Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN

ACARA V
INAKTIVASI MIKROBA DENGAN SENYAWA ANTIMIKROBA

OLEH

PRAMESWARI DWI CAHYA ANDHINI


J1A020086
KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MATARAM

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 17 Mei 2022


Mengetahui,
Co. Asst Praktikum Mikrobiologi
Pangan Praktikan,

Baiq Rosi Astria Prameswari DwCahya.A


NIM. J1A018028 NIM. J1A020086
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Antimikroba adalah merupakan suatu zat atau komponen yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri atau kapang (bakteriostatik atau fungistatik)

hingga membunuh bakteri atau kapang (bakterisidal atau fungisidal). Senyawa

golongan hidrokarbon, alkohol, dan keton memiliki aktivitas penghambatan

terhadap pertumbuhan kapang, khamir, dan bakteri. Antimikroba biasanya

terdapat dalam suatu orgnaisme sebagai metabolit sekunder. Mekasnisme senyawa

antimikroba umumnya dilakukan dengan cara merusak dinding sel, mengubah

permeabilitas membran, mengganggu sisntesis perotein dan menghambat kerja

enzim. Senyawa yang berperan dalam perusakan dinding sel mikroba antara lain

senyawa fenol, flavonoid dan alkaloid. Senyawa fitokimia dapat dikatakan sebagai

antimikroba alami pada bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus dan

Eschericia coli.

Perbedaan struktur dinding sel pada bakteri menentukan penetrasi,

ikatan, dan aktivitas senyawa antibakteri. Struktur dinding sel bakteri gram positif

relatif sederhana dibandingkan bakteri gram negatif. Struktur bakteri gram negatif

relatif lebih kompleks dan terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan luar berupa

lipoprotein, lapisan tengah berupa lipopolisakarida, dan lapisan dalam berupa

peptidoglikan. Perbedaan struktur dinding sel bakteri menentukan penetrasi,

ikatan, dan aktivitas senyawa antibakteri. Bakteri gram positif mempunyai sisi

hidrofilik berupa karboksil, asamamino, dan hidroksil sehingga bakteri gram

positif bersifat lebih sensitif terhadap senyawa antibakteri (Maligan dkk., 2016)
Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menganalisis aktivitas

antimikroba yaitu metode difusi. Beberapa metode difusi yang dapat dilakukan

yaitu, metode difusi sumuran, metode cakram, dan metode silinder. Prinsip kerja

dari metode difusi adalah terdifusinya senyawa antimikroba ke dalam media padat

dimana mikroba uji telah diinokulasikan. Metode difusi sumuran dilakukan

dengan membuat lubuang pada media agar padat yang telah diinokulasikan

dengan bakteri uji. Kelebihan dari metode difusi sumuran yaitu dapat lebih mudah

mengukur luas zona hambat yang terbentuk. Metode difusi cakram merupakan

metode yang dilakukan dengan cara kertas cakram sebagai media untuk menyerap

bahan antimikroba yang dijenuhkan ke dalam senyawa antimikroba. Kelebihan

dari metode cakram yaitu pengujian dapat dilakukan dengan lebih cepat.

Berdasarkan uraian di atas maka adapun yang melatar belakangi praktikum ini

yaitu untuk melakukan screening terhadap kemampuan beberapa jenis senyawa

antimikroba pada beberapa produk fermentasi yang mengandung bakteri asam

laktat.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan screening
kemampuan senyawa anti mikroba beberapa produk fermentasi yang mengandung
BAL.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Teknik difusi sumuran dan cakram dalam melakukan pengujian


