Anda di halaman 1dari 4

Kultivasi dan Inokulasi Bakteri

A. Tujuan Praktikum
 Memahami persiapan dan pelaksanaan pengenceran suspensi bakteri sebelum
melakukan kegiatan kultivasi dan inokulasi bakteri.
 Mengenal dan memahami teknik-teknik kultivasi dan inokulasi bakteri

B. Dasar Teori
Kultivasi adalah proses pemeliharaan mikroba. Melakukan kultivasi adalah
menumbuhkan bakteri dalam biakan murni. Untuk
berhasilnya kultivasi berbagai tipe bakteri diperlukan suatu kombinasi nutrien serta
lingkungan fisik yang sesuai. Kondisi fisik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan meliputi :
suhu, atmosfer gas, dan keasaman atau kebasaan. Metode kultivasi merupakan metode untuk
melipatgandakan jumlah mikroba dengan membiarkan mereka berkembang biak dalam media
biakan yang telah disiapkan dibawah kondisi laboratorium terkendali. Metode ini biasa
digunakan untuk mengidentifikasi jenis mikroba dan peran yang ditimbulkannya.
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan
bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat
tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar
semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar
menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1994). Teknik inokulasi ada
menggunakan metode gores, metode tebar, metode tuang dan metode tusuk.
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah,
menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari
kontaminasi pada media. Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy.
NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat
dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan
dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk
membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi
organisme dalam kultur murni dengan cara disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama
15 menit (Fathir, 2009).
Isolat bakteri yang diperoleh diamati morfologi koloni dengan melihat bentuk koloni,
warna, tepian dan elevasi pada medium agar lempeng, agar tegak dan agar miring. Sedangkan
morfologi sel ditentukan dengan melihat olesan biakan yang sudah diwarnai dibawah
mikroskop dan melihat bagaimana bentuk sel, sifat gram dan kemampuan membentuk spora
dari bakteri tersebut (Pelczar, 2006).
Bakteri hidup sukar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa karena bakteri itu
tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri-sendiri, walaupun biakannya secara
keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai daripada
dalam keadaan hidup. Yang dimaksud bakteri terwarnai adalah organisme yang telah
diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari. Pada umumnya, olesan
bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal
seperti spora dan butiran (Volk, 1993).
Pengamatan bakteri itu dapat kita lakukan secara individual, satu per satu, maupun
secara kelompok dalam bentuk koloni. Besar kecilnya koloni, mengkilat tidaknya, halus
kasarnya permukaan, dan warna koloni merupakan sifat-sifat yang diperlukan dalam
menentukan identifikasi spesies. Warna bakteri baru tampak jelas, jika bakteri itu diamati
dalam kelompok. Kebanyakan bakteri mempunyai warna yang keputih-putihan, kelabu,
kekuning-kuningan, atau hampir bening, akan tetapi ada juga beberapa spesies yang
mempunyai pigmen warna yang lebih tegas. Adanya warna itu dipengaruhi juga oleh factor-
faktor luar seperti temperatur, pH, oksigen bebas. Ada beberapa spesies yang memerlukan
fosfat, ada spesies memerlukan sulfat guna menimbulkan pigmentasi. Pada umumnya pigmen
itu menetap di dalam sel selama bakteri itu hidup; pigmen hijau pada Pseudomonas dapat
larut dalam air serta meresap ke dalam medium yang ditumbuhinya, setelah sel mati
(Dwidjoseputro, 1994).

C. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
1 Cawan petri 4 buah NA (Nutrient agar)
2 Tabung reaksi 4 buah Aquadest
3 Gelas ukur 10 ml Saus
4 Gelas ukur 50 ml
5 Pipet
6 Rak tabung reaksi
7 Pembakar spirtus
8

D. Prosedur

Nutrient agar

 Dibuat dan disterilkan


 Didinginkan

Selesai

Aquadest
 Dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi 10 ml (di beri
label 1, 2, 3, 4)

Sampel (saus)

 Diencerkan
 Dimasukkan kedalam tabung 1, sebanyak 1 mL

Larutan tabung 1
Catatan :
 Dimasukkan kedalam
Setiap melakukan pengisian dan
tabung 2, sebanyak 1 mL
pemindahan sampel harus berada
diantara dua nyala api dan setiap
mulut tabung, pipet, gelas ukur
dibakar.
Larutan tabung 2

 Dimasukkan kedalam tabung 3, sebanyak 1 mL

Larutan tabung 3

 Dimasukkan kedalam tabung 4, sebanyak 1 mL

Larutan tabung 1, 2, 3, 4

 Dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah diberi


label 1, 2, 3, 4

Cawan petri 1, 2, 3, 4

 Ditambahkan Nutrien Agar setengah tinggi cawan petri.


 Diinkubasi selama 48 jam.
 Diamati dan dihitung jumlah koloni bakteri

Selesai
E. Hasil Pengamatan
Cawan Faktor Jumlah Jumlah Bentuk Warna
ke- Pengenceran koloni bakteri
1 10-1 69 690 Coccus Putih
2 10-2 147 14700 Coccus Putih
3 10-3 123 123000 Coccus Putih
4 10-4 42 420000 Coccus Putih

F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini

G. Daftar Pustaka

Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Surabaya.

Fathir, Fuad. 2009. Media Pertumbuhan Mikroba.


http://fuadfathir.multiply.com/journal/item/2. 26 Oktober 2018.

Pelczar, M. J. dan Chan, E.C.S. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit UI. Jakarta

Volk, Wesley A. Dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai