, Lugol,
gelembung (kurang
Alkohol dan
lebih 30 detik)
Safranin
hemolisa Lakukan uji
koagulase dengan
Lalu amati menggunakan perbandingan 1:1
mikroskop dengan (plasma dan koloni
perbesaran 1000X. akteri), inkubasi
Identifikasi bakteri, 37˚C selama 24 jam.
apakah termasuk kedalam Amati terbentuknya
gram + (berwarna ungu) clot fibrin atau
atau gram – (berwarna gumpalan
merah)
2.2.1 Media Blood Agar
Prinsip dari metode BAP yaitu untuk mendapatkan koloni yang benar-benar
terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. (Dwi, 2016)
media BAP (Blood Agar Plate) digunakan untuk mendeteksi kemampuan
hemolisa bakteri (teknik yang dilakukan adalah streak plate). Terdapat tiga jenis
hemolisis yaitu beta hemolisis, alfa hemolisis, dan gamma hemolisis. Beta
hemolisis merupakan lisis lengkap sel darah merah dan hemoglobin, alfa
hemolisis mengacu pada lisis parsial/lisis sebagian dari sel darah merah dan
hemoglobin, gamma hemolisis yaitu tidak terjadi hemolisis dimana tidak ada
perubahan warna dalam media (Buxton, 2013).

2.2.2 Media Mannitol Salt Agar


Mannitol salt agar (MSA) merupakan media selektif dan media diferensial
(Sharp, 2006). Penanaman dilakukan dengan cara satu usa biakan diambil dari
media pepton, dan diusapkan pada mediaMSA, kemudian diinkubasi pada 37°C
selama 24 jam(Lay, 1994)
Pada uji fermentasi karbohidrat yaitu Mannitol, yang akan dilihat adalah
pembentukan asam yang akan terlihat dari perubahan warna medium menjadi
kuning ataupun tidak berubah warna dan pembentukan gas yang terlihat dari
adanya gas dalam tabung (karimela et al, 2018)

2.2.3 Pewarnaan Gram


Cara kerja dari pewarnaan gram yakni tuangkan 1−2 tetes aquades steril
diletakkan di atas kaca objek, koloni bakteri di ambil satu ose dari media
diletakkan di atas aquades steril dan sebarkan hingga merata, biarkan olesan
tersebut kering karena udara. Setelah olesan benar-benar kering kemuadian
lalukan kaca objek tersebut beberapa kali di atas nyala api sampai kaca objek
terasa agak panas bila ditempelkan pada punggung tangan. Kemudian ditetesi
dengan larutan kristal ungu (Gram A), dan didiamkan selama satu menit,
kemudian cuci menggunakan aquades pada botol semprot dan dikeringkan.
Selanjutnya ditetesi dengan larutan iodium (Gram B) dan dibiarkan selama 2
menit, dicuci menggunakan aquades pada botol semprot dan dikeringkan.
Kemudian ditetesi dengan larutan etanol 95% (Gram C) selama 30 detik, dicuci
menggunakan aquades pada botol semprot dan dikeringkan. Setelah itu ditetesi
dengan larutan safranin (Gram D) atau zat penutup dan didiamkan selama 30
detik, kemudian dicuci menggunakan aquades pada botol semprot dan
dikeringkan. Selanjutnya diamati dengan menggunakan mikroskop pada
pembesaran kuat (Waluyo, 2010).
Pewarnaan gram dapat digunakan untuk mengklasifikasikan bakteri, ada dua
interpretasi hasil yakni bakteri Gram positive berwarna ungu dan bakteri Gram
Negative berwarna merah (Misbach & Yuniarty 2016).

2.2.4 Media Nutrient Agar Slant


NA (Nutrient Agar) merupakan suatu medium yang berbentuk padat,
NA(Nutrient Agar) dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan
menggunakan agar sebagai pemadat. (Rossita, Aqmarin Septian, dkk., 2017).
Media ini digunakan untuk menumbuhkan dan menyimpan biakan murni
sebagai stok biakan murni yang digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari
mikroorganisme yang tak selektif (Hamidayati dkk, 2008).

2.2.5 Media Nutrient Broth


Nutrient Broth (NB) adalah media pembiakan bakteri cair yang terbuat dari
ekstrak daging sapi. Komposisi untuk media NB sama dengan NA, tetapi tidak
memakai agar sebagai pemadat. (Yodong, 2017).
Media akan keruh jika bakteri telah tumbuh di dalamnya, digunakan untuk
memperbanyak koloni bakteri.

2.2.6 Uji Katalase


Uji Katalase dilakukan dengan meneteskan hidrogen peroksida (HP2) 3% pada
gelas obyek yang bersih. Biakan dioleskan pada gelas obyek yang sudah ditetesi
hidrogen peroksida dengan usa. Suspensi dicampur secara perlahan menggunakan
usa, hasil yang positif ditandai oleh terbentuknya gelembung-gelembung udara
(Hadioetomo, 1990)
Uji katalase pada bakteri bentuk kokus digunakan untuk membedakan
Staphylococcus dan Streptococcus (Karimela et al. 2017)

2.2.7 Uji Koagulase


Koagulase merupakan salah satu protein yang menyerupai enzim dan dapat
menggumpalkan plasma oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang
terdapat dalam serum (Karimela et al. 2017)
Reaksi positif akan terjadi apabila terbentuk clot atau jelly dan ketika tabung
dimiringkan jelly tetap berada di dasar tabung (Lay, 1994)
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Penanaman di Media BAP (Blood Agar Plate)


Darah domba adalah senyawa esensial yang digunakan untuk pembuatan media
agar darah dan media ini menjadi media standart untuk isolasi bakteri yang
mempunyai kemampuan untuk menghemolisa darah. Penambahan darah tersebut
bertujuan untuk mempersubur perbenihan (Enjang, 2003). Namun darah manusia
juga dapat digunakan yakni golongan O.
Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang telah kami lakukan, diperoleh
bakteri yang memiliki kemampuan gamma hemolisa karena tidak ada perubahan
warna di sekitar. Selain itu, kami juga mengamati morfologi dari bakteri dan
didapatkan hasil bahwa bakteri tersebut berbentuk circular, elevasi raised, dengan
margin entire, permukaannya halus berwarna putih dan tidak tembus pandang.
Hasil pengamatan pada media BAP ini sesuai dengan yang pernah dilaporkan
oleh Buxton (2013) bahwa gamma menunjukkan tidak adanya hemolisa.
Seharusnya tidak ada reaksi di sekitar medium sehingga tidak terjadi perubahan
warna dalam media.

Gambar 3.1 Kiri gambar hasil praktikum pertumbuhan bakteri pada media
BAP. Kanan gambar dari (Buxton, 2015) gamma hemolisis pada bakteri
Staphylococcus di media BAP

3.2. Hasil Penanaman di Media MSA (Mannitol Salt Agar)


Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang telah kami lakukan pada media
MSA, terlihat adanya perubahan warna menjadi kekuningan, hal itu berarti bakteri
memfermentasi atau menghasilkan manitol.
Hasil pengamatan pada media MSA ini sesuai dengan yang pernah dilaporkan
oleh Badan Strandardisasi Internasional (2015) bahwa Bakteri S. aureus dapat
memfermentasi Mannitol sehingga media MSA akan berubah dari warna merah
menjadi kuning keemasan sedangkan sedangkan S. epidermis tidak dapat
memfermentasi Mannitol.

Gambar 3.2. Kiri gambar hasil praktikum pertumbuhan bakteri pada media
MSA. Kanan gambar dari (Sulaiman, 2014) hasil uji MSA pada S. aureus, S
epidermidis dan Microccus luteus
3.3. Hasil Pewarnaan Gram
Berdasarkan praktikum dan pengamatan pewarnaan gram yang telah kami
lakukan, kami memperoleh hasil bakteri gram positif karena pada saat kami amati
dengan mikroskop perbesaran 1000x tampak berwarna ungu, selain itu juga
didapatkan hasil coccus bergerombol seperti buah anggur.
Hasil pengamatan pada mikroskop ini sesuai dengan yang pernah dilaporkan
oleh (Retnowati, Bialangi, & Posangi 2011) ia menyatakan bahwa bakteri
Staphylococcus berdiameter sekitar 0,5 sampai 1,5μm dan disusun dalam
kelompok seperti buah anggur. Bakteri Gram positif memliki ciri berwarna ungu
atau violet ini disebabkan zat warna kristal violet tetap dipertahankan meskipun
diberi larutan pemucat/lugol. Dinding sel terluar bakteri Gram positif terdiri dari
peptodoglikan tebal.

Gambar 3.3. Kiri gambar dari (thisonevsthatone.com) bakteri gram positif dan
negatif pada perbesaran 1000x. Kanan gambar hasil praktikum pewarnaan gram
perbesaran 1000x.

3.4. Hasil Penanaman di Media (NAS) Nutrient Agar Slant


Tujuan penanaman bakteri pada media NAS (Nutrient Agar Slant) ini adalah
untuk pembuatan kultur murni dengan prinsip mengkulturkan satu jenis bakteri pada
agar miring. Pada saat diamati, setelah dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu
370C setelah penanaman didapatkan hasil yaitu adanya pertumbuhan bakteri dengan
pigmen putih dan permukaan yang tidak rata (bergelombang).

Gambar 3.4 Kiri gambar hasil praktikum penanaman pada media NAS. Kanan gambar
dari (Munawar, 2017) media nutrient agar slant
3.5. Hasil Penanaman di Media (NB) Nutrient Broth
Nutrient Broth (NB) merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk
cair. Prinsip penanamannya yaitu mengkultur bakteri pada media cair sehingga
media berubah menjadi keruh. Tujuan dari penanaman bakteri Staphylococcus sp.
di media Nutrient Broth (NB) adalah untuk mempermudah dalam uji lanjutan.
Gambar 3.5 Kiri gambar hasil praktikum penanaman pada media NB. Kanan gambar
dari (wordpress.com, 2011)
3.6. Hasil Uji Katalase
Berdasarkan praktikum dan penagamatan uji katalase yang telah kami lakukan,
terdapat adanya gelembung setelah penambahan H2O2 dalam waktu sekitar 30
detik, hal ini menunjukkan katalase positif.
Hasil ini seusai dengan yang pernah dilaporkan oleh (Karimela et al, 2017)
Reaksi positif ditunjukan dengan adanya gelembung – gelembung gas (O2)
setelah dilakukan penambahan beberapa tetes H2O2 3%.
Uji katalase ini mendeteksi enzim katalase pada beberapa bakteri yang bersifat
anaerobic fakultatif dan bakteri aerobic yang mengandung sitokrom kecuali
bakteri yang tergolong pada Streptococcus and Enterococcus (Services 2015).

Gambar 3.6. Kiri gambar hasil praktikum Uji katalase positif. Gambar Kanan
gambar dari jurnal (Toelle, 2014) hasil uji katalase.

3.7. Hasil Uji Koagulase


Uji koagulase dilakukan dengan 2 metode yakni: uji slide dan uji tabung. Uji
slide atau clumping factor digunakan untuk mengetahui adanya ikatan koagulase.
Uji slide akan menunjukkan reaksi positif terjadi apabila dalam waktu 2-3 menit
terbentuk presipitat granuler (Briickleretal.,1994).
Uji tabung digunakan untuk mengetahui adanya koagulase bebas dengan cara
200 f-ll plasma dimasukkan secara aseptis ke dalam tabung reaksi steril. Sebanyak
3-4 koloni biakan Staphylococcus sp. yang diuji ditambahkan ke dalam tabung
reaksi kemudian dicampur hati-hati. Selanjutnya, tabung dimasukkan ke dalam
inkubator pada suhu 37°C. Pengamatan dilakukan pada 4 jam pertama, dan
sesudah 18-24 jam. Reaksi (Lay, 1994).
Berdasarkan praktikum yang telah kami amati, terlihat pada gambar pengamatan
koagulase negatif karena tidak terbentuk clot fibrin pada tabung. Hal ini sesuai
dengan yang pernah dilaporkan oleh (Lay, 1994) Reaksi positif akan terjadi
apabila terbentuk clot atau jelly dan ketika tabung dimiringkan jelly tetap berada
di dasar tabung.

Gambar 3.7. Kanan gambar dari (Karimela et al, 2018) Koagulase positif dan
negatif. Kiri gambar hasil percobaan koagulase negatif.
BAB IV KESIMPULAN
Dari serangkaian uji yang dikerjakan pada penanaman di media BAP (Blood
Agar Plate) bakteri menghasilkan gamma hemolisa karena ada kemungkinan
kontaminasi atau menurut jurnal yang saya baca bakteri S aureus yang ditanam tidak
mempunyai beta toksin sehingga reaksi hemolisa yang terjadi dapat gamma atau alfa
hemolisa. Bentuk bakteri: circular, elevasi raised, margin entire, permukaannya halus
berwarna putih dan tidak tembus pandang.. Kemudian pada pewarnaan gram, bakteri
terwarna ungu atau gram positif dengan bentuk bergerombol seperti anggur. Uji katalase
menghasilkan gelembung yang berarti katalase positif. Sedangkan pada uji koagulase
tidak menghasilkan gumpalan yang berarti koagulase negatif, koagulase negatif
menandakan bahwa bakteri tersebut bertindak sebagai penghasil infeksi oportunistik pada
manusia dan hewan. Dapat disimpulkan bahwa bakteri yang diuji adalah Staphylococcus
aureus non patogen.

\
BAB V DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Krishna. 2013. “Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus
aureus terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta”. Jurnal sain
veteriner. 31(2).
Buxton, R. 2005. Blood agar plates and hemolysis protocols. American Society for
Microbiology.
Buxton, R. 2015. Blood agar plates and hemolysis protocols. American Society for
Microbiology.
Dewi, K.A. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Karimela at al. 2018. Isolation and Identification of Staphylococcus Epidermidis
Bacteria in Pinekhue Smoked Fish. Manado: Universitas samratulangi.
Nurhidayanti, Faturrahman, dkk. 2015 . Deteksi Bakteri Patogen yang Berasosiasi
dengan Kappaphycus alvarezii (Doty) Bergejala Penyakit Ice-Ice. Jurnal Sains
Teknologi dan Lingkungan. Vol 1 No.2 . Mataram: Universitas Mataram.
Todar, Kenneth. 2005. Todar's Online Textbook of Bacteriology. Staphylococcus.
University of Winconsin-Madison. Department of Bacteriology.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM PRESS.
Wuryanti, dkk.2010. Uji Ekstrak Bawang Bombay sebagai Anti Bakteri Gram Positif
Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Cakram. Semarang:UNDIP
.

Anda mungkin juga menyukai