aktimikroba bertujuan untuk mengevaluasi tingkat sensitivitas antimikroba
terhadap mikroba seperti E.coli dan S.aureus. Menggunakan metode sumuran
akan diperoleh zona bening antimikroba yang lebih tinggi dibandingkan
dengan metode cakram, dengan kata lain pengujian aktivitas antimikroba
dengan metode difusi sumuran dapat menghasilkan zona hambat yang lebih
luas. Bakteri gram negatif memiliki resitensi yang baik terhadap senyawa
antibakteri karena disebabkan oleh struktur dinding selnya yang bersifat lebih
kompkes dibandingkan dengan bakteri gram positif. Hal tersebut
mengakibatkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram positif lebih tinggi
dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Struktur dinding sel bakteri yang
sangat kompleks menyebabkan bakteri gram negatif lebih kokoh sehingga
sulit untuk ditembus oleh senyawa antibakteri. Struktur dinding sel yang lebih
sederhana pada bakteri gram positif menyababkan senyawa antibakteri lebih
mudah masuk ke dalam sel (Nurhayati dkk., 2020).
Daerah transparan atau disebut juga dengan zona bening menunjukkan
kekuatan hambatan zat antimikroba terhadap penghambatan pertumbuhan
mikroba. Zona bening berada pada sekitar zat antimikroba. Umumnya zona
bening hanya bersifat menghambat pertumbuhan bakteri atau dengan kata lain
hanya bersifat bakteriostatik. Fasa logaritmik dapat menyebabkan perubahan
ukuran zona bening menjadi lebih kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa
zona bening tidak bersifat membunuh bakteri (bakteriosidal) (Lake dkk.,
2019).
Aktivitas antibakteri bersifat bakteriostatik, dengan kata lain
pertumbuhan bakteri dapat dihambat melalui aktivitas antimikroba.
Bakteriostatik berarti sifat dari suatu antibakteri atau antimikroba yang
mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteriostatik hanya bersifat
menghambat pertumbuhan bakteri dan tidak mampu membunuh bakteri
sepenuhnya. Senyawa bakteriostatik mampu mengikat ribosom atau
menghambat sintetis protein. Hal tersebut ditunjukkan dengan penambahan
antimikrobia pada kultur mikrobia ketika berada pada fase logaritmik. Jumlah
total sel mikroba hidup yang diperoleh setelah penambahan zat antimikrobia
pada fase tersebut adalah tetap. Jenis bakteri yang resiten terhadap beberarapa
antibakteri adalah bakteri gram negatif, contohnya yaitu E.coli. Dinding sel
pada bakteri gram negatif terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar
lipoprotein, lapisan tengan lipopolisakarida, dan lapisan luar lipoprotein. Hal
tersebut menyebabkan beberapa senyawa tidak mampu merusak dinding sel
bakteri gram negative (Septiani dkk., 2017).
Mekanisme aktivitas antibakteri yaitu dengan melakukan
penghambatan sistesis pada struktur bakteri. Penghambatan sintesis pada
dinding sel bakteri menyebabkan dinding sel menjadi kurang sempurna dan
tidak mampu menahan tekanan osmosis plasma sehingga dinding sel menjadi
pecah. Aktivitas antibakteri pada membran sel juga menyebabkan
terganggunya aktivitas sinteasis sehingga berakibat pada keluarnya
polipeptida dari membran sel. Bakteri gram positif memiliki lebih banyak
peptidoglikan dan polisakarida serta sedikit lipid pada dinding selnya
dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Hal tersebut menyebabkan
aktivitas antibakteri pada bakteri gram positif lebih tinggi dibandingkan
dengan bakteri gram negatif (Roehati, 2019).
Pengendalian mikroba merupakan upaya untuk mencegah,
menghambat, dan menghentikan pertumbuhan mikroba. Pencegahan
pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dengan mekanisme inaktivasi
mikroba. Mekanisme kerja antimikroba terjadi melalui proses denaturasi
protein atau penghancuran protein. Bagian mikroba yang dapat dihancurkan
antara lain dinding sel, DNA, ribosomal RNA, dan fungsi enzimatisnya.
Kematiam pada mikroba dapat timbul pada mikroba apabila terjadi kerusakan
pada beberapa komponen fungsional struktural pada mikroba tersebut
(Rahayu dan Nurwitri, 2019).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 25 April 2022 di


Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakulas Teknologi Pangan dan Agroindustri.
Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
bunsen, cawan petri, cokebohr, inkubator, jangka sorong, jarum ose,
kertas label, korek api, mortar dan pastle, pinset, pipet mikro 0,1 mL, rak
tabung reaksi, tabung reaksi, tissue, dan yellowtip.
b. Bahan-Bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah alkohol, asap cair, daun sirih, kertas cakram, kunyit, media
Nutrient Agar (NA)+ kultur, dan Natrium benzoat.
3.3. Prosedur Kerja
 Uji dufusi agar dengan keras cakram

Kertas Cakram

Diteteskan 30µ/ senyawa


antimikroba pada kertas cakram

NA + Kultur Ditirasi dan diletakan cakram pada media

Dinkubasi (T=37◦C, t= 24 jam)

 Uji difusi agar dengan air sumur


Media Na + Kultur

Dibuat sumur dengan melubangi


menggunakan cokebohr

Dimasukan larutan antimikroba dalam sumur

Dinkubasi (T=37◦C, t= 24 jam)

 Uji penegas koliform


9 tabung reaksi

Diisi media BGLBB 9 ml

Dimasukan tabung durham yang


dipasang terbaik

Sampel

Diambil sampel dari tabung reaksi


MPN positif dengan jarum Ose

Diinkubasi (T = 35◦C, t = 48 jam

Diamati dan dihitung dengan melihat


tabel MPN 3 tabung

BAB IV

HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Senyawa Antimikroba dengan Metode
Difusi Cakram
U1 U2 D
Daya
Jenis Rata-
KLP Perlakuan Hambat
Bakteri Uji D1 D2 D1 D2 rata
(mm)
(mm)
Bacillus 0,8
1,01 1,18 0,98 9,95 3,85
cereus 3
5 Kunyit
Escherichia 1,0
0,71 0,89 0,81 8,55 2,45
coli 1
Bacillus 1,7 11,5
1,71 1,81 1,81 1,76
cereus 1
6 Asap Cair
Escherichia 0,6
2,07 1,61 0,56 1,23 6,2
coli 9
Bacillus 0,6
0,61 0,61 0,61 6,1 0
cereus 1
7 Daun sirih
Escherichia 0,6
0,61 0,61 0,61 6,1 0
coli 1
Bacillus 0,6
0,66 0,55 0,61 6,25 0,15
Natrium cereus 8
8
Benzoat Escherichia 0,6
0,59 0,85 0,85 4,67 1,43
coli 9

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Senyawa Antimikroba dengan Metode
Difusi Sumuran
U1 U2 D
Daya
Jenis Rata-
KLP Perlakuan Hambat
Bakteri Uji D1 D2 D1 D2 rata
(mm)
(mm)
5 Kunyit Bacillus 0,5
0,61 0,78 0,53 6,05 0,85
cereus 1
Escherichia 0,6
0,65 0,52 0,61 5,95 0,75
coli 1
6 Asap Cair Bacillus 3,07 2,7 3,07 2,7 2,88 23,6
cereus
Escherichia 2,67 2,34 2,21 2,2 2,37 18,5
coli 7
Bacillus 0,5
0,52 0,52 0,52 5,2 0
cereus 2
7 Daun sirih
Escherichia 0,5
0,52 0,52 0,52 5,2 0
coli 2
8 Natrium Bacillus 0,8
0,67 0,67 0,69 7,25 2,05
Benzoat cereus 7

Keterangan:
d1 = arah vertikal
d2 = arah horizontal
D = rata-rata nilai d1 + d2
X = diameter kertas cakram (6,1 mm) dan diameter sumuran (5,2
mm)

4.2 Hasil Perhitungan


1. Hasil Perhitungan Uji Aktivitas Senyawa Antimikroba dengan Metode
Difusi Cakram
a. Kelompok 5 (Kunyit)
1) Bakteri Bacillus cereus
 U1
d1 = 1,0 + 0,01 = 1,01 cm
d2 = 1,1 + 0,08 = 1,18 cm
d 1+ d 2 1,01cm+1,18 cm
d = =
2 2
= 1,09 cm
 U2
d1 = 0,8 + 0,03 = 0,83 cm
d2 = 0,9 + 0,08 = 0,98 cm
d 1+ d 2 0,83 cm+ 0,98 cm
d = =
2 2
= 0,90 cm
1,09 cm+0,90 cm
 D rata-rata =
2
= 0,995 cm
= 9,95 mm
 Daya Hambat = D rata-rata – x
= 9,95 mm – 6,1 mm
= 3,85 mm

2) Bakteri Escherichia coli


 U1
d1 = 0,7 + 0,01
= 0,71 cm
d2 = 0,8 + 0,09
= 0,89 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,71 cm+0,89 cm
=
2
= 0,8 cm
 U2
d1 = 1 + 0,01
= 1,01 cm
d2 = 0,8 + 0,01
= 0,81 cm
d 1+ d 2
d =
2
1,01cm+0,81 cm
=
2
= 0,91 cm
0,8 cm+ 0,91 cm
 D rata-rata =
2
= 0,855 cm
= 8,55 mm
 Daya Hambat = D rata-rata – X
= 8,55 mm – 6,1 mm
= 2,45 mm
b. Kelompok 6 (asap cair)
1) Bakteri Bacillus cereus (cakram)
 U1
d1 = 1,71 cm
d2 = 1,81 cm
d 1+ d 2
d =
2
1,71cm+1,81 cm
=
2
3,52cm
=
2
= 1,76 cm
= 17,6 mm
 U2
d1 = 1,71 cm
d2 = 1,81 cm
d 1+ d 2
d =
2
1,71cm+1,81 cm
=
2
3,52cm
=
2
= 1,76 cm
= 17,6 mm
Nilai X = 6,1 mm
U 1+U 2
D Rata-Rata =
2
1,76 cm+1,76 cm
=
2
3,52cm
=
2
= 1,76 cm
= 17,6 mm
Daya Hambat= D Rata-Rata - Nilai X
= 17,6 mm – 6,1 mm
= 11,5 mm
2) Bakteri Escherichia coli (cakram)
 U1
d1 = 2,07 cm
d2 = 1,61 cm
d 1+ d 2
d =
2
2,07 cm+ 1,61cm
=
2
3,68 cm
=
2
= 1,84 cm
= 18,4 mm
 U2
d1 = 0,69 cm
d2 = 0,56 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,69 cm+ 0,56 cm
=
2
1,25 cm
=
2
= 0,62 cm
= 6,2 mm
Nilai X = 6,1 mm
U 1+U 2
D Rata-Rata =
2
1,84 cm+0,62 cm
=
2
2,46 cm
=
2
= 1,23 cm
= 12,3 mm
Daya Hambat = D Rata-Rata - Nilai X
= 12,3 mm – 6,1 mm
= 6,2 mm

c. Kelompok 7 (Daun sirih)


1. Bakteri Bacillus cereus (Cakram)
 U1 d 1 +d 2
d= =
d1 ¿ 0,33 cm 2

d2 ¿ 0,29 cm 0,33 cm+ 0,29 cm


2
¿ 0,31 cm
 U2
d1 ¿ 0,32 cm
d2 ¿ 0,30 cm

d 1 +d 2
d=
2
0,32 cm+0,30 cm
¿
2
¿ 0,31 cm

0,31 cm+0,31 cm
D rata-rata ¿
2
¿ 0,31 cm
¿ 3,1 mm
Daya hambat¿ D rata−rata – X
¿ 3,1 mm – 6,1 mm
¿ – 3 mm

2. Bakteri Escherichia coli (Cakram)


 U1
d1 ¿ 0,25 cm
d2 ¿ 0,25 cm
d 1 +d 2
d=
2
0,25 cm+ 0,25 cm
¿
2
¿ 0,25 cm
 U2
d1 ¿ 0,25 cm
d2 ¿ 0,25 cm
d 1 +d 2
d=
2
0,25 cm+ 0,25 cm
¿
2
¿ 0,25 cm
0,25 cm+ 0,25 cm
D rata-rata ¿
2
¿ 0,25 cm
¿ 2,5 mm
Daya hambat¿ D rata−rata – X
¿ 2,5 mm – 6,1 mm
¿ – 3,6 mm

d. Kelompok 8 (Natrium Benzoat)


1) Bakteri Bacillus cereus (Cakram)
 U1

d1 = 0,66 cm

d2 = 0,55 cm

d 1+ d 2
d =
2
0,66 cm+ 0,55 cm
=
2
= 0,605 cm
 U2
d1 = 0,68 cm
d2 = 0,61 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,68 cm+ 0,61 cm
=
2
= 0,645 cm

0,605 cm+ 0,645 cm


D rata-rata =
2
= 0,625 cm
= 6,25 mm
Daya Hambat= D rata-rata – X
= 6,25 mm – 6,1 mm
= 0,15
2) Bakteri Escherichia coli (Cakram)
 U1
d1 = 0,59 cm
d2 = 0,85 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,59 cm+ 0,85 cm
=
2
= 0,72 cm
 U2
d1 = 0,69 cm
d2 = 0,77 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,69 cm+ 0,85 cm
=
2
= 0,77 cm
0,72 cm+0,77 cm
D rata-rata =
2
= 0,467 cm
= 4,67 mm
Daya Hambat= D rata-rata – X
= 4,67 mm – 6,1 mm
= 1,43 mm

2. Hasil Perhitungan Uji Aktivitas Senyawa Antimikroba dengan Metode


Difusi sumuran
a. Kelompok 5 (Kunyit)
1) Bakteri Bacillus cereus (Sumuran)
 U1
d1 = 0,6 + 0,01 = 0,61 cm
d2 = 0,7 + 0,08 = 0,78 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,61 cm+0,78 cm
=
2
= 0,69 cm
 U2
d1 = 0,5 + 0,03 = 0,53 cm
d2 = 0,5 + 0,01 = 0,51 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,53 cm+ 0,51 cm
=
2
= 0,52 cm

0,69 cm+ 0,52 cm


D rata-rata =
2
= 0,605 cm
= 6,05 mm
Daya Hambat = D rata-rata – X
= 6,05 mm – 5,2 mm
= 0,85 mm
2) Bakteri Escherichia coli (Sumuran)
 U1
d1 = 0,6 + 0,05 = 0,65 cm
d2 = 0,5 + 0,02 = 0,52 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,65 cm+ 0,52 cm
=
2
= 0,58 cm
 U2
d1 = 0,6 + 0,01 = 0,61 cm
d2 = 0,6 + 0,01 = 0,61 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,61 cm+0,61 cm
=
2
= 0,61 cm
0,58 cm+ 0,61 cm
D rata-rata =
2
= 0,595 cm
= 5,95 mm
Daya Hambat= D rata-rata – X
= 5,95 mm – 5,2 mm
= 0,75 mm
b. Kelompok 6 (asap cair)
1) Bakteri Bacillus cereus (Difusi sumuran)
 U1
d1 = 3,07 cm
d2 = 2,7 cm
d 1+ d 2
d =
2
3,07 cm+ 2,7 cm
=
2
5,77 cm
=
2
= 2,88 cm
= 28,8 mm
 U2
d1 = 3,07 cm
d2 = 2,7 cm
d 1+ d 2
d =
2
3,07 cm+ 2,7 cm
=
2
5,77 cm
=
2
= 2,88 cm
= 28,8 mm
Nilai X = 5,2 mm
U 1+U 2
D Rata-Rata =
2
2,88 cm+2,88 cm
=
2
5,76 cm
=
2
= 2,88 cm
= 28,8 mm
Daya Hambat = D Rata-Rata - Nilai X
= 28,8 mm – 5,2 mm
= 23,6 mm
2) Bakteri Escherichia coli (Difusi sumuran)
 U1
d1 = 2,67 cm
d2 = 2,34 cm
d 1+ d 2
d =
2
2,67 cm+ 2,34 cm
=
2
5,01cm
=
2
= 2,505 cm
= 25,05 mm
 Perlakuan U2
d1 = 2,21 cm
d2 = 2,27 cm
d 1+ d 2
d =
2
2,21cm+2,27 cm
=
2
4,48 cm
=
2
= 2,24 cm
= 22,4 mm
Nilai X = 5,2 mm
U 1+U 2
D Rata-Rata =
2
2,505 cm+2,24 cm
=
2
4,74 cm
=
2
= 2,37 cm
= 23,7 mm
Daya Hambat = D Rata-Rata - Nilai X
= 23,7 mm – 5,2 mm
= 18,5 mm
c. Kelompok 7 (Daun sirih)
1. Bakteri Bacillus cereus (Difusi sumuran)
 U1
d1 ¿ 0,27 cm
d2 ¿ 0,29 cm
d 1 +d 2
d=
2
0,27 cm+ 0,29 cm
¿
2
¿ 0,28 cm

 U2
d1 ¿ 0,23 cm
d2 ¿ 0,29 cm
d 1 +d 2
d=
2
0,23 cm+ 0,29 cm
¿
2
¿ 0,26 cm
0,28 cm+ 0,26 cm
D rata-rata ¿
2
¿ 0,27 cm
¿ 2,7 mm
Daya hambat¿ D rata−rata – X
¿ 2,7 mm – 5,2 m m
¿ – 2,5 mm
2. Bakteri Escherichia coli (Difusi sumuran)
 U1
d1 ¿ 0,30 cm
d2 ¿ 0,29 cm
d 1 +d 2
d=
2
0,30 cm+ 0,29 cm
¿
2
¿ 0,295 cm
 U2
d1 ¿ 0,33 cm
d2 ¿ 0,25 cm
d 1 +d 2
d=
2
0,33 cm+ 0,25 cm
¿
2
¿ 0,29 cm
0,295 cm+ 0,29 cm
D rata-rata ¿
2
¿ 0,2925 cm
¿ 2,9 mm
Daya hambat¿ D rata−rata – X
¿ 2,9 mm – 5,2 mm
¿ – 2,3 mm

d. Kelompok 8 (Natrium Benzoat)


1. Bakteri Bacillus cereus (Sumuran)
 U1
d1 = 0,67 cm
d2 = 0,67 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,67 cm+0,67 cm
=
2
= 0,67 cm
 U2
d1 = 0,69 cm
d2 = 0,87 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,69 cm+ 0,87 cm
=
2
= 0,78 cm
0,67 cm+0,78 cm
D rata-rata =
2
= 0,725 cm
= 7,25 mm
Daya Hambat = D rata-rata – X
= 7,25 mm – 5,2 mm
= 2,05 mm
2. Bakteri Escherichia coli (Sumuran)
 U1
d1 = 0,76 cm
d2 = 0,76 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,76 cm+ 0,76 cm
=
2
= 0,76 cm
 U2
d1 = 0,67 cm
d2 = 0,67 cm
d 1+ d 2
d =
2
0,67 cm+0,67 c m
=
2
= 0,67 cm
0,76 cm+ 0,67 cm
D rata-rata =
2
= 0,715 cm
= 7,15 mm
Daya Hambat = D rata-rata – X
= 7,15 mm – 5,2 mm
= 1,92 mm
BAB V
PEMBAHASAN

Mikroorganisme merupakan salah satu organisme mikroskopis.


Mikroorganisme dapat berupa organisme multi-seluler atau sel tunggal dan termasuk
bakteri, protozoa, dan beberapa jamur dan ganggang. Mikroorganisme seringkali
dianggap sebagai penyebab kerusakan ataupun bahaya misalnya menyebabkan
munculnya wabah penyakit. Beberapa kerusakan yang disebabkan, salah satunya
pada makanan disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh mikroba itu sendiri
ataupun metabolitnya. Pengendalian terhadap mikroba merupakan salah satu upaya
yang sangat penting. Dengan kata lain, pengendalian mikroba merupakan upaya
untuk mencegah, menghambat, dan menghentikan pertumbuhan mikroba.
Adapun upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian mikroba yaitu
melalui mekanisme inaktivasi mikroba. Inaktivasi mikroba dapat dilakukan dengan
penambahan antimikroba. Adapun yang dimaksud dengan antimikroba yaitu senyawa
yang bersifat antibiotik atau bahan yang mampu menghambat hingga membunuh
pertumbuhan mikroorganisme. Antimikroba banyak yang berasal dari alam dan
digunakan dalam berbagai pengobatan. Mekanisme kerja anti mikroba yaitu
menghambat sintesis dinding sel, menghambat permeabelitas membrane sel,
menghambat sintesis protein, dan menghambat sintesis asam nukleat.
Antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh mikroorganisme dan
menghentikan pertumbuhannya. Antimikroba dapat dikelompokkan menurut
fungsinya. Antibakteri digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Antijamur
digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan jamur. Antijamur terbagi
menjadi 3 yaitu Azole, Echinocandin, Polyene. Antivirus adalah merupakan senyawa
yang digunakan khusus untuk mengobati infeksi virus, Seperti antibiotik, antivirus
spesifik digunakan untuk virus tertentu. Antiparasit merupakan senyawa yang
digunakan untuk mengobati penyakit menular seperti leishmaniasis, malaria dan
penyakit Chagas yang disebabkan karena parasit seperti nematoda, cestoda,
trematoda, dan protozoa menular.
Antimikroba alami dapat ditemukan pada tanaman, mikroba, serangga,
maupun hewan. Senyawa antimikroba yang digunakan pada praktikum ini yaitu
kunyit, asap cair, daun sirih dan natrium benzoat. Senyawa antimikroba pada kunyit
lebih dikenal dengan sebutan senyawa kurkumin. Senyawa ini memiliki sifat anti
inflamasi dan juga dapat berfungsi sebagai antioksidan alami. Adanya senyawa
tersebut membuat kunyit mampu membunuh bakteri penyebab penyakit (pathogen)
yang merugikan. Aktivitas antimikroba asap cair terutama disebabkan adanya
senyawa kimia yang terkandung dalam asap seperti fenol, formaldehid, asam asetat,
dan kreosat yang menempel pada bagian permukaan bahan akan menghambat
pembentukan spora dan pertumbuhan beberapa jenis jamur dan bakteri. Senyawa
saponin yang terdapat dalam ekstrak daun sirih dapat mencegah pertumbuhan bakteri
dan jamur (cendawan). Sehingga digunakan sebagai bahan untuk menghilangkan bau
badan dan mengatasi keputihan pada wanita.  Natrium benzoat bekerja efektif pada
pH 2,5-4 sehingga banyak digunakan pada makanan atau minuman yang bersifat
asam. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan dan minuman
seperti sari buah minuman ringan, saus tomat, saus sambal, selai, jeli, manisan, kecap
dan lain-lain.
Adapun metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas senyawa
antimikroba pada praktikum ini yaitu metode difusi cakram dan metode difusi
sumuran. Metode sumur agar dan difusi cakram adalah dua jenis metode pengujian
kerentanan antimikroba. Kedua metode tersebut sederhana dan metode in vitro
berbiaya rendah. Metode difusi sumuran merupakan metode pengujian aktivitas
antimikroba yang dilakukan dengan membuat lubang dengan cokebhor pada media
medium agar, kemudia ditambahkan dengan larutan ekstrak. Metode difusi cakram
merupakan metode pengujian aktivitas antimikroba dimana cakram kertas saring
berisi larutan ekstrak yang telah diketahui konsentrasinya diletakkan pada medium
agar. Oleh sebab itu perbedaan antara metode difusi sumuran dan metode difusi
cakram yaitu larutan ekstrak ditambahkan ke sumur atau lubang agar-agar pada
metode difusi sumur agar-agar sedangkan larutan ekstrak ditambahkan ke cakram
kertas saring dengan metode difusi cakram agar. 
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa pada inkubasi 24 jam
dengan menggunakan metode difusi cakram, kunyit memiliki daya hambat lebih
tinggi pada bakteri E. coli yaitu sebesar 3,85 mm dan dengan ukuran zona bening
rata-rata 9,95 mm. Daya hambat yang lebih besar pada sampel asap cair terdapat
pada bakteri uji Bacillus cereus yaitu sebesar 11,5 mm dengan ukuran zona bening
rata-rata1,76. Menurut (Septiani dkk., 2020; Dewi, 2010) menambahkan bahwa
dimana diameter zona hambat tidak selalu naik sebanding dengan naiknya
konsentrasi antibakteri, kemungkinan ini terjadi karena perbedaan kecepatan difusi
senyawa antibakteri pada media agar serta jenis dan konsentrasi senyawa antibakteri
yang berbeda juga memberikan diameter zona hambat yang berbeda pada lama waktu
tertentu. Penggunaan antimikroba dengan daun sirih pada praktikum ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan Bacillus cereus. Hal itu dibuktukan
dengan nilai daya hambatnya yaitu 0. Sampel natrium benzoat memiliki daya hambat
lebih tinggi pada bakteri E. coli dengan ukuran zona bening rata-rata 1,43.
Kemampuan daya hambat tertinggi terhadap pertumbuhan bakteri E. coli dan Bacillus
cereus menggunakan metode difusi cakram terdapat pada sampel asap cair. Uji
aktivitas senyawa antimikroba dengan menggunakan metode difusi sumuran daya
hambat tertinggi terhadap pertumbuhan bakteri E. coli dan Bacillus cereus terdapat
pada sampel asap cair yaitu sebesar 23,6 mm pada bakteri E. coli dan 18,5 mm pada
bakteri Bacillus cereus dengan ukuran zona bening rata-rata yaitu 2,88 mm dan 2,37
mm. Sampel daun sirih memiliki nilai daya hambat yaitu 0 yang berarti bahwa daun
sirih tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan Bacillus cereus.
Berdasarkan literatur (Nurhayati dkk., 2020). Aktivitas antibakteri menggunakan
metode sumuran lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas antibakteri dengan
metode cakram. Hal ini diduga karena sampel yang dimasukkan kedalam sumuran
yang telah dibuat menghasilkan proses osmosis dapat terjadi lebih homogen dan
efisien sehingga lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri. teknik difusi
sumuran dan cakram untuk mengevaluasi sensitivitas antibiotik terhadap E. coli
mendapatkan hasil bahwa dengan metode sumuran diperoleh zona bening antibiotik
yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode cakram. Zona hambat atau aktivitas
antibakteri terhadap Bacillus cereus (gram positif) lebih tinggi dibandingkan dengan
E. Coli (gram negatif) disebabkan karena pada umumnya bakteri gram negatif
mempunyai resistensi yang lebih baik terhadap senyawa antibakteri karena memiliki
struktur dinding sel yang lebih kompleks.
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kerja zat antimikroba
diantaranya yaitu konsentrasi atau intensitas zat antimikroba, semakin tinggi
konsentrasi suatu zat antimikroba semakin tinggi daya antimikrobanya, artinya
banyak bakteri akan terbunuh lebih cepat bila konsentrasi zat tersebut lebih tinggi.
Jumlah organisme, semakin banyak jumlah organisme yang ada maka makin banyak
pula waktu yang diperlukan untuk membunuhnya. Suhu, kenaikan suhu dapat
meningkatkan keefektifan suatu desinfektan. Spesies mikroorganisme, spesies
mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda terhadap suatu bahan
kimia tertentu. Keasaman (pH) atau kebasaan (pOH), mikroorgasnisme yang hidup
pada pH asam akan lebih mudah dibasmi pada suhu rendah dan dalam waktu yang
singkat bila dibandingkan dengan mikroorganisme yang hidup pada pH basa.
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditari beberapa


kesimpulan sebagai berikut :
1. Antimikroba yaitu senyawa yang bersifat antibiotik atau bahan yang mampu
menghambat hingga membunuh pertumbuhan mikroorganisme.
2. Pengendalian mikroba merupakan upaya untuk mencegah, menghambat, dan
menghentikan pertumbuhan mikroba.
3. Perbedaan antara metode difusi sumuran dan metode difusi cakram yaitu larutan
ekstrak ditambahkan ke sumur atau lubang agar pada metode difusi sumur
sedangkan larutan ekstrak ditambahkan ke cakram kertas saring dengan metode
difusi cakram.
4. Kemampuan daya hambat tertinggi terhadap pertumbuhan bakteri E. coli dan
Bacillus cereus menggunakan metode difusi cakram terdapat pada sampel asap
cair. Daya hambat tertinggi terhadap pertumbuhan bakteri E. coli dan Bacillus
cereus terdapat pada sampel asap cair dengan metode sumuran yaitu sebesar 23,6
mm pada bakteri E. coli dan 18,5 mm pada bakteri Bacillus cereus.
5. Faktor yang dapat mempengaruhi kerja zat antimikroba diantaranya yaitu
konsentrasi atau intensitas zat antimikroba, jumlah organisme, suhu, spesies
mikroorganisme dan keasaman (pH) atau kebasaan (pOH).
DAFTAR PUSTAKA

Lake, W. K., Hamid, I. S., Saputro, A. L., Plumeriastuti, H., Yustinasari, L. R., dan
Yunita, M. N. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak N-Heksana dan
Kloroform Daun Sirsak (Annona muricate I) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Medik Veteriner, 2(1): 60-65.
Maligan, J. M., Adhianata, H., dan Zubaidah, E. 2016. Dari Mikroalga Tetraselmis
Chuii Dengan Metode Uae ( Kajian Jenis Pelarut Dan Jumlah Siklus
Ekstraksi ). Jurnal Teknologi Pertanian, 17(3): 203–212.
Nurhayati, L. S., Yahdiyani, N., dan Hidayatulloh, A. 2020. Perbandingan Pengujian
Aktivitas Antibakteri Starter Yogurt dengan Metode Difusi Sumuran dan
Metode Difusi Cakram. Jurnal teknologi Hasil Peternakan, 1(2):41-46.
Rahayu, W. P., dan Nurwitri, C. C. 2012. Mikrobiologi Pangan. Bogor: PT Penerbit
IPB Press.
Roehati, E. 2019. Kimia Makromolekul. Yogyakarta: UNY Press

Anda mungkin juga menyukai