Anda di halaman 1dari 15

Laporan Prakikum Ke : 4 Hari/Tanggal: Selasa / 11 Februari 2020

Mikrobiologi Nutrisi Tempat Praktikum : Laboratorium


Biokimia, Fisiologi, dan Mikrobiologi
Nutrisi
Nama Asisten:
1. Syarifah Aini / D24160007
2. Martina Sihombing / D24160021
3. Indry Agustiyani/ D24160037
4. Laily Rinda A / D24160057

PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI

Ananda Putri
D24170004
Kelompok 3 / G1

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien)
yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-
macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan
perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu
media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat antara lain, harus
mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus
mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum
digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo
1991). Di dalam suatu populasi bakteri, tidak semua sel mampu hidup terus.
Pertumbuhan atau kultivasi mikrob sangat tergantung pada kandungan nutrisi
yang terdapat pada lingkungan sekitarnya, dan pada ketersediaan berbagai
komponen yang diperlukan untuk aktivitas hidup, komponen-komponen tersebut
meliputi makro nutrisi, mikro nutrisi, dan faktor pertumbuhan.
Bahan atau peralatan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi harus
dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak
diharapkan kehadirannya, baik yang menggangu kehidupan dan proses yang
dikerjakan. Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan
dari segala bentuk kontaminasi dari mikroba. Proses sterilisasi alat dan medium
dalam kegiatan praktikum atau penanganan sampel mikroba sangat dibutuhkan
sterilisasi. Apabila teknik sterilisasi tidak diterapkan maka hasil yang diamati
tidak maksimal dan menimbulkan berbagai kontaminasi baik dari alat maupun
media tumbuh mikroba (Pali et al. 2015).
Alat alat yang akan digunakan sebagai media pengembang biakan bakteri
atau kapang tertentu bisa disterilisaai menggunakan sterilisasi basah sterilisasi
basah menggunakan alat autoclave. Autoclave mensterilkan alat atau bahan
dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Tekanan yang digunan adalah 1 atm pada
suhu 210 dalam 15-20 menit sedangkan sterilisasi alat kecil dan yang hanya
bersifat sementara bisa menggunakan alkohol 70 % dan spirtus. Sterilisasi harus
dilakukan dengan benar, telaten, dan sabar. Jika tidak maka ada kemungkinan
benda yang sudah di sterilisasi tersebut masih mengandung bakteri yang tidak
diinginkan. Maka dari itu kita perlu menggetahui jenis jenis sterilisasi dan cara
mensterilisasi yang benar dengan melakukan praktikum ini

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui media pertumbuhan mikroorganisme


dan mempelajari cara pembuatannya. Serta mengetahui cara sterilisasi alat-alat
laboratorium menggunakan autoclave.
TINJAUAN PUSTAKA

Media aerob

Mikroorganisme aerob atau aerob adalah organisme yang melakukan


metabolisme dengan bantuan oksigen. Aerob, dalam proses dikenal sebagai
respirasi sel, menggunakan oksigen untuk mengoksidasi substrat (sebagai contoh
gula dan lemak) untuk memperoleh energi (Entjang 2003). Bakteri aerob
merupakan bakteri yang membutuhkan O2 untuk pertumbuhannya. Sistem
enzimnya membutuhkan O2 sebagai elektron aseptor pada proses fosforilasi
oksidatifnya. Contoh bakteri areob adalah Bacillus sp., Escherichia coli, dan
Streptococcus (Holt et al. 1994).

Media anaerob

Organisme anaerob atau anaerob adalah organisme yang tidak


memerlukan oksigen untuk pertumbuhan. Ini mungkin bereaksi negatif atau
bahkan mati jika ada oksigen. (Sebaliknya, organisme aerobik (aerob) adalah
organisme yang dapat bertahan dan tumbuh di lingkungan yang beroksigen.)
Organisme anaerobik dapat terjadi uniseluler (misalnya protozoa, bakteri) atau
multiseluler. Bakteri anaerob untuk tujuan paraktisnya terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu anaerob obligat, yang dirugikan oleh adanya oksigen, organisme aerotoler
yang tidak dapat menggunakan oksigen untuk pertumbuhan tapi mentolerir
kehadirannya, dan anaerob fakultatif yang bisa tumbuh tanpa oksigen tapi
menggunakan oksigen jika ada. Sel otot manusia berfungsi sebagai anaerob
fakultatif selama latihan yang kuat dan ini menciptakan penumpukan asam laktat
sampingan di otot, menghasilkan sensasi terbakar dan sensasi yang khas
(Levinson 2010).

Bakteri aerob

Bakteri aerob merupakan bakteri yang membutuhkan O2 untuk


pertumbuhannya. Sistem enzimnya membutuhkan O2 sebagai elektron aseptor
pada proses fosforilasi oksidatifnya (Capuccino and Sherman 1983). Contoh
bakteri areob adalah Bacillus sp., Escherichia coli, dan Streptococcus (Holt et al.
1994) nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti
tongkat atau batang. Sejalan dengan pertambahnya pengetahuan, sekarang bakteri
digunakan untuk mikroorganisme bersel satu, berkembang biak dengan
pembelahan diri, serta memiliki ukuran mikron sehingga hanya tampak dengan
mikroskop (Robert et al. 1989). Bakteri aerob merupakan bakteri yang
membutuhkan O2 untuk pertumbuhannya. Sistem enzimnya membutuhkan O2
sebagai elektron aseptor pada proses fosforilasi oksidatifnya (Puspitasari et al.
2012).
Bakteri anaerob

Organisme anaerob atau anaerob adalah organisme yang tidak


memerlukan oksigen untuk pertumbuhan. Ini mungkin bereaksi negatif atau
bahkan mati jika ada oksigen. (Sebaliknya, organisme aerobik (aerob) adalah
organisme yang dapat bertahan dan tumbuh di lingkungan yang beroksigen.)
Organisme anaerobik dapat terjadi uniseluler (misalnya protozoa, bakteri) atau
multiseluler. Untuk tujuan praktis, ada tiga kategori anaerob: anaerob obligat,
yang dirugikan oleh adanya oksigen; organisme aerotoler, yang tidak dapat
menggunakan oksigen untuk pertumbuhan tapi mentolerir kehadirannya; dan
anaerob fakultatif, yang bisa tumbuh tanpa oksigen tapi menggunakan oksigen
jika ada. Sel otot manusia berfungsi sebagai anaerob fakultatif selama latihan
yang kuat dan ini menciptakan penumpukan asam laktat sampingan di otot,
menghasilkan sensasi terbakar dan sensasi yang khas (Levinson 2010).

Media gliserol

Gliserol merupakan krioprotektan intraseluler yang dapat berdifusi ke


dalam sel-sel spermatozoa (Susilawati 2011). Penggunaan gliserol harus
memperhatikan konsentrasi yang tepat, agar dapat berfungsi dengan baik. Apabila
konsentrasi kurang, daya protektif gliserol tidak akan optimal, sebaliknya apabila
berlebih akan menjadi toksik bagi spermatozoa (Rizal dan Herdis 2010). Gliserol
dalam pengencer, maka efek dari kejutan dingin dapat meminimalisir kematian
spermatozoa, gliserol dapat mencegah terjadinya dehidrasi karena memiliki daya
pengikat air yang kuat. Sifat demikian mempengaruhi tekanan uap sehingga titik
beku medium akan menurun (Rizkil et al. 2018).

Media pengencer putih

Larutan pengencer atau laurutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk
mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk
memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu
antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. pengenceran biasanya dilakukan 1:10,
1:100, 1:1000, dan seterusnya. Pengenceran adalah melarutkan atau melepas
mikroba dari substratnya kedalam air hingga lebih mudah penangananya. Tujuan
pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam
(Nurohaianah et al 2007). Pengencer putih biasanya digunakan untuk
pengenceran media bakteri yang bersifat anaerob.

Media pengencer aerob

Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau


memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan
sehingga volume larutan menjadi berubah (Nurohaianah et al 2007). Pengencer
aerob biasa digunakan untuk mengencerkan media bakteri yang bersifat aerob.
Tauge

Kecambah adalah tumbuhan kecil yang baru tumbuh dari biji


kacangkacangan yang disemaikan atau melalui perkecambahan. Kecambah yang
dibuat dari biji kacang hijau disebut tauge. Vitamin yang ditemukan dalam tauge
adalah vitamin C, thiamin,riboflavin, niasin, asam pantothenik, vitamin B6, folat,
kolin, ßkaroten, vitamin A, vitamin E (atokoferol), dan vitamin K. Mineral yang
ditemukan dalam tauge adalah kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), fosfor
(P), potasium (K), sodium (Na), zinc (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), dan
selenium (Se). Asam amino esensial yang terkandung dalam tauge, antara lain:
triptofan, treonin, fenilalanin, metionin, lisin, leusin, isoleusin, dan valin. Pada
saat berkecambah terjadi hidrolisis karbohidrat, protein dan lemak menjadi
sederhana sehingga mudah dicerna. Selama proses tersebut terjadi peningkatan
protein dan vitamin namun terjadi penurunan kadar lemak (Hairunnisa et al.
2016).

Agar

Agar-agar, gelatin atau gel silika merupakan bahan untuk membuat


medium menjadi padat. Namun, yang paling umum digunakan adalah agar-agar.
Meskipun bahan utama agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat
yang diekstraksi dari alga marin genus Gelidium, namun sebagian besar
mikroorganisme tidak dapat menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-
agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat. Saat ini media agar merupakan media
yang sangat umum digunakan dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Media
agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel,
karakterisasi morfologi, sampai penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama
total plate count (Hadioetomo 1993). Agar-agar ini digunakan karena tidak dapat
dihidrolisis oleh mikrob sebagai sumber nutrisi dan juga tidak meleleh pada suhu
45°C. Kisaran persentasi agar-agar untuk media padat 1,5-2,0%, media semi padat
dalam kisaran 0,5-1,0%, dan untuk media cair tidak ditambahkan agar-agar
kedalam media tersebut.
MATERI DAN METODE

Materi

Alat dan bahan pembuatan media


Alat yang digunakan di praktikum adalah autoclave, tabung hungate, bulb,
pipet mohr, botol schott, kompor dan tabung reaksi. Bahan yang digunakan di
praktikum adalah kain kasa, alumunium foil, larutan tauge, bacto agar, dan
alkohol.

Alat dan bahan sterilisasi


Alat yang digunakan untuk sterilisasi yaitu autoclave, lampu spiritus,
tabung reaksi, ose, cawan petri, plastic tahan panas dan kertas bekas polos.

Metode

Pembuatan larutan mineral I dan larutan mineral II


Tahap pembuatan larutan mineral I yaitu K2HPO4 0.6 gram dicampur
dengan aquades sampai dengan volume 100 ml. Sedangkan untuk larutan mineral
II tahan pembuatannya yaitu NaCl 1.2 gram, (NH4)2SO4 1.2 gram, KH2PO4 0.6
gram, MgSO4. 7H2O 0.25 gram dicampur dengan CaCl2 sebanyak 0.12 gram,
kemudian campuran tersebut ditambahkan aquadest sampai dengan 100 ml.

Pembuatan media putih


Na2CO3 0.3 gram dan Sistein 0.1 gram ditimbang pada timbangan analitik,
kemudian dimasukan kedalam labu erlynmayer dan dicampur dengan larutan
mineral 1, larutan 2 sebanyak 7.5 ml, resazurin 0.05 ml, dan ditambahkan dengan
aquadest sampai dengan volume 100 ml, setelah itu labu erlynmayer di beri CO 2
denfan sambil ditutup oleh alumunium foil sampai warna larutan berwana bening,
kemudian diambil sebanyak 4.95 ml kedalam tabung reaksi tetap dengan kondisi
dialiri dengan CO2, ditutup rapat dengan fanvixdan sumbat karet, kemudian di
autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit.

