Anda di halaman 1dari 7

Tugas Individu Mikrobiologi Analitik

“ Proposal Penelitian Isolasi dan Identifikasi


Mikroorganisme Arang Kompos”
( 14136 )

Dosen Pengampu

Dra. Irda Sayuti, M.Si

Disusun Oleh

Anisa Fitriyana 1705122359

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
A. Judul Penelitiaan : Isolasi Dan Identifikasi Mikroorganisme Dalam Arang
Kompos

B. Bidang Ilmu

Adapun bidang ilmu yang akan dibahas pada penelitian ini adalah bidang ilmu
mikrobiologi yaitu isolasi dan identifikasi mikroorganisme dalam arang
kompos.

C. Latar Belakang
Pada proses pembuatan arang kompos, penambahan arang dapat
mempercepat proses, meningkatkan kualitas dan dapat merangsang
berkembang biak mikroor- ganisme. Mikroorganisme yang berperan antara lain
bakteri, jamur dan actinomycetes. Mikroorganisme memanfaatkan senyawa
karbon (C) yang terdapat dalam arang sebagai sumber energi. Senyawa karbon
dipecah, menghasilkan energi dan CO,. Energi dimanfaatkan untuk aktivitas
mikroorganisme.
Selain senyawa karbon, mikroorganisme membutuhkan unsur nitrogen (N)
untuk pembentukan protein sel. Mikroorganisme yang paling dominan dalam
proses pengomposan yaitu bakteri. Untuk mengetahui populasi dan
keanekaragaman bakteri dalam arang kompos, maka dilakukan isolasi dan
identifikasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas , maka rumusan masalah penelitian ini adalah
“ Bagaimana populasi dan keanekaragaman jenis bakteri dan jamur dalam arang
kompos”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui populasi dan keanekaragaman
jenis bakteri dan jamur dalam arang kompos”
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu dengan diketahuinya populasi dan jenis
mikroorganisme dalam arang kompos, maka makin jelas bahwa manfaat arang
sangat beragam tidak hanya sebagai sumber energi (bahan bakar).

G. Landasan Teoritis
1. Isolasi

Mikroorganisme pada suatu lingkungan alami merupakan populasi campuran


dari berbagai jenis baik mikroorganisme pada tanah, air, udara, makanan,
maupun yang terdapat pada tubuh hewan dan tumbuhan. Pemisahan
mikroorganisme diperlukan untuk mengetahui jenis, mempelajari kultur
morfologi, fisiologi, karakteristik mikroorganisme tersebut. Teknik
pemisahan tersebut disebut isolasi yang disertai dengan pemurnian (Irianto,
2006). Isolasi merupakan rankaian proses pemisahan mikroorganisme agar
didapatkan kultur murni (isolat). Isolat-isolat tersebut kemudian ditumbuhkan
pada medium terpisah agar dapat tumbuh dengan baik. Medium pertumbuhan
bakteri pertumbuhan bakteri harus diperbaharui setiap 6 bulan agar sumber
nutrisi bagi bakteri tetap terpenuhi sehingga bakteri tidak mengalami
kematian.

Menurut Cappucino & Sherman (1987) teknik isolasi bakteri yang


digunakan yaitu dengan dilution method. Dilution methode adalah
pengenceran bertingkat yang terbagi menjadi 3 macam teknik isolasi, yaitu:

1. streak plate technique, merupakan metode isolasi kualitatif dengan


menggoreskan mikroorganisme yang diambil atau kultur bakteri diatas
permukaan medium padat dengan menggunakan jarum inokulasi.
2. Spread plate technique, merupakan teknik isolasi yang dilakukan dengan
cara meratakan enceran campuran mikroorganisme diatas permukaan
mediun padat secara seteril.
3. Pour plate technique, merupakan teknik isolasi yang dilakukan dengan
membuat pengenceran secara berturut-turut dengan menggunakan jarum
inokulasi dan pipet. Selanutnya senceran tersebut dicampurkan dengan
medium agar dan dibiarkan sampai padat
2. Identifikasi
Mengetahui suatu jenis mikroorganisme diperlukan adanya identifikasi.
Identifikasi merupakan upaya untuk mengetahui nama suatu makhluk hidup
dalam suatu kelompok tertentu berdasarkan karakteristik persamaan dan
perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing makhluk hidup. Identifikasi
mikroorganisme dilakukan dengan membandingkan ciri-ciri yang ada pada
satuan yang belum diketahui dengan satuan-satuan yang sudah dikenal.
Identifikasi mikroorganisme yang baru diisolasi memerlukan perincian,
deskripsi, dan perbandingan yang cukup dengan deskripsi yang telah
dipublikasikan untuk jasad-jasad renik lain yang serupa (Pelezar & Chan,
1989).

Proses identifikasi dilakukan dengan cara pengamatan terhadap organisme


tersebut baik secara morfologi maupun fisiologi. Pengamatan secara
morfologi dapat meliputi bentuk koloni, struktur koloni, bentuk sel, ukuran
sel, bentuk flagel dan pewarnaan endospore dari bakteri. Pengamatan secara
fisiologi yaitu meliputi uji biokimia. Identifikasi bakteri juga dapat dilakukan
dengan cara indentifikasi secara genetik, yaitu dengan metode PCR
(polymerase chain reaction) yaitu
dengan mengekstrak DNA bakteri kemudian di perbanyak dan dielekroforesis.
Hasil elektroforesis akan menunjukan karakteristik dari DNA yang dimiliki
(Suryanto, 2004).
Pengamatan morfologi dapat dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.
Pengamatan secara makroskopis dapat dilakukan dengan mengamati bentuk
koloni yaitu berbentuk bulat, tak berbentuk, sperti akar, dan filamen. Tepi
koloni bakteri yang terdiri dari bentuk tepi koloni utuh, halus, berombak
dangkal, dan berombak dalam. Elevasi koloni bakteri terdiri dari elevasi rata,
cembung rendah dan cembung tinggi dengan permukaan koloni halus atau
kasar. Pengamatan morfologi bakteri secara mikroskopis dapat dilakukan
dengan mengamati bentuk sel bakteri, ukuran bakteri, pewarnaan endospora,
dan pewarnaan Gram (Cappucino & Sherman, 1987).

Pengamatan fisiologi bakteri dilakukan dengan cara uji biokimia. Uji


biokimia yang biasa dilakukan yaitu pengujian fermentasi karbohidrat (untuk
mengamati kemampuan bakteri dalam memfermentasikan karbohidrat),
pengujian Metyl red (untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
menghasilkan asam), pengujian Vogest Paskauer (untuk mengetahui
kemampuan bakteri dalam menghasilkan acetumetyl carbinol dan fermentasi
glukosa), pengujian indol (untuk mengathui kemampuan bakteri dalam
menghasilkan indol), pengujian oksidase (untuk mengetahui kemampuan
bakteri dalam memproduksi enzim oksidase), pengujian H2S (untuk
mengatahui kemampuan bakteri dalam memproduksi H2S), pengujian
6mylase (untuk mengetahui kemampuan bakteri menghidrolisis amilum),
pengujian katalase (untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
menghasilkan
enzim katalase), pengujian protease (untuk mengetahui kemampuan
bakteri dalam menghidrolisis protein) ( Cappucino & Sherman, 1987).

3. Kompos

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-


bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik
atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan
pengomposan adalah proses di mana bahan organik mengalami penguraian
secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan
organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan
mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.
Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air
yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

4. Arang kompos

Arang kompos bioaktif (Arkoba) adalah gabungan arang dan kompos yang
dihasilkan melalui teknologi pengomposan dengan bantuan mikroba
lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Apabila diberikan ke tanah
mikroba tersebut berperan secara hayati sebagai biofungisida untuk
melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut bioaktif.
Selain bioaktif, arkoba mempunyai keunggulan karena keberadaan arang yang
menyatu dalam kompos, sehingga bila diberikan pada tanah ikut andil dan
berperan sebagai agent pembangun kesuburan tanah, sebab arang mampu
meningkatkan pH tanah sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di
dalam tanah.

H. Bahan dan metoda Penelitian

1. Bahan Penelitian

Kompos serasah, arang kompos serasah, medium agar nutrient dan medium
agar Saboraud.

Bahan pewarna bakteri antara lain fuchsin, biru metilen, karbol gentian violet
(kgv), NaCI fisiologis 0,9 Yo, lugol, alcohol 90 Yo, minyak imersi dan
aguades.

Untuk identifikasi jamur digunakan kertas saring dan aguades steril.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia, Kelti Pengolahan Kimia dan


Energi Hasil Hutan, Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan Bogor dan
Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi FMIPA — UNPAD, Bandung.

3. Metode Penelitian

a. Isolasi bakteri

1 gram kompos/arang kompos dicampur dengan 100 ml NaCI1 fisiologis


0,9 Yo steril, diaduk sampai homogen, diambil 1 ml ditambah 9 ml NaCI
fisiologis 0,9 Yo steril, aduk sampai homogen, dibuat pengenceran sampai
10” kemudian diambil 3 pengenceran terakhir yaitu 108 : 10? dan 10”.

Dari masing-masing pengenceran diambil 1 ml, tuangkan ke dalam cawan


petri, ditambah 20 ml agar nutrisi cair dengan suhu 40 — 50” C, diaduk
sampai homogen. Setelah agar tersebut dingin, cawan petri dimasukkan ke
dalam inkubator dengan suhu 37" C selama 1 hari.

b. Isolasi jamur
Untuk isolasi jamur dilakukan seperti pada isolasi bakteri, hanya medium
yang . digunakan adalah agar Saboraud (bukan agar nutrien). Untuk
menghindari kontaminasi dengan bakteri, pada medium jamur ditambahkan
250 mg chloramphenol dalam 500 ml agar Saboraud, diinkubasi pada suhu
ruangan (25 — 27 C) selama tiga hari.

c. Perbanyakan bakteri dan jamur


Bakteri dan jamur yang sudah diisolasi, kemudian ditanam kembali ke
dalam biakan murni dan disimpan dalam inkubator selama 1 hari untuk
bakteri dan 3 — 4 hari untuk jamur (Cappucino dan Sherman, 1983).

d. Identifikasi bakteri dan jamur


Bakteri diidentifikasi dengan metode pewarnaan yaitu suatu metoda yang
tepat untuk mengetahui bentuk morfologi sel-sel bakteri. Identifikasi jamur
digunakan teknik “moist chamber” yaitu untuk melihat morfologi hifa,
miselia dan spora jamur.

I. Pengolahan Data

Perhitungan populasi rata-rata bakteri dan jamur dilakukan dengan cara


mengalirkan jumlah koloni dari tiap pengenceran dengan besarnya
pengenceran dibagi jumlah pengenceran yang dilakukan.

(∑ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛)


Populasi rata-rata = ∑
jumlah pengenceran
Anonim. 1995. Laporan Akhir. Pelaksanaan pekerjaan uji coba pemanfaatan limbah kayu dari
pembukaan lahan tanpa bakar di UPT J Bertak Serdang, Kabupaten Banyuasin Propinsi
Sumatera Selatan. Kerjasama Proyek Dukungan Teknis Penyiapan Lahan Transmigrasi
Pusat, Tahun Anggaran 1995 / 1996 dengan Pusat Dinamika Pembangunan Universitas
Padjadjaran. (Tidak diterbitkan).
Anonim. 2001. Rupa-rupa Kegunaan Arang. ASAP, Majalah Tungku Indonesia. Edisi ke
empat.257 3BUL#7IN Penelitian Hasil Hutan Vol. 21 No. 3 Th. 2003: 251-258
Capuccino, J.G. and Sherman, N. 1983. Microbiology A Laboratory Manual. Addison —
Wisley Publishing Company. New York.
Departemen Transmigrasi Dan Pemukiman Perambah Hutan RI. Direktorat Jendral
Pemukiman Dan Lingkungan. Direktorat Penyiapan Lahan.
Komarayati, S. : Gusmailina dan G. Pari. 2002. Peranan Arang Pada Proses Pembua- tan
Arang Kompos. Makalah pada Seminar MAPEKI di Bogor.
Lederberg, J. 1992. Encyclopedia of Microbiology. Volume I A-C. Academic Press. Inc.
New York.
Schlegel, G.H. dan S. Karen. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi ke enam. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Subba Rao, N.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi ke dua.
Universitas Indonesia — Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai