Ananda Putri
D24170004
Kelompok 3 / G1
Latar Belakang
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien)
yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-
macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan
perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu
media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat antara lain, harus
mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus
mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum
digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo
1991). Di dalam suatu populasi bakteri, tidak semua sel mampu hidup terus.
Pertumbuhan atau kultivasi mikrob sangat tergantung pada kandungan nutrisi
yang terdapat pada lingkungan sekitarnya, dan pada ketersediaan berbagai
komponen yang diperlukan untuk aktivitas hidup, komponen-komponen tersebut
meliputi makro nutrisi, mikro nutrisi, dan faktor pertumbuhan.
Bahan atau peralatan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi harus
dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak
diharapkan kehadirannya, baik yang menggangu kehidupan dan proses yang
dikerjakan. Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan
dari segala bentuk kontaminasi dari mikroba. Proses sterilisasi alat dan medium
dalam kegiatan praktikum atau penanganan sampel mikroba sangat dibutuhkan
sterilisasi. Apabila teknik sterilisasi tidak diterapkan maka hasil yang diamati
tidak maksimal dan menimbulkan berbagai kontaminasi baik dari alat maupun
media tumbuh mikroba (Pali et al. 2015).
Alat alat yang akan digunakan sebagai media pengembang biakan bakteri
atau kapang tertentu bisa disterilisaai menggunakan sterilisasi basah sterilisasi
basah menggunakan alat autoclave. Autoclave mensterilkan alat atau bahan
dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Tekanan yang digunan adalah 1 atm pada
suhu 210 dalam 15-20 menit sedangkan sterilisasi alat kecil dan yang hanya
bersifat sementara bisa menggunakan alkohol 70 % dan spirtus. Sterilisasi harus
dilakukan dengan benar, telaten, dan sabar. Jika tidak maka ada kemungkinan
benda yang sudah di sterilisasi tersebut masih mengandung bakteri yang tidak
diinginkan. Maka dari itu kita perlu menggetahui jenis jenis sterilisasi dan cara
mensterilisasi yang benar dengan melakukan praktikum ini
Tujuan
Media aerob
Media anaerob
Bakteri aerob
Media gliserol
Larutan pengencer atau laurutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk
mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk
memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu
antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. pengenceran biasanya dilakukan 1:10,
1:100, 1:1000, dan seterusnya. Pengenceran adalah melarutkan atau melepas
mikroba dari substratnya kedalam air hingga lebih mudah penangananya. Tujuan
pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam
(Nurohaianah et al 2007). Pengencer putih biasanya digunakan untuk
pengenceran media bakteri yang bersifat anaerob.
Agar
Materi
Metode
Sterilisasi
Sterilisasi basah dilakukan dengan menggunakan autoclave. Hal yang
pertama dilakukkan adalah membungkus cawan petri dengan menggunakan kertas
sebagai bantalan. Kertas dilipat rapat sampai memungkinkan tidak ada celah.
Kemudian masukkan ke dalam plastic tahan panas. Plastik ini digunakan untuk
melindungi dari uap air. Selain cawan petri, sterilisasi basah dapