Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aljabar Boolean merupakan aljabar yang berhubungan dengan variabel-
variabel biner dan operasi-operasi logik. Variabel-variabel diperlihatkan dengan
huruf-huruf alfabet, dan tiga operasi dasar dengan AND, OR dan NOT
(komplemen).
Fungsi Boolean terdiri dari variabel-variabel biner yang menunjukkan fungsi,
suatu tanda sama dengan, dan suatu ekspresi aljabar yang dibentuk dengan
menggunakan variabel-variabel biner, konstanta-konstanta 0 dan 1, simbol-simbol
operasi logik, dan tanda kurung. Suatu fungsi Boolean bisa dinyatakan dalam
tabel kebenaran. Suatu tabel kebenaran untuk fungsi Boolean merupakan daftar
semua kombinasi angka-angka biner 0 dan 1 yang diberikan ke variabel-variabel
biner dan daftar yang memperlihatkan nilai fungsi untuk masing-masing
kombinasi biner.
Aljabar Boolean mempunyai 2 fungsi berbeda yang saling berhubungan.
Dalam arti luas, Aljabar Boolean berarti suatu jenis simbol-simbol yang
ditemukan oleh George Boole untuk memanipulasi nilai-nilai kebenaran logika
secara aljabar. Dalam hal ini Aljabar Boolean cocok untuk diaplikasikan dalam
komputer. Oleh karena itulah penulis berharap pembaca dapat mengetahui fungsi
dan menambah wawasan tentang Aljabar Boolean.
B. Rumusan Masalah
Adapun didapatkan beberapa rumusan masalah mengenai Aljabar Boolean
antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Aljabar Boolean?
2. Apa yang dimaksud dengan Aljabar Boolean Dua Nilai?
3. Apa yang dimaksud dengan Ekspresi Boolean?
4. Apa yang dimaksud dengan Prinsip Dualitas?
5. Apa yang dimaksud dengan Fungsi Boolean?
6. Apa yang dimaksud dengan Penjumlahan dan Perkalian Dua Fungsi?
7. Apa yang dimaksud dengan Komplemen fungsi Boolean?
8. Apa yang dimaksud dengan Bentuk Kanonik?
9. Apa yang dimaksud dengan Konversi Antar Bentuk Kanonik?
10. Apa yang dimaksud dengan Bentuk Baku?
11. Apa yang dimaksud dengan Aplikasi Aljabar Boolean?
12. Apa yang dimaksud dengan Penyederhanaan Fungsi Boolean?
13. Apa yang dimaksud dengan Penyederhanaan Rangkaian Logika?
14. Apa yang dimaksud dengan Metode Quine-McCluskey?

C. Tujuan
Adapun didapatkan beberapa mengenai Aljabar Boolean antara lain:
1. Untuk mengetahui definisi Aljabar Boolean.
2. Untuk mengetahui konsep dari Aljabar Boolean Dua Nilai.
3. Untuk memahami maksud Ekspresi Boolean.
4. Untuk mengetahui Prinsip Dualitas.
5. Untuk mengetahui Fungsi Boolean.
6. Untuk mengetahui penjumlahanan dan Perkalian Dua Fungsi.
7. Untuk mengetahui komplemen fungsi Boolean.
8. Untuk mengetahui Bentuk Kanonik.
9. Untuk mengetahui Konversi Antar Bentuk Kanonik
10. Untuk mengetahui Bentuk Baku.
11. Untuk mengetahui Aplikasi Aljabar Boolean.
12. Untuk mengetahui Penyederhanaan Fungsi Boolean.
13. Untuk mengetahui penyederhanaan logika.
14. Untuk mengetahui Metode Quine-McCluskey.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Aljabar Boolean
Aljabar boole pertama kali dikemukakan oleh seseorang matematikawan
inggris, Geogre Boole pada tahun 1854. Aljabar Boolean adalah cabang ilmu
matematika yang diperlukan untuk mempelajari desain logika dari suatu sistem
digital yang merupakan operasi aritmatik pada bilangan Boolean (bilangan yang
hanya mengenal 2 keadaan yaitu False/True, Yes/No, 1/0) atau bisa disebut
bilangan biner. Pada tahun 1938 Clamde Shanmon memperlihatkan penggunaan
Aljabar Boole untuk merancang rangkaian sirkuit yang menerima masukan 0 dan
1 dan menghasilkan keluaran juga 0 dan 1 Aljabar Boole telah menjadi dasar
teknologi komputer digital.
Secara umum Aljabar Boolean didefinisikan sebagai suatu himpunan dengan
operasi +, ., ‘, serta elemen 0 dan 1, yang ditulis sebagai <B,’,+,.,0,1>.
Misalkan 0 dan 1 adalah dua elemen yang berbeda dari B.Maka, tupel
<B,+,.,’,0, 1>disebut Aljabar Boolean jika untuk setiap a,b,c, OB berlaku aksioma
(sering disebut juga postulat Huntington ) berlaku
1. Identitas :
a. a + 0 = a
b. a . 1 = a
2. Komutatif :
a. a + b = b + a
b. a . b = b . a
3. Distributif :
a. a . (b+c) = (a . b)+(a . c)
b. a+(b . c) = (a+b).(a+c)
4. Komplemen untuk setiap a OB terdapat elemen unik a’ OB sehingga
a. a+a’ = 1
b. a . a’ = 0
5. Closure
a. a+b ∈ B
b. a . b ∈ B
Elemen 0 dan 1 adalah dua elemen unik yang ada di dalam B. 0 disebut
elemen terkecil dan 1 disebut elemen terbesar. Kedua elemen unik dapat berbeda-
beda pada Aljabar Boolean (misal ∅ dan U pada himpunan, F dan T pada
proposisi). Namun secara umum tetap menggunakan 0 dan 1 sebagai dua buah
elemen unik yang berbeda. Elemen 0 disebut elemen zero, sedangkan elemen 1
disebut elemen unit. Operator + disebut operator penjumlahan, ⋅ disebut operator
perkalian, dan ‘ disebut operator komplemen.
Adapun perbedaan antara Aljabar Boolean dengan aljabar biasa untuk
aritatika bilangan rill.
1. Hukum distributif yang pertama, a.(b+c)= (a.b)+(a.c)sudah dikenal di dalam
aljabar biasa, tetapi hukum distributi kedua, a+(b.c) = (a+b).(a+c) benar untuk
Aljabar Boolean, tetapi tidak benar untuk aljabar biasa.
2. Aljabar Boolean tidak memiliki kebalikan perkalian dan kebalikan
penjumlahan, karena itu tidak ada oprasi pembagian dan pengurangan didalam
aljabar bolean.
3. Aksioma nomor 4 yang telah dituliskan di atas mendefinisikan operator yang
dinamakan komplemen yang tidak tersedia dalam aljabar biasa.
Aljabar biasa memperlakukan himpunan bilangan rill dengan elemen
yang tidak berhingga banyaknya. Sedangkan Aljabar Boolean memperlakukan
himpunan elemen B yang sampai sekarang belum didefinisikan, tetapi pada
Aljabar Boolean 2 nilai, B di definisikan sebagai himpunan degan hanya dua nilai,
0 dan 1.hal lain yang penting adalah membedakan elemen himpunan dan peubah
(variabel) pada sistem aljabar. Sebagai contoh, pada aljabar biasa, elemen
himpunan bilangan rill adalah angka, sedangkan peubahnya seperti a, b, c, dan
sebagainya.
Dengan cara yang sama pada Aljabar Boolean, orang mendefinisikan elemen-
elemen himpunan dan peubah seperti x,y,z sebagai simbol-simbol yang
merepresentasikan elemen. Berhubung elemen-elemen B tidak di definisikan
nilainya (kita bebas menentukan anggota-anggota B),maka untuk mempunyai
sebuah Aljabar Boolean, orang harus memperlihatkan :
1. Elemen-elemen himpunan B,
2. Kaidah /aturan operasi untuk dua operator biner dan operator uner,
3. Himpunan B, bersama-sama dengan dua operator tersebut,memenuhi keempat
aksioma diatas. Jika ketiga persaratan diatas dapat dipenuhi maka aljabar yang
didefinisikan bisa dikatakan Aljabar Boolean.

Contoh:
Misalkan B = {1, 2, 5, 7, 10, 14, 35, 70} adalah pembagi dari 70. Tunjukkan cara
membentuk B menjadi sebuah Aljabar Boolean
Penyelesaian:
Elemen-elemen himpunan B sudah didefinisikan. Sekarang kita tentukan kaidah
operasi untuk operator +, ⋅, dan ‘. Misalkan kita definisikan
a + b = KPK(a,b) = Kelipatan Persekutuan Terkecil
a ⋅ b = PBB(a,b) = Pembagi Bersama Terbesar
70
a’ = 𝑎

Akan ditunjukan B bersama-sama dengan operator biner dan operator uner


memenuhi ke lima aksioma yang didefinisikan
1) Identitas 1 adalah elemen identitas untuk operasi penjumlahan (1 sebagai
elemen zero) dan 70 adalah elemen untuk operasi perkalian(70 sebagai elemen
unit) karena:
(i) a + 1 = KPK(a,1) = a
(ii) a ⋅ 70 = PBB(a,70) = a
2) Komutatif berlaku karena:
(i) a + b = b + a = KPK(a,b)
(ii) a ⋅ b = b . a = PBB(a,b)
3) Distibutif:
(i) 10 ⋅ (5+7) = PBB(10, KPK(5,7)) = PBB(10,35) = 5
(10 ⋅ 5) + (10 ⋅7) = KPK(PBB(10,5),PBB(10,7)) = KPK(5,1)= 5
(ii) 10 + (5 ⋅ 7) = KPK(10, PBB(5,7))= KPK(10,1) = 10
(10 +5) ⋅ (10 + 7) = PBB(KPK(10,5), KPK(10,7)) = PBB(10,70) = 10
4) Komplemen berlaku karena
(i) a + a’ = KPK(a, 70/a)= 70
(ii) a ⋅ a’ = PBB(a,70/a) = 1
Oleh karena semua aksioma dipenuhi maka B = {1, 2, 5, 7, 10, 14, 35, 70}
adalah Aljabar Boolean.

B. Aljabar Boolean Dua-Nilai


Mengingat B tidak ditentukan anggota-anggotanya, maka kita dapat
membentuk sejumlah tidak berhingga Aljabar Boolean. Pada Aljabar Boolean
berhingga banyaknya anggota B terbatas, tetapi paling sedikit beranggotakan dua
buah elemen yang berbeda.
Aljabar Boolean memiliki terapan yang luas adalah aljabar dua-nilai. Aljabar
Boolean dua-nilai di definisikan pada sebuah himpunan B dengan dua buah
elemen 0 dan 1 (sering dinamakan bit, singkatan dari binary digit), yaitu B = {0,
1}, operasi biner, + dan ⋅ , operasi uner, ‘ . Kaidah untuk operator uner
ditunjukkan pada tabel sebagai berikut.

Tabel I Tabel II
A b a⋅b A B a+b
0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 1 1
1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1

Tabel III
A a’
0 1
1 0
Kita harus memperlihatkan bahwa aksioma-aksioma terpenuhi pada himpunan B
={0,1} dengan dua operator biner dan s atu operator uner yang didefinisikan.
1. Identitas jelas berlaku karena dari tabel dapat dilihat bahwa:
(i) 0 + 1 = 1 + 0 = 1
Yang memenuhi elemen identitas 0 dan 1
(ii) 1 ⋅ 0 = 0 ⋅ 1 = 0
2. Komutatif jelas berlaku dengan melihat simetri tabel operator biner
3. Distributif:
(i) a ⋅ ( b + c) = ( a ⋅ b) dapat ditujukan benar dari tabel operator biner di atas
dengan menggunakan tabel kebenaran untuk semua nila yang mungkin dari
a, b, c . Oleh karena nilai-nilai pada kolom a ⋅ (b + c) sama dengan nilai
pada kolom ( a ⋅ b) + (a ⋅ c ), maka kesamaan a ⋅ ( b+c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c)
adalah benar
(ii) Hukum distributif a + (b ⋅ c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c) dapat ditujukkan benar
dengan menggunakan tabel kebenaran dengan cara yang sama seperti
Tabel IV
a b C b+c a ⋅ (b + c) a⋅b a⋅c (a ⋅ b) + (a ⋅
c)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1

4. Komplemen jelas berlaku karena tabel IV memperlihatkan bahwa :


(i) a + a’ = 1 karena 0 + 0’ = 0 + 1 dan 1 = 1’ + 0 = 1
(ii) a ⋅ a = 0 karena 0 ⋅ 0’ = 0 dan 1 ⋅ 1’ = 1⋅ 0 = 0
Karena aksioma-aksioma terpenuhi, maka terbukti bahwa B = {0,1} bersama-
sama dengan operasi biner +, dan ⋅ operator koplemen ‘ merupakan Aljabar
Boolean.
C. Ekspresi Boolean
Misalkan (B,+, ⋅,’,0,1) adalah sebuah Aljabar Boolean. Suatu ekspresi Boolean
dalam (B,+, ⋅,’) adalah:
1. Setiap elemen di dalam B
2. Setiap peubah
3. Jika e1 dan e2 adalah ekspresi Boolean, maka e1 + e2, e1 ⋅ e2, e1’ adalah ekspresi
Boolean.
Contoh : 0, 1, a, b, c, a+b, a.b, a’(b+c), a.b’ + b.c’ + b’
Evaluasi ekspresi Boolean adalah nilai pada peubah-peubah di dalam ekspresi
tersebut dengan elemen-elemen di B.
Contoh : jika a = 0, b = 1 dan c = o,hitunglah hasil ekspresi dari a.(b’+c) !
Jawab:
a.(b’+c) = 0 . (1’ + 0) = 0.0 = 0
Dua ekspresi Boolean dikatakan ekivalen (dilambangkan dengan =) jika
keduanya mempunyai nilai yang sama untuk setiap pemberian nilai-nilai kepada n
peubah.
Contoh: a+a’b = a+b
Bukti :
A B a’ a’b a+a’b a+b
0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1
1 1 0 0 1 1
Terlihat bahwa nilai-nilai pada kolom a+a’b sama dengan nilai pada kolom a+b.
∴ a+a’b = a+b terbukti
D. Prinsip Dualitas
Di dalam Aljabar Boolean banyak ditemukan kesamaan (identity) yang dapat
diperoleh dari kesamaan lainnya, misalnya pada dua aksioma distributive yang
sudah disebutkan sebelumnya, yaitu:
(i) 𝒂(𝒃 + 𝒄) = 𝒂𝒃 + 𝒂𝒄
(ii) 𝒂 + 𝒃𝒄 = (𝒂 + 𝒃)(𝒂 + 𝒄)
Aksioma yang kedua diperoleh dari aksioma pertama dengan cara mengganti .
dengan + dan mengganti + dengan . Prinsip ini dikenal dengan prinsip dualitas,
prinsip yang juga kita temukan di dalam teori himpunan maupun logika. Definisi
prinsip dualitas di dalam Aljabar Boolean adalah sebagai berikut.
“Misalkan 𝑆 adalah kesamaan (identity) di dalam Aljabar Boolean yang
melibatkan operator +, . , dan komplemen, maka jika pernyataan 𝑆* diperoleh dari
𝑆 dengan cara mengganti :
. dengan +
+ dengan .
0 dengan 1
1 dengan 0
Dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya maka kesamaan 𝑆* juga
benar. 𝑆* disebut dual dari 𝑆
Contoh :
Tentukan dual dari
(i) 𝑎 + 0 = 𝑎
(ii) (𝑎 . 1)(0 + 𝑎′ ) = 0
(iii) 𝑎(𝑎′ + 𝑏) = 𝑎𝑏
(iv) (𝑎 + 𝑏)(𝑏 + 𝑐) = 𝑎𝑐 + 𝑏
(v) (𝑎 + 1)(𝑎 + 0) = 𝑎

Penyelesaian
(i) 𝑎 .1 = 𝑎
(ii) (𝑎 + 0) + (1 . 𝑎′ ) = 0
(iii) 𝑎 + 𝑎′𝑏 = 𝑎 + 𝑏
(iv) 𝑎𝑏 + 𝑏𝑐 = (𝑎 + 𝑐 )𝑏
(v) (𝑎 . 0) + (𝑎 . 1) = 𝑎
E. Fungsi Boolean
Fungsi Boolean (fungsi biner) adalah pemetaan dari Bn ke B. Dengan bentuk
Boolean, kita dapat menuliskannya sebagai f : Bn → B, dimana Bn adalah
himpunan yang beranggotakan pasangan terurut ganda-n di dalam daerah asal B.
Setiap bentuk Boolean merupakan fungsi Boolean. Misalkan sebuah fungsi
Boolean adalah f(x, y, z) = xyz + x’y + y’z. Fungsi f memetakan nilai-nilai
pasangan terurut ganda-3 (x, y, z) ke himpunan {0, 1}.
Contoh:
(1, 0, 1) yang berarti x = 1, y = 0, dan z = 1 sehingga
f(1, 0, 1) = 1 ⋅ 0 ⋅ 1 + 1’ ⋅ 0 + 0’⋅ 1
=0+0+1
=1
Selain secara aljabar, fungsi Boolean juga dapat dinyatakan dengan tabel
kebenaran dan dengan rangkaian logika. Jika fungsi Boolean dinyatakan dengan
tabel kebenaran, maka untuk fungsi Boolean dengan n buah peubah, kombinasi
dari nilai-nilai peubahnya adalah sebanyak 2n. Ini berarti terdapat 2n bris yang
berbeda didalam tabel kebenaran tersebut. Misalkan n=3, maka akan terdapat 23=8
baris tabel. Cara yang praktis membuat semua kombinasi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Untuk peubah pertama, isi 4 baris pertama pada kolom pertama dengan sebuah
0 dan 4 baris selanjutnya dengan sebuah 1 berturut-turut.

2. Untuk peubah kedua, isi 2 baris berikutnya dengan 0 lagi, dan 2 baris terakhir
dengan 1.

3. Untuk peubah ketiga, isi kolom ketiga secara berselang seling dengan 0 dan 1
mulai baris pertama sampai baris terakhir.
Contoh
Diketahui fungsi Boolean f(x, y, z) = xyz’, nyatakan f dalam tabel kebenaran.
Penyelesaian :
Nilai-nilai fungsi Boolean diperlihatkan pada tabel berikut.

x y Z f(x, y, z) = xyz’

0 0 0 0

0 0 1 0

0 1 0 0

0 1 1 0

1 0 0 0

1 0 1 0

1 1 0 1

1 1 1 0
Fungsi Boolean tidak selalu unik pada representasi ekspresinya. Artinya, dua
buah fungsi yang ekspresi Booleannya berbeda dapat menyatakan dua buah fungsi
yang sama. Dengan kata lain, dua buah fungsi sama jika keduanya memiliki nilai
yang sama pada tabel kebenaran untuk setiap kombinasi peubah-peubahnya.
Contoh:
F(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’ dan g(x, y, z) = x’z +xy’
Adalah dua buah fungsi Boolean yang sama. Kesamaannya dapat dilihat pada
tabel berikut.
x y Z x’y’z + x’yz + xy’ x’z +xy’

0 0 0 0 0

0 0 1 1 1

0 1 0 0 0

0 1 1 1 1

1 0 0 1 1

1 0 1 1 1

1 1 0 0 0

1 1 1 0 0

Jika sebuah fungsi Boolean tidak unik dalam representasi ekspresinya, kita
dapat menemukan representasi ekspresinya dengan melakukan manipulasi aljabar
terhadap ekspresi Boolean yaitu dengan menggunakan hukum-hukum Aljabar
Boolean untuk menghasilkan bentuk yang ekivalen. Perhatikan bahwa:
f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’

= x’z(y’+y)+xy’ (Hukum distributif)

= x’z . 1 + xy’ (Hukum komplemen)

= x’z + xy’ (Hukum Identitas)


F. Penjumlahan dan Perkalian Dua Fungsi
Misalkan f dan g adalah dua buah fungsi Boolean dengan n peubah, maka
penjumlahan f+g didefinisikan sebagai
(𝑓 + 𝑔)(𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑛 ) = 𝑓(𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑛 ) + 𝑔(𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑛 )
Sedangkan perkalian 𝑓 ∙ 𝑔 didefinisikan sebagai
(𝑓 ∙ 𝑔)((𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑛 ) = 𝑓(𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑛 )𝑔(𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑛 )
Contoh:
Misalkan 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑥𝑦 ′ + 𝑦 dan 𝑔(𝑥, 𝑦) = 𝑥 ′ + 𝑦 ′ maka
ℎ(𝑥, 𝑦) = 𝑓 + 𝑔 = 𝑥𝑦 ′ + 𝑦 + 𝑥 ′ + 𝑦 ′
yang bila disederhanakan lebih lanjut menjadi
ℎ(𝑥, 𝑦) = 𝑥𝑦 ′ + 𝑥 ′ + (𝑦 + 𝑦 ′ ) = 𝑥𝑦 ′ + 𝑥 ′ + 1 = 𝑥𝑦 ′ + 𝑥 ′
dan
𝑖(𝑥, 𝑦) = 𝑓 ∙ 𝑔 = (𝑥𝑦 ′ + 𝑦)(𝑥 ′ + 𝑦 ′ )
G. Komplemen Fungsi Boolean
Komplemen suatu fungsi Boolean F secara sederhana dapat kita lakukan
dengan menukar nilai-nilai 1 dan 0 pada tabel kebenaran. Untuk berbagai bentuk
ekspresi aljabar, kita dapat menggunakan beberapa cara:
1. Cara pertama: menggunakan hukum De Morgan
Hukum De Morgan untuk dua buah peubah, x1 dan x2, adalah
(𝑥1 + 𝑥2 )′ = 𝑥1 ′𝑥2 ′ dan dualnya: (𝑥1 ∙ 𝑥2 )′ = 𝑥1′ + 𝑥2 ′
Hukum De Morgan untuk tiga buah peubah, x1, x2 dan x3, adalah
(𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 )′ = (𝑥1 + 𝑦)′ , yang dalam hal ini 𝑦 = 𝑥2 + 𝑥3
= 𝑥1′ 𝑦 ′
= 𝑥1′ (𝑥2 + 𝑥3 )′
= 𝑥1 ′𝑥2 ′𝑥3 ′
Dan dualnya adalah (𝑥1 ∙ 𝑥2 ∙ 𝑥3 )′ = 𝑥1′ + 𝑥2 ′ + 𝑥3 ′
Hukum De Morgan untuk n buah peubah, x1, x2,..., xn, adalah
(𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑛 )′ = 𝑥1 ′𝑥2 ′ … 𝑥𝑛 ′
Dan dualnya adalah (𝑥1 ∙ 𝑥2 ∙ … ∙ 𝑥𝑛 )′ = 𝑥1′ + 𝑥2′ + ⋯ + 𝑥𝑛 ′
Contoh:
Misalkan f(x, y, z) = x(y’z’ + yz), maka f ’(x, y, z) = (x(y’z’ + yz))’ = x’ + (y’z’ +
yz)’ = x’ + (y’z’)’ (yz)’ = x’ + (y + z) (y’ + z’)
2. Cara kedua: menggunakan prinsip dualitas.
Tentukan dual dari ekspresi Boolean yang merepresentasikan f, lalu
komplemenkan setiap literal di dalam dual tersebut. Bentuk akhir yang
diperoleh menyatakan fungsi komplemen.
Contoh:
a. Misalkan f(x, y, z) = x(y’z’ + yz), maka dual dari f: x + (y’ + z’) (y + z)
komplemenkan tiap literalnya: x’ + (y + z) (y’ + z’) = f ’
Jadi, f ‘(x, y, z) = x’ + (y + z)(y’ + z’)
b. Carilah komplemen dari fungsi f(x,y,z) = x’(yz’ + y’z)
Penyelesaian :
Cara 1: f(x,y,z) = x’(yz’ + y’z)
f’(x,y,z) = (x’(yz’ + y’z))’
= x + (yz’ + y’z)’
= x + (yz’)’(y’z)’
= x + (y’+z)(y+z’)
Cara 2: f(x,y,z) = x’(yz’+y’z)
Dual dari ekspresi Booleannya: x’ + (y + z’)(y’ + z)

Komplemenkan tiap literal dari dual: f’(x,y,z) = x + (y’ + z)(y + z’)

H. Bentuk Kanonik
Ekspresi Boolean yang mempersifikasikan suatu fungsi dapat di sajiakan dalam
dua bentuk berbeda. Pertama, sebagai penjumlahan dari hasil kali dan kedua
sebagai perkalian dari hasil jumlah, misalnya.
f(x,y,z) = x’y’z’ + xy’z’+ xyz
dan
g(x,y,z) = (x+y+z)(x+y’+z)(x+y’+z’) (x’+y+z’)(x’+y’+z)
adalah dua buah fungsi yang sama (dapat ditunjukkan dari tabel kebenaranya ).
Fungsi yang pertama f, muncul dalam bentuk penjumlahan dari hasil kali,
sedangkan fungsi yang kedua ,g, muncul dalam bentuk perkalian dari hasil
jumlah.
Suku –suku didalam ekspansi Boolean dengan n peubah x1,x2,…,xn dikatakan
minterm jika ia muncul dalam bentuk.
x1+x2+…+xn
dan katakana maxtrem jika ia muncul dalam bentuk
x1+x2+…+xn
Ada dua macam bentuk kanonik:
1. Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
2. Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)
Contoh:
1. f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz  SOP
Setiap suku (term) disebut minterm
2. g(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’) (x’ + y + z’)(x’ + y’ + z) 
POS Setiap suku (term) disebut maxterm

Setiap minterm/maxterm mengandung literal lengkap


Contoh:
Nyatakan tabel kebenaran di bawah ini dalam bentuk kanonik SOP dan POS.

Tabel 1
Penyelesaian:
a. SOP
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama dengan 1
adalah 001, 100, dan 111, maka fungsi Booleannya dalam bentuk kanonik SOP
adalah:
f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
atau (dengan menggunakan lambang minterm),
f(x, y, z) = m1 + m4 + m7 =  (1, 4, 7)
b. POS
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama dengan 0
adalah 000, 010, 011, 101, dan 110, maka fungsi Booleannya dalam bentuk
kanonik POS adalah
f(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’+ z)(x + y’+ z’)
(x’+ y + z’)(x’+ y’+ z)
atau dalam bentuk lain,
f(x, y, z) = M0 M2 M3 M5 M6 = (0, 2, 3, 5, 6)
Contoh:
Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x + y’z dalam bentuk kanonik SOP dan POS.
Penyelesaian:
a. SOP
x = x(y + y’)
= xy + xy’
= xy (z + z’) + xy’(z + z’)
= xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’
y’z = y’z (x + x’)
= xy’z + x’y’z
Jadi f(x, y, z) = x + y’z
= xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’ + xy’z + x’y’z
= x’y’z + xy’z’ + xy’z + xyz’ + xyz
atau f(x, y, z) = m1 + m4 + m5 + m6 + m7 =  (1,4,5,6,7)
b. POS
f(x, y, z) = x + y’z
= (x + y’)(x + z)
x + y’ = x + y’ + zz’
= (x + y’ + z)(x + y’ + z’)
x+z = x + z + yy’
= (x + y + z)(x + y’ + z)
Jadi, f(x, y, z) = (x + y’ + z)(x + y’ + z’)(x + y + z)(x + y’ + z)
= (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’)
atau f(x, y, z) = M0M2M3 = (0, 2, 3)
I. Konversi Antar Bentuk Kanonik
Fungsi Boolean dalam bentuk konanik SOP dapat ditransformasi ke bentuk
konanik POS, demikian pula sebaliknya. Misalkan f adalah fungsi Boolean dalam
bentuk SOP dengan tiga peubah:
f(x,y,z) = Σ(1,4,5,6,7)
dan f’ adalah fungsi komplemen dari f,
f’(x,y,z) = (0,2,3) = mo+m2+m3
Dengan menggunakan hukum De Morgan, kita dapat memperoleh fungsi f dalam
bentuk POS:
f(x,y,z) = (f’(x,y,z))’= (mo+m2+m3)’
= mo.m2.m3’
= (x,y,z)’ (x,y,z)’ (x,y,z)’
= (x+y+z)(x+y+z)(x+y+z)
= M0.M2.M3
= Π(0,2,3)
Jadi : f(x,y,z) = Σ(1,4,5,6,7) = Π(0,2,3) Kesimpulan : mj =Mj

J. Bentuk Baku
Dua bentuk konanik adalah bentuk dasar yang diperoleh dengan membaca
fungsi dari table kebenaran.Bentuk ini umumnya sangat jarang muncul karena
setiap suku (term) di dalam bentuk konanik harus mengandung literal atau peubah
yang lengkap baik dalam bentuk normal x atau dalam bentuk komplemennya x’.
Cara lain untuk mengekspresikan fungsi Boolean adalah bentuk baku (standard).
Pada bentuk ini suku-suku yang di bentuk fungsi dapat mengandung satu, dua,
atau sejumlah literal. Dua tipe bentuk baku adalah baku SOP dan baku POS.
Contoh :
Nyatakan fungsi f(x,y,z)= x+y’z dalam table kebenaran , selanjutnya carilah
bentuk baku SOP dan baku POS.
Penyelesaian :
Table kebenaran sebagai berikut :
x y z y’ y’z f(x,y,z) minterm maxterm
0 0 0 1 0 0 mo MO
0 0 1 1 1 1 m1 M1
0 1 0 0 0 0 m2 M2
0 1 1 0 0 0 m3 M3
1 0 0 1 0 1 m4 M4
1 0 1 1 1 1 m5 M5
1 1 0 0 0 1 m6 M6
1 1 1 0 0 1 m7 M7
Bentuk SOP :
Perhatikan kombinasi peubah yang menghasilkan nilai 1.
=f(x,y,z)= x’y’z+ xy’z’+xy’z+xyz’+xyz
Dalam bentuk lain :
=f(x,y,z)=m1+m4+m5+m6+m7
= S (1,4,5,6,7)
Bentuk POS:
Perhatikan kombinasi yang menghasilkan 0 :
=f(x,y,z)= (x+y+z)(x+y’+z)(x+y’+z)
Dalam bentuk lain :
=f(x,y,z)= (x+y+x)(x+y’+z)(x+y’+z’)
=M0M2M3
=P(0,2,3)
K. Aplikasi Aljabar Boolean
1. Jaringan Pensaklaran (Switching Network)
Saklar adalah objek yang mempunyai dua buah keadaan: buka dan tutup.
Tiga bentuk gerbang paling sederhana:
Output c hanya ada jika dan hanya jika x atau y dibuka  x + y
Output c hanya ada jika dan hanya jika x atau y dibuka  x + y
L. Penyederhanaan Fungsi Boolean
Menyederhakan fungsi Boolean artinya mencari bentuk fungsi lain yang
ekivalen tetapi dengan jumlah literal atau operasi yang lebih sedikit.
Penyederhanaan fungsi Boolean disebut juga minimisasi fungsi.
Contohnya, f(x,y) = x’y + xy’ + y’ dapat disederhanakan menjadi f(x,y) = x’ + y’.
Ada tiga metode yang digunakan untuk menyederhanakan fungsi Boolean, yaitu:
1. Penyederhanaan Fungsi Boolean Secara Aljabar
Jumlah literal di dalam sebuah fungsi Boolean apat diminimumkan dengan
trik manipulasi aljabar.namun, tidak ada aturan khusus yang harus diikuti yang
akan menjamin menuju ke jawaban akhir. Metode yang tersedia adalah
prosedur yang cut-and-try yang memanfaatkan postulat, hokum-hukum dasar,
dan metode manipulasi lain yang sudah dikenal.
Contoh:
Sederhanakan fungsi-fungsi Boolean berikut:
a. f(x,y) = x + x’y
b. f(x,y) = x(x’ + y)
c. f(x,y,z) = x’y’z + x’yz + xyz’
d. f(x,y,z) = (x + z’)(y’ + z)(x + y + z’)
Penyelesaian:

a. f(x, y) = x + x’y
= (x + x’)(x + y)
= 1  (x + y )
=x+y
b. f(x,y) = x(x’+ y)
= xx’ + xy
= 0 + xy
= xy
c. f(x, y, z) = x’y’z + x’yz + xy’
= x’z(y’ + y) + xy’
= x’z + xz’

d. f(x, y, z) = xy + x’z + yz = xy + x’z + yz(x + x’)


= xy + x’z + xyz + x’yz
= xy(1 + z) + x’z(1 + y) = xy + x’z
2. Metode Peta Karnaugh
Metode Peta Karnaugh (atau K-map) merupakan metode grafis untuk
menyederhanakan fungsi Boolean. Metode ini ditemukan oleh Maurice Karnaugh
pada tahun 1953. Peta Karnaugh adalah sebuah diagaram atau peta yang terbentuk
dari kotak-kotak (berbentuk bujursangkar) yang bersisian. Tiap kotak
mempresenntasikan sebuah minterm. Tiap kotak dikatakan bertetangga jika
minterm-minterm yang mempresentasikannya berbeda hanya satu buah literal.
Peta Karnaugh dapat di bentuk dari fungsi Boolean yang dispesifikan dengan
ekspresi Boolean maupun fungsi yang direpresentasikan dengan table kebenaran.
a. Peta Karnaugh dengan Dua Peubah
Misalkan dua peubah di dalam fungsi Boolean adalah x dan y. baris pada
peta Karnaugh untuk peubah x dan kolom untuk peubah y. baris pertama di
identifikasi nilai 0 (mennyatakan x’), sedangkan baris kedua dengan 1
(menyatakan x). kolom pertama di identifikasi nilai 0 (menyatakan y’),
sedangkan kolom kedua dengan 1 (menyatakan y). setiap kotak
mempresentasikan minterm dari kombinasi baris dan kolom yang
bersesuaian. Di bawah ini diberikan tiga cara yang lazim digunakan
sejumlah literature dalam menggambarkan peta Karnauggh untuk dua
peubah. Namun disini akan lebih sering menggunakan cara penyajian nomor
dua.
y

0 1 y’ y

m0 m1 x 0 x’y’ x’y x’ x’y’ x’y

m2 m3 1 xy’ xy x xy' xy

Penyajian 1 Penyajian 2 Penyajian 3

Perhatikan bahwa dua kotak yang bertetangga hanya berbeda satu literal. Kotak
x’y’ dan x’y misalnya, hanya berbeda pada literal kedua (y’ dan y), sedangkan
literal pertama sama (yaitu x). jika minterm pada setiap kotak di representasikan
dengan string biner, maka dua kotak yang bertetengga hanya berbeda 1 bit
(contohnya 00 dan 01 pada kedua kotak tersebut hanya berbeda satu bit, yaitu
pada bit kedua).
Contoh:
1. Gambarkan peta Karnaugh untuk f(x,y) = xy + x’y
Penyelesaian:
Peubah tanpa kkomplemen dinyatakan dengan 1 dan peubah dengan
komplemen dinyatakan sebagai 0, sehingga xy dinyatakan sebagai 11 dan x’y
dinyatakan sebagai 01. Kotak-kotak yang merepresentasikan minterm 11 dan
01 diisi dengan 1, sedangkan kotak-kotak yang tidak terpakai didisi dengan 0.
Hasil pemetaan:
y
0 1

x 0 0 1

1 0 1

2. Diberikan fungsi Boolean yang direpresentasikan dengan tabel kebenaran


petakan fungi tersebut ke peta Karnaugh.
x Y f(x,y)
0 0 0
0 1 0
1 0 1
1 1 1

Penyelesaian:
Tinjau hanya nilai yang memberikan1. Fungsi Boolen yang mempresentasikan
table kebenaran adalah f(x,y) = xy’ + xy. Tempatkan satu didalam kotak dip eta
Karnaugh untuk kombinasi nilai x dan y yang bersesuaian (dalam hal ini 10
dan 01).
y
0 1
X 0
0 0

1
1 1

b. Peta Karnaugh dengan Tiga Peubah


Untuk fungsi Boolean dengan tiga peubah () misalkan x, y, dan z), jumlah
kotak di dalam peta Karnaugh meningkat menjadi 23 = 8. Baris pada peta
Karnaugh untuk peubah x dan kolom untuk peubah yz. Baris pertama
diidentifikasi nilai 0 (menyatakan x’), sedangkan baris baris kedua dengan 1
(menyatakan x). kolom pertama diidentifikasi nilai 00 (menyatakan x’y’),
kolom kedua didentifikasi nilai 01 (menyatakan xy’), kolom ketiga
didentifikasi nilai 11 (menyatakan xy), sedangkan kolom keempat didentifikasi
nilai 10 (menyatakan xy’). Perhatikanlah bahwa antara satu kolom dengan
kolom berikutnya hanya berbeda satu bit. Setiap kotak merepresentasikan
minterm dari kombinasi baris dan kolom yang bersesuaian.
yz
00 01 11 10

m0 m1 m3 m2 x 0 x’y’z’ x’y’z x’yz x’yz’

m4 m5 m7 m6 1 xy’z’ xy’z xyz xyz’

Perhatikan urutan dari m1-nya. Urutan disusun sedemikian rupa sehingga setiap
dua kotak yang bertetangga hanya berbeda satu bit.
Contoh:
Gambarkan peta Karnaugh untuk f(x,y,z) = x’yz’ + xyz’ + xyz
Penyelesaian:
x’yz’ = dalam bentuk biner: 010
xyz’ = dalam bentuk biner: 110
xyz = dalam bentuk biner: 111
kotak-kotak yang merepresentasikan minterm 010, 110, dan 111 diisi dengan 1,
sedangkan kotak-kotak yang tidak terpakai diisi dengan 0.
yz
00 01 11 10
x 0
0 0 0 1

1
0 0 1 1

c. Peta Karnaugh dengan Empat Peubah


Misalkan empat peubah dalam fungsi Boolean adalah w, x, y, dan z. jumlah
kotak di dalam peta Karnaugh meningkat menjadi 24 = 16. Baris pada peta
Karnaugh untuk peubah wx dan kolom untuk peubah yz. Kolom pertama
diidentifikasi nilai 00 (menyatakan w’x’), baris kedua dengan 01 (menyatakan
w’x), baris ketiga dengan 11 (menyatakan wx), dan baris keempat dengan 10
(menyatakan wx’). Kolom pertama diidentifikasi nilai 00 (menyatakan y’z’),
kolom kedua diidentifikasi nilai 01 (menyatakan yz’), kolom ketiga
diidentifikasi nilai 11 (menyatakan yz), sedangkan kolom keempat
diidentifikasi nilai 10 (menyatakan yz’). Perhatikanlah bahwa antara satu
kolom dengan kolom berikutnya hanya berbeda satu bit. Setiap kotak
merepresentasikan minterm dari kombinasi baris an kolom yang bersesuaian.
yz
00 01 11 10

m0 m1 m3 m2 w 0 w’x’y’z w’x’y’ w’x’y w’x’yz


x 0 ’ z z ’

m4 m5 m7 m6 0 w’xy’z’ w’xy’z w’xyz w’xyz’


1

m1 m1 m1 m1 1 wxy’z’ wxy’z wxyz wxyz’


2 3 5 4 1

m8 m9 m1 m1 1 wx’y’z’ wx’y’z wx’yz wx’yz’


1 0 0
Perhatikan urutan dari m1-nya. Urutan disusun sedemikian rupa sehingga setiap
dua kotak yang bertetangga hanya berbeda sati bit.
Contoh:
Dibeerikan fungsi Boolean yang direpresentasikan dengan table kebenaran.
Petakan tabel tersebut ke peta Karnaugh.
w x y z f(w,x,y,z)
0 0 0 0 0
0 0 0 1 1
0 0 1 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 0 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
0 1 1 1 1
1 0 0 0 0
1 0 0 1 0
1 0 1 0 0
1 0 1 1 0
1 1 0 0 0
1 1 0 1 0
1 1 1 0 1
1 1 1 1 0

Penyelesaian:
Tinjau hanya nilai fungsi yang memberikan 1. Fungsi Boolean yang
merepresentasikan table kebenaran adalah f(w,x,y,z) = w’x’y’z + w’xyz’ +
w’xyz + wxyz’.
Hasil pemetaan table ke peta Karnaugh:
yz
00 01 11 10
wx 00
0 1 0 1

01
0 0 1 1

11
0 0 0 1

10
0 0 0 0
M. Penyederhanaan Rangkaian Logika
Teknik minimisasi fungsi boolean dengan Peta Karnaugh mempunyai
terapan yang sangat penting dalam menyederhanaan rangkain logika.
Penyederhanaan rangkaian dapat mengurangi jumlah gerbang logika yang
digunakan, bahkan dapat mengurangi jumlah kawat masukan. Contoh-contoh di
bawah ini memberikan ilustrasi penyederhanaan rangkaian logika.
Contoh:
Minimisasi fungsi boolean 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑥 ′ 𝑦𝑧 + 𝑥 ′ 𝑦𝑧 ′ + 𝑥𝑦 ′ 𝑧 ′ + 𝑥𝑦 ′ 𝑧.
Gambarkan rangkaian logikanya.
Penyelesaian:
Rangkaian logika fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) sebelum di minimisasikan adalah seperti

Minimisasi dengan Peta Karnaugh adalah sebagai berikut:


N. Metode Quine-McCluskey
Metode peta Karnaungh hanya cocok digunakan jika fungsi Boolean
mempunyai jumlah paling banyak 6 buah. Jika jumlah peubah yg terlibat pada
suatu fungi Boolean lebih dari 6 buah maka penggunaan peta karnaungh menjadi
semaki rumit, sebab ukuran peta bertambah besar. Selain itu, metode peta
karnaungh lebih sulit di prongramkan dengan computer karna diperlukan
pengamatan visual untuk mengidentifikasi minterm-miterm yang akan
dikelompokan. Untuk itu diperlukan metode penyederhanaan yang lain yang dapat
di programkan dan dapat di gunakan untuk fungsi Boolean dengan sembarang
jumlah peubah. Metode alternative tersebut adalah metode Quine-McCluskey
yang dikembangkan oleh W.V .Quine dan E.J. McCluskey pada tahun 1950.
Langkah-langkah metode Quine-McCluskey untuk menyederhanakan ekspresi
Boolean dalam bentuk SOP adalah sebagai berikut:

1. Nyatakan tiap minterm dalam n peubah menjadi string bit yang panjangnya n,
yang dalam hal ini peubah komplemen dinyatakan dengan ‘0’, peubah yang
bukan komplemedengan ‘1’,
2. Kelompokkan tiap minterm berdasarkan jumlah’1’, yang dimilikinya.
3. Kombinasikan minterm dalam n peubah dengan kelompok lain yang jumlah
‘1’,-nya berbeda satu, sehingga diperoleh bentuk prima (prime-implicant) yang
terdiri dari n-1 peubah. Minterm yang dikombinasikan diberi tanda “√”.
4. kombinasikan minterm dal;am n-1 peubah denagan kelompok lain yang jumlah
‘1’,-nya berbeda satu, sehinga diperoleh bebtuk prima yang terdiri dari n-2
peubah.
5. Teruskan langkah 4 sampai diperoleh bentuk prima yang sesederhana mengkin.
6. Ambil semua bentuk prima yang tidak bertanda “√”. Buatlah tabael baru yang
memperlihatkan minterm dari ekspresi Boolean semula yang dicakup oleh
bentuk prima tersebut (tandai dengan “×”). Setiap minterm harus dicakup oleh
paling sedikit satu buah bentuk prima.
7. Pilih bentuk prima yang memiliki jumlah literal paling sedikit namun
mencakup sebanyak mungkin minterm dari ekspresi bolean semula. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara berikut :
a. Tandai kolom-kolom yang mempunyai tanda “x” dengan tanda “x” lalu
beriu tanda “√” di sebelah kiri bentuk prima yang berasosiasi dengan tanda
“*” tersebut. Bentuk prima inin telah dipilih untuk fungsi Boolean sederhan.
b. Untuk setiap bentuk prima yang telah ditandai dengan “√” , beri tanda
minterm yang di cakup oleh bentuk prima tersebut dengan tanda “√”
(dibaris bawah setelah ‘*’).
c. Periksa apakah masih ada minterm yang belum dicakup oleh buntuk prima
terpilah. Jika ada, pilih dari bentuk prima yang tersisa yang mencangkup
sebanyak mungkin minterm tersebut. Beri tanda “√” bentuk prima yang
dipilih itu serta minterm yang dicakup.
d. Ulang langkah c sampai seluruh minterm sudah dicakup oleh semua bentuk
prima.
Metode Quine McCluskey biasanya digunakan untuk menyederhanakan fungsi
Boolean yang ekspresinya dalam bentuk SOP, namunmetode ini dapat
dimodifikasi sehingga juga digunakan untuk ekspresi dalam bentuk POS.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
1. Aljabar Boolean adalah cabang ilmu matematika yang diperlukan untuk
mempelajari desain logika dari suatu sistem digital yang merupakan operasi
aritmatik pada bilangan Boolean (bilangan yang hanya mengenal 2 keadaan
yaitu False/True, Yes/No, 1/0) atau bisa disebut bilangan biner.
2. Aljabar Boolean dua-nilai di definisikan pada sebuah himpunan B dengan dua
buah elemen 0 dan 1 (sering dinamakan bit, singkatan dari binary digit), yaitu
B = {0, 1}, operasi biner, + dan ⋅ , operasi uner, ‘ .
3. Definisi prinsip dualitas di dalam Aljabar Boolean adalah kesamaan (identity)
di dalam Aljabar Boolean yang melibatkan operator +, . , dan komplemen”.
4. Fungsi Boolean (fungsi biner) adalah pemetaan dari Bn ke B. Dengan bentuk
Boolean, kita dapat menuliskannya sebagai f : Bn → B, dimana Bn adalah
himpunan yang beranggotakan pasangan terurut ganda-n di dalam daerah asal
B.
5. Teknik minimisasi fungsi boolean dengan Peta Karnaugh mempunyai terapan
yang sangat penting dalam menyederhanaan rangkain logika. Penyederhanaan
rangkaian dapat mengurangi jumlah gerbang logika yang digunakan, bahkan
dapat mengurangi jumlah kawat masukan.
DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Fadlisyah. 2009. Matematika Diskrit. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Manongga, Danny & Yessica Nataliana. 2009. Matematika Diskrit. Jakarta:
Pranada Media Group.
Munir , Rinaldi.2014. Matematika Diskrit. Bandung: Informatika Bandung.
https://hartikadwipratiwi.files.wordpress.com diakses pada hari Jum’at tanggal 6
November 2015 pukul 20.57 Wita.
https://farida_a.staff.gunadarma.ac.id diakses pada hari Jum’at tanggal 6
November 2015 pukul 19.36 Wita.

Anda mungkin juga menyukai