Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN UJIAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI MKP

PEMERIKSAAN SPESIMEN USAP TENGGOROK

Oleh
HAFSYAH EL NAVIS
NIM : 151510113001
(Kelompok: AI)

FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyebab kematian tertinggi di dunia adalah infeksi. Sekitar lima puluh
tiga juta kematian di seluruh dunia, sepertiganya disebabkan oleh infeksi. Selain
itu, menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) setiap tahun
sedikitnya 2 juta orang menderita infeksi bakteri yang resisten terhadap satu atau
lebih antibiotik di Amerika Serikat. Sedikitnya 23 ribu orang juga meninggal
setiap tahun sebagai akibat langsung dari infeksi bakteri yang resisten terhadap
antibiotik ini (CDC, 2017).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi yang
menyerang satu bagian atau lebih saluran napas, dimulai dari hidung sampai
alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telingan tengah, pleura). Infeksi
saluran pernapasan akut terbagi atas infeksi saluran pernapasan bawah dan infeksi
saluran pernapasan atas. Infeksi saluran pernapasan atas diantaranya adalah rinitis
atau common cold, nasofaringitis, faringitis, radang tenggorokan, tonsilitis dan
otitis media. (Kementrian Kesehatan RI, 2012)
Radang tenggorokan merupakan respon tubuh terhadap masuknya bahan
asing pada tenggorokan, salah satunya adalah bakteri. Radang tenggorokan
ditunjukkan dengan diagnosis klinis seperti amandel memerah dan membesar,
adanya nanah di dalam lipatan amandel, sakit saat menelan dan demam tinggi.
Kondisi tubuh pasien yang berbeda-beda memerlukan penanganan medis yang
berbeda pula. Dalam menangani pasien, dokter memerlukan fakta yang dapat
memperkuat diagnosisnya. Selain melalui diagnosis klinis, pemeriksaan
laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang dokter untuk membuktikan
diagnosisnya. Pemeriksaan laboratorium bakteri penyebab radang tenggorokan
dilakukan untuk memperkuat diagnosis klinis. Pemeriksaan diawali dengan
pengambilan sampel melalui usap (swab) tenggorok dari seorang pasien yang
menunjukkan gejala- gejala terkena penyakit radang tenggorokan kemudian
dilakukan identifikasi bakteri terhadapnya (Jain N, 2001)
Identifikasi bakteri pada usap tenggorok merupakan langkah yang
penting untuk mengetahui informasi mengenai morfologi bakteri baik warna dan
bentuk sel bakteri melalui identifikasi mikroskopis dengan pewarnaan Gram
ataupun penampakan koloni bakteri secara makroskopis untuk mengetahui genus
dari bakteri. Informasi biokimia juga diperlukan untuk mengetahui spesies dari
bakteri. (Peros, 2013)
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk melakukan analisis dan serangkaian
uji untuk mengidentifikasi kuman dari spesimen usap tenggorok serta untuk
menegakkan diagnosis infeksi akibat bakteri.
III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Tempat dan Tanggal Pelaksanaan


Ruang Praktikum Mikrobiologi F.Kedokteran Univesitas Airlangga
Senin, 30 Oktober 2017
2.2 Prosedur

Siapkan alat dan bahan 1


yang dibutuhkan Usap Tenggorok

3 2

AOCV
Penanaman di media Lugol
Pengecatan Gram
Blood Agar Plate Alkohol
Safranin
Inkubasi 37oC 24 jam

4
Penanaman di Media
Nutrient Agar Slant

Inkubasi 37oC 24 jam

5
Uji Koagulase

Penanaman di Media
6 Nutrient Broth

Uji Katalase
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pewarnaan Gram


Pewarnaan Gram bertujuan untuk mengamati morfologi sel bakteri dan
mengetahui kemurnian sel bakteri. Pengecatan Gram merupakan salah satu
pewarnaan yang paling sering digunakan, yang dikembangkan oleh Christian
Gram. Bakteri dikelompokkan sebagai Gram positif apabila selnya terwarnai
keunguan, dan Gram negatif apabila selnya terwarnai merah. (Lay, 1994)

Staphylococcus sp. Streptococcus sp. Gambar 4.1

Setelah dilakukan pengecatan gram dapat diketahui bahwa bakteri


berwarna ungu, sehingga bakteri tersebut dapat dikategorikan sebagai bakteri
gram (+) / positif. Hal tersebut dikarenakan bakteri gram positif mempertahankan
zat warna crystal violet sehingga memunculkan warna ungu dibawah mikroskop.
Warna ungu pada bakteri gram positif sebab dinding sel bakteri tebal dan
mengandung lipid yang lebih normal. (Lay, 1994)

4.2 Hasil Penanaman Spesimen pada Media BAP


Media Blood Agar bukan merupakan media selektif murni. Blood Agar
Plate (BAP) mampu membedakan bakteri hemolitik dan nonhemolitik yaitu
berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah merah.
( Microbeworld, 2005).
Pada praktikum didapatkan hasil adanya pertumbuhan koloni bakteri pada
media Blood Agar Plate dan hemolisa (-) / negatif.
Gambar 4.2

4.3 Hasil Penanaman Nutrient Agar Slant

Media NAS merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan berbagai


macam mikroorganisme. Media NAS sering digunakan karena media tersebut
dapat menumbuhkan bakteri berbeda tipe, jamur, dan kandungan didalam media
NAS dapat membantu bakteri untuk tumbuh.(Purnomo, 2006)

Pada hasil praktikum didapatkan hasil : Positif bakteri tumbuh pada media
NAS.

Gambar 4.3
4.4 Hasil Penanaman Pada Media Nutrient Broth

Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair.


Intinya sama dengan nutrient agar. (Purnomo, 2006)

Gambar 4.4
4.5 Hasil Uji Katalase

Uji katalase, merupakan uji yang digunakan untuk membedakan spesies


Staphylococcus sp.dan Streptococcus sp. Katalase positif ditunjukkan adanya
gelembung gas (O2)yang diproduksi oleh genus Staphylococcus. Hasil positif
dikarenakan menghasilkan enzim katalase mampu menghidrolisis hidrogen
peroksida (H2O2) menjadi air (H2O) dan gelembung gas (O2). (Yurdakul, 2013).

Pada praktikum menunjukkan hasil : Positif yang ditandai dengan adanya


gelembung udara.

Uji Katalase Gambar 4.5

4.6 Hasil Uji Koagulase

Uji koagulase merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
enzim koagulase yang dihasilkan oleh Staphylococcussp. Hasil positif
ditunjukkan terbentuk gumpalan pada tabung/slide. Koagulase positif umumnya
dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, Koagulase negatif bertindak sebagai
patogen oportunistik (Yurdakul, 2013).
Pada hasil praktikum menunjukkan hasil koagulase negatif yang ditunjukkan
dengan tidak terbentuknya gumpalan/aglutinasi.

Uji Koagulase Gambar 4.6

Berbagai pemeriksaan yang dilakukan seperti pengecatan gram,


penanaman di media BAP, Nutrient Agar, Nurtient Broth, serta uji katalase dan
koagulase didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Pengecatan Gram : Gram positif dan berbentuk coccus seperti anggur


2. Penanaman BAP : Bakteri tidak menghemolisa media BAP.
3. Penanaman NAS : Bakteri tumbuh pada media NAS.
4. Penanaman Nutrient Broth : Bakteri tumbuh pada media Nutrient Broth.
5. Uji Katalase : Positif yang ditandai adanya gelembung udara.
6. Uji Koagulase : Negatif ditandai tidak terjadi gumpalan/aglutinasi.
V

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan seperti pewarnaan


gram, penanaman pada media BAP, penanaman pada media Nutrient Agar Slant,
penanaman pada media Nutrient Broth, tes koagulase dan tes katalase dapat
disimpulkan bahwa bakteri yang terkandung dalam sampel usap tenggorok yang
diperiksa mengadung bakteri Staphylococcus Koagulase Negatif.

.
DAFTAR PUSTAKA

Cahtim, A., dan Suharto. 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Bina Aksara Rupa. hal.39-52.

http://www.microbeworld.org/. Di akses pada tanggal 4 November 2017.

https://www.cdc.gov/ diakses pada tanggal 4 November 2017.

Jain N, Lodha R, Kabra SK. Upper Respiratory Tract Infections. 2001. Di unduh
dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11838568

Jawetz, E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel and L.


N.Orston. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Diterjemahkan oleh
E. Nugroho & R.F. Maulany. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. hal. 211-
215.

Kementrian Kesehatan RI.Pedoman Pengendalian Infeski Saluran Pernafasan


Akut.Jakarta: kementrian Kesehatan RI. 2012.

Lay, Bibiana.W.1994.Analisis Mikroba di Laboraturium. Jakarta: Rajawali

Madigan and Jung, D.O. 2003. Worldbook Encyclopedia, Science Year 2004
Annual. Extremophiles. pp. 74-89.

Oguntibeju, O. O. and R. A. U. Nwobu. 2004. Occurence of Pseudomonas


aeruginosa in post operate wound infection. Park J Med Sci
;20(3):187-191

Peros T , Jasna T. Upper Respiratory Tract Infection. 2013. Di unduh dari


https://bib.irb.hr/datoteka/724011.Knjiga_Respiratory_infections_Upper_
RTInfections_Chapter_2_2013.pdf.

Purnomo, A., Hartatik, Khusnan, S.I.O. Salasia, dan Soegiyono. 2006. Isolation
and characterization of Staphylococcus aureus of milk of Ettawa
crossbred goat. Media Kedokteran Hewan 22(3):142-147.

Wahid, M. H. 2007. MRSA Update: Diagnosis dan tatalaksana. 4th Symposium of


Indonesia Antimicrobial Resistence Watch (IARW). Jakarta: Farmacia.
Hal 64.

Yurdakul, N.E., Erginkaya, Z., and Unal, E. 2013.Antibiotic Resistance of


Enterococci, Coagulase Negative Staphylococci and Staphylococcus
aureus Isolated from Chicken Meat.Czech J. Food Sci. Vol. 31, No.1, hal.
14-19

Anda mungkin juga menyukai