Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Begitu banyak mikroorganisme dalam hidup kita yang tanpa kita sadari
selalu ada di lingkungan kita. Salah satu mikroorganisme yang selalu ada disekitar
kita adalah bakteri.Bakteri memiliki bentuk dan jenis yang beragam, begitu pula
dengan habitat atau tempat hidupnya.Ada bakteri yang bisa hidup di air, tanah,
udara, dan ada pula yang hidup dalam makanan kita. Bakteri-bakteri tersebut bisa
saja menguntungkan, tapi banyak pula yang merugikan.(kuswiyanto,2014)
Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu pengecatan sederhana, negatif, diferensial dan struktural. Pemberian warna
pada bakteri atau jasad-jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal
suatu pewarna pada lapisan tipis atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan
pewarnaan sederhana prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan diantara
sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan
diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel
sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan
ini adalah pengecatan endospora,flagella dan pengecatan kapsul(Berty.2015).
Salmonella typhi(S.typhi)Merupakan kuman pathogen penyebab demam
tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi sistemik dengan gambaran demam yang
berlangsung lama, adanya bakteremia disertai inflamasi yang dapat merusak usus
dan organ-organ hati(Yutnita,2011)
Berdasarkan uraian diatas, praktikum kali ini dilaksanakan untuk mengetahui
jenis bakteri patogen pada darah.
B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui cara mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri yang
terdapat pada darah demam thypoid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri merupakan organisme uniseluler, prokariotik (nucleoid), tidak
berklorofil, saprofit atau parasite, peembelahan biner, termasuk Protista.Protista
dibagi 2 macam yaitu Prokaryot terdiri atas bakteri, alga biru hijau dan Eukaryot
yang terdiri atas jamur, ganggang, lumut dan Protozoa. Perbedaan mendasar dari
kedua sel tersebut antara lain organismenya termasuk bakteria dan Sianobakteria,
ukuran sel 1- 10 mikron, organelnya hanya ada beberapa bahkan hampir tidak ada,
DNA Prokaryot bersirkuler dalam sitoplasma, RNA dan proteinnya disintesis
dalam sitoplasma. Sedangkan pada Eukaryot organismenya termasuk fungi,
hewan dan manusia, ukuran sel 5- 100 mikron, organelnya terdapat inti,
mitokondria dan kloroplast, DNA terkemas dalam inti, RNA dalam inti dan
protein dalam sitoplasma (Hartati, 2012).
Bentuk sel bakteri ada 3 macam, yaitu bulat (kokus), batang (basil) dan
Spriral (lengkung atau koma).Bakteri dapat membentuk kumpulan sel atau
susunan sel yaitu pada bentuk kokus, dapat berupa diplokokus (dua- dua),
tetrokokus (empat- empat) sarkina (8 atau kubus), streptokokus (seperti rantai)
dan staphylokokus (bergerombol seperti buah anggur).Pada bentuk batang dapat
berupa streptobasil (berderet) dan diplobasil (dua- dua). Bakteri umumnya
monomorfik, namun karena faktor lingkungan maka dapat berbentuk pleomorfik
contohnya, Rhizobium dan Corynebacterium.,Bakteri gram positif adalah bakteri
yang mempertahankan zat warna metil unggu sewaktu proses pewarnaan gram.
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil
ungu pada metode pewarnaan gram.(Harti, 2015).
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C. penularan
demam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi(Hilda,2013)
Penyakit demam tifoid merupakan penyakit yang mudah menular dan
dapat menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah. Pada daerah
endemic penyabab utama penularan penyakit demam tifoid adalah air yang
tercemar sedangkan di daerah non – endemik makanan yang terkontaminasi oleh
carrier merupakan hal yang paling bertanggung jawab terhadap penularan demam
tifoid. Penularan demam tifoid selain didapatkan dari menelan makanan atau
minuman yang terkontaminasi dapat juga dengan kontak langsung jari tangan
yang terkontaminasi tinja, urin, secret saluran nafas atau dengan pus penderita
yang terinfeksi(Hilda,2013)
Kebersihan diri salah satu penularan dari penyakit saluran pencernaan
adalah melalui tangan yang tercemar oleh mikroorganisme yang merupakan
penyebab penyakit. Mencuci tangan sesudah buang air besar, mencuci tangan
sebelum makan akan melindungi seseorang dari infeksi penyakit kemudian
kondisi kuku jari tangan seseorang juga mempengaruhi terjadinya demam tifoid,
mencuci tangan dengan benar harus menggunakan sabun serta air yang mengalir
karena menggosok sela-sela jari dan kuku dapat mencegah bakteri yang berada di
kuku jari tangan. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan
dapat menghilangkan mikroba yang terdapat pada tangan-tangan yang kotor atau
terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus pathogen dari tubuh, tinja
atau sumber lain ke dalam makanan atau minuman. Kombinasi antara aktivitas
sabun sebagai pembersih, penggosokan dan aliran air akan menghanyutkan
partikel kotoran yang banyak mengandung mikroba(Hilda,2013)
Pathogenesis demam tifoid secara garis besar terdiri 3 proses, yakni (1)
proses invasi bakteri Salmonella typhi ke dinding sel epitel usus, (2) proses
kemampuan hidup dalam makrofaq dan (3) proses berkembang biaknya kuman
dalam makrofaq. Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia
melalui mulut bersamaan dengan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Setelah bakteri sampai di lambung maka akan timbul usaha pertahanan non-
spesifik yang bersifat kimia dengan adanya suasana asam di lambung dan enzim
yang dihasilkannya(Hilda,2013)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Pelaksanaan Praktikum
Waktu : Kamis, 13 Desember 2018 s/d senin, 17 Desember 2018
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi DIV Analis Kesehatan STIKes Mega
Rezky Makassar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikroskop
b. Pipet Tetes
c. Beaker Gelas
d. Objek Gelas
e. Bunsen
f. Korek Api
g. Ose Bulat & Ose Lurus
h. Cawan Petri
i. Tabung Reaksi
j. Inkubator
k. Autoklaf
l. Rak Tabung
m. Tabung vial
n. Kulkas
2. Bahan
a. Sampel darah typoid
b. Lugol
c. Gentian Violet
d. Alkohol 96%
e. Air Fuchsin
f. Oil Emercy
g. Tissue
h. Kapas Alkohol 70%
i. Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
j. Media MCA (Mac Conkey Agar)
k. Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
l. Media MIO (Motility Indol Ornitin)
m. Media MR- VP (Metyl Red - Vogesh Paskuer)
n. Media SCA (Simon Citrat Agar)
o. Media LIA (Lisin Iron Agar)
p. Media Urea
q. Reagen MR
r. Larutan KOH 40%
s. Larutan α - naphtol 5% 0,6 ml
t. Reagen Kovash
C. Prinsip Kerja
1. Prinsip Isolasi Bakteri Dengan Tehnik Penggoresan
Metode gores menggunakan ose bulat dan menggoreskannya ke
permukaan medium dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan,
hanya sel- sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke
medium. Sel- sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang
kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan
murni.
2. Prinsip Inokulasi Bakteri
a. Inokulasi metode gores
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah.
Inokulasi digoreskan dipermukaan media agar nutrient (media padat)
dalam cawan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Diantara garis-
garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat
tumbuh menjadi koloni
b. Inokulasi metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan cara menusukan ujung jarum ose yang
didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan kedalam media
3. Prinsip Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial (untuk membedakan)
bakteri- bakteri yang bersifat gram negatif atau gram positif dengan
menggunakan beberapa jenis larutan.
4. Prinsip Media MCA (Mac Conkey Agar)
Persenyawaan utama dalam media ini adalah laktosa, garam empedu, dan
merah netral sebagai indikator warna. Media ini akan menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif dengan adanya garam empedu yang akan
membentuk Kristal violet. Bakteri gram negatif yang tumbuh dapat dibedakan
dalam kemapuannya memfermentasikan laktosa.
5. Prisnip Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Media TSIA mengandung 3 macam gula, yaitu glukosa, laktosa, dan
sukrosa, media ini digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme
dalam memfermentasikan gula.Media TSIA diinokulasikan dengan
menusukkan ose sedalam ¾ medium lalu menggoreskannya pada slunt media.
6. Prinsip Media MIO (Motility Indol Ornitin)
Merupakan media untuk mengidentifikasi pergerakan atau motility, indol
atau adanya cincin merah setelah penambahan reagen Kovash, serta Ornitin
untuk mengetahui perubahan warna.
7. Prinsip Media MR (Metil Red)
Menentukan adanya fermentasi asam campuran (Metilin Glikon). Hasil
negatif ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna media menjadi
merah setelah ditambah reagen MR , sedangkan hasil positif ditandai dengan
terjadinya warna merah setelah ditambah reagen MR.
8. Prinsip Media VP (Voges Proskauer)
Mengetahui pembentukan asetil metil karbonil (aseton) dari hasil
fermentasi glukosa.Hasil positif ditandai dengan terjadi perubahan warna
media menjadi merah setelah ditambahkan alpha naftol dan KOH 40% artinya
hasil akhir fermentasi bakteri adalah asetil metil karbonil (aseton).
9. Prinsip Media SCA (Simon’s Citrat Agar)
Apabila bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka media
akan berubah menjadi basa dan berubah warna menjadi biru.
10. Prinsip Media LIA (Lisin Iron Agar)
Melihat kemampuan miroorganisme dalam mendekarboksilasi lisin
menjadi amain kadaverin yang bersifat basa.
11. Prinsip Media Urea
Mengetahui apakah bakteri mempunyai enzim urease yang dapat
menguraikan urea menjadi amoniak dan CO2. Urea berisi indikator phenol red,
bila urea dihidrolisiskan NH4+ terakumulasi pada media biakan dan
menyebabkan pH menjadi basa yang ditandai dengan perubahan warna.

12. Prinsip media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)


Media BHIB adalah media penyubur yang berguna untuk pertumbuhan
bermacam-macam mikroorganisme baik yang aerob atau anaerob dari bakteri,
jamur, dan ragi.Medium ini sangat fleksibel dan mendukung pertumbuhan
mikroorganisme phatogenik seprti bakteri.Berisi irisan kecil jaringan otak dan
dapat digunakan untuk menumbuhkan banyak bakteri seperti streptococcus,
staphylococcus. Medium cair ini harus digunakan pada hari yang sama
persiapan agar pertumbuhan mikroorganisme menjadi optimal.
D. Cara Kerja
1. Persiapan sampel darah (pada demam tifoid)
a. Dijelaskan pada pasien bahwa akan diambil sampel darah pasien
sebanyak 1-3 ml untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium
b. Diambil darah pasien pada pembuluh darah vena lengan dengan
mengguakan spoit
c. Sampel darah pada spoit siap diisolasi
2. Isolasi sampel ke Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
a. Dimasukkan sampel darah kedalam botol vial yang telah berisi media
BHIB dengan cara menyuntikkan langsung pada tutup botol vial
tersebut agar tidak kontaminasi dengan udara
b. Dihomogenkan
c. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suu 37ºC
3. Inokulasi bakteri ke media MCA
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri dari media BHIB lalu di inokulasi ke media
MCA
c. Diinokulasi media selama 1X24 jam dengan suhu 37ºC
d. Diamati pertumbuhan bakteri
4. Inokulasi bakteri ke media SSA
e. Disiapkan alat dan bahan
f. Diambil biakan bakteri dari media BHIB lalu di inokulasi ke media
SSA
g. Diinokulasi media selama 1X24 jam dengan suhu 37ºC
h. Diamati pertumbuhan bakteri
5. Pewarnaan Gram
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dibersihkan objek gelas dengan alkohol 70%
c. Pijarkan kawat ose bulat diatas api menyala
d. Diambil biakan bakteri pada cawan petri menggunakan kawat ose
bulat steril dari media MCA dan media SSA
e. Dibuat suspensi bakteri pada objek gelas
f. Difiksasi objek gelas diatas api menyala hingga kering
g. Ditetesi objek gelas dengan larutan Gentian violet 1-2 tetes
h. Didiamkan selama 2 sampai 3 menit
i. Dibilas dengan air mengalir
j. Ditetesi dengan larutan lugol 1-2 menit
k. Diamkan selama 1 menit
l. Dibilas dengan air mengalir
m. Dilunturkan preparat dengan alkohol 96%
n. Didiamkan selama 30 detik sampai 1 menit
o. Dibilas dengan air mengalir
p. Ditetesi dengan larutan Air Fuchsin1-2 tetes
q. Didiamkan selama 1 menit
r. Dibilas dengan air mengalir
s.Diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 100X dengan tambahan 1
tetes oil emercy
6. Inokulasi TSIA/KIA
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri dari media MCA menggunakan ose lurus steril
c. Dimasukkan kedalam media TSIA dengan cara ditusuk sedalam ¾ pada
daerah butt, dan digores pada daerah slunt
d. Diambil biakan bakteri dari media SSA menggunakan ose lurus steril
e. Dimasukkan kedalam media TSIA dengan cara ditusuk sedalam ¾ pada
daerah butt, dan digores pada daerah slunt
f. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
Intepretasi Hasil :
1 Acid-acid : slunt (kuning) – butt (kuning)
2 Alkali-alkali : slunt (merah) – butt (merah)
3 Alkali-acid : slunt (merah) – butt (kuning)
4 Positif H2S : jika daerah tusukan berwarna hitam
5 Positif gas : jika media terangkat keatas
7. Uji Mio
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri dari media TSIA MCA dengan ose lurus steril
c. Dimasukkan kedalam media MIO
d. Dihomogenkan dengan cara dikocok
e. Diambil biakan bakteri dari media TSIA SSA dengan ose lurus steril
f. Dimasukkan kedalam media MIO
g. Dihomogenkan dengan cara dikocok
h. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
1. Motility ditandai dengan terbentuknya kekeruhan yang melebar
pada permukaan media
2. Indol ditandai dengan terbentuknya cincin merah setelah
penambahan larutan kovasah 5 tetes
3. Ornitin ditandai dengan perubahan media dari warna ungu menjadi
warna kuning
8. inokulasi MR-VP
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri dari media TSIA MCA dengan ose lurus steril
c. Dimasukkan kedalam media MR-VP
d. Dihomogenkan dengan cara dikocok
e. Diambil biakan bakteri dari media TSIA SSA dengan ose lurus steril
f. Dimasukkan kedalam media MR-VP
g. Dihomogenkan dengan cara dikocok
h. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
i. Untuk uji MR dilakukan penambahan reagen MR (Methyl Red)
sebanyak 5 tetes dan lihat perubahan warna yang terjadi. Jika berwarna
merah maka hasil positif (+)
j. Untuk uji VP dilakuakn penambahan larutan α Naftol sebanyak 5 tetes
dan 0,2 ml KOH 40%. Dan lihat perubahan warna yang terjadi. Jika
berwarna merah maka hasil positif (+)
Intepretasi Hasil :
1. Untuk uji MR (+) : jika terjadi perubahan warna dari warna kuning
menjadi warna merah berarti bakteri mampu memfermentasikan
asam campuran.
2. Untuk uji VP (+) : jika terjadi perubahan warna dari warna kuning
menjadi warna merah berarti bakteri mampu memfermentasikan
2,3 botanadiol yang merupakan turunan dari karbohirat
9. Uji SCA
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri dari media TSIA MCA denga nose lurus steril
c. Dimasukkan kedalam media
d. Dihomogenkan dengan cara dikocok
e. Diambil biakan bakteri dari media TSIA SSA dengan ose lurus steril
f. Dimasukkan kedalam media
g. Dihomogenkan dengan cara dikocok
h. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
i. Diamati pertumbuhan yang terjadi
1. Terjadi perubahan warna media dari warna hijau menjadi warna
biru
10. Inokulasi ke media LIA (Lysin Iron Agar)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Difiksasi ose lurus dan mulut tabung sebelum dan sesudah melakukan
inokulasi dari media TSIA
3. Diambil satu mata ose koloni bakteri pada media TSIA MCA
menggunakan ose lurus
4. Dibuat goresan pada media LIA dengan cara menusuk biakan kedalam
media dan buat goresan pada lereng media
5. Diambil satu mata ose koloni bakteri pada media TSIA SSA
menggunakan ose lurus
6. Dibuat goresan pada media LIA dengan cara menusuk biakan kedalam
media dan buat goresan pada lereng media
7. Dinkubasi media LIA pada inkubator selama 1×24 jam dengan suhu
37ºC
8. Diamati perubahan yang terjadi jika terjadi perubahan warna pada
media 1. LIA menjadi ungu tua menandakan hasil positif
11. Inokulasi ke media UREA
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Difiksasi ose lurus dan mulut tabung sebelum dan sesudah melakukan
inokulasi dari media TSIA
c. Diambil satu mata ose koloni bakteri pada media TSIA MCA
menggunakan ose lurus
d. Dibuat goresan pada media UREA dengan cara menusuk biakan
kedalam media dan buat goresan pada lereng media
e. Diambil satu mata ose koloni bakteri pada media TSIA SSA
menggunakan ose lurus
f. Dibuat goresan pada media UREA dengan cara menusuk biakan
kedalam media dan buat goresan pada lereng media
g. Dinkubasi media UREA pada inkubator selama 1×24 jam dengan
suhu 37ºC
h. Diamati perubahan yang terjadi jika terjadi perubahan warna pada
media
1. Apabila hasil UREA (+) maka akan terjadi perubahan warna media
dari warna jigga ke merah ungu yang menandakan terjadinya
hidrolisis urea oleh bakteri
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Tabel pengamatan
1.1 Hasil pengamatan pada media BHIB

Madia Cirri-ciri pertumbuhan bakteri


BHIB(Brain Heart Infussion Terjadi kekeruhan (+)
Broth)

1.2 Hasil pengamatan pada media MCA dan SSA

Media Cirri-ciri pertumbuhan Pewarnaan gram


bakteri
MCA - -

SSA - -

B. Pembahasan
Pada praktikum isolasi dan identifikasi bakteri pada darah kali ini, sampel
yang digunakan yaitu darah demam typoid. Hal yang paling pertama dilakukan
pada identifikasi adalah isolasi sampel ke media BHIB (Brain Heart Infussion
Broth), dan diinokulasi ke media SSA (Salmonella Sigela Agar) dan MCA (Mac
Conkey Agar). Sampel darah typoid diambil 1 ml lalu dimasukkan ke media
BHIB.
Hari kedua pengamatan pada media BHIB, didapatkan hasil berupa warna
menjadi keruh yang menandakan bahwa bakteri dapat tumbuh pada media
tersebut dengan penambahan karbohidrat pada media BHIB memungkinkan
bakteri dapat menggunakan langsung sebagai sumber energy.Kemudian dilakukan
inokulasi dari media BHIB kemedia MCA dan SSA, Setelah dilakukan inokulasi
disimpan diinkubator selama 1×24 jam dengan suhu 37ºC.
Hari ketiga pengamatan pada media MCA dan SSA .Media MCA merupakan
media padat dan media selektif karena hanya menumbuhkan satu jenis bakteri
yaitu bakteri gram negatif dan pertumbuhan bakteri lainnya dihambat.Pada media
MCA tidak mengalami pertumbuhan bakteri dikarenakan bakteri yang ada pada
sampel merupakan bakteri gram positif sehingga tidak tumbuh di media selektif
yang hanya menumbuhkan bakteri gram negatif. Komposisi dari media MCA
yaitu gelatin peptone, laktosa, neutral red, polipeptone, bile salts, crystal violet
dan aquadest. Sedangkan pada media SSA juga tidak mengalami pertumbuhan
bakteri dikarenakan media SSA juga merupakan media selektif yang hanya
menumbuhkan bakteri salmonella dan shigella
Setelah itu tidak dilanjutkan lagi pengamatan karena pada media SSA dan
MCA tidak pengalami pertumbuhan bakteri.
Dimasukkan media BHIB kedalam botol vial sebanyak 8 ml kemudian
dimasukkan sampel darah sebanyak 2 ml kedalam tabung vial yang berisi media
BHIB, setelah itu diinkubasi selama 1X24 jam dengan suhu 37ºC. Digunakan
tabung vial karena tabung vial merupakan tabung yang steril kedap udara dan juga
ditutup dengan tutup sekrup.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Kuswiyanto. 2014. Bakteriologi 1. Yogyakarta: Buku kedokteran

Berty,dkk. 2015. Pewarnaan sederhana dan cara-cara pewarnaan. Samarinda:


fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam.

Hartati Sri Agnes.Dra. 2012. Dasar- Dasar Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Harti Sri Agnes.Dra. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset
CV

Yutnita Parama. 2011. Bakteri salmonella thypi dan demam tifoid. Jakarta:
STIKes istara

Hilda Nuruzzaman. 2013. Analisis resiko kejadian demam tifoid berdasarkan


kebersihan diri dan kebersihan jajan di rumah. Surabaya:
Universitas surabaya

Anda mungkin juga menyukai