Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IV

IDENTIFIKASI BAKTERI DARI SPESIMEN SPUTUM

Disusun oleh :
Silfia Anisa Maulidia Imaniar
151910113003
Kelompok 3

LABORATORIUM BAKTERIOLOGI
PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan jenis penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis menular
yang menjadi masalah kesehatan di dunia dan penyebab utama kematian di Negara
berkembang. Setiap tahunnya terjadi sekitar 9 juta penderita TB baru dengan kematian
sekitar 3 juta orang. Tahun 2009, hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia dan
nomer satu dari golongan penyakit infeksi (Depkes, 2010).

Pemeriksaan bakteriologis bertujuan untuk melakukan identifikasi terhadap kuman


Mycobacterium tuberculosis dalam sputum penderita. Sputum adalah bahan yang
dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut. Pemeriksaan mikroskopis BTA dari
spesimen saluran nafas atau sputum memegan peran penting dalam diagnosis awal dan
pemantauan pengobatan Tuberkulosis paru. Rangkaian kegian yang baik diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang akurat, mulai dari cara pengumpulan sputum, pemilihan bahan
sputum yang akan diperiksa, pengolahan sediaan di bawah mikroskop. Teknik pewarnaan
yang banyak digunakan adalah Ziehl Neelsen yang dapat mendeteksi BTA dengan
menggunakan mikroskop. TB paru merupakan penyakit infeksi menular disebabkan
bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenali dengan nama Mycobacterium tuberculosis.
Diagnosis TB paru secara laboratorium dapat ditegakkan dengan ditemukannnya Basil
Tahan Asam (BTA) diantaranya melalui pemeriksaan mikroskopis (Brooks et al, 2013).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah dapat menganalisis dan mengidentifikasi bakteri
penyebab penyakit yang terdapat pada sampel sputum melalui serangkaian uji.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Tanggal dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan pada tanggal 26 April 2021 sampai dengan tanggal
29 April 2021 dan serangkaian uji dilakukan di Ruang Praktikum Mikrobiologi
Fakultas Ex Farmasi, Universitas Airlangga.

Hari dan Tanggal Praktikum Keterangan


Senin, 26 April 2021 Pengecetan gram dan menanam
pada media MSA dan BAP
Selasa, 27 April 2021 Melihat hasil dari media MSA dan
BAP, dan menanam pada media
NAS
Rabu, 28 April 2021 Melihat hasil media NAS, dan
melakukan uji katalasedan
koagulase
Kamis, 29 April 2021 Membaca hasil uji koagulase

2.2 Prosedur Praktikum

Sampel sputum

Pengecetan Gram Penanaman pada media


bertujuan untuk melihat BAP dan MSA, inkubasi
gram positif atau negatif 24 jam pada suhu 370C

Uji katalase, uji dilakukan dari


media NAS Penanaman pada media
- Koloni Kuman+ 3% H2O2
NAS, inkubasi 24 jam pada
0
- Media : Objek Glass suhu 37 C
- Indikator : Ada /
tidaknya Gelembung

Uji Koagulase, koloni


kuman+plasma, indicator : ada atau tidaknya
0
gumpalan, inkubasi 24 jam suhu 37 C
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yaitu gram positif dan gram negative,
bedasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel bakteri tersebut. Hal tersebut disebabkan
bakteri gram positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal. Peptidoglikan akan
terdehidrasi oleh alkohol, menyebabkan pori dinding tertutup dan mencegah kompleks
iodin-kristal violet tidak keluar dari sel. Sebaliknya, pada bakteri gram negatif, alkohol
berpenetrasi melewati LPS (Lippopolysaccharide) dan mengekstraksi kompleks iodin-
kristal violet. Sebagai hasilnya, bakteri gram negatif akan terlihat tidak berwarna dan
akan terwarnai oleh zat pewarna lawan (safranin) sehingga akan berwarna merah,
sedangkan bakteri gram positif akan tetap berwarna ungu (Madigan et al, 2011).

Pewarnaan gram kali ini diambil dari sampel sputum. Hasil pewarnaan gram yang
sudah dilakukan (Gambar 3.1) telah menunjukkan hasil bakteri positif terlihat
karakteristik yaitu berbentuk coccus dan berwarna ungu mirip dengan karakteristik
bakteri Staphylococcus sp. Berikut adalah hasilnya setelah dilihat menggunakan
mikroskop dengan menggunakan oil imersi :

Gambar 3.1 Hasil pewarnaan gram pembesaran 1000X.

3.2 Penanaman spesimen pada media BAP (Blood Agar Plate)

Penanaman pada media BAP bertujuan untuk membiakkan koloni dan menetapkan
bentuk hemolisa, dengan prinsip media kaya nutrient yang dapat mengoptimalkan
pertumbuhan dan menyokong bentuk. Dari praktikum yang dilakukan, bakteri yang
diamati merupakan gamma hemolisa karena bakteri tidak menyebabkan hemolisis atau
non-hemolitik. Dan tidak ada perubahan dibawah maupun disekitar koloni bakteri pada
media BAP.
Hemolysa terbagi menjadi 3, yaitu beta hemolysa, alfa hemolysa, dan gamma
hemolysa. Beta hemolysa merupakan lisis lengkap dari sel darah merah dan hemoglobin.
Beta hemolisa ini akan ditandai dengan adanya zona di sekitar bakteri yang akan tampak
jernih jika disoroti dengan cahaya. Sedangkan alfa hemolysa akan ditandai dengan
perubahan warna disekitar bakteri yaitu menjadi abu-abu kehijauan, hal ini dikarenakan
lisis parsial atau sebagian dari sel darah merah dan hemoglobin. Untuk Gamma
hemolysa, tidak akan terjadi perubahan warna apapun pada media BAP (Blood Agar
Plate) (Todar,2012).

Gambar 3.2 Hasil Media BAP, Gamma Hemolisa

3.3 Penanaman spesimen pada media MSA (Matinol Salt Agar)

Media MSA merupakan media selektif dan diferensial untuk identifikasi


staphylococcus aureus.Media ini mengandung garam natrium klorida 7,5%, selain itu MSA
mengandung manitol dan indicator PH phenol red. (Amalia, 2013). Media MSA bersifat
selektif mampu menghambat pertumbuhan bakteri selain Staphylococcus dengan zat
penghambat garam NaCl 7,5% sehingga bakteri lain dari kelompok Gram negatif dan Gram
positif seperti Streptococcus dihambat.

Media MSA mengandung bacto ekstrak daging, bacto pepton, NaCl, bacto phenol red,
manitol dan bacto agar. Media MSA mengandung nutrisi atau protein bahan dasar bacto
ekstrak daging dan bacto pepton (Safitri, 2010). Ekstrak daging sapi dan pepton digunakan
sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, yang sangat dibutuhkan
oleh mikroorganisme. Hasil dari praktikum yang telah dilakukan pada media MSA adalah
bakteri menghasilkan warna media/ koloni kuning karena dapat memfermentasikan manitol
menjadi asam yang kemudian merubah warna indicator phenol red dari merah menjadi
kuning
Gambar 3.3 Hasil penanaman pada media MSA

3.4 Penanaman pada media NAS (Nutrient Agar Slant)

Media ini merupakan media dasar terdiri dari pepton sederhana dan ekstrak daging sapi.
Penanaman pada media NAS ( Nutrient Agar Slant ) bertujuan umtuk pembuatan kultur murni
dan melihat pigmen yang dihasilkan Staphylococcus sp, dengan prinsip mengkulturkan satu jenis
bakteri pada agar miring. (Todar,2012). Koloni yang tumbuh pada media ini, digunakan sebagai
sediaan untuk dilakukan uji lanjut guna identifikasi. Pada penanaman kali ini dengan mengambil
koloni bakteri yang tumbuh pada media BAP telah didapatkan hasil bahwa bakteri yang tumbuh
pada media NAS (Nutrient Agar Slant) tumbuh pada streaknya

Gambar 3.4 Hasil Pada Media NAS

3.5 Uji Katalase

Uji Katalase dilakukan dengan meneteskan hidrogen peroksida (H2O2) 3%. Uji
katalase ini dilakukan agar dapat mengidentifikasi apakah ada enzim katalase didalam
bakteri yang ditanam. (Dewi, 2013). Enzim katalase di produksi oleh beberapa bakteri salah
satunya adalah bakteri Staphylococcus, Uji ini paling sering digunakan untuk membedakan
Staphylococcus yang katalase positif, dari Streptococcus yang katalase negatif. Indikator uji
katalase ditandai dengan ada tidaknya suatu gelembung ketika koloni kuman ditetesi dengan
3% H2O2 (Hidrogen peroksida). Hasil pengamatan menunjukkan adanya gelembung pada
slide, yang berarti katalase positif. Sehingga pengamatan ini merujuk pada bakteri
Staphylococcus.

Gambar 3.5 Hasil Uji Katalase Positif


3.6 Uji Koagulase

Tes Koagulase biasanya digunakan untuk membedakan Staphylococcus epidermidis


dari cocci Gram-positif lainnya. Uji koagulase dilakukan dengan 2 metode, yaitu uji
slide dan uji tabung. Enzim koagulase terjadi dalam dua bentuk — koagulase terikat dan
koagulase bebas. Bound coagulase, juga disebut clumping factor, melekat pada dinding
sel bakteri dan bereaksi langsung dengan fibrinogen dalam plasma. Fibrinogen kemudian
mengendap menyebabkan sel-sel menggumpal dalam massa yang terlihat. Koagulase
bebas adalah enzim ekstraseluler (dilepaskan dari sel) yang bereaksi dengan komponen
plasma yang disebut koagulase-reacting factor (CRF). Reaksi yang dihasilkan mirip
dengan konversi protrombin dan fibrinogen dalam mekanisme pembekuan normal
(Brooks et al,2013).

Berdasarkan hasil praktikum, pemeriksaan uji koagulase memberikan karakteristik


hasil yaitu tidak terdapat gumpalan pada tabung. Adanya hal tersebut dapat
mengintrepretasikan hasil bahwa koagulase bersifat negatif.

Gambar 3.6 Hasil Uji Koagulase


BAB IV

KESIMPULAN

Dari serangkaian uji yang dilakukan, diantaranya meliputi penanaman pada media BAP (
Blood Agar Plate ), pewarnaan gram, penanaman pada media NAS ( Nutrient Agar Slant ),
penanaman pada media MSA (Matinol Salt Agar ), uji katalase, dan uji koagulase telah
didapati bakteri Staphylococcus epidermidis. Hal ini karena pada serangkaian uji yang
dilakukan bakteri tersebut memiliki karakteristik gamma ( ) hemolisis, pewarnaan gram
menunjukkan positif , dengan warna ungu dan berbentuk coccus, serta menunjukkan hasil uji
katalase positif, dan pada uji koagulase negatif sehingga karakteristik tersebut menunjukkan
karakteristik bakteri Staphylococcus epidermidis
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G.F., K.C. Carroll, J.S. Butel, S.A. Morse, and T.A.Mietzner. 2013. Jawetz, Melnick,
& Adelberg’s Medical Microbiology 26th Edition. The McGraw-
Hill Companies,inc. New York.

Madigan, Michael T., David, P., Clarck, David S., John, M. Martinko. 2011. Brock
Microbiology of microorganisms. San Francisco: Benjamin Cummings publishing.

Todar Kenneth. 2012. Todar’s On Line Textbook of Bacteriology. Di akses di


http://textbookofbacteriology.net/streptococcus.html.

Dewi, Amalia Krishna. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus
aureus terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada.

Safitri Ratu dan Sinta Sasika, Medium Analisis Mikroorganisme, CVTrans Info Medika; Jakarta,
2010.

Anda mungkin juga menyukai