Bakteri merupakan mikroorganisme yang pada umumnya bersel
satu. Bakteri memiliki struktur sel yang sederhana, dan tidak memiliki nukleus. Bakteri umumnya berukuran sekitar 0,5-5 mikrometer (Fank, 1998). Koloni bakteri sendiri adalah kumpulan dari bakteri yang membentuk kelompok. Terdapat banyak bentuk koloni, tegantung dari spesies dan ciri khasnya. Sifat-sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi suatu spesies misalnya seperti besar kecilnya koloni, mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan, dan warna koloni (Dwidjoseputro, 1987). Morfologi koloni bakteri akan mempermudah dalam pengidentifikasian jenis bakteri (Fitria dan Yasmin, 2011). Bakteri yang hidup di alam terbuka jarang dijumpai tumbuh sebagai biakan murni. Isolasi bakteri adalah pemindahan bakteri dari lingkungan di alam dan menumbuhkan sebagai biakan murni dalam medium buatan. Memindahkan bekteri dari medium lama ke medium yang baru diperlukan ketelitian dan pensterilan alat-alat yang digunakan, sehingga dapat terhindar dari terjadinya kontaminasi. Pada pemindahan bakteri di cawan petri tersebut harus dibalik. Hal ini berfungsi untuk menghindari adanya tetesan air yang mungkin melekat pada dinding tutup cawan petri (Dwijoseputro, 1989). Mikrobia yang hidup di alam terdapat sebagai populasi campuran dari berbagai jenis mikrobia yang berbeda. Prinsip dari isolasi mikrobia adalah memisahkan satu jenis mikrobia dengan mikrobia lain dari lingkungannya di alam dan ditumbuhkan di medium buatan. Pertumbuhan mikrobia dapat dilakukan dalam medium padat, karena dalam medium padat sel-sel mikrobia akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo dan Kartajapoetra, 1991). Isolasi bakteri merupakan pengambilan atau memindahkan mikroba dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan (Fitri dan Yasmin, 2011). Bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis merupakan kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptis sangat penting bila bekerja kontak dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan untuk menjalankan prosedur ini adalah bunsen dan laminar air flow. Bila tidak dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh miroorganisme lain sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik aseptik juga melindungi laboran dari kontaminasi bakteri (Singleton dan Sainsbury, 2006). Ada beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium yaitu, 1. Metode cawan gores (streak plate method), metode ini dilakukan dengan cara menggoreskan suspensi sampel pada media lempeng agar dengan menggunakan jarum inokulasi. Dapat dilakukan dengan teknik goresan T, goresan kuadran, goresan radian, dan goresan sinambung; 2. Metode cawan tuang (pour plate method) yang dilakukan dengan mencampur media yang telah dicairkan bersama suspensi sampel untuk selanjutnya dituang pada cawan petri steril dan ditunggu hingga padat; 3. Metode perataan (spread plate method), metode ini biasanya dilakukan untuk uji sensitivitas mikroorganisme terhadap agen kimiawi 4. Metode titik (spot method), dilakukan inokulasi menggunakan jarum ose pada permukaan media agar lempeng atau agar miring secara titik 5. Metode tusukan (deep method), metode ini dilakukan dengan meneteskan atau menusukan ujung jarum ose yang di dalamnya terdapat inokolum,kemudian dimasukan kedalam media. Metode tusukan biasanya dilakukan untuk uji motilitas atau pergerakan mikroorganisme. Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan menginokulasikan sejumlah kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi. Dalam kajian mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber bakteri adalah mikrobia tanah, air, makanan dan udara (Talaro, 1999). Tujuan dari pemindahan biakan untuk menguasai teknik pemindahan biakan bakteri dari satu wadah ke wadah lain secara aseptik, sehingga hanya biakan murni yang diharapkan yang tumbuh. Hal ini sangat penting dalam tahap awal pekerjaan isolasi mikroba terutama yang berasal dari stok kultur (bukan dari substrat). Kegagalan dalam hal pemindahan biakan dapat menyebabkan kontaminasi dari pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan (Dwidjoseputro, 1990). Menurut Dwidjoseputro (1980), pekerjaan memindahkan bakteri dari medium lama ke medium baru membutuhkan banyak ketelitian, terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada sangkut pautnya dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril, ini untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan. Perpindahan bakteri biasanya menggunakan kawat inokulasi dimana ujung sebaiknya dari platina atau mikrom. Ujung kawat lurus atau berupa bolongan berdiameter 1-3 mm. kawat terlebih dahulu dipanaskan, setelah dingin, ujung kawat disentuhkan pada suatu koloni. Mulut tabung tempat pemeliharaan itu juga dipanasi setelah sumbatnya diambil dan setelah pengambilan inokulasi selesai, mulut tabung dipanasi lagi untuk kemudian disumbat seperti semula. Menurut Jutono (1980), ada beberapa macam cara untuk mengisolasi mikrobia. Untuk isolasi tersebut harus diperhatikan beberapa hal yang penting, antara lain : 1. Sifat-sifat spesies mikrobia yang akan diisolasi 2. Tempat hidup atau asal mikrobia tersebut 3. Medium untuk pertumbuhannya yang sesuai 4. Cara menanam mikrobia tersebut 5. Cara inkubasi mikrobia tersebut 6. Cara menguji bahwa mikrobia yang diisolasi telah berupa biakan murni dan sesuai dengan yang dimaksud Adapun Uji Biokimiawi pada Bakteri : 1. Uji SIM (Sulfide Indol Motility) Mikroorganisme dapat menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Salah satu komponen asam amino yang lazim adalah asam amino triptofan. Asam amino triptofan akan dihidrolisis oleh enzim triptofanase dan menghasilkan indol, asam piruvat dan amonia. Bakteri yang memiliki enzim triptofanase akan menghidrolisis asam amino triptofan yang memiliki gugus samping indol. Sehingga indol akan bereaksi dengan reagen kovach atau erlich dan menghasilkan senyawa para aminobenzaldehid yang tidak larut dalam air dan membentuk warna merah pada permukaan medium. Sedangkan hasil negatif berarti bakteri tidak dapat membentuk indol dari asam amino triptofan sebagai sumber energi. Uji indol juga dapat digunakan untuk melihat adanya motilitas dari bakteri. Dengan menggunakan media SIM (Sulfide Indol Motility) dapat diketahui pergerakan bakteri. Apabila terdapat gambaran awan pada garis tusukan maka dapat dikatakan positif untuk motilitas. Selain itu dapat diketahui pula untuk produksi H2S dengan terbentuknya presipitat berwarna hitam.
2. Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Media TSIA terdiri dari 3 jenis gula yaitu glukosa, sukrosa, dan laktosa. Terdapat juga tambahan fero sulfat dan sodium tiosulfat untuk mendeteksi produksi gas H2S. Hasil positif untuk produksi gas H2S adalah terbentuknya warna hitam pada media. Media TSIA dibuat dengan cara dituang miring sehingga akan terbentuk bagian lereng dan dasar. Bagian lereng bersifat aerob sedangkan bagian dasar anaerob. Fenol merah digunakan sebagai indikator pH dimana akan berwarna kuning jika pH dibawah 6.8 (TSIA yang belum digunakan berwarna merah karena pH 7,4). Isolasi bakteri pada media TSIA dilakukan dengan menggunakan ose jarum yang digoreskan pada permukaan lereng dan ditusuk tepat di tengah media. Hasil isolasi dituliskan dengan cara menyebutkan hasil pada lereng diikuti garis miring ( / ) dan hasil pada bagian dasar. Reaksi yang dapat timbul antara lain : a. lereng merah (-) / Dasar kuning (+) , menandakan adanya fermentasi glukosa b. Lereng kuning (+) / Dasar kuning (+) , +/+, fermentasi laktosa dan atau sukrosa c. Lereng merah (-) / Dasar merah (-) ,-/-, tidak memfermentasi gula dan tidak membentuk gas ataupun H2S d. Ruang udara dibawah medium, terbentuknya gas sehingga medium terangkat keatas e. Warna hitam pada medium, terbentuknya H2S