Anda di halaman 1dari 9

Microbiology

Sejarah Microbiology
1. Periode Perkembangan
Dimulai sejak kegiatan zaman prasejarah sampai zaman sekarang.
a. Periode perintisan (zaman prasejarah)
 Antoni Van Leeuwenhoek (1632-1723) menemukan dan memperkenalkan mikroskop,
sehingga dapat melihat bentuk makhluk-makhluk kecil.
 Louis Pasteur (1860) menunjukkan bahwa bakteri muncul melalui kontaminasi oleh
mikroorganisme yang ada di udara dan menemukan prinsip dasar yang berkaitan dengan
fermentasi.
b. Periode Keemasan (1850-1910)
 Penemuan metode isolasi (pemisahan), pembuatan preparat dan identifikasi biakan mikroba
secara murni oleh robert koch (1843-1910)
 Penemuan cawan petri (petri disk) untuk cara teknik pembiakan mikroba oleh petri (salah
seorang assisten koch)
 Penemuan oleh gram di tahun 1844 untuk sistem pewarnaan bakteri, sehingga bakteri terbagi
menjadi dua kelompok besar, gram positif dan gram negatif.
 Penemuan chamberland (1887) untuk sistem saringan/filter guna keperluan sterilisasi secara
fisik.
 Loeffer (1884) penemu penyakit difteri.
 Rush (1813) penemu penyakit sifilis.
 Welch (1894) penemu penyakit tifus.
c. Periode Modern (1910-Sekarang)
Periode ini ditandai dengan dipergunakannya metode dan peralatan mutakhir, seperti mikroskop
elektron, dan sebagainya. Sehingga terungkap masalah antibiotika, vaksin, serum, virus dan yang
lain. Penemu virus pertama kali adalah qwanowski (1892) yang menemukan penyakit aneh pada
daun tembakau dan diberi nama TMV (Tobacco Mosaic Virus).
2. Morfologi, Struktur dan Fisiologi Bakteri
Cara identifikasi bakteri
 Fenotipik (dilakukan untuk bakteri yang dapat di kulturkan/kembang biakan)
 Genotipik (untuk bakteri yang dapat di kulturkan maupun tidak)
Fisiologi yang diperlukan bakteri
 Hidup dalam air dalam konsentrasi tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
 Garam organik untuk mempertahankan koloid dalam sel
 Mineral memerlukan karbon dan nitrogon
 CO2 untuk sintesi dalam sel, dan O2 untuk keperluan oksigen
Morfologi bakteri

Struktur Bakteri

 Inti/nukleus (dengan pewarnaan feulgen dapat dilihat oleh mikroskop cahaya biasa)
 Sitoplasma (tidak mempunyai mitokondria dan untuk menyimpan cadangan makanan)
 Membran sel (berfungsi untuk biosintesa DNA)
 Dinding sel (untuk menjada tekanan dari luar)
 Kapsul (tersusun atas polisakarida dan air)
 Flagel (alat gerak bakteri, bentuk seperti benang berisi protein)
 Pili/fimbra (rambut2 pendek)
 Endospora (bakteri (+) sangat resisten terhadap panas)
Klasifikasi Bakteri Berdasarkan
Bentuk
 Coccus (bulat)
 Bacillus (batang/silinder)
 Spiral (lengkung)
Cara Respirasi
 Aerob (bakteir yang dapat hidup dan membutuhkan oksigen) nitrobakteri
 Anaerob (bakteri yang dapat hidup tidak membutuhkan oksigen) E. Colli dan Salmonella Thypi
Nutrisi
 Heterotrof (bakteri yang tidak dapat mensintesis makanan sendiri)
 Autotrof (bakteri yang dapat mensintesis makanannya sendiri)
3. Reproduksi Bakteri
 Secara aseksual (vegetatif), dengan melakukan pembelahan biner. Pembelahan biner satu sel
menjadi dua sel dari dua sel menjadi 4 sel, dst.
 Secara seksual (generatif) dengan cara yang di rekombinasi gen. Rekombinasi gen peristiwa
bercampurnya sebagai materi gen (DNA) dari 2 sel bakteri yang berbeda, maka dapat terbentuk
DNA rekombinan.
4. Perhitungan pembuatan media
Jumlah cawan petri atau tabung reaksi ×takaran standar volume
× standar media
1000
Media semi solid & media cair
1
×media solid ataumedia cair
2
Standar pengenceran media Takaran standar volume
a. NA : 20 g /1000 ml Cawan petri 15 ml
b. SDA : 65 g / 1000 ml Tabung Reaksi 5 – 10 ml
c. PDA : 39 g / 1000 ml
d. SSA : 60 g / 1000 ml
e. EMB : 36 g / 1000 m
5. Peremajaan bakteri/pembiakan bakteri
Peremajaan bakteri bertujuan agar bakteri memulai metabolisme kembali setelah penyiapan.
Peremajaan bakteri dilakukan dengan mengambil satu jarum ose biakan murni kemudian digoreskan
dalam biakan agar dengan permukaan miring, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
Pembiakan lapangan Teknik ini dilakukan dengan cara membasahi seluruh permukaan agar dengan
suspensi kuman. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan kuman merata. Biasanya digunakan untuk
uji kepekaan antibiotika dan uji jenis kuman dengan bakteriofaga.
Pembiakan dengan tusukan Teknik inokulasi bakteri dengan caramenusukkan ose pada permukaan
agar tegak.
Pembiakan Teknik spread plate (sebar) merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara
menginokulasi kultur mikroba dengan cara dipulas atau disebar padapermukaan media agar padat.
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba.
6. Pembuatan suspensi bakteri
Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan cara mencampurkan NaCl 0,9% dengan beberapa
koloni bakteri yang diambil menggunakan ose steril. Banyaknya bakteri yang dicampur dengan
larutan NaCl disesuaikan Page dengan kekeruhan yang sama dengan larutan Mc Farland 0,5 yaitu
sebanding dengan 1,5 x 108 bakteri.
disuspensikan dalam larutan air steril, kemudian diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometri UV-Vis dengan range 70%- 75% pada panjang gelombang 600 nm (setara dengan
1,5 x 106 CFU/mL)
7. Pewarnaan gram
Prinsip dasar teknik pewarnaan bakteri adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena
adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada
metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap
setelah dicuci dengan alkohol. Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar
yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan
safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa
peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, poripori dinding sel menyempit
akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna ungu.
Pewarna bereaksi secara kimiawi dengan protoplas bakteri, apabila sel belum mati, proses
pewarnaan akan membunuhnya. Pewarnaan Gram dapat membedakan bakteri menjadi dua golongan
utama Gram positif dan Gram negatif. Dasar dari teknik adalah bakteri diberi warna dasarkristal
violet dan diberikan larutan iodine kemudian dilunturkan oleh alkohol, sebagian kuman berwarna
ungu, karena sel mengikat senyawa kristal violet-iodine dan sebagian kuman lain kehilangan warna
dasar dan mengambil warna keduasafranin/fuchsin yang berwarna merah. Kuman yang
mempertahankan warna dasarungu disebut kuman Gram positif dan kuman yang mengambil warna
keduamerah disebut kuman Gram negatif.
8. Resistensi tes
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kepekaan bakteri terhadap suatu antibiotik, resistens
yaitu ketahanan suatu mikroorganisme terhadap suatu antimikroba atau anti bakteri tertentu.
Pada metode difusi prinsipnya adalah terdifusinya senyawa antimikroba ke dalam media
padatyang telah diinokulasi dengan bakteri. Metode difusi dapat dilakukan dengan cara cakram atau
sumuran. Pada metode difusi cakram, kertas cakram yang mengandung antibiotik diletakkan di atas
media yang telah mengandung mikroba, kemudian diinkubasi dan dibaca hasilnya berdasarkan
kemampuan penghambatan mikroba di sekitar kertas cakram.
Metode difusi sumuran dilakukan dengan membuat sumuran dengan diameter tertentu pada
media agar yang sudah ditanami bakteri.Antibiotik diinokulasikan ke dalam sumuran tersebut dan
diinkubasikan.Zona jernih yang terbentuk di sekitar cakram atau sumuran merupakan indikator
penghambatan antibiotik terhadap pertumbuhan mikroba.
Metode pengujian berikutnya adalah dengan metode dilusi.Pada metode ini dibedakan
menjadi metode dilusi cair dan metode dilusi padat. Pada metode dilusi cair, dapat menentukan
minimum inhibitory concentration (MIC) atau kadar hambat minimum (KHM) dan minimum
bacterial concentration (MBC)atau kadar bunuh minimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah
dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada agen medium cair yang ditambahkan
dengan agen mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa
adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM
tersebut dilanjutkan dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen
antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah
diinkubasi ditetapkan sebagai KBM. Metode Dilusi Padat serupa dengan metode dilusi cair namun
menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba
yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji.
9. Metode pengenceran, cawan tuang
Teknik yang harus dikuasai oleh dalam metode ini ialah mengencerkan sampel
dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Sebelum mikroorganisme ditumbuhkan dalam media,
terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampel menggunakan larutan fisiologis. Tujuan dari
pengenceran sampel yaitu untuk mengurangi jumlah kandungan mikroba dalam sampel sehingga
nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan
perhitungan yang tepat.
Pengenceran memudahkan dalam perhitungan koloni. Setelah diinkubasi, jumlah koloni
masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk
perhitungan koloni ialah yang mengandung antara 25 sampai 250 koloni. Pengenceran biasanya
dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya, atau 1:100; 1:10000, 1: 1000.000
dan seterusnya. Tahapan pengenceran dimulai dari membuat larutan sampel sebanyak 10 ml
(campuran 1 ml/1gr sampel dengan 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-2.
Dari pengenceran 10-2 diambil lagi 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan
fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-3, begitu seterusnya sampai mencapai pengenceran
yang kita harapkan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan
mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang
bersangkutan.

Pharmaceutical Teory
 Obat : suatu bahan / paduan bahan bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelainan badania dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok bahan atau bagian
badan manusia.
 Obat jadi : obat dlm keadaan murni atau campuran dlm bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil,
suppositoria atau bentuk lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
 Obat patent : obat jadi dg nama dagang yang terdaftar atas nama sipembuat atau yg dikuasakan dan
dijual dlm bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
 Obat baru : obat yang terdiri atau berisi suatu zat, baik sbg bagian berkhasiat, maupun yang tdk
berkhsiat, misalnya : lapisan, pengisi, pelarut, pembantu atau komponen lain yang belum dikenal,
shg tdk diketahui khasiat dan kegunaannya.
 Obat asli : obat yang didapat langsung dari bahan bahan alamiah Indonesia, terolah secara sederhana
atas dasar pengalaman dan digunakan dlm pengobatan tradisiolan.
 Obat esensial : obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat terbanyak dan
tercantaum dlm daftar obat esensial yg ditetapkan oleh menteri kesehatan.
 Obat generik : obat dg nama resmi yang ditetapkan International Non Propietary Names (INN) yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya
 Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
 Serbuk/Pulvis adalah serbuk yang tidak dibagi, sedangan serbuk bagi/Pulveres adalah serbuk yang
dibagi-bagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang
cocok untuk sekali minum
 Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari satu macam obat atau lebih atau bahan inert lainnya
yang dimasukan ke dalam cangkang kapsul gelatin keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang
umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Kebanyakan kapsul yang diedarkan dipasaran biasanya obat untuk ditelan, walaupun ada kapsul
yang utuk disisipkan ke dalam rektum
 Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
 Tablet cetak dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam
cetakan.
 Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan
cetakan baja (tahan karat). Bentuk tablet rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, dapat
ditambahkan bahan tambahan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan dapat berupa bahan
pengisi, penghancur, pengikat, pelicin, pelincir dan pembasah. Tujuan utama penggunaan obat
sediaan tablet adalah penghantaran obat ke lokasi kerja dengan dosis yang cukup, kecepatan kerja
yang sesuai dan lama kerja yang sudah ditentukan serta beberapa kriteria lainnya.
Tujuan penggunaan tablet dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Oral
a. Ditelan : cara kerja dapat berupa tablet lepas cepat, lepas lambat, lepas tunda)
b. Dikunyah : tablet tidak langsung ditelan melainkan dikunyah kemudian baru ditelan, efek sistemik
c. Sublingual : merupakan tablet dengan efek sistemik tanpa dicerna melalui saluran pencernaan,
diletakkan dibawah lidah
d. Buccal : merupakan tablet yang disisipkan antara pipi dan gusi, berefek sistemi
2. Pemakaian luar
e. Vaginal : tablet vaginal, pipih, bentuk seperti amandel, oval, efek lokal
f. Implantasi : ditahan di bawah kulit, dengan merobek jaringan tubuh, steril, memberikan efek
sistemik
g. Parenteral : tablet harus dilarutkan terlebih dulu dengan pelarut steril kemudian disuntikkan secara
subcutan
3. 3. Lain lain : tablet yang dilarutkan terlebih dahulu kemudian diminum dan ditelan (tablet
effervescent)
Keuntungan bentuk sediaan Tablet antara lain:
 Pemberian berupa unit dose system
 Dosis tepat
 Praktis/efisien :
 Waktu: peresepan dan pelayanan diapotek cepat
 Lebih mudah dibawa dan disimpan
 Mudah ditelan
 Lepas lambat (efek lama)
Kekurangan bentuk sediaan tablet antara lain:
 Menyulitkan terapi individual (pahit, tablet besar sukar ditelan, sakit tenggorokan).
 Waktu hancur lebih lama dibanding larutan
 Sasaran kadar obat dalam plasma lebih sulit tercapai
Macam-Macam Tablet
 Tablet salut biasa atau gula
 Tablet salut selaput
 Tablet salut kempa
 Tablet salut enterik atau tablet lepas tunda, yakni jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat
cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enterik yang tujuan
untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
 Tablet lepas lambat atau tablet dengan efek diperpanjang, yang dibuat sedemikan rupa sehingga zat aktif
akan tetap tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya
harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Farmakope Indonesia III); salep adalah
sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir (Farmakope
Indonesia IV).
Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat farmakologi, bahan dasarnya dan Formularium
Nasional.
1. Menurut konsistensi salep
a. Unguenta Salep yang memiliki konsistensi, seperti mentega tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah
dioleskan tanpa memakai tenaga.
b. Krim (cream) Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci
dengan air.
c. Pasta Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk) berupa suatu salep tebal karena
merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diolesi.
d. Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin (wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih
keras (ceratum labiale).
e. Gelones / spumae / jelly Salep yang lebih halus, umumnya cair, dan sedikit mengandung atau tidak
mengandung mukosa; sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri dari
minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contohnya, starch jelly (amilum 10% dengan air mendidih)
2. Menurut sifat farmakologi/terapeutik dan penetrasinya
a. Salep epidermik (epidermic ointment, salep penutup) Salep ini berguna untuk melindungi kulit,
menghasilkan efek local, dan untuk meredakan rangsangan/anestesi lokal, tidak diabsorpsi; kadang-kadang
ditambahkan antiseptic atau adstringensia. Dasar salep yang baik untuk jenis salep ini adalah senyawa
hidrokarbon.
b. Salep endodermik Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam kulit, tetapi tidak melalui kulit;
terabsorpsi sebagian dan digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lender. Dasar salep yang terbaik
adalah minyak lemak.
c. Salep diadermik Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk mencapai efek
yang diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa merkuri iodide atau beladona.

Farmakope Indonesia IV Th. 1995 : Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan
oral. Farmakope Indonesia III, Th. 1979 Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut FI IV, Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam
bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi ada dua yaitu oil in water (O/W) atau minyak dalam air (M/A), dan water
in oil (W/O) atau air dalam minyak (A/M).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup simpleks
adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64 - 66%, kecuali
dinyatakan lain.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat
tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat wangi dan zat pengawet; digunakan
sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan etanol yang dimaksudkan untuk mempertinggi
kelarutan obat

Anda mungkin juga menyukai