Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS

MIKROBIOLOGI BISKUIT BAYI DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG


LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA) DAN TEPUNG IKAN
PATIN (PANGASIUS SPP) SEBAGAI MP-ASI

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Mikrobiolgi Pangan yang dibina oleh

Dra. Sulistiastutik.,M.Kes
Dr. Nur Rahman.,STP.,MP
I Komang Suwita, S.ST,MP

Oleh :

Kelompok 4
Meyretta Putri W. (P17111193068)
Nadiya Novitania P.D (P17111193069)
Nur Rachma Fauziyah (P17111193070)
Refina Kurniawati (P17111193071)
Rizka Nurfauziah (P17111193072)
Skolastika Devita (P17111194096)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN GIZI
SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
APRIL 2020
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN

TOTAL PLATE COUNT

I. Tanggal
Rabu, 8 April 2020 di Laboratorium Mikrobiologi Pangan

II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menguasai teknik
Pengujian Total Bakteri atau Total Plate Count (TPC) serta cara penghitungan
bakeri atau mikroba yang tumbuh.

III. Latar Belakang


Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang
terdapat pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering digunakan adalah
cara perhitungan koloni pada lempeng biakan (plate count). Disamping itu
terdapat juga atau dapat diadakan perhitungan langsung secara mikroskopis.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba
salah satunya adalah cara menghitung langsung. Cara ini pada mulanya
dilakukan dalam pemeriksaan bakteri yang dapat dalam air susu, tetapi dapat
digunakan untuk penelitian lain. Dengan cara yang terhitung adalah baik
bakteri hidup maupun mati. Sehingga dengan cara ini tidak diketahui berapa
jumlah bakteri hidup, tetapi pengerjaannya lebih cepat (Irianto, 2006).
Menurut Prescott (2003), mikroba yang diisolasi dari lingkungan jarang
ditemukan sebagai koloni tunggal biasanya berupa koloni campuran.
Penelitian pada berbagai bidang mikroorganisme biasanya menggunakan
tehnik untuk memisahkan koloni campuran menjadi koloni tunggal yang
berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu populasi
sel yang berasal dari satu sel induk. Disamping memisahkan koloni campuran
menjadi koloni, pemeliharaan kemurnian isolat selama penyimpanan juga
perlu diperhatikan. Perlakuan pemisahan koloni campuran menjadi koloni
tunggal penting dilakukan karena suatu jenis koloni mikroba yang terpisah
dari koloni campurannya akan lebih mudah  untuk diamati. Disamping itu,
mikroba yang berbeda akan memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda
di dalam persyaratan tumbuhnya sehingga dengan memisahkan koloni
campuran menjadi koloni tunggal akan membantu di dalam mengkultivasi,
mengisolasi dan mengidentifikasi mikroba.
Tehnik-tehnik untuk mendaptkan koloni tunggal memiliki kelebihan dan
kelemahan. Menurut Burrows (2004), beberapa cara dapat dilakukan untuk
menentukan jumlah bakteri yang terdapat pada bahan pemeriksaan. Cara yang
paling sering digunakan adalah cara penghitungan koloni pada lempeng
pembiakan (plate count) atau juga dapat dilakukan penghitungan langsung
secara mikroskopis  . Tehnik isolasi dan analisa sampel merupakan hal yang
penting bagi seseorang yang ingin menjadi ahli di bidang mikrobiologi. Oleh
karena itu, praktikum topik ini penting untuk dilakukan untuk memberikan
pelatihan awal bagi praktikan mikrobiologi.

IV. Tinjauan Pustaka


Keberadaan mikroorganisme dalam sampel atau spesimen adalah sebagai 
biakan campuran. Oleh karena itu, untuk analisa kualitatif dan kuantitatif
suatu mikroorganisme dibutuhkan teknik laboratorium atau in vitro,
yaituvdengan cara mengkultur mikroorganisme pada media. Dalam kultur
mikroorganisme secara kualitatif melalui teknik isolasi, dapat diperoleh
biakan murni (pure culture), sedangkan dalam bidang mikrobiologis agar
terhindar dari kontaminasi. Isolasi merupakan suatu cara untuk memisahkan
mikroorganisme dari sampel atau alam dan menumbuhkan dalam media
kulkar secara in vitro sehingga diperoleh biakan murni. Inokulasi merupakan
suatu cara untuk memindahkan biakan murni dari suatumedia ke media lain
yang sama atau berbeda. Inokulum merupakan biakan hasil isolasi yangterdiri
dari satu jenis mikroorganisme pada waktu dan temperatur tertentu (Harti,
2015).
Media agar merupakan substrat yang sangat baik untuk memisahkan
campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi
terpisahpisah. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme
pada media agar memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari
sesamanya, juga memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni,
yaitu sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan
yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum, dengan menginokulasi
medium agar nutrien (nutrien agar) dengan metode cawan gores atau media
cawan tuang, sel-sel mikroorganisme akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah
inkubasi, sel-sel mikroba individu memperbanyak diri secara cepat sehingga
dalam waktu 18 sampai 24 jam terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan
dinamakan koloni. Koloni dapat terlihat oleh mata telanjang. Setiap koloni
merupakan biakan murni satu macam mikroorganisme (Pelczar dan Chan,
2007).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan
suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam
mengendalikan mikroba. Berikut ini faktor-faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba (Suriawiria, 2005):
1. Suplai Energi Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya,
memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan
selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen,
oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya.
Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higinis pada
lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di
lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan
lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya
terkendali.
2. Suhu/Temperatur Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam
mempengaruhi dan pertumbuhan mikroorganisme. Suhu dapat
mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang berlawanan. Apabila suhu
naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat.
Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolisme akan
menurun dan pertumbuhan diperlambat. Apabila suhu naik atau turun
secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, kompenen sel menjadi
tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati. Berdasarkan hal di
atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme
digolongkan menjadi tiga, yaitu : Suhu minimum yaitu suhu yang apabila
berada di bawahnya maka pertumbuhan terhenti. Suhu optimum yaitu
suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan optimum.
(Disebut juga suhu inkubasi). Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila
berada di atasnya maka pertumbuhan tidak terjadi. Berdasarkan
ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada
suhu 60°C selama 10-20 menit. Tahan terhadap panas, apabila
dibutuhkan suhu 100°C selama 10 menit untuk mematikan sel.
Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60°C selama 10-20
menit tapi kurang dari 100°C selama 10 menit untuk mematikan sel.
3. Keasaman atau Kebasaan (pH) Setiap organisme memiliki kisaran pH
masing-masing dan memiliki pH optimum yang berbeda-beda.
Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran ph 8,0 – 8,0 dan
nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat merusak.
4. Ketersediaan Oksigen Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-
sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal
ini digolongkan menjadi Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada
oksigen bebas. Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen
bebas. Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen
bebas. Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah
kecil (Tortora, 2002)
Alat :

Alat yang digunakan pada praktikum TPC ini adalah

1. tabung reaksi,
2. cawan petri,
3. pipet tetes,
4. rak tabung reaksi, dan
5. inkubator
6. Erlenmeyer                          
7. Penangas Air                            
8. Lemari Pengeram
9. Pipet Ukur 10 mL               
10. Alat Penghitung Koloni (Colony Counter)
11. Tabung Reaksi                    
12. Tissu
13. Bunsen

Bahan :

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah

1. NA (Natrium Agar),
2. sampel biskuit, dan tepung ikan patin ,
3. kapas,
4. aluminium foil,
5. plastic wrap,
6. alkohol,
7. akuades

Prosedur :

1. 1 gram sample di masukan dalam wadah kecil


2. 1 ml suspense pengenceran 10−1 tersebut dipindah dengan pipet steril ke
dalam larutan 9 ml BPW untuk mendapatkan pengenceran 10−2
3. Di buat pengenceran 10−3 , 10−4, 10−5 , dan seterusnya dngan cara yang
sama seperti pada butir dua
4. Selanjutnya banyak 1 ml sispensi dari setiap pengenceran di masukkan ke
dalam cawan petri secara duplo
5. Di tambahkan 10 ml sampai dengan 15 ml PCA yang sudah di dinginkan
hingga temperatur 45°C ± 1°C pada masing masing cawan yang sudah
berisi suspensi. Agar larutan contoh pada media PCA tercampur
seluruhnya, cawan di putar ke depan dank e belakang atau membentuk
angka delapan dan di diamkan menjadi padat.
6. Inkubasi pada temperatur 34°C sampai dengan 37°C selama 24 jam
sampai dengan 28 jam dengan meletakan cawan pada posisi terbalik.

Hasil

Tabel 1. Hasil Analisis TPC pada Biskuit Bayi

Lama Penyimpanan Total Plate Count ( cfu/g )


0 hari 5,60 x 107 ± 0,44x 107b
1 minggu 7,73 x 107 ± 1,32 x 107b
2 minggu 13,67 x 107 ± 4,52 x 107b
4 minggu 193,33 x 107 ±90,36 x 107a p = 0,002*

Keterangan: Huruf yang berbeda dibelakang angka menunjukkan beda nyata.

V. Pembahasan
Hasil analisis Total Plate Count (TPC) pada Tabel 1 menunjukkan nilai TPC
memiliki kecenderungan hubungan yang positif dengan lama penyimpanan
biskuit. Semakin lama biskuit bayi disimpan maka nilai TPC pada biskuit
bayi dengan substitusi tepung labu kuning dan tepung ikan patin semakin
meningkat (p= 0,002). Nilai tertinggi dari TPC biskuit bayi dengan substitusi
tepung labu kuning dan tepung ikan patin terjadi pada lama penyimpanan
biskuit selama 4 minggu yaitu sebesar 193,33 x 107 cfu/g. Meskipun
demikian, pada lama penyimpanan 0 hari (tidak disimpan) nilai TPC biskuit
5,60 x 107 cfu/g telah melampaui batas maksimal persyaratan biskuit bayi
SNI 01-7111.2-2005 yaitu 1,0 x 104 cfu/g.
KESIMPULAN

1. Total Plate Count atau (TPC) biskuit bayi dengan substitusi tepung labu
kuning dan tepung ikan patin melebihi dari nilai TPC yang
dipersyaratkan oleh SNI 01-7111.2-200, Tetapi untuk nilai Most
Probability Number (MPN) masih memenuhi persyaratan.
2. Semakin lama penyimpanan biskuit bayi dengan substitusi tepung labu
kuning dan tepung ikan patin maka nilaiTotal Plate Count atau (TPC)
dan Most Probability Number (MPN)
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/29252742/PRAKTEK_METODE_TOTAL_PLATE_C
OUNT_TPC_.docx
https://www.scribd.com/document/68774353/laporan-praktikum-tpc
https://www.academia.edu/33075416/Laporan_Mikrobiologi_TOTAL_PLATE_C
OUNT_MIKROBA_.docx
http://saputrianidress.blogspot.com/2017/04/laporan-praktikum-tpc-teknik.html
https://mamassuranto.wordpress.com/2012/04/30/pengujian-total-bakteri-total-
plate-count-tpc/
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62727/1/C10isa.pdf

Anda mungkin juga menyukai