Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI III

Identifikasi Bakteri dari Sepsimen Usap Rektal 2

Disusun Oleh:
Naadiyah Putri Utami
151710113015
Kelompok 11

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi pencernaan adalah infeksi yang lebih umum terjadi di
seluruh dunia yang memgakibatkanmorbiditas dan mortilitas. Sebagaian besar
disebabkan oleh bakteri atau organisme lain. Pada negara berkembang dan
maju, gastroenteritis akut meliputi diare adalah penyebab utama mortilitas pada
bayi dan anak kecil umur >5 tahun (Waluyo, 2008).
Rectal swab adalah salah satu cara pengambilan spesimen untuk
infeksi saluran cerna. Rectal swab merupakan apusan yang dilakukan pada
daerah rectum (± 2-3 cm diatas lubang anus). Kuman-kuman pathogen
penyebab gastroenteritis dapat diisolasi dari swab rectum. Kuman-kuman yang
ditemukan di swab rectum juga terdapat pada saluran pencernaan (Djie dkk,
2006).
Infeksi yang menyerang saluran pencernaan hampir selalu dijumpai
dalam praktik dokter sehari-hari. Infeksi ini ditandai dengan adanya gejala
diare, nyeri perut atau muntah. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan
penunjang laboratorium untuk pemeriksaan infeksi pencernaan salah satunya
dapat dilakukan dengan menggunakan spesimen usap rektal.
Untuk membedakan antar spesies bakteri maka dilakukanlah
serangkaian uji biokimia. Pada prinsipnya pengamatan aktivitas biokimia atau
metabolisme mikroorganisme yang diketahui dari kemampuan mikroorganisme
untuk menggunakan dan menguraikan molekul yang kompleks dan molekul-
molekul sederhana (Prescott Et Al., 2005). Selain itu, metabolisme seringkali
menghasilkan hasil sampingan yang dapat digunakan untuk identifikasi

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk dapat mengidentifikasi


bakteri pada spesimen usap rektal 2. Selain itu praktikum ini juga di maksudkan
untuk mengetahui jenis dari bakteri dalam sampel.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1.1 Tanggal Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanakan mulai pada tanggal 26 November 2018 sampai
dengan tanggal 29 November 2018. Dengan rincian sebagai berikut:
1. Tanggal 26 November 2018 mahasiswa melakukan kegiatan
pengecatan gram dan penanaman bakteri dari sampel feses ke media
Mac Conkey (MC) dan Salmonella Shigella (SS)
2. Tanggal 27 November 2018 mahasiswa melakukan kegiatan
penanaman pada media NAS
3. Tanggal 28 November2018 mahasiswa melakukan kegiatan uji
biokimia
4. Tanggal 29 November 2018 mahasiswa melakukan kegiatan uji
biokimia lanjutan dan pengamatan hasil uji biokimia

1.2 Prosedur
Media Mac
Pengecatan gram Conkey dan
Mengambil Salmonella
sampel (UR2) Shigella lalu di
inkubasi 24 jam

Mengambil koloni Menanam koloni


dari NAS untuk tunggal dari MC
dilakukan uji DAN SS ke media
biokimia NAS, inkubasi 24
jam

Uji TSI, Uji MR, Uji Uji VP, Uji , Uji , Uji indol,
inkubasi inkubasi urease, inkubasi motilitas sitrat inkubasi
24 jam 24 jam inkubasi 24 jam inkubasi inkubasi 24 jam
24 jam 24 jam 24 jam

Tetesi 2-3 tetes Tetesi α nafthol Tetesi 5 tetes


methyle red dan KOH 40 % 3:1 reagen kovac
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Media Mac Conkey


Pertumbuhan pada MacConkey agar menunjukkan organisme tahan
terhadap kristal violet dan garam empedu, dan cenderung bersifat gram negatif.
Pertumbuhan yang berwarna merah muda merah menunjukkan organisme tersebut
memiliki kemampuan untuk memfermentasi laktosa (Brooks et al, 2013). MacConkey
agar (MAC) adalah media selektif dan diferensial yang digunakan untuk isolasi dan
diferensiasi bakteri gram negatif non-fastidious, khususnya anggota
Enterobacteriaceae keluarga. Agar MacConkey direkomendasikan untuk deteksi dan
isolasi coliform dan patogen usus dari tinja, urin, air dan bahan lainnya. Pada
praktikum yang dilakukan kelompok 11 diperoleh koloni tunggal berbentuk smooth
dan transparan (non lactose fermenter).

Gambar 3.1.1 kiri gambar hasil praktikum koloni smooth, transparan, non lactose
fermenter. Kanan gambar dari (Pelczar, 2007) non lactose fermenter smooth.

3.2. Media Salmonella Shigella


Salmonella Shigella Agar adalah media yang cukup selektif di mana bakteri
gram positif dihambat oleh garam empedu, briliant green dan natrium sitrat. Ekstrak
danging sapi ditambahkan untuk menutrisi pertumbuhan, sedangkan lactosa
merupakan jenis karbohidrat yang dapat difermentasi, pemberian lavtosa dapat
digunakan untuk membedakan bacteri yang dapat memfermentasi lactosa atau tidak.
Kandungan tiosulfat pada media dapat di reduksi menjadi gas sulfit dan H2S oleh
bakteri yang memiliki enzim reduktase tiosulfat. Produksi gas H 2S di deteksi sebagai
endapan hitam tak larut dari sulfida besi yang ditunjukkan pada pusat koloni
(Pelczar, 2007). Media ini direkomendasikan sebagai media diferensial dan selektif
untuk isolasi spesies Salmonella dan Shigella dari spesimen patologis. Pada hasil
praktikum kelompok 11 diperoleh hasil koloni nampak sedikit hitas dan non lactose
fermenter

Gambar 3.2.1. Kiri gambar hasil praktikum koloni bakteri berwarna hitam dan non
lactose fermenter. Kanan gambar dari (Scharf, 2008) macam-macam jenis
Enterobacteriaceae pada media SS

3.3 Media NAS

Penanaman pada media NAS bertujuan untuk mendapatkan kultur murni


dari koloni tunggal yang ada pada media BAP/NAP. Sehingga meminimalisir
adanya kontaminan bakteri lain yang dapat menimbulkan kesalahan identifikasi
pada uji-uji selanjutnya.
Gambar 3.3.1. Kiri gambar koloni transparan homogen. Gambar kanan nampak
koloni homogen.

3.4. Pengecatan Gram

Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang membedakan bakteri


berdasarkan sifat dinding sel. Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan dan
bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama yang bergantung pada
jumlah peptidoglikan yang ada di dinding selnya. Organisme gram positif memiliki
lapisan peptidoglikan yang tebal, sedangkan organisme Gram negatif memiliki
lapisan peptidoglikan tipis, ditambah membran luar tambahan yang tidak ada pada
organisme Gram positif (Waluyo, 2008). Pada hasil praktikum teramati bakteri
batang bulat gram negatif.

Gambar 3.4.1. Kiri gambar dari (Waluyo, 2008) bakteri batang gram negatif. Kanan
gambar hasil praktikum diperoleh bakteri batang gram negatif.

3.5. Uji Indol

Bakteri yang tergolong dalam grup fekal dapat memecah asam amino
triptofan dan menghasilkan senyawa berbau busuk yang disebut indol. Adanya indol
akan menyebabkan amil alkohol berubah warnanya menjadi merah tua. Uji yang
menggunakan penunjuk amil alkohol disebut metode Kovacs (Prescott Et Al, 2008).
hasil uji indol kelompok 11 diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin)
berwarna merah tua pada permukaan biakan. Penambahan reagen kovac pada media
diteteskan dipermukaan media, tidak perlu dikocok agar memperjelas pembentukan
cincin. Pada uji indol ini biakan yang diambil dianjurkan dari media BAP, dan sangat
tidak dianjurkan diambil dari media Mac Conkey. Karena pada media Mac conkey
sudah ditambhankan indikator pH dan warna lactosa yang akan membuat interpretasi
warna sulit (Sunatmo, 2007).

Gambar
3.4.1. Kiri gambar hasil praktikum tidak terbentuk cicin merah. Kanan gambar dari
(Sunatmo, 2007) kiri belum di inokulasikan, tengah indol positif, kanan indol negatif.

3.5. Uji Methyle Red

Uji methyl red digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam


campuran. Methyl Red berwarna merah pada lingkungan dengan pH 4.4 dan
berwarna kuning dalam lingkungan dengan pH 6.2. Fermentasi asam campuran
ditentukan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme dalam kaldu yang
mengandung glukosa, dan setelah masa inkubasi menambahkan reagens methyl red.
Bila terjadi fermentasi, biakan akan tetap berwarna merah. Bila tidak terjadi
fermentasi, biakan berubah menjadi kuning setelah penambahan reagen methyl red
(Scharf, 2008). Uji ini sangat berguna dalam identifikasi kelompok bakteri yang
menempati saluran pencernaan. Dari pengamatan diperoleh hasil positif karena
terjadi perubahan warna media menjadi merah Artinya, bakteri ini tidak
mengahasilkan asam campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang
terkandung dalam medium MR.
Gambar 3.5.1. Kiri gambar dari (microbiologi.com, 2006) kiri MR(-), kanan MR (+).
Kanan gambar dari hasil praktikum, terjadi ada perubahan warna menjadi merah MR
(+)

3.6. Uji Voges-Proskauer

Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang


melaksanakan fermentasi 2,3-butanadiol. Bila bakteri memfermentasi karbohidrat
menjadi 2,3-butanadiol sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan bahan
tersebut dalam media pertumbuhan. Penambahan 40% KOH dan 5% larutan
alphanaphtol dalam ethanol dapat menentukan adanya asetoin (asetil metil karbonil),
suatu senyawa pemuka dalam sintesis 2,3 butanadiol.

Pada penambahan KOH, adanya asetoin ditunjukan adanya perubahan


warna menjadi merah muda. Perubahan warna ini diperjelas dengan penambahan
larutan alpha-naphtol (Waluyo, 2008). Dari hasil pengamatan diperoleh hasil negatif
karena tidak terjadi perubahan warna media. Artinya bakteri tidak menghasilkan
asetil metil karbinol (asetoin) dari proses fermentasi glukosa.

Gambar 3.6.1. Kiri gambar dari (microbiologi.com, 2006) kiri VP (-) kanan VP (+).
Kanan gambar hasil praktikum tidak ada perubahan warna media VP (-)

3.7. Uji Sitrat

Uji keenam ialah uji Simmone citrate. Sitrat merupakan salah satu
komponen utama dalam siklus Krebs yang merupakan hasil reaksi antara asetil
koenzim A (CoA) dengan asam oksaloasetat (4C). Sitrat dibuat oleh enzim sitrase
yang menghasilkan asam oksaloasetat dan asetat kemudian melalui proses enzimatis
diubah menjadi asam piruvat dan karbon dioksida. Selama reaksi tersebut medium
menjadi bersifat alkali (basa) karena karbondioksida yang berikatan dengan sodium
(Na) dan air (H2O) membentuk sodium carbonat (Na2CO3). Adanya sodium
karbonat inilah yang akan mengubah indikator bromthymol blue pada medium
menyebabkan medium berubah warna dari hijau menjadi biru tua (Scharf, 2008).
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil positif karena terjadi perubahan warna dari
hijau menjadi biru.
Gambar 3.7.1. Kiri gambar dari (microbiologi.com, 2006) kiri sitrat (-) kanan sitrat
(+). Kanan gambar hasil praktikum terdapat sedikit perubahan warna media dari
hijau menjadi biru sitrat (+)

3.8. Uji Urease

Reaksi positif ditandai dengan perubahan medium menjadi merah muda


(sangat merah muda). Perubahan warna dapat terjadi saat enzim urease memutus
ikatan karbon dan nitrogen untuk membentuk amoniak. Adanya amoniak
menyebabkan suasana medium menjadi alkali/basa sehingga indikator phenol red
akan berubah menjadi merah muda pada medium, hal ini mengindikasikan terjadinya
reaksi positif atau dihasilkannya urease (Waluyo, 2008). Hasil uji menunjukkan hasil
yang negatif pada isolat karena pada media tidak terbentuk warna merah muda
setelah inkubasi selama 24 jam. Artinya bakteri tidak memiliki enzim urease yang
dapat mengubah urea menjadi amonia yang meiliki pH basa.

Gambar 3.8.1. Kiri gambar dari (Djide dkk, 2006) warna asli
media kuning jika tidak berubah menjadi merah muda sitrat (-) jika berubah sitrat
(+). Kanan gambar hasil praktikum tidak terdapat perubahan warna media menjadi
pink sitrat (-).
3.9. Uji TSI (Triple Sugar Iron)

Pada uji TSI warna media slant berubah menjadi merah karena bakteri
bersifat basi menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan
sukrosa. Pembentukan gas positif ini hasil dari fermentasi H 2 dan CO2 dapat dilihat
dari pecahnya dan terangkatnya agar. Pada media daerah butt media berubah
berwarna kuning ini menandakan bakteri memfermentasi glukosa. Untuk
pengamatan pola-pola pengunaan karbohidrat. TSI agar mengadung laktosa dan
sukrosa dalam konsentrasi 1%, glukosa 0,1% dan phenol red sebagai indicator yang
menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana
asam (Koolman, 2001). TSI juga mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat
untuk penghasil H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam
untuk membedakan bakteri H2S dengan bakteri-bakterinya. Dari hasil pengamatan
diperoleh hasil alkai acid, yakni bakteri dapat memfermentasi glukosa namun tidak
dapat memfermentasi laktosa dan sukrosa. Tidak terlihat retak pada media yang
menandakan bahwa bakteri tidak mengasilkan gas. terdapatda endapan hitam yang
berarti bakteri menghasilkan H2S.

Gambar 3.9.1. Kiri gambar dari (Koolman, 2001) merupakan berbagai


hasil dari uji TSI. Kanan merupakan gambar hasil praktikum terjadi sedikit
perubahan warna pada slant menjadi warna merah dan butt kuning alkali -acid, gas
(-), H2S (+)

3.10. Uji Motilitas

Pengujian motilitas dilakukan untuk melihat bakteri yang memiliki flagella,


yang ditandai dengan melebarnya bakteri pada bagian atas permukaan medium
praktikum diperoleh hasil motilitas negatif karena lokasi bakteri tumbuh hanya pada
tempat penusukan saja. yang ditandai dengan tidak adanya pergerakan bakteri yang
menyerupai rambatan-rambatan akar disekitar daerah tusukan (inokulasi) dan media
tidak berubah menjadi keruh seperti kabut, hal ini berarti kesebelas isolat bersifat non
motil (Aguswinarto, 2016).

Gambar 3.10.1. Kiri gambar hasil praktikum, bakteri motil tumbuh diluar garis
penusukan. Kanan gambar dari (Koolman, 2001) kiri bakteri non motil, kanan
bakteri motil.
BAB 4
KESIMPULAN

Dari serangkaian uji identifikasi didapatkan hasil Mac Conkey smooth dan
non lactose fermenter, pada media Salmonella Shigella koloni hitam non lactose
fermenter, pengecatan gram diperoleh hasil bakteri batang gram negatif, uji TSI
alkali acid gas (-) H2S (+), uji indol (-), uji MR (+) dan VP (-), uji urease (-), uji
sitrat (+), uji motilitas (+). Maka dapat disimpulkan bahwa bakteri tersebut
mendekati sifat dan karakteristik dari Salmonella parathypi B.
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA

Aguswinarto, 2016. Aktifitas Anti Mikroba Bakteri Asam Laktat Asal Wikau
Maombo terhadap Bakteri Patogen E. Coli dan Aplikasinya pada
Pembuatan Minuman Prebiotik Gula Aren [Proposal Penelitian]. Kendari:
Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian. Universitas Halu Oleo.
Brooks G, Carroll K, Butel J, Morse S, Mietzner T, penyunting. Normal human
microbiology. Jawetz, Melnick, Adelberg’s medical microbiology. Edisi
ke-26. New York: Mc Graw-Hill; 2013. Hlm. 122-45.
Djide, Natsir & Sartini. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Laboratorium
Mikrobiologi Farmasi. Universitas Hasanuddin. Makassar ; 123.
Koolman, R. 2001. Biokimia Atlas Berwarna Dan Teks. Jakarta (ID): Hipokrates.
Scharf, M.E., Tartar, A. 2008. Termite digestomes as sources for novel
lignocellulases. Biofuels Bioprod Bioref. 2:540-552.
Sunatmo, T.I. 2007. Eksperimen Mikrobiologi dalam Laboratorium. Jakarta: Ardy
Agency.
Prescott LM, Harley JP dan Klein DA. 2005. Microbiology. Edisi ke-6, Mc. Graw
Hill. Boston.
Waluyo, L. 2008. Teknik dan metode dasar dalam mikrobiologi. Universitas
Muhammadiyah. Malang.

Anda mungkin juga menyukai