IDENTIFIKASI MIKROBA
Oleh
Bayu Apriliwan
05031281320017
INDRALAYA
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Identifikasi mikroba merupakan salah satu tugas yang lazim dilakukan di laboratorium
mikrobiologi.Bakteri memiliki beberapa macam bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, dan
spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada
bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus
dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya
dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung.
Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu
tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Mikroorganisme yang ada di alam ini
mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri
yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut
disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan.
Uji biokimiawi bakteri adalah salah satu uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi jenis
bakteri. Hal ini karena setiap jenis bakteri memiliki sifat biokimia yang berbeda. Secara
morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa. Karena itu ciri
fisiologis atau biokimiawi merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen
yang tidak dikenal. Tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organisme yang
diperiksa maka penentuan spesiesnya tidaklah mungkin dilakukan. Manusia tidak dapat melihat
dan mengidentifikasi bakteri tanpa diadakan percobaan.
B. Tujuan Percobaan
Memahami cara melakukan pewarnaan garam.
C. Cara Kerja
a. Identifikasi Bakteri
1. Pewarnaan Gram
Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1) Kaca objek yang bersih disiapkan.
2) Disiapkan 2 olesan bakteri pada kaca objek dengan jarak antara kedua olesan tersebut paling
sedikit 2 cm.
3) Kaca objek tersebut difiksasi diatas bunsen selama beberapa menit.
4) Setelah difiksasi, kaca objek diletakkan diatas rak kawat bak pewarna.
5) Olesan bakteri digenangi dengan pewarna primer yaitu ungu krystal selama 1 menit.
6) Menggunakan pinset, kaca objek dimiringkan diatas rak pewarna untuk membuang kelebihan
ungu krystal lalu dibilas dengan aquadest.
7) Kaca objek ditiriskan dan kembalikan ke atas rak kawat pada bak pewarna.
8) Olesan kemudian digenangi dengan larutan iodium selama 2 menit dan kemudian lakukan
seperti langkah 6.
9) Olesan dicuci dengan larutan pemucat tetes demi tetes selama 30 detik atau sampai zat warna
ungu kristal tidak terlihat mengalir lagi.
10) Cuci kembali dengan aquadest dan ditiriskan.
11) Lalu genangi dengan safranin sebagai pewarna tandingan selama 30 detik.
12) Lakukan kembali langkah 6 dan langkah 7.
13) Olesan bakteri diamati warnanya, apakah berwarna biru gelap atau ungu (gram positif) atau
bewarna merah muda (gram megatif).
2. Uji Katalase
Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1) Kaca Objek yang bersih disiapkan.
2) Dua tetes hidrogen peroksida diletakkan diatas kaca objek, kemudian secara aseptik biakan
murni bakteri dipindahkan keatas tetesan hidrogen peroksida dengan jarum ose.
3) Uji positif ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung oksigen yang menunjukkan
bahwa mikrobia tersebut menghasilkan enzim katalase yang mengubah hidrogen peroksida
menjadi air dan O2.
b. Identifikasi Jamur
Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1) Media PDA steril sebanyak 5 ml disiapkan secara aseptis kedalam cawan petri dan dibiarkan
hingga membeku.
2) Media PDA steril yang telah beku dipotong persegi dengan ukuran 1cm x 1cm, diletakkan
diatas kaca objek yang telah disterilkan terlebih dahulu.
3) Diambil satu mata ose jamur yang akan dibiakkan kemudian digoreskan pada keempat sudut
PDA steril diatas kaca objek, kemudian ditutup dengan kaca penutup yang telah disterilkan.
4) Cawan petri steril disiapkan pada bagian dalamnya dialasi dengan kertas tissue steril kemudian
ditetesi dengan 5 ml aquadest steril.
5) Kaca objek yang telah berisi biakan jamur dimasukkan kedalam cawan petri kemudian ditutup
dan diberi wrapping pada sekeliling pinggir bagian penutup untuk mencegah kontaminan.
6) Inkubasi pada suhu kamar selama 48 jam.
7) Setelah 48 jam, kaca objek yang berisi biakan dikeluarkan dari cawan petri, medianya dibuang.
Kaca objek ditetesi dengan satu tetes lactophenol blue, tutup dengan kaca penutup biarkan
selama 1 jam supaya larutan lactophenol blue meresap kedalam hipa jamur.
8) Diamati struktur jamur dengan menggunakan mikroskop yang meliputi bentuk hipa, spora dan
konidia jamur.
B. Pembahasan
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena
adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Teknik Pewarnaan bukan
pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar
yang berlaku Setiap sel terdiri dari berbagai bahan kimia. Setiap sel akan menunjukkan susunan
kimiawi yang spesifik. Sebagai contoh, bakteri Gram negatif memiliki lipopolisakarida dalam
dinding selnya, Sedangkan bakteri Gram positif tidak. Sebaliknya pada banyak bakteri Gram
positif terdapat asam teikoat
Teknik pewarnaan kuman yang kami lakukan pada praktikum ini adalah teknik
pewarnaan sederhana dan teknik pewarnaan gramteknik ini bertujuan untuk mengidentifikasi
suatu bakteri apakah dia termasuk ke dalam bakteri gram negatif atau bakteri gram positif.
Langkah-langkah dalam pewarnaan ini hampir sama dengan langkah pada pewarnaan sederhana
yakni membuat preparat oles dari ketiga bakteri diatas. Bedanya adalah pada beberapa reagen
yang ditambahkan. Pertama, bakteri pada preparat ditetesi kristal violet selama 1 menit. Lalu
kelebihan kristal violetdibuang dengan memiringkan kaca objek dan bilas dengan air mengalir
secara perlahan. Preparat ditiriskan, lalu diberi larutan iodium gram selama 2 menit, kelebihan
iodium dibuang dengan memiringkan kaca objek lalu dibilas dengan air seperti kristal violet.
Langkah selanjutnya adalah preparat dicuci dengan etanol 95% setetes demi setetes selama 30
detik atau sampai zat ungu kristal tidak tampak lagi mengalir dari preparat, setelah dirasa warna
menghilang cuci perlahan lalu tiriskan. Terakhir adalah dengan menambahkan pewarna safranin
selama 30 detik pada preparat, kemudian kelebihan safranin dibuang dan dibilas dengan air.
Preparat yang masih basah ditiriskan dan diserap dengan menekankan kertas serap
disekitarnya.Amati preparat olesan bakteri yang sudah diwarnai tersebut di bawah mikroskop.
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka
Utama.
Hadioetomo, Ratna Siri.1990.Mikrobiologi dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.
Volk, W. A. dan Wheeler, M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Waluyo,Lud.2004.Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
BAB I
PENDAHULUAN
Bakteri memiliki beberapa macam bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, dan spirilum.
Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk
basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi
menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi
dua yaitu setengah melengkung dan melengkung.
Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu
tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Mikroorganisme yang ada di alam ini
mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri
yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut
disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena
adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Teknik Pewarnaan bukan
pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar
yang berlaku.
Setiap sel terdiri dari berbagai bahan kimia. Setiap sel akan menunjukkan susunan
kimiawi yang spesifik. Sebagai contoh, bakteri Gram negatif memiliki lipopolisakarida dalam
dinding selnya, Sedangkan bakteri Gram positif tidak. Sebaliknya pada banyak bakteri Gram
positif terdapat asam teikoat. Bahan kimia ini tidak ditemukan pada gram negatif. Karakteristik
utamanya adalah tebalnya lapisan peptidoglikan pada dinding sel. Akibatnya, pada saat prosedur
pewarnaan Gram, meninggalkan warna biru. Dinding sel Gram positif biasa ditemukan pada
Actinobacteria dan Firmicutes. Tidak seperti dinding sel Gram positif, dinding sel Gram negatif
memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis. Hal ini menyebabkan lunturnya warna biru/merah
muda saat disiram etanol.
Uji biokimiawi bakteri adalah salah satu uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi jenis
bakteri. Hal ini karena setiap jenis bakteri memiliki sifat biokimia yang berbeda. Secara
morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa. Karena itu ciri
fisiologis atau biokimiawi merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen
yang tidak dikenal. Tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organisme yang
diperiksa maka penentuan spesiesnya tidaklah mungkin dilakukan. Manusia tidak dapat melihat
dan mengidentifikasi bakteri tanpa diadakan percobaan.
Sifat metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari interaksi metabolit-
metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia. Kemampuan bakteri menggunakan
senyawa tertentu sebagai sumber karbon dan sumber energiyang dapat digunakan untuk
identifikasi.Identifikasi Bakteri dapat dilakukan dengan beberapa uji antara lain uji dalam
melakukan fermentasi, uji oksidase, produksi katalase, uji motilase dan uji oksidase.
Bakteri di alam memiliki karakteristik sifat yang berbeda-beda. Bakteri ada yang bersifat
motil, bereaksi dengan enzim katalase, bersifat oksidatif maupun fermentatif dan lain
sebagainya. Tiap bakteri juga memiliki sifat kimiawi berbeda. Berdasar dari hal tersebut diatas,
maka diadakanlah praktikum Uji Biokimiawi Bakteri ini guna memberikan pemahaman
kepada kita tentang hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat biokimiawi bakteri serta menambah
pengetahuan dan keterampilan kita dalam mengenal karakter berbagai jenis bakteri.
Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan
pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat berkaitan dengan muatan
negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat warna negatif digunakan untuk mewarnai
bagian sel yang bermuatan positif, perlu diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna
terhadap struktur sel dapat berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan
(Dwidjoseputro.1998).
Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan
positif dalam prosedur pewarnaan ini dapat digunakan zat warna basa yang yang bermuatan
positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif. Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar
belakang disekeliling mikroorganisme diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan
mikroorganisme yang tak berwarna. Pewarnaan mencakup penyiapan mikroorganisme dengan
melakukan preparat ulas (Dwidjoseputro.1998)
Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas kaca objek. Ulasan ini
kemudian difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat pada ulasan haruslah cukup banyak sehingga
dapat terlihat bentuk dan penataanya sewaktu diamati. Kesalahan yang sering kali dibuat adalah
menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat terutama bila suspensi tersebut berasal dari
bukan media padat. Sebaliknya pada suatu suspensi bakteri bila terlalu encer, maka akan
diperoleh kesulitan sewaktu mencari bakteri pada preparatnya (Sutedjo.1991).
Untuk pewarnaan yang mengamati morfologi sel mikroorganisme maka seringkali setelah
pembuatan preparat ulas dilakukan fiksasi diikuti oleh pewarnaan. Fiksasi dapat dilakukan
dengan cara melewatkan preparat diatas api atau merendamnya dengan metanol. Fiksasi
digunakan untuk :
1. Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai
2. Melekatkan bakteri pada glass objek
3. Mematikan bakteri
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan
kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazim, prosedur pewarnaan ini menggunakan
zat warna basa seperti crystal violet, biru metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau
malakit. Kadang kala digunakan zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana : zat warna asam
yang sering digunakan adalah nigrosin dan merah kongo. Prosedur Pewarnaan sederhana mudah
dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan
pada mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil), dan
spiral. Dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat
terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur ( staphylococcus), pasangan
(diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae) (Lay.1994).
Beberapa mikroba sulit diwarnai dengan zat warna yang bersifat basa, tetapi mudah
dilihat dengan pewarnaan negatif, pada metode ini mikroba dicampur dengan tinta cina atau
nigrosin, kemudian digesekkan diatas kaca objek.Zat warna tidak akan mewarnai bakteri, akan
tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri. Dengan mikroskop mikroba akan terlihat tidak
berwarna dengan latar belakang hitam (Lay.1994).
Sel terdiri dari berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba diberi perlakuan kimiawi, maka
sel ini memperlihatkan susunan kimiawi yang spesifik. Sifat kimiawi pada susunan sel bakteri,
mencakup kepada :
1. Membran Sel Prokariotik
Pada beberapa bakteri, membran mengelilingi sitoplasma tanpa menunjukkan adanya lipatan.
Membran pada bakteri lain mengalami pelipatan ke dalam yang disebut mesosom. Pada bakteri
fotosintetik, klorofil tidak terdapat dalam suatu kloroplas, melainkan terdapat dalam membran
yang sangat berlipat-lipat di dalam sel, yang disebut membran tilakoid. Sistem fotosintetik pada
bakteri disamping menggunakan klorofil, juga karotenoid. Keduanya mengandung sistem
transport elektron yangmenghasilkan ATP pada proses fotosintesis.
2. Dinding Sel
Dinding sel bakteri bersifat agak elastis dan tidak bersifat permeable terhadap garam dan
senyawa tertentu dengan berat molekul rendah. Secara normal konsentrasi garam dan gula yang
menentukan tekanan osmotik di dalam sel lebih tinggi daripada di luar sel. Apabila tekanan
osmose di luar sel naik, air sel akan mengalir keluar, protoplasma mengalami pengkerutan, dan
membran akan terlepas dari dinding sel. Proses ini disebut dengan plasmolisis. Dinding sel
bakteri gram positif: Dinding sel bakteri gram positif terdiri 40 lapis rangka dasar murein,
meliputi 30-70 % berat kering dinding sel bakteri. Senyawa lain penyusun dinding sel gram
positif adalah polisakarida yang terikat secara kovalen, dan asam teikoat yang sangat spesifik.
Dinding sel bakteri gram negatif: Dinding sel bakteri gram negatif hanya terdiri atas satu lapis
rangka dasar murein, dan hanya meliputi + 10% dari berat kering dinding sel. Murein hanya
mengandung diaminopemelat, dan tidak mengandung lisin. Di luar rangka murein tersebut
terdapat sejumlah besar lipoprotein, lipopolisakarida, dan lipida jenis lain. Senyawa-senyawa ini
merupakan 80 % penyusun dinding sel. Asam teikoat tidak terdapat dalam dinding sel ini.
3. Flagel dan Pili
Flagel merupakan salah satu alat gerak bakteri. Letak flagel dapat polar, bipolar, peritrik, maupun
politrik. Flagel mengakibatkan bakteri dapat bergerak berputar. Penyusun flagel adalah sub unit
protein yang disebut flagelin, yang mempunyai berat molekul rendah. Ukuran flagel berdiameter
12-18 nm dan panjangnya lebih dari 20 nm. Pada beberapa bakteri, permukaan selnya dikelilingi
oleh puluhan sampai ratusan pili, dengan panjang 12 nm. Pili disebut juga sebagai fimbrae. Sex-
pili berperan pada konjugasi sel. Pada bakteri Escherichia coli strain K-12 hanya dijumpai 2
buah pili.
5. Kapsul dan Lendir
Beberapa bakteri mengakumulasi senyawa-senyawa yang kaya akan air, sehingga membentuk
suatu lapisan di permukaan luar selnya yang disebut sebagai kapsul atau selubung berlendir.
Fungsinya untuk kehidupan bakteri tidak begitu esensial, namun menyebabkan timbulnya sifat
virulen terhadap inangnya. Keberadaan kapsul mudah diketahui dengan metode pengecatan
negatif menggunakan tinta cina atau nigrosin. Kapsul akan tampak transparan diantara latar
belakang yang gelap. Pada umumnya penyusun utama kapsul adalah polisakarida yang terdiri
atas glukosa, gula amino, rhamnosa, serta asam organik seperti asam piruvat dan asam asetat.
Ada pula yang mengandung peptida, seperti kapsul pada bakteri Bacillus sp. Lendir merupakan
kapsul yang lebih encer. Adakalanya kapsul bakteri dapat dipisahkan dengan metode
penggojokan kemudian diekstrak untuk menghasilkan lendir.
Selain melalui struktur sel, kita juga dapat mengidentifikasi bakteri berdasarkan sifat
kimiawi melalui proses pewarnaan. Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang
salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif.
Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya
dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai
dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa.
Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna
terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen
blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4 -,
CH3COO-, COOHCOO. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih
cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-
bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna,
substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pada bakteri gram positif
menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram negatif berwarna merah.
Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikobakteri menahan zat
warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun oleh zat yang bersifat keras
seperti asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol 95%). Alkohol asam ini merupakan pemucat
yang sangat intensif dan jangan dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan
dalam prosedur pewarnaan Gram. Kondisi pewarnaan ini, organisme yang dapat menahan zat
warna itu dikatakan tahan asam dan tampak merah. Bakteri biasa yang dindingnya tidak bersifat
terlampau lipoidal, pewarna karbol fuksin yang mewarnai sel dapat dengan mudah dipucatkan
oleh alkohol-asam dan karenanya dikatakan tak tahan asam. Tercucinya karbol fuksin dapat
diperagakan oleh terserapnya pewarna tandingan biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut
tampak biru (Hadioetomo, 1993).
1. Uji Biokimia
b. Uji motilitas
Motilitas bakteri adalah suatu gerakan bakteri yang disebabkan adanya gerak aktif dan
pasif. Gerak aktif adalah gerakan bakteri yang disebabkan karena bakteri memiliki flagel. Gerak
pasif disebabkan karena faktor dari luar (gerak brown). Gerak brown adalah suatu gerakan yang
dapat menggetarkan partikel-partikel secara acak atau terarah karena terus-menerus terkena
pukulan molekul-molekul kecil yang tak terlihat yang terdapat dalam cairan.Motilitas dapat
diamati dengan baik pada biakan yang masih baru. Pada biakan yang sudah lama,bakteri sudah
mati, sehingga sangat sukar untuk mendapatkan sel yang motil, selain itu produksi asam dan
produk yang bersifat racun dapat menyebabkan hilangnya motalitas sel bakteri pada biakan
(Volk, 1988).
Menurut Taringan (1988) beberapa bakteri dapat melakukan gerakan meluncur yang sangat
mulus yang hanya terjadi kalau persentuhan dengan benda padat. Kebanyakan bakteri yang motil
dapat mendekati atau menjauhi berbagai senyawa kimia yang disebut kemotaksis.
c. Uji katalase
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji.
Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H 2O2 menjadi H2O dan
O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H 2O2 yang dibentuk
dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba.
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di
tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat.
Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H 2) dan gas oksigen (O2).
Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi
Anthraquinone. H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam
air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju
dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun.
Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa
reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen
peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju
dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam
penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga
menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai
berikut:
Bakteri memiliki sifat-sifat yang berbeda satu sama lain, berikut ini akan dijelaskan sifat-sifat
dari bakteri :
1. Bakteri Fototrofik
Bakteri ini dicirikan memiliki Bacterioklorofil, sehingga dapat melakukan fotosintesis.
Bentuk : bulat, batang, vibrio atau spiral. Gram negative. Reproduksinya dg pembelahan biner.
Bergerak dengan flagella atau non motil. Habitat lingkungan aquatic.
2. Bakteri Luncur
Kelompok ini diwakili oleh beberapa tipe yang tidak umum. Myxobacteriales
(miksobacter) menghasilkan apa yang disebut tubuh buah terdiri dari lendir dan sel. Sel individu
dapat meluncur pada permukaan padat tetapi tidak punya flagella. Contoh lain Cytophagales,
memperlihatkan gerakan meluncur.Bentuk: batang, bola atau filament. Gram negative. Sel-sel
dapat terbenam dalam lendir. Habitat: tanah, sisa bahan tumbuhan membusuk, lingkungan
aquatic.
3. Bakteri Berselongsong
Sel terbungkus dalam selongsong yang terbuat dari deposit senyawa, senyawa besi dan
mangan yang tak larut. Bentuk: batang atau seperti filament. Gram negative. Bergerak dengan
flagella atau non motil.Beberapa membentuk pelekap /dasar penghisap untuk menempelkan diri
pada permukaan. Habitat lingkungan aquatic dan lumpur.
5. Spiroket
Sel langsing lentur berpilin (dinding tak kaku). Banyak spesies gram negative.
Perbanyakan dengan Pembelahan melintang. Motil karena rotasi cepat sepanjang sumbu panjang
spiralnya ataupun karena lenturan sel-selnya, gerak obeng. Habitat: Saprofit: tanah, lingk.
Aquatic sedang yang parasit hidup di jaringan atau organ vascular pada tubuh termasuk daerah
genital dan system saraf pusat pada manusia dan hewan. Contoh: Treponema pallidum penyebab
penyakit sifilis.
18. Riketsia
Morfologi sel: batang pendek, atau lonjong, kadang pleomorfik, ukuran lebar 0,3-0,7 m;
panjang 1,0-2,0 m, beberapa membentuk tubuh kokoid yang berkembang menjadi tubuh buah.
Gram negative. Nonmotil. Parasit obligat intraseluser pada arthopoda penghisap darah spt:
caplak, kutu dan tungau. Habitat: serangga pembawa, burung, dan mammalia termasuk manusia.
Contoh: Chlamydia penyebab penyakit trakoma, limfogranuloma venereum, uretritis, psitakosis,
ornitosis. Riketsia penyebab demam tipus, demam bercak, Rocky mountain, tifus scrub dan
demam Q.
19. Mikoplasma
Ciri khususnya adalah tidak adanya dinding sel sejati, terdapat membrane sel berlapis tiga
tidak mengandung satuan structural asam muramat dan asam diaminopimelat yang memberikan
kekakuan pada dinding sel. Sehingga sangat pleomorfik. Biasanya nonmotil. Gram negative.
Anaerobic fakultatif. Habitat: selaput lendir saluran pernafasan dan saluran alat kelamin bawah.
Contoh Mycoplasma pneumonia.
BAB III
METODE KERJA
Teteskan beberapa tetes isopropil alkohol 95 % pada kedua permukaan kaca objek dan keringkan
dengan lap kertas.
Buatlah lingkaran ditengah-tengah permukaan bawah kaca objek. Hal ini untuk membantu
meletakkan olesan mikroba dengan tepat.
Lakukan fiksasi panas dengan melayangkan kaca objek di atas panas api.
2. Pewarnaan Sederhana
Siapkan preparat olesan bakteri B. subtilis dan E. coli yang telah difiksasi panas dimanadibuat 2
preparat untuk tiap bakteri.
Letakkan kaca objek di atas bak pewarnaan dan genangi olesan tersebut dengan zat warnabiru
metilen untuk preparat pertama dan zat warna karbol fuksin untuk preparat kedua.
Biarkan terwarnai biru metilen selama 1-2 menit atau selama 15-30 detik untuk
pewarnaandengan karbol fuksin.
Peganglah kaca objek dengan penjepit dan miringkan kemudian bilas dengan air hinggazat warna
hilang atau sedikit sekali.
3. Pewarnaan Gram
Buang kelebihan kristal ungu dengan memiringkan kaca objek di atas bak pewarna
Tiriskan kaca objek dan kembalikan ke atas rak pada bak pewarna.
Cuci dengan etanol 95% setetes demi setetes selama 30 detik atau sampai zat ungu kristal tidak
tampak lagi mengalir dari kaca objek.
Tiriskan kaca objek dan serap kelebihan air dengan menekankan kertas serap diatasnya.
Tiriskan kaca objek dan serap kelebihan air dengan menekankan kertas serap diatasnya.
Perhatikan gambaran mikroskopik morfologi kedua bakteri meliputi bentuk, ukuran, tekstur, dan
warna koloni.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
a. Pewarnaan GramBakteri St. aureus
Gambar diatas menunjukan gambar hasil pewarnaan gram bakteri St. aureus dibawah perbesaran
mikroskop. Terlihat dari gambar warna keunguan yang menandakan bahwa bakteri St. aureus
termasuk ke dalam golongan bakteri gram positif, dengan morfologi bentuk coccus (bundar).
Gambar diatas menunjukan gambar hasil pewarnaan gram bakteri B. subtilus dibawah perbesaran
mikroskop. Terlihat dari gambar warna keunguan yang menandakan bahwa bakteri B. subtilus
termasuk ke dalam golongan bakteri gram positif, dengan morfologi bentuk basil yang
memanjang dan besar.
Gambar diatas menunjukan gambar hasil pewarnaan sederhana bakteri St. aureus dibawah
perbesaran mikroskop. Terlihat dari gambar, warna ungu yang ditunjukkan untuk membantu
melihat morfologi koloni maupun morfologi tunggal dari bakteri St. aureusberbentuk coccus.
BAB V
PEMBAHASAN
2. Pewarnaan sederhana
- Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin)
- Tujuan hanya untuk melihat bentuk sel
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai
macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan
menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam
zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif).
a. Pewarnaan kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai
pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat
melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang. Yang berwana biru
gelap.
b. Pewarnaan spora
Dinding spora relative tidak permeable, namun zat warna bias menembusnya dengan cara
memanaskan preparat.
c. Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga
terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
d. Pewarnaan nucleoid
Pewarnaan nucleoid menggunakan pewarna fuelgen yang khusus untuk DNA.
5. Pewarnaan diferensial
- Menggunakan lebih dari satu macam zat warna
- Tujuan untuk membedakan antar bakteri
- Contoh: Pewarnaan Gram, Pewarnaan Bakteri Tahan Asam
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop,
memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri
seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada
bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya.
5.1.2 Langkah-langkah Pembuatan Preparat Oles dan Teknik Pewarnaan Pada Kuman.
Teknik pewarnaan kuman yang kami lakukan pada praktikum ini adalah teknik
pewarnaan sederhana dan teknik pewarnaan gram. Untuk teknik pewarnaan sederhana bertujuan
untuk melihat morfologi dari bakteri, baik itu bentuk koloninya maupun bentuk individunya.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan preparat olesan dari bakteri. Preparat
yang akan diolesi bakteri ini di fiksasi dulu sebanyak 3 kali dengan api untuk menghilangkan
kuman dan lemak di preparat baru kemudian di lap dengan tissue. Bakteri yang digunakan adalah
bakteri B. subtilis, E. coli, dan St. Aureus. Bakteri-bakteri ini dioleskan pada bagian oval
preparat, yang sebelumnya sudah ditandai dengan sepidol, penandaan bagian oval ini untuk
membantu meletakkan olesan mikroba dengan tepat. Sebelum preparat dioleskan bakteri,
preparat diolesi terlebih dahulu dengan NaCl steril, tujuannya karena NaCl steril merupakan
garam fisiologi dari bakteri.
Langkah selanjutnya adalah menggenangi olesan bakteri pada preparat tersebut dengan
zat warnakristal violet atau biru metilenselama 1-2 menit. Kemudian preparat dimiringkan dan
dibilas dengan air hinggazat warna hilang atau sedikit sekali. Selanjutnya adalah keringkan air
pada permukaan preparat dengan kertas serap lalu amati morfologi bakteri pada masing-masing
preparat di bawah mikroskop.
Selain teknik pewarnaan sederhana, kami juga melakukan teknik pewarnaan gram, teknik
ini bertujuan untuk mengidentifikasi suatu bakteri apakah dia termasuk ke dalam bakteri gram
negatif atau bakteri gram positif. Langkah-langkah dalam pewarnaan ini hampir sama dengan
langkah pada pewarnaan sederhana yakni membuat preparat oles dari ketiga bakteri diatas.
Bedanya adalah pada beberapa reagen yang ditambahkan. Pertama, bakteri pada preparat ditetesi
kristal violet selama 1 menit. Lalu kelebihan kristal violetdibuang dengan memiringkan kaca
objek dan bilas dengan air mengalir secara perlahan. Preparat ditiriskan, lalu diberi larutan
iodium gram selama 2 menit, kelebihan iodium dibuang dengan memiringkan kaca objek lalu
dibilas dengan air seperti kristal violet. Langkah selanjutnya adalah preparat dicuci dengan
etanol 95% setetes demi setetes selama 30 detik atau sampai zat ungu kristal tidak tampak lagi
mengalir dari preparat, setelah dirasa warna menghilang cuci perlahan lalu tiriskan. Terakhir
adalah dengan menambahkan pewarna safranin selama 30 detik pada preparat, kemudian
kelebihan safranin dibuang dan dibilas dengan air. Preparat yang masih basah ditiriskan dan
diserap dengan menekankan kertas serap disekitarnya.Amati preparat olesan bakteri yang sudah
diwarnai tersebut di bawah mikroskop.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan pereaksi yang digunakan dalam pewarnaan gram
adalah :
Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan
untuk melunturkan zat warna utama.
Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang
telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
5.1.3 Perbedaan dari bakteri gram negatif dengan bakteri gram positif.
Seperti yang kita ketahui bakteri dibagi menjadi bakteri gram negatif dan bakteri gram positif,
pembagian atas keduanya didasarkan pada beberapa perbedaan, berikut perbedaan bakteri gram
negatif dan bakteri gram positif :
Ada empat cara yang dilakukan untuk mengetahui hasil dari identifikasi morfologi koloni
bakteri yaitu sebagai berikut:
Untuk memelihara bakteri dalam lempengan (di dalam petridis) sampel bakteri diambil
dengan ujung kawat yang bengkok. Ujung yang bengkok ini kemudiaan digesekkan dengan
gerakan ke kanan dan ke kiri sampai meliputi seluruh permukaan agar-agar. Dengan demikian
akan diperoleh koloni-koloni yang mengggerombol dan koloni-koloni yang memencil. Yang
terakhir inilah yang menunjukkan sifat-sifat yang harus diperhatikan. Sifat-sifat koloni pada
agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan, dan tepi. Bentuk koloni dilukiskan sebagai
titik,-titik, bulat, berbenang, tak teratur, serupa akar, serupa kumparan. Permukaan koloni dapat
datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbul mencembung, timbul membukit, timbul
berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang
bergerigI, ada yang berbenang-benang, ada yang keriting.
Metode ini dapat diperoleh dengan menusukkan ujung kawat yang membawakan bakteri,
lurus ke dalam medium melalui tengah-tangah medium. Bakteri yang aerob akan tampak tumbuh
dekat permukaan medium. Sifat-sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat
mengencerkan gelatin, ada juga bakteri yang tidak mampu mengencerkan gelatin. Bentuk koloni
serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol, berjonjot, serupa batang, serupa kawah, mangkuk,
corong, pundit-pundi (Jutono, 1980). Koloni juga dibedakan berdasarkan moril tidaknya. Bakteri
dikatakan motil apabila bakteri menyebar ke sekitar tusukan, sedangkan bakteri dikatakan
nonmotil bila pertumbuhannya hanya pada bekas tusukan.
Untuk membuat piaraan disitu maka ujung kawat yang berisi bakteri digesekkan satu kali
dari ujung bawah ke ujung atas sehingga garis itu merupakan diameter memanjang dari
permukaan medium. Sifat khusus pada agar miring berkisar pada bentuk dan tepi koloni, dan
sifat-sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : berupa pedang, serupa duri, serupa tasbih,
titik-titik, batang, dan akar.
Inolukasi juga dapat dilakukan degan metode adukan. Bakteri yang digunakan untuk membuaat
piaaraaan adukan dapat diperoleh dari piaraan dalam medium cair, atau dari suatu koloni pada
medium padat. Biakan diambil dengan kawat ose kemudian diadukkan dalam medium cair
tersebut. Sifat koloni yang kelihatan akan berbeda-beda. Permukaan medium ini dapat
memprlihatkan adanya serabut, cincin, langit-langit, atau selaput.
Menurut Pradhika (2008), koloni bakteri memiliki ciri-ciri yang berbeda, tergantung
jenisnya dan mediumnya. Ciri-ciri tersebut adalah :
Bentuk :
- Circular
- Irregular
- Spindle
- Filamentous
- Rhizoid
Elevasi :
- Flat
- Raised
- Convex
- Umbonate
Permukaan :
- Halus mengkilap
- Kasar
- Berkerut
- Kering seperti bubuk
Margins :
- Entire
- Lobate
- Undulate
- Serrate
- Felamentous
- Curled
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Jenis-jenis pewarnaan pada kuman ada banyak macamnya, diantaranya pewarnaan negatif,
pewarnaan sederhana, pewarnaan tahan asam, pewarnaan structural / khusus, dan pewarnaan
diferensial.
2. Sebelum melakukan pewarnaan bakteri, kita harus membuat preparat oles bakteri. sebelum
preparat diolesi bakteri harus dilakukan fiksasi dulu.
3. Teknik pewarnaan sederhana adalah teknik pewarnaan yang bertujuan untuk melihat bentuk
tunggal dan berkoloni dari suatu bakteri, sedangkan teknik pewarnaan gram bertujuan untuk
mengidentifikasi bakteri termasuk dalam gram positif atau negatif.
4. Bahan pereaksi yang digunakan dalam pewarnaan gram adalah pewarna violet kristal, lalu
iodium/lugol, kemudian alkohol dan yang terakhir adalah pewarna safranin
5. Perbedaan antara bakteri gram positif dengan gram negatif setelah dilakukan pewarnaan gram
adalah: bakteri gram positif memberikan warna ungu, sedangkan gram negatif memberikan
warna merah dibawah mikroskop.
6. Morfologi yang ditunjukkan koloni kuman dapat diidentifikasi dengan metode piringan goresan,
metode piringan tuangan, metode tusukan agar tegak, metode agar miring goresan, metode
medium cair
6.2 Saran
Berhatil-hatilah bekerja dengan mikroorganisme sseperti bakteri karena bisa saja
bakteri tersebut bersifat patogen. Gunakan selalu sarung tangan dan masker untuk menghindari
kontak kulit langsung dengan bakteri. Kemudian setelah pekerjaan selesai jangan lupa untuk
mencuci tangan dengan sabun lalu dengan antiseptik untu meminimalisir jumlah kuman yang
menempel di tangan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Volk, W. A. dan Wheeler, M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
LAPORAN
MIKROBIOLOGI FARMASI
OLEH :
KELOMPOK K1-3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas. Bakteri merupakan
mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain mikroskopik, bakteri juga hampir tidak
berwarna atau transparan dan kontras dengan air. Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam
kedaan hidup sangat sulit. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik
pewarnaan sel bakteri. Ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-
penelitian mikrobiologi. Hal itu untuk mempernudah proses identifikasi bakteri.
Untuk mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula diamati
morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaa, salah satunya adalah
dengan pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan salah satu prosedur yang paling banyak
digunakan untuk mencirikan banyak bakteri. Dari pewarnaan gram dapat diketahui morfologi sel
antara lain sifat gram, bentuk sel, dan penataan sel. Pewarnaan gram atau metode gram adalah
suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, Gram
positif dan gram negatif, berdasarka sifat kimia dan fisika dinding sel mereka, metode ini diberi
nama berdasarkan penemunya, ilmuwan denmark hans Christian gram 1884. Pewarnaan Gram
dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan majemuk karena menggunakan lebih dari satu macam zat
warna. Dan pewarnaan diferensial karena pewarnaan ini mampu mengdeferensiasi atau
membedakan bakteri, sehingga bakteri dapat digolongkan menjadi dua yaitu Gram negatif dan
Gram positif.
Selain dengan pewarnaan atau pengecatan, identifikasi bakteri dapat berupa melihat
morfologi koloni dan uji biokimia bakteri. Morfologi bakteri meliputi bentuk, ukuran, tekstur,
warna koloni,dll. Semantara uji biokimia dilakukan untuk memastikan jenis/spesies bakterinya.
Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini untuk mengetahui teknik pewarnaan bakteri,
morfologi koloni, dan uji biokimia sehingga dapat mempernudah untuk isdentifikasi bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identifikasi bakteri dengan pewarnaan
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak
bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2007) . Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau
pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui
reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba banyak dilakukan baik secara langsung
(bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui biakan murni). Tujuan dari
pewarnaan tersebut ialah untuk :
1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, ataupun fungi.
2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia yang
ada akan dapat diketahui.
(Suriawiria, 1999)
Ada tiga macam prosedur pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana (simple stain),
pewarnaan diferensial (differential strain), dan pewarnaan khusus (special strain) (Pratiwi, 2008).
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan
kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan
cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada
mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral
(Lay, 1994).
Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan gram
dan pewarnaan tahan asam.
Pewarnaan gram adalah salah satu teknik pewarnaan diferensial yang paling penting dan
paling luas digunakan untuk bakteri. Bakteri yang diwarnai dengan metode gram ini dibagi
menjadi dua kelompok, salah satu diantaranya bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
(Pelczar & Chan, 1986).
Pada pewarnaan gram, bakteri yang telah difiksasi dengan panas sehingga membentuk
noda pada kaca objek diwarnai dengan pewarna basa yaitu crystal violet. Karena warna ungu
mewarnai seluruh sel, maka pewarna ini disebut pewarna primer. Selanjutnya noda dicuci dan
pada noda spesimen ditetesi iodin yang merupakan mordant. Setelah iodin dicuci, baik bakteri
Gram Positif maupun Gram Negatif tampak berwarna ungu. Selanjutnya noda spesimen dicuci
dengan alkohol yang merupakan decolorizing agent (senyawa peluntur warna) yang pada spesies
bakteri tertentu dapat menghilangkan warna ungu dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda spesimen
diwarnai kembali dengan safranin yang merupakan pewarna basa berwarna merah. Bakteri yang
tetap berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram Positif, sedangkan bakteri yang berwarna
merahdigoongkan ke dalam Gram Negatif (Suriawiria, 1999).
Perbedaan warna antara bakteri Gram Negatif dan bakteri Gram Positif disebabkan oleh
adanya perbedaan struktur pada dinding sel nya. Dinding Gram Positif mengandung banyak
peptidoglikan,sedangkan dinding bakteri Gram Negatif banyak mengandung
lipopolisakarida(Suriawiria, 1999).
Pewarna yang digunakan antara lain : kristal violet sebagai gram A, iodine sebagai gram
B, alkohol sebagai gram C, serta safranin sebagai gram D.
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal sehingga
tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan asam.
Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna
pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen
pada manusia contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis (Pelczar & Chan, 1986).
2. Teteskan beberapa tetes isopropil alkohol 95% pada kedua permukaan kaca objek dan
keringkan dengan lap kertas.
3. Buatlah lingkaran di tengah-tengah permukaan bawah kaca objek. Hal ini untuk
membantu meletakkan olesan mikroba dengan tepat.
6. Lakukan ksasi panas dengan melayangkan kaca objek di atas panas api
1. Siapkan preparat olesan bakteri B. subtilis dan E. coli yang telah diksasi panas dimana
dibuat 2 preparat untuk tiap bakteri
2. Letakkan kaca objek di atas bak pewarnaan dan genangi olesan tersebut dengan zat warna
biru metilen untuk preparat pertama dan zat warna karbol fuksin untuk preparat kedua.
3. Biarkan terwarnai biru metilen selama 1-2 menit atau selama 15-30 detik untuk
pewarnaan
dengan karbol fuksin
4. Peganglah kaca objek dengan penjepit dan miringkan kemudian bilas dengan air hingga
zat warna hilang atau sedikit sekali
3. Buang kelebihan kristal ungu dengan memiringkan kaca objek di atas bak pewarna
5. Tiriskan kaca objek dan kembalikan ke atas rak pada bak pewarna
6. Beri larutan iodium gram selama 2 menit
9. Cuci dengan etanol 95% setetes demi setetes selama 30 detik atau sampai zat ungu kristal
tidak tampak lagi mengalir dari kaca objek.
12. Tiriskan kaca objek dan serap kelebihan air dengan menekankan kertas serap di atasnya
Gambar Bakteri
Pewarnaan Gram
Esterichia coli
Staphylococcus aureus
Bacillus subtillis
Pewarnaan Sederhana
Bacillus subtillis
4.2 Pembahasan
Untuk mengamati bakteri di bawah mikroskop, kita memerlukan pewarnaan bakteri
dengan menggunakan pewarna karena sebagian bakteri tidak berwarna. Tujuannya adalah untuk
memudahkan dalam mengidentifikasi bakteri.
Ada 3 macam pewarnaan yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi bakteri, yaitu
pewarnaan sederhana (simple stain), pewarnaan diferensial (differential stain), dan pewarnaan
khusus (special stain).Namun dalam praktikum ini kami hanya melakukan pewarnaan sederhana
dan pewarnaan diferensial yaitu pewarnaan gram.
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pewarnaan adalah pembuatan
preparat oles. Caranya adalah dengan membersihkan kaca objek dengan alkohol sehingga bebas
dari lemak. Kemudian membuat sediaan preparat dalam bentuk suspensi. Lalu memijarkan ose
dan didinginkan. Setelah itu mencelupkan ose ke dalam suspensi bakteri dan goreskan pada kaca
objek. Jika bakteri yang akan diperiksa terdapat pada medium padat(media agar), maka
meneteskan NaCl Fisiologis terlebih dahulu pada kaca preparat kemudian menggoreskan bakteri
tersebut dengan ose. Dan yang terakhir adalah mengeringkan preparat dan melakukan fiksasi.
Mengeringkan preparat dilakukan dengan mengangin anginkan pada suhu ruang dan fiksasi
dilakukan dengan cara melewatkan preparat di atas api sebanyak tiga kali. Fiksasi dilakukan agar
bakteri tetap berada di kaca preparat dan tidak berpindah kemana-mana. Karena ada
kemungkinan besar bakteri yang sudah di fiksasi itu mati dan tetap tinggal di kaca preparat.
Setelah pembuatan preparat oles selesai, dilanjutkan dengan prosespewarnaan. Pada
pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam pewarna dan bertujuan mewarnai seluruh
sel mikroorganisme sehingga bentuk seluler dan struktur dasarnya dapat terilihat.
Contoh zat warna seperti: Metilen Blue, Karbol Violet dan Air Fucshin.
Dalam praktikum ini bakteri yang digunakan dalam pewarnaan sederhana adalah E.coli
dan B.subtilis dan pewarna yang digunakan adalah kristal ungu. Pertama adalah meletakkan kaca
objek di atas bak pewarnaan dan mengggenangi olesan tersebut dengan zat warna kristal ungu
lalu mendiamkan hingga 1 menit. Kemudian memiringkan preparat dan membilas dengan air
hingga zat warna hilang atau sedikit sekali. Setelah itu mengeringkan air pada permukaan
preparat dengan kertas serap. Preparat pun siap diamati di mikroskop.
Bacillus subtillis berwarna ungu setelah penambahan zat warna kristal ungu. Dan setelah
diamati dengan mikroskop, bakteri ini memiliki morfologi basil. Biasanya bentuk rantai atau
terpisah. Eschericia coli setelah penambahan zat warna kristal ungu warnanya menjadi ungu.
Dan setelah diamati dengan mikroskop E.coli memiliki morfologi kokobasil, dan bentuknya
yang cenderung ke batang panjang. Bakteri ini ada yang soliter, bergerombol atau
berpasangan.Pada Bacillus subtillis dan Eschericia coli saat penambahan zat warna
menghasilkan warna yang sama yaitu ungu sehingga tidak bisa membedakan ciri bakteri yang
satu dengan yang lain misalnya apakak termasuk bakteri gram positif atau gram negatif. Hal ini
dikarenan pewarnaan ini hanya untuk mewarnai seluruh sel mikroorganisme sehingga bentuk
seluler dan struktur dasarnya dapat terilihat dan tidak untuk membedakan bakteri.
Pewarnaan gram menggunakan lebih dari satu pewarna dan memiliki reaksi yang
berbeda untuk setiap bakteri sehingga digunakan untuk membedakan bakteri. Pewarnaan gram
ini mampu membedakan dua kelompok besar bakteri, yaitu Gram positf dan Gram negatif.
Pada praktikum ini bakteri yang digunakan dalam pewarnaan gram adalah Bacillus
subtillis, Eschericia coli, dan St.Aureus menggunakan zat warna kristal ungu, larutan iodium,
alkohol, dan safranin.
Hal pertama adalah membuat preparat oles dari bakteri Bacillus subtillis, Eschericia coli,
dan St.Aureus. Setelah pembuatan preparat dan proses fiksasi selesai maka dilanjutkan dengan
proses pewarnaan. Zat warna pertama yang digunakan adalah kristal ungu. Preparat diberi kristal
ungu dan didiamkan selama 1 menit. Kelebihan kristal ungu dibuang dan membilas preparat
dengan air. Lalu mengeringkan dengan tissue. Hasil yang terjadi adalah ketiga bakteri menjadi
berwarna ungu. Tidak ada perbedaan antar ketiganya.
Kemudian preparat ditetesi iodin yang merupakan mordant (penajam). Setelah iodin
dicuci, baik Bacillus subtillis, Eschericia coli, dan St.Aureus tampak berwarna ungu. Selanjutnya
preparat diberi alkohol yang merupakan decolorizing agent (senyawa peluntur warna) pada
spesies bakteri tertentu. Setelah alkohol dicuci, bakteri Bacillus subtillis dan St.Aureus tampak
masi berwarna ungu. Namun untuk bakteri Eschericia coli menjadi tidak berwarna. Warna ungu
nya telah hilang.
Zat warna terakhir yang diberikan adalah safranin. Safranin merupakan zat warna basa
berwarna merah. Preparat kemudian dicuci dan dikeringkan. Hasilnya adalah bakteri Bacillus
subtillis dan St.Aureus tetap berwarna ungu sedangkan bakteri Eschericia coli menjadi berwarna
merah.Dari hasil pewarnaan gram, dapat diketahui bahwa Bacillus subtillis dan St.Aureus
digolongkan ke dalam Gram Positif dan bakteri Eschericia coli digolongkan ke dalam Gram
Negatif.
Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan Gram negatif disebabkan oleh adanya
perbedaan struktur pada dinding sel nya. Dinding bakteri Gram positif banyak mengandung
peptidoglikan sedangkan dinding bakteri Gram negatif banyak mengandung
lipopolisakarida.Kompleks kristal ungu-iodin yang masuk ke dalam dinding sel bakteri Gram
positif tidak dapat dicuci oleh alkohol karena adanya lapisan peptidoglikan yang kokoh pada
dinding sel; sedangkan pada bakteri Gram negatif, alkohol akan merusak lipopolisakarida.
Kompleks kristal ungu-iodin yang pada dinding sel bakteri Gram negatif dapat tercuci dan
menyebabkan sel bakteri tampak transparan yang akan berwarna merah setelah diberi safranin.
Untuk melihat morfologi bakteri, kita harus mengamatinya di bawah mikroskop. Ada
beberapa bentuk dasar bakteri yaitu bulat (tunggal: coccus, jamak: cocci), batang (tunggal:
bacillus, jamak: bacilli), dan spiral yaitu batang melengkung atau melingkar-lingkar. Bentuk
bulat dibedakan menjadi coccus, diplococci, streptococci, tetrad, sarcina, dan staphylococci.
Sedangkan bentuk batang dibedakan menjadi bacillus, diplobacilli, streptobacilli, dan
coccobacillus. Dan bentuk spiral dibedakan menjadi vibrio, spirilla, dan spirochaeta.
Sebelum pengamatan dengan mikroskop, preparat di tetesi oleh oleum emersi dahulu.
Dari pengamatan yang terlihat bahwa Esterichia coli morfologinya kokobasil, dan bentuk yang
cenderung ke batang panjang. Bakteri ini ada yang soliter, namun ada juga yang tampak
bergerombol atau berpasangan. Staphylococcus aureus morfologinya stafilokokus, dan berbentuk
bulat. Bakteri ini umumnya tumbuh bergorombol sehingga tampak seperti anggur. Dan Bacillus
subtillis morfologinya basil, ada yang tebal dan yang tipis. Biasanya bentuk rantai atau terpisah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ada tiga macam prosedur pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana (simple stain), pewarnaan
diferensial (differential strain), dan pewarnaan khusus (special strain).
2. Esterichia coli merupakan bakteri gram negatif karena berwarna merah, morfologinya kokobasil,
dan bentuk yang cenderung ke batang panjang.
3. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif karena berwarna ungu, morfologinya
stafilokokus, dan berbentuk bulat.
4. Bacillus subtillis merupakan bakteri gram positif karena berwarna ungu, morfologinya basil, ada
yang tebal dan yang tipis.
5.2 Saran
Untuk praktikum berikutnya supaya alat disediakan lebih banyak, sehingga tidak
menghabiskan banyak waktu saat bergantian alat. Dan alangkah baiknya jika ada asisten dosen
yang menjaga sehingga praktikan lebih mudah bertanya saat mendapati kesulitan dalam
melakukan pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, R. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.
Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Rajawali.
Pelczar & Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta : Universitas Indonesia.
Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.
Suriawiria, U. 1999. Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Waluyo. 2004. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : CV Rajawali.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Didalam bidang ilmu mikrobiologi, utuk dapat menelaah bakteri
khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita dapat
menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana didalamnya hanya
terdappat bakteri yang kita tumbuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi
dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini biasanya dikenal dengan istilah
biakan murni. Untuk melakukan hal ini harus dimengerti jenis-jenis nutrient
yang disyaratkan bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang
menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut (Galung,
2009).
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan isolasi untuk
memisahkan mikroorganisme tertentu dari lingkungan hidupnya, sehingga
dapat diperoleh biakan murni.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan isolasi mikroba
2. Mengetahui teknik dasar isolasi mikroba
3. Mengetahui morfologi mikroba dari form, elevation dan marginnya
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2.2 Bahan
Alkohol 70%
PDA dan NA
NaCl 0,9%
Air Rawa
Aluminium foil
Kertas label
Kertas HVS
Serbet
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini prkatikan diminta untuk melakukan isolasi dan
identifikasi dasar mikroba. Raktikum isolasi dan identifikasi ini bertujuan agar
praktikan dapat mengetahui dan melakukan isolasi miroba (bakteri dan
jamur) dan dapat mengidentifikasi mikroa. Dalam praktikum ini isolasi
menggunakan metode cawan tuang dengan prinsip aseptis.
Asepetik prosessing adalam metode pembuatan dalam container steril
dalam lingkungan terkontrol sedemikian rupa sehingga komtaminasi mikroba
tetap berada pada lavel yang dapat diterima (Lukas, 2006).
Isolasi mikroba merupakan cara memisahkan mikroorganisme biakan
yang bersifat murni. Banyak hal-hal penting atau prinsip-prinsip kerja yang
benar dapat memudahkan nantinya saat proses identifikasi mikroba.
Pour plate atau cawan tuang merupakan cara untuk memperoleh cara
biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme dengan
mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan dan kemudian dicawankan karena konsentrasi sel-sel mikroba
didalam eksperimen sebelumnya maka pengenveran dilakukan beberapa
tahan sehingga sekurang-kurangnya satu diantara cawan-cawan tersebut
mengandung koloni-koloni terpisah. Baik diatas permukaan maupun didalam
agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan
keterampilan yang tinggi.
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari isolasi dan identifikasi
mikroba kali ini adalah sebagai berikut:
1. NA 10-2
Pada media ini berbentuk koloni circular (bulat), permukaan koloni
(elevation) terlihat datar (flat), tepi koloni (margin) terlihat berbentuk utuh
(entire). Jumlah koloni dalam media ini yaitu 21.
2. NA 10-3
Pada media ini koloni berbentuk circular (bulat), permukaan koloni
(elevation) terlihat dari samping rata (flat), tepi koloni utuh (entire). Jumlah
koloni dalam media ini adalah 2.
3. PDA 10-2
Pada media ini koloni berbentuk filamentaus (berbenang), permukaan koloni
(evelation) terlihat dari samping rata (flat) dan umbonate (membukit), tepi
koloni bergerigi (labate). Jumlah koloni dalam media ini adalah 1
4. PDA 10-3
Pada media ini koloni berbentuk cirkular (bulat), permukaan koloni
(evelation) terlihat dari samping rata (flat) dan umbonate (membukit), tepi
koloni utuh (entire). Jumlah koloni dalam media ini adalah 11
Penggunaan NaCL 0,9% dalam praktikum ini adalah sebagai sumber
mineral mikroba yang dimana dibutuhkan untuk menjaga sel mikroba tetap
dalam keadaan yang isotonis. Jika hipotonis atau hiperyonis maka sel
mikroba akan pecah. Selain itu larutan NaCl merupakan larutan yang steril
dimana tidak ditumbuhi/ tidak adanya kiroba sehingga cocok untuk media
pengenceran.
Dilakukan pengenceran dengan harapan akan tumbuh koloni-koloni
yang lebih terpisah jauh sehingga dapat diambil satu koloni yang dianggap
murni untuk sementara.
Bila agar telah mengeras, sel tidak dapat bergerak lagi dan akan
tumbuh membentuk koloi. Bila suspense sel cukup encer, koloni akan
terpisah baik sehingga tiap koloni sangat besar kemungkinannya barasal dari
satu sel. Namun untuk memastikan, perlu diambil satu koloni dari jenis yang
dikehendaki. Dibuat suspense dengan air dan ditanamkan kembali pada
lempeng agar dengan mengulang beberapa kali pasti akan diperoleh biakan
murni.
Bakteri atau jamur tidak dapat dihitung secara tepat dengan
pemeriksaan mikroskopik kecuali bila sekurang-kurangnya ada 10 -8 sel untuk
tiap ml air dalam alam jarang mengandung lebih dari 10 -5 sel untuk tiap ml
karena itu metode yang digunakan adalah perhitungan pada lempeng
pembenihan. Karena hanya sel-sel yang sanggup membentuk koloni yang
dihitung mka metode ini dikenal pula sebagai perhitungan sel hidup.
Pengenceran diulang berturut-turut sampai terdapat pengenceran yang
mengandung antara 30 dan 300 sel-sel pembentuk koloni ntuk tiap ml,
karena bahan asli bisa mengandung sampai 1 juta bakteri hidup, maka perlu
dilakuukan pengenceran sampai 10-5 alasan untuk embatasan koloni ini ialah
kpada lebih dari 300 koloni maka lempeng pembenihan menjadi terlalu
padat untuk memngkinkan tiap sel membentuk koloni yang dapat terlihat
sedangkan bila koloni kurang dari 300 makan persen kejelian perhitungan
terlalu cair.
Factor yang dapat mempengaruhi jasad renik yang dapat tumbuh pada
lempeng agar antara lain adalah:
1. Jenis pembenihan yang digunakan
2. Suhu pengeraman.
3. Tidak adanya oksigen (areob/anareob)
Factor kesalahan yang terjadi adalah penggunaan blue tip harus
dipasangkan secara rapat pada mikropipet agar tidak terlepas pada
mikropipet agat tidak terlepas pada saat pengambilan sample. Kesalah
dalam perhitungan dan pengamatan mikroba, sehingga mempengaruhi hasil
pengamatan. Tangan yang belum disterilkan dengan alcohol, bisa membuat
media, sample dan alat yang digunakan terkontaminasi. Kurang hati-hati
dalam menghomogenkan media ketika dituangkan kedalam cawan petri
sehingga bisa menyebabkan media tumpah dan terkontaminasi.
Media NA basa diinkubasi pada waktu 24 jam sedangkan media PDA
memerlukan waktu 48 jam. Waktu ini dipilih sebab pada dasarnya kurang
lebih setelah 12 jam, akan tampak koloni-koloni pada permukaan medium,
pada saat 24 jam satu koloni saja dapat terdiri dari 50-72 generasi sel yang
timbul dari satu tunggal saja. Dengan jumlah sekian sudah dapat dilakukan
pengamatan selain itu masa inkubasi lebih dari waktu yang telah ditetapkan
(24-48 jam) maka sel-selnya akan rusak.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum isolasi dan identifikasi dasar mikroba yang telah
dilakukan dilaboratorium dapat ditark kesimpulan bahwa:
1. Isolasi mikroba merupakan cara memisahkan mikroorganisme biakan yang
bersifat murni. Banyak hal-hal penting atau prinsip-prinsip kerja yang benar
dapat memudahkan nantinya saat proses identifikasi mikroba.
2. Ada bermacam-macam teknik isolasi yaitu dengan pengenceran, penuangan,
cawan gores, cawan tuang, pada agar cawan, pada medium cair dan sel
tunggal.
3. Pada media NA 10-2 media berbentuk circular, permukaan koloni terlihat flat
dan tepi koloni terlihat entire. Pada NA 10 -3 berbentuk circular, permukaan
koloni terlihat flat dan tepi koloni terlihat entire. Pada PDA 10-2 media
berbentuk filamentaaus,permukaan koloni terlihat flat dan umbonate, tepi
koloni terlihat labate. Pada PDA 10-3 media terlihat berbentuk circular,
permukaan koloni terlihat flat dan umbonate dan tepinya terlihat entire.
5.2 Saran
Diharapkan dalam praktikum isolasi dan identifikasi dasar mikroba ini
praktikan dapat melakukan isolasi secara benar dan mematuhi metode
aseptis. Dan diharapkan pula agar semua praktikan dapat melaksanakan
kegiatan isolasi tidak hanya dengan melihat saja.
DAFTAR PUSTAKA
Bonang, Gerard & Enggar S Koeswardono. 1982. Mikorobiologi Kedokteran.
Gramedia: Jakarta.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.
Galung, Firman Santhy. 2009. http://firmangalung07.blogspot.com/. Dikases pada
tanggal 11 April 2011 pukul 09.19 WITA di Samarinda.
Lucar, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Andi: Yogyakarta.
Muslim, Ahmadi. 2011. http://pengujiankadarpengendalian.blogspot.com/. Diakses
pada tanggal 11 April 2011 pukul 08.28 WITA di Samarinda.
Perlczar, Michael. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press: Jakarta.
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, Gram positif dan gram
negatif, berdasarka sifat kimia dan fisika dinding sel mereka, metode ini diberi
nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram 1884.
Pewarnaan Gram dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan majemuk karena
menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Dan pewarnaan diferensial karena
pewarnaan ini mampu mengdeferensiasi atau membedakan bakteri, sehingga
bakteri dapat digolongkan menjadi dua yaitu gram negatif dan gram positif.
Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis.
Karena bakteri gram positif bakteri yang dapat menahan kompleks pewarnaan
primer ungu kristal iodium sampai akhir prosedur dan sel bakteri berwarna biru
gelap atau ungu. Sedangkan baktri gram negatif merupakan bakteri yang
kehilangan kompleks ungu kristal pada waktu pembilasan dengan alkohol namun
kemudian terwarnai dengan pewarnaan tandingan, yaitu safranin sehingga sel-sel
tampak berwarna merah muda pada akhir pewarnaan dan mempunyai dinding sel
tipis yang berada di antara dua lapis membran sel kegunaannya yaitu, untuk
melihat atau mengamati bentuk-bentuk sel bakteri dan memberikan sifat reaksi
pewarnaan bakteri yang dapat diketahui dengan melihat apakah termasuk gram
negatif (berwarna merah) atau gram positif (berwarna biru).
Ada dua teknik untuk membekukan prosedur warna Gram yang hasilnya setara
ialah teknik Hucker dan teknik Burke. Teknik Burke dalam prosedur ini dikenakan
pada sel bakteri yang telah difiksasi, hasil pewarnaan pada bakteri Gram positif
berwarna ungu, sedangkan pada bakteri Gram negatif berwarna merah muda
(Ulfah, 2011).
Pewarnaan gram dapat membedakan bakteri dalam dua kelompok yaitu bakteri
gram positif dan gram negatif. Teknik pewarnaan ini menggunakan empat macam
reagen yang berbeda yaitu :
a. Kristal violet (pewarna primer) yang digunakan pertama kali dan sel yang
terwarnai akan berwarna biru keunguan (violet).
b. Grams Iodine (mordant), yaitu substansi yang dibuat dari campuran larutan yang
kompleks, untuk memperkuat ikatan pewarna primer. Hasil dari ikatan antara
kompleks kristal violet dan iodine akan mewarnai sel secara intensif.
c. Ethyl Alkohol 95 % (agen pendekolorisasi), yaitu merupakan reagen yang
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai agen pendehidrasi protein. Aksi ini dapat
dideterminasi melalui jumlah asam lemak yang ada pada dinding sel bakteri.
d. Safranin (warna penutup), yaitu warna terakhir yang menyebabkan warna merah
pada sel, terutama sel yang menyebabkan warna merah pada sel yang telah
mengalami dekolorisasi. Pada gram negatif, setelah dekolorisasi, pewarna terkhir ini
akan diserap. Pada sel gram positif, akan berwarna biru keunguan yaitu warna
primer.
(Mukarromah, 2009).
1. Fiksasi
Agen kimia yang dapat dipakai antara lain sabun, fenol , dan formalin.
Peluntur zat warna adalah suatu senyawa yang menghilangkan warna dari sel
yang telah diwarnai. Peluntur zat warna (decolorizer) berfungsi untuk menghasilakn
kontras yang baik pada bayangan mikroskop. Ditinjau dari kekuatan ikatan antara
sel dengan zat warna maka dikenal beberapa istilah, misalnya tahan asam, tahan
alkohol dan tahan air. Istilah tahan asam digunakan bila zat warna telah diikat kuat
oleh sel sehingga tidak dapat dilunturkan warnanya oleh asam, demikian pula tahan
alkohol dan tahan air masing- masing tidak dapat dilunturkan oleh alkohol dan air.
3. Intensifikasi Pewarnaan
4. Substrat
Setiap zat warna apakah zat warna asam atau zat warna basa dapat bereaksi
dengan konstituen sel tertentu. Oleh karena itu, substrat organik seperti lipida,
protein, asam-asam, nukleat dan karbohidrat juga mempengaruhi pewarnaan. Atas
dasar macam zat warna yang diserap oleh sel, dapat dibedakan :
Zat Warna Penutup atau Zat Warna Lawan adalah suatu zat warna basa yang
berbeda warnanya dengan zat warna mula- mula digunakan. Fungsi dari Zat Warna
Penutup adalah memberikan warna pada sel yang berbeda warnanya dengan zat
warna mula-mula (Waluyo, 2010).
Reaktor MSL yang digunakan dalam kondisi reaktor sudah steady state yaitu
kondisi dimana efluen dari reaktor MSL memiliki nilai yang sudah stabil dilihat
berdasarkan enam parameter yaitu BOD, COD, TSS, total amoniak, total nitrogen
dan pH dengan laju aliran saat pengolahan optimum.
2. Pengambilan sampel tanah pada tiga lapisan paling atas dengan jarak 5 cm,
10 cm, 25 cm dari permukaan MSL.
3. Identifikasi Bakteri
a. Sterilisasi alat dan bahan menggunakan inkubator autoklaf.
b. Isolasi bakteri dengan menggunakan medium nutrient agar (NA) yang
berbentuk padat, sehingga terbentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya.
c. Penghitungan total bakteri dengan alat penghitung koloni (colony counter).
d. Pemurnian bakteri dengan menggunakan medium NA modifikasi. Teknik isolasi
yang digunakan adalah metode preparat spread plate atau streak plate.
e. Pengamatan secara makroskopis terhadap perbedaan warna, bentuk permukaan
dan pinggiran koloni yang dilakukan setiap tahapan isolasi bakteri.
f. Pewarnaan gram menggunakan teknik pewarnaan bertingkat.
g. Pengamatan secara mikroskopis.
h. Uji reaksi biokimia.
4. Mikroorganisme Dominan
biologis limbah cair karet dilakukan pencocokan karakteristik fisik dan biokimia
(Helard, 2005).
4. Larutan iodin
Fungsi : untuk memperkuat ikatan pewarna primer.
5. Aseton Alkohol
Fungsi : sebagai zat pencuci larutan kristal violet.
6. Safranin
Fungsi : sebagai larutan pewarna yang tetap/zat pewarna.
10. Preparat dikeringkan dengan tisu lalu diamati dengan mikroskop dan hasilnya
digambar.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
5.1.1 Pengamatan Mikroba Lingkungan
Pada percobaan dari tabel pengamatan untuk sampel air rendaman pir 20 jam
ditemukan bakteri Rhodospirillum rubrum. Rhodospirillum adalah genus bakteri
fotosintetik dari Rhodospirillaceae keluarga. sel-sel mereka umumnya berbentuk
spiral, polarly flagellated dan mengandung vesikuler, pipih membran fotosintesis
ditumpuk (Singleton dan Sainbury). Mereka berkisar dari tiga sampai sepuluh
mikrometer panjang dan satu-setengah sampai satu setengah mikrometer satu di
lebar. Salah satu jenis spesies dari genus ini adalah Rhodospirillum rubrum adalah
bakteri gram negatif yang mengandung asam lemak tak jenuh dan jenuh (Amirien,
2011).
Hormogonia dapat tumbuh menjadi filamen baru yang lebih panjang. Istirahat
dalam filamen biasanya terjadi di mana sel-sel mati (necridia) yang hadir
Oscillatoria menggunakan fotosintesis untuk bertahan hidup dan bereproduksi..
Setiap filamen Oscillatoria terdiri dari trikoma yang terdiri dari baris sel. Ujung
trikoma berosilasi seperti pendulum (Wikipedia, 2012).
Mekanisme pewarnaan gram yaitu kristal violet bersifat basa sehingga mampu
berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam, dengan begitu sel
mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (Ungu). Iodium yaitu
pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme
target. Pemberian yodium pada pengecatan gram dimaksudkan untuk memperkuat
pengikatan warna oleh bakteri. Alkohol-aseton merupakan solven organik yang
berfungsi untuk membilas atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri
(mikroorganisme). Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan
terjadinya dua kemungkinan :
Safranin berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna
utama setelah perlakuan dengan alkohol.
Dari percobaan yang telah dilakukan pada air rendaman pir 20 jam diperoleh
bakteri Rhodospirillum rubrum dan pada air rendaman pir 24 jam diperoleh bakteri
Oscillatoria. Identifikasi mikroba yang didapat tidak sesuai dengan sumber yang ada
disebabkan waktu dekolorisasi terlalu pendek maka sel bakteri gram positif
mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama sedangkan bakteri
gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek. Dimana
bakteri Rhodospirillum rubrum dan Oscillatoria merupakan bakteri jenis gram
negatif yang ditandai dengan warna merah (Tarigan, 2011).
Secara teori salah satu bakteri yang menyerang buah pear adalah Erwinia
amylovora. Erwinia adalah sebuah genus bakteri gram negatif dari famili
Enterobacteriaceae (Dwi, 2011).
Sedangkan hasil yang didapat adalah bakteri Rhodospirillum rubrum dan
Oscillatoria sehingga hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori. Hal ini
disebabkan oleh tercemarnya biakan (Kurniawan, 2012).
Jadi dapat disimpulkan percobaan untuk pewarnaan gram tidak sesuai dengan
teori dan bakteri yang terdapat pada pengamatan buah pir juga tidak sesuai
dengan teori.
Referensi :
Helard, Denny dan Putri Sri Komala. 2005. Identifikasi Mikroba Anaerob Dominan Pada
Pengolahan Limbah Cair Pabrik Karet Dengan Sistem Multi Soil Layering
(Msl). repository.unand.ac.id/4048/1/Deny_Helart_Artikel.pdf.
Diakses pada : 7 Oktober 2012.
Kurniawan, Prasetyo Hendy. 2012. Identifikasi Bakteri Morfologi Koloni Dan Morfologi Sel.
http://www.scribd.com/doc/89466956/P-Mikrobiologi-Acara-4-Identifikasi-Bakteri-
Morfologi-Koloni-Dan-Morfologi-Sel. Diakses pada : 7 Oktober 2012.
Tarigan, Era. 2011. Tujuan Membedakan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif.
http://www.scribd.com/doc/53611697/25146430-Tujuan-Membedakan-Bak teri-
Gram-Positif-Dan. Diakses pada : 7 Oktober 2012.
Ulfah, Adelaide Maria. 2011. Pewarnaan Gram. http://adelaidearsenal.blogspot
.com/2011/10/ jurnal-pewarnaan-gram.html. Diakses pada : 7 Oktober 2012
Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah
Malang : Malang.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Disiapkan 2 tabung reaksi kecil dan steril ,media TSIA, kultur bakteri isolat putih yang berbeda bentuk atau
selnya.
2. Isikan median TSIA bersuhu 45oC setinggi 2 cmpada kedua tabung, kemudian diletakan di atas alas
sehingga posisinya rendah. Usahan media membentuk posisi tegak dengan bagian atas miring tetepi tidak
menyantuh kapas. Diamkan sekirat 30 menit hingga media menjadi padat.
3. Inokolasikan satu jenis kultur bakteri pada satu tabung dan jenis bakteri kedua pada tabung yang lain.
Media tegak ditusukkan, sedangkan media yang miring digores.
4. Inkubasikan kedua tabung pada suhu 35-37 oC selama 24-48 jam.
5. Catat pengamantannya sebagai berikut:
a) Bagian miring * berwarna kuning :laktosa/sakrosa(+)
* warna hitam : gas H2S (+)
b) Bagian tegak *berwarna kuning :glukosa (+)
*gelembung/media terangkai :gas (+)
*warna hitam :gas H2S (+)
3. Pemerikasaan Kapsul Bakteri Sel kapsul tidak terlihat,yang terlihat hanya warnanya merah
karena larutan yang ditambahkan kedalamnya.
5. Identifikasi Bakteri dengan Pada percobaan ini dua-duanya menggunakan media miring
Media TSIA ~ Pada media 1: digores dengan isolate MSA dan terdapat koloni
MCA MSA yang banyak berlendir pada daerah yang digores dan ditusuk
dan media berwarna orange.
~ Pada media 2: digores dengan isolate MCA dan terdapat
koloni yang sedikit berlendir dan media berwarna merah
6. Uji Biokimia IMVIC untuk Bakteri ~ Sebelum ditetesi pereaksi ~ Setelah ditetesi pereaksi
~Tabung 1 & 5 (air pepton) konvacks konvacs
- Pada tabung -Pada tabung 1:terbentuk
Tabung 1 Tabung 2 1:diinokulasikan menggunakan cincin yang berwarna kuning
media MSA dan diindikasikan kehijauan (-)
terdapat serabut kapang. -Pada tabung 5:terbentuk
- Pada tabung cincin yang berwarna merah
5:diinokulasikan menggunakan (+)
media MCA dan diindikaikan
lebih sedikit serabut
dibandingkan MSA
~ Tabung 2 & 6 (MR-VP) ~ Sebelum ditetesi indikator ~ Setelah ditetesi indikator
Tabung 2 Tabung Metil Merah (MM) Metil Merah (MM)
6 -Pada tabung 2:diinokulasikan -Pada tabung 2:larutan
menggunakan media MSA, berwarna kuning (-)
larutan menjadi berwarna -Pada tabung 6:larutan
keruh >>> yang diindikasikan berwarna merah (+)
hidupnya mikroorganisme
-Pada tabung 6:diinokulasikan
menggunakan media MCA,
larutan menjadi berwarna
keruh >>
~ Tabung 3 & 7 (MR-VP) ~ Sebelum ditetesi pereaksi ~ Setelah ditetesi pereaksi
KOH 10 % alfa-naftol
Tabung 3 Tabung 7 -Pada tabung 3:diinokulasikan -Pada tabung 3: larutan keruh
menggunakan media MSA, kekuningan (-)
larutan menjadi berwarna -Pada tabung 7: larutan keruh
keruh >>> yang diindikasikan kekuningan (-)
hidupnya mikroorganisme
-Pada tabung 7: diinokulasi
menggunakan media MCA,
larutan menjadi berwarna
keruh >>
~ Tabung 4 & 8 (Cimmons ~ Pada tabung 4: diinokulasikan dengan media MSA berwarna
citrate) biru, citrat (+)
~ Pada tabung 8: diinokulasikan menggunakan media MCA
berwarna hijau, citrat (-)
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam mengidentifikasi bakteri, kita perlu mengamati pergerakan bakteri, pemeriksaan spora
bakteri, pemeriksaan kapsul bakteri, pewarnaan gram, identifikasi bakteri dengan media TSIA, dan uji
biokimia IMVIC untuk bakteri.
Pada pergerakan bakteri, yang diamati adalah bakteri dari media MSA dan MCA. Koloni yang
berada pada media MSA berwarna kuning dan berlendir, sedangkan koloni yang berada pada media MCA
berwarna kehitam-hitaman. Pada saat menggunakan kaca obyek harus dipanaskan terlebih dahulu agar
steril dan dibiarkan kering lalu teteskan air steril dan suspensikan koloni tersebut dengan air steril itu. Pada
saat diamati dibawah mikroskop ternyata tidak terlihat pergerakan bakteri, kemungkinan itu dikarenakan
bakteri tersebut cepat mati.Langkah ini dilakukan untuk MSA maupun MCA.
Pada pemeriksaan spora bakteri, kita menyiapkan kultur bakteri isolate putih dari media MSA dan
MCA, baik MSA maupun MCA yang disuspensikan kemudian ditambahkan larutan fukhsin kemudian
mencampurkannya dan memanaskan diatas penangas air tidak sampai mendidih agar bakteri tidak mati,
setelah itu menambahkan juga larutan asam sulfat 1% selama 2 detik lalu dicuci dengan aquadest
kemudian kaca obyek digenangi dengan pewarna biru metilen lalu dibilas lagi dengan aquadest dan
keringkan dengan kertas saring, setelah itu meneteskan minyak imersi diatas preparat kemudian dilihat
dibawah mikroskop, dan terlihat adanya spora, untuk MCA terlihat spora berbentuk bulat kecil-kecil
sedangkan untuk MSA terlihat spora berbentuk bulat pipih.
Pada pemeriksaan kapsul bakteri, menggunakan isolate bakteri jenis lain, pewarna safranin dan
minyak imersi. Kultur bakteri yang telah disapukan pada kaca obyek kemudian disuspensikan dengan 1
tetes air steril. Suspense tersebut dicampur dengan larutan karbol gentian violet, lalu preparat difiksasi 3x
diatas nyala api lalu digenangi dengan larutan safranin selama 5 menit, setelah itu mengoleskan sedikit
minyak imersi dan dilihat dibawah mikroskop, kita tidak melihat adanya kapsul bakteri yang terlihat hanyalh
warnanya yang berwarna merah akibat dari larutan yang ditambahkan kedalamnya.
Pada pewarnaan gram untuk bakteri digunakan media MSA dan MCA, koloni tersebut baik dari MSA
maupun MCA disuspensikan dengan 1 tetes air diatas kaca obyek, kaca obyek tersebut disimpan diatas
bak pewarna dan digenangi dengan karbol gentian violet selama 1 menit, lalu dibilas dengan air, kemudian
digenangi dengan alcohol tetes demi tetes selama 10 detik sampai semua warna menghilang dan dibilas
lagi dengan air mengalir, dan setelah itu pewarnaan yang terakhir yaitu dengan safranin selama 1 menit,
zat warna yang berlebih dibuang dan dikeringkan dengan kertas saring dan mengamati dibawah
mikroskop. Setelah diamati dibawah mikroskop, untuk MSA berwarna (merah) yang menunjukkan bahwa
bakteri tersebut memiliki pewarnaan gram (-), sedangakan untuk MCA berwarna (biru) yang menunjukkan
bahwa bakteri tersebut memiliki perwarnaan gram (+)
Dalam mengidentifikasi bakteri dengan menggunakan media TSIA, kita menggunakan media miring
dua-duanya, sebelum digores menggunakan MSA dan MCA media berwarna merah tapi setelah digores
dan didiamkan selama 3 hari dalam incubator, untuk MSA media menjadi berwarna kuning dan terdapat
koloni yang banyak mengandung lendir pada daerah yang digores dan ditusuk (+), sedangkan pada MCA
media masih tetap berwarna merah dan terdapat koloni yang sedikit berlendir jika dibandingkan dengan
MSA (-).
Pada uji biokimia IMVIC pada bakteri menggunakan 8 tabung reaksi dan suspensi biakan 2 isolat
bakteri yang warnanya berbeda. Pertama-tama tabung 1&5 diisi dengan 0,5 mL air pepton, 2&6 dan 3&7
diisi dengan 0,5 mL media MR-VP, 4&8 diisi dengan 0,5 mL media Cimmons citrate. Pada tabung 1-4
diinokulasikan dengan suspense koloni dari media MSA, tabung 5-8 diinokulasikan dengan suspension
koloni dari media MCA. Semua tabung tersebut diinkubasi pada suhu 35-37.
Setelah diinkubasi, tabung 1&5 (pepton) ditambahkan 1 tetes pereaksi konvacks melalui dinding
tabung, pada tabung 5 yaitu suspense koloni dari medi MCA terdapat cincin kuning kehijauanyang
menunjukan indol (-), sedangkan pada tabung 1 yaitu suspensi koloni dari media MSA terdapat cincin
berwarna merah yang menunjukan indol (+).
Pada tabung 2&6 (MR-VP) ditambahkan 1 tetes indicator Metil Merah (MM), pada tabung 2 yaitu
suspense koloni dari media MSA, adanya pembentukan larutan warna kuning sehingga MM (-), dan pada
tabung 6 yaitu suspensi koloni dari media MSA, adnya pembentukan larutan warna merahyang
menunjukan MM (+).
Pada tabung 3&7 (MR-VP) ditambahkan 1 tetes pereaksi KOH 10%. Dan ternyata pada tabung
tersebut tidak terbentuk endapan warna merah bata yang menunjukan VP (-).
Pada tabung 4&8 ( Cimons) setelah diamati ternyata pada tabung itu susupensi koloni dari media
MSA, warna berubah menjadi berwarna biru yang menunjukan citrate (+), sedangkan pada tabung 8 yaitu
suspense koloni dari media MCA, warna tidak berubah yaitu tetap berwarna hijau yang menunjukan citrate
(-).
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukuan dapat disimpulkan bahwa :
Pada pemeriksaan pergerakan bakteri, tidak terjadi pergerakan. Yang dikarenakan bakteri telah mati.
Pada pemeriksaan spora bakteri, pada MCA terdapat spora bakteri yang berbentuk bulat-bulat kecil.
Sedangkan pada MSA terdapat spora bakteri berbentuk bulat-bulat pipih yang memanjang.
Pada pemeriksaan kapsul bakteri tidak terlihat adanya kapsul bakteri yang terlihat hanyalah warna pink
karena reagen yang digunakan yaitu Metil Merah.
Pada pewarnaan gram untuk bakteri, untuk MSA sel berwarna merah yang menunjukan bakteri masuk
kelompok Gram negatif, sedangkan untuk MCA sel berwarna biru yang menunjukan bakteri masuk
kelompok Gram positif.
Pada idetifikasi bakteri dengan media TSIA pada MSA media berubah menjadi warna kuning yang
menunjukan bakteri positif mengandung laktosa atau sakarosa. Sedangkan MCA tidak mengandung
glukosa karena warnanya tetap merah.
DAFTAR PUSTAKA
tasyaariesta.wordpress.com/category/uncategorized/
Pelczar, M.J. and E.C.S Chan, Dasar-dasar Mikrobiologi, jilid 1 dan 2, terjemahan Ratna Siri Hadioetomo
dkk. , UI-Press, Jakarta, 2005