Pembuatan Media gliserol


Na2CO3 0.3 gram dan Sistein 0.1 gram ditimbang pada timbangan analitik,
kemudian dimasukan kedalam labu erlynmayer dan dicampur dengan larutan
mineral 1, larutan 2 sebanyak 7.5 ml, resazurin 0.05 ml, dan ditambahkan dengan
aquadest sampai dengan volume 100 ml, setelah itu labu erlynmayer di beri CO 2
denfan sambil ditutup oleh alumunium foil sampai warna larutan berwana bening,
kemudian diambil sebanyak 4.3 ml kedalam tabung reaksi tetap dengan kondisi
dialiri dengan CO2, kemudian ditambahkan 0.2 gliserol, ditutup rapat dengan
fanvixdan sumbat karet, kemudian di autoclave pada suhu 121°C selama 15
menit.

Pembuatan media BHI


Pertama tama sebanyak 3.7 gram serbuk BHI, 0.05 gram glukosa, 0.05
gram pati, dan cystein HCl 0.1 gram ditimbang, setelah bahan ditimbang, bahan
dimasukan ke labu erlynmayer sambil ditambhakn CMC 1% 0.5 ml, Hemin
0.05% 0.5 ml, resajurin 0.05 ml, dan aquadest sampai dengan volume 100 ml,
setelah itu larutan pada labu erlynmayer dipanaskan pada hotplate sampai dengan
warna kuning keminyakan, kemudian labu dingkat dan diberikan CO2 dan
ditambahkan sistein sambil ditutup dengann tutup alumunium foil, setelah itu
diambil sebanyak 5 ml dan 0.9 gram bacto agar, setelah itu tabung reaksi
dipanaskan sampai dengan bacto agar cair dan warna nya kuning, kemudian
setelah dingin , dialiri CO2 sambil ditutupi alummunium foil sampai dengan beku,
kemudian ditutup oleh sumbat karet, dan di fanvix, kemudian di autoclave pada
suhu 121°C, selama 15 menit.

Pembuatan media aerob


Pertama-tama Toge ditimbang sebanyak 200 gram, kemudian ditambahkan
1000 ml aquades, kemudian di didihkan dalam panci selama 1 jam, setelah itu
diambil ekstrak toge, kemudian ekstrak toge diambil sebanyak 100 ml, kemudian
ditambahkan agar swallow sebanyak 1.5 gram, diaduk, dipanaskan sampai
terlarut, kemudian dituangkan pada tabung reaksi, setelah itu tabung reaksi ditutup
oleh alumunium foil, kemudian dimasukan kedalam plastik tahan api, dan
dimasukkan kedalam autoclave.

Pembuatan media pengencer


Pertama-tama sebanyak 0.9 gram NaOH ditimbang, kemudian
ditambahkan aquadest sebanyak 100 ml pada labu erlynmayer, setelah itu diaduk,
dan dipindahkan kedalam 4 tabung reaksi dengan volume sebanyak 9 ml.

Sterilisasi
Sterilisasi basah dilakukan dengan menggunakan autoclave. Hal yang
pertama dilakukkan adalah membungkus cawan petri dengan menggunakan kertas
sebagai bantalan. Kertas dilipat rapat sampai memungkinkan tidak ada celah.
Kemudian masukkan ke dalam plastic tahan panas. Plastik ini digunakan untuk
melindungi dari uap air. Selain cawan petri, sterilisasi basah dapat dilakukkan
untuk sudip, tabung reaksi, ose dan pengaduk kaca. Ose, sudip dan pengaduk kaca
dapat langsung dibungkus dengan alumunium foil dan siap dimasukkan ke dalam
autoclave. Untuk tabung reaksi ada dua perlakuan. Pertama tabung reaksi yang
kosong dengan sampel, cukup dimasukkan ke dalam plastik tahan panas.
Usahakan dalam jumlah yang banyak agar memungkinkan tidak terjadi benturan.
Kedua, tabung reaksi yang mengandung sampel di dalamnya. Cukup menutup
tabung tersebut dengan kapas. Lalu dengan menggunakan alumunium kapas
dibungkus. Memungkinkana kapas tidak menyerap uap air. Siapkan autoclave
dengan pertama mengecheck air yang ada di dalam dan diluar. Atur waktu dan
suhu yang digunakan. Masukkan peralatan akan disterilisasi basah. Kemudian
colokkan saluran listriknya. Tunggu sampai alarm berbunyi.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Praktikum pembuatan media, terdapat beberapa media yang dibuat, pada


percobaan pertama, dibuat media pengencer. Berikut adalah hasil pembuatan
media pengencer:

Gambar 1. Media pengencer setelah di sterilisasi autoclave.

Selain media pengencer, media yang dibuat pada praktikum ini antara lain
media aerob. Berikut adalah hasil pembuatan media aerob:

Gambar 2 Media aerob setelah di sterilisasi autoclave.

Selain kedua media tersebut, dibuat juga media anaerob. Berikut adalah
hasil pembuatan media anaerob:

Gambar 3 Media anaerob sebelum di Gambar 4 Media anaerob setelah di


sterilisasi autoclave. sterilisasi autoclave.
Praktikum ini juga melakukan sterilisasi alat laboratorium
yaitu cawan petri. Berikut adalah hasil sterilisasi:

Gambar 5 Foto preosedur sterilisasi alat

Pembahasan

Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat
hara (nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan di atas atau di alamnya.
Selain itu media dapat dipergunakan pula untuk isolasi, perbanyakan, pengujian
sifat-sifat fisiologis, dan penghitungan jumlah mikroorganisme (Waluyo 2010).
Media merupakan suatu substansi yang terdiri dari campuran zat-zat makanan
(nutrisi) yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jasad renik
(mikroorganisme). Didalam laboratorium mikrobiologi, kultivasi media sangat
penting untuk isolasi. Zat makanan yang dibutuhkan bakteri pada umumnya
sangat bervariasi, dapat berbentuk senyawa-senyawa organik sederhana atau
senyawa-senyawa organik komplek (majemuk).
Media dapat dibagi berdasarkan konsistensinya. Berdasarkan
konsistensinya, medium dibagi menjadi medium padat, semipadat, dan cair.
Medium padat dimana pada media digunakan bahan pemadat, misalnya agar-agar.
Jumlah tepung agar yang ditambahkan tergantung kepada jenis mikroba yang
dibiakkan. Bila mikroba memerlukan kadar air tinggi maka jumlah tepung agar
harus rendah/sedikit, tetapi bila kadar air harus rendah makan penambahan tepung
agar harus lebih banyak. Media padat umumnya dipergunakan untuk bakteri, ragi,
jamur dan kadang-kadang mikroalgae. Media cair yaitu bila ke dalam media tidak
ditambahkan zat pemadat. Umumnya dipergunakan untuk pembiakan mikroalgae,
kadang-kadang bakteri dan ragi. Media semi padat atau semi cair. Media semi
padat atau semi cair yaitu bila penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang.
Umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan
kandungan air dan hidup anaerobik atau fakultatif, atau untuk pemeriksaan
pergerakkan bakteri (Pelczar dan Chan 1986).
Resazurin dan Aplikasinya Resazurin (C12H7NO4) memiliki nama IUPAC
(7-hydroxy-10- oxidophenoxazin-10-ium-3-one) dengan bobot molekul
229,18828 g/mol. Resazurin merupakan senyawa aktif dari Alamar Blue yang
diketahui merupakan indikator reaksi reduksi oksidasi (redoks) yang digunakan
untuk menilai fungsi metabolism sel sejak lama. Resazurin juga dikenal sebagai
diazol-resorcinol, azoresorcin, resazoin, resazurine, yang larut dalam air, tidak
beracun, dan mudah masuk kedalam membran sel (Rampersad 2012). Menurut
Sari et al. 2016 fungsi metode uji menggunakan resazurin sebagai indikator warna
dalam mendeteksi aktivitas sel mikobakterium. Bentuk teroksidasi resazurin
berwarna biru (tidak berfluoresensi) dan ketika direduksi oleh sel-sel bakteri
hidup berubah bentuk menjadi resofurin yang berwarna merah muda dan
berfluoresensi. Rezazurin ini efektif untuk menguji keaktifan produk-produk alam
seperti ekstrak dari sumber tanaman maupun mikroba (Martin et al. 2003).
Karboksimetil selulosa atau Carboxymethyl Cellulose (CMC) banyak
digunakan pada berbagai industri seperti: detergen, cat, keramik, tekstil, kertas
dan makanan. Fungsi CMC disini adalah sebagai pengental, penstabil emulsi atau
suspensi dan bahan pengikat. CMC merupakan polielektrolit amoniak turunan dari
selulosa dengan perlakuan alkali dan monochloro acetic acid atau garam natrium
yang digunakan luas dalam industri pangan. CMC memiliki rumus molekul
C8H16NaO8 bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun,
berbentuk butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut dalam larutan
organik, stabil pada rentang pH 3-10 dan mengendap pada pH kurang dari 3, serta
tidak bereaksi pada senyawa organik. Menurut Gilbert (2012). Carboxy Methyl
Cellulose (CMC) merupakan derivatif dari selulosa yang mengandung gugus
carboxymetyl (- CH2COOH) yang dihasilkan dari reaksi selulosa dengan
chloroacetate dalam alkali untuk memproduksi subtitusi posisi C2, C3 atau C6
pada unit glukosa. Sehingga CMC larut dalam air dan dapat digunakan untuk
mengetahui aktivitas hidrolitik selulase.
Fungsi CMC dalam pembuatan media yaitu sebagai media selektif bagi
bakteri pendegradasi selulosa dimana CMC membentuk gula pereduksi yaitu
glukosa (Murtiyaningsih dan Hazmi 2017). Gula reduksi merupakan
monosakarida yang dicirikan dengan adanya gugus aldehid dan keton yang
bersifat mampu mereduksi senyawa pengoksidasi (Lehninger 1990). Menurut and
et al. (2014) media CMC termasuk ke dalam media selektif yang digunakan untuk
menumbuhkan bakteri yang dapat menghidrolisis selulosa. CMC juga sebagai
sumber karbon bagi bakteri untuk pertumbuhannya yang ada didalam media
(Murtiyaningsih dan Hazmi 2017).
Hemin adalah protoporfirin IX yang mengandung ion besi besi (Fe 3+)
dengan ligan koordinasiklorida. Secara kimia, hemin berbeda dari heme-
compound hematin terkait terutama karena ion koordinat adalah ion klorida di
hemin, sedangkan ion koordinat adalah ion hidroksida dalam hematin. Ion besi
dalam haem adalah besi (Fe2+), sedangkan itu adalah besi (Fe3+) pada hemin dan
hematin. Hemin diproduksi secara endogen dalam tubuh manusia, misalnya
selama omset sel darah merah tua. Ini bisa terbentuk secara tidak tepat akibat
hemolisis atau cedera vaskular. Beberapa protein dalam darah manusia berikatan
dengan hemin, seperti hemopexin dan serum albumin (Sherris et al. 2004).
Sterilisasi adalah suatu bentuk usaha untuk membebaskan
alat – alat atau bahan – bahan dari segala bentuk kehidupan
terutama mikroba. Sterilisasi yaitu !rosesmembunuh segala
bentuk kehidu!an mikroorganisme yang ada dalam sampel, alat-
alat atau lingkungan tertentu. Dalam bidang bakteriologi kata
sterilisasi sering dipakai untuk menggambarkan langkah yang
diambil untuk meniadakan atau membunuh semua bentuk
kehidupan mikroorganisme bahan atau peralatan yang
dipergunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan
steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak
diharapkan kehadirannya, baik yang menggangu kehidupan dan
proses yang dikerjakan (Pali et al. 2015).
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan media menjadi
tiga jenis media, yaitu media pengencer, media aerob dan media anaerob serta
prosedur sterilisasi. Percobaan pembuatan tiga media, diperoleh hasil pada media
pengencer dan media aerob berhasil dibuat, terlihat pada hasil akhir Gambar 1 dan
2 media pengencer yang memanfaatkan larutan aquadest dan media aerob yang
berhasil dibuat menjadi media dengan kemiringan 45 oC dalam bentuk semi padat,
hasilnya bening dan mudah untuk dimanfaatkan dalam menggamati pertumbuhan
dan perkembangan mikroorganisme. Pada media anaerob yang memakai
campuran bakto agar, memperoleh hasil yang berbeda dengan literatur yang
diperoleh. Agar bakto dalam bidang mikrobiologi sering digunakan untuk
pertumbuhan mikroba karena lebih transparan sehingga sel-sel mikroba yang
tumbuh dapat dengan mudah dilihat (Rosulva 2008). Sedangkan, pada hasil
percobaan media anaerob memiliki warna yang sedikit keruh dan terdapat warna
kuning. Sehingga dari banyak media yang telah tersedia, hanya beberapa jenis
yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme, dengan syarat nutrisi dan kondisinya cocok untuk masing-
masing mikroorganisme yang akan dibiakan pada media tersebut. Menurut
Pelczar (2008) menyatakan bahwa sifat-sifat media yang digunakan untuk faktor
pertumbuhan yaitu harus mudah tumbuh, media harus dibuat, pertumbuhan
bakteri harus khas dan mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. Jika sifat ini
dipenuhi, maka pertumbuhan bakteri akan bagus. Pada proses pembuatan media,
medium BA menggunakan magnetik stirrer untuk menghomogenkan agar dengan
aquades selama pemasakan agar.
Pada praktikum dilakukan sterilisasi sebelum menggunakan alat dan bahan.
Peralatan seperti cawan petri, media, tabung reaksi, alat yang digunakan dalam
penanaman bakteri terlebih dahulu disterilisasikan menggunakan autoklave Cara
sterilisasi yang tepat tergantung pada jenis dan sifat bahan yang disterilkan dan
yang kita praktikumkan kali ini adalah metode pengaruh tekanan (autoklave).
Benda yang akan disuci hamakan diletakkan di atas lempengan saringan dan tidak
lagsung mengenai air di bawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air mendidih
(diperkirakan pada suhu 100˚C) pada tekanan 15 lb temperatur121˚C. Beberapa
hal penting harus diperhatikan dalam sterilisasi di laboratorium agar tidak
terjadinya kegagalan kerja. Seperti yang diketahui bahwa sterilisasi merupakan
proses untuk membebaskan alat dan bahan dari segala macam bentuk kehidupan
terutama mikroba. Maka dari itu, proses sterilisasi harus dilakukan dengan
berhati-hati, memperhatikan teknik aseptis, dan sesuai dengan prosedur kerja. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Suhardi (2008), bahwa sistem cara kerja yang
berhati-hati dan menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan
mikroorganisme akan mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme yang
diinginkan. Sterilisasi menggunakan lampu spiritus dilakukan dengan
memanaskan ose agar bakteri yang diambil menggunakan ose tidak
terkontaminasi dengan mikroorganisme lain, selain itu sterilisasi tabung reaksi
dengan lampu spiritus dengan memanaskan ujung tabung agar mikroorganisme
tidak dapat tumbuh.

KESIMPULAN

Pemilihan media yang baik akan menunjang pertumbuhan dan


perkembangbiakan mikroba. Media yang dibuat pada praktikum yaitu media
pengencer, media aerob dan media anaerob. Praktikan telah mengetahui
bagaimana prinsip dan prosedur dalam melakukkan pembuatan
media, kemudian melakukan prosedur sterilisasi basah.
Sterilisasi dilakukkan untuk menghindari peralatan praktikum
dari mikroorganisme yang akan mengganggu poses kerja.
DAFTAR PUSTAKA

And CBW, Yang M, Fanxu P, Jiayin H, Peng F, Fang ML. 2014. “Isolation and
identification of a cellulolytic bacterium from the tibetan pig’s intestine
and investigation of its cellulase production,” electron. J. Biotechnol. 17:
262–267.
Cappuccino JG dan Sherman N 1983. Microbiology: a Laboratory Manual.
California (US): Adison-Wesley Publishing company.
Entjang I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung (ID): Citra Aditya
Bakti.
Gilbert HJ. 2012. Cellulases Volume 510 of Methods In Enzymology. Cambridge
(US): Academic Press.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Hairunnisa O, Sulistyowati E dan Suherman D. 2016. Pemberian kecambah
kacang hijau (tauge) terhadap kualitas fisik dan uji organoleptik bakso
ayam. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 11(1): 39-47.
Holt JG, Krieg NR, Sneath, Staley PJT dan Williams ST. 1994. Bergey’s Manual
of Determinative Bacteriology 9th Edition. USA: Williams and Wilkins
Pub.
Lehninger AL. 1990. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Alih bahasa Thenawidjaja,
Maggy. Jakarta (ID): Erlangga.
Levinson W. 2010. Review of Medical Microbiology and Immunology 11th Ed.
New Yok (US): McGraw-Hill.
Martin S, Camachi M, Portaels F et al. 2003. Resazurin microtiter assay plate
testing of Mycobacterium tuberculosis susceptibilities to second-line
drugs: rapid, simple, and inexpensive method. Antimicrob Agents
Chemother. 47 (11): 3616-3619.
Murtiyaningsih H dan Hazmi M. 2017. Isolasi dan uji aktivitas enzim selulase
pada bakteri selulolitik asal tanah sampah. J. Agritrop. 15 (2): 293-308.
Nurohaianah et al. 2007. Media. Jakarta (ID): UI Press.
Pali E, Setiawan A, Alimaturrosyidah, Nurlilayanti, Nurdiah, Aini N, Oktafanie
MSK. 2015. Pengenalan alat dan sterilisasi. Jurnal Mikrobiologi Dasar.
11(10): 1-4.
Pelczar & Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia.
Pelczar, Michael J dan Chan, ECS. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.
Jakarta (ID): UI Press
Puspitasari FD, Shovitri M, dan Kuswytasari ND. 2012. Isolasi dan karakterisasi
bakteri aerob proteolitik dari tangki septik. Jurnal Sains Dan Seni ITS.
1(1): 1-4.
Rampersad SN. 2012. Multiple applications of alamar blue as an indicator of
metabolic function and celluar health in cell viability bioassays. J.
Sensors. 12347-12360.
Rizal M dan Herdis. 2010. Peranan antioksidan dalam meningkatkan kualitas
semen beku. Wartazoa. 20(13): 140
Rizkil, Silvia, Dasrul, Hamdan, Melia J, Riady G, Adam M, 2018. Pengaruh
pemberian gliserol dalam medium tris kuning telur terhadap kualitas
spermatozoa sapi aceh setelah pembekuan. JIMVET. 2(1):149-154
Robert M, Mercade ME, Bosch MP, Parra JL, Espuny MJ, Manresa MA dan
Guinea J. 1989. ” Effect of the carbon source on biosurfactant production
by Pseudomonas aeruginosa 44T1,” Biotech.Lett. 11: 871-874.
Rosulva I. 2008. Pembuatan agar bakto dari rumput laut Gelidium sp. dengan
khitosan sebagai absorben [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Sari M, Arismayanti E, Kusharyoto W. 2016. Optimisasi uji berbasis reduksi
resazurin dalam menghambat aktivitas Mycobacterium bovis strain BCG
43756. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 2 (2): 189-192.
Sherris, John C, Ryan, Kenneth J. Ray CL. (2004) . Sherris Medical
Microbiology: an Introduction To Infectious Diseases. New York (US):
McGraw-Hill.
Sherris, John C, Ryan, Kenneth J. Ray CL. 2004 . Sherris Medical Microbiology:
an Introduction To Infectious Diseases. New York (US): McGraw-Hill.
Susilawati. T. 2000. Analisis Membran Spermatozoa Sapi Hasil Filtrasi
Sephadeks dan Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll Pada Proses Seleksi
Jenis Kelamin. [Disertasi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Suhardi 2008. Sintaksis. Yogyakarta (ID): UNY Press.
Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Waluyo L. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang (ID):
UMM Pr.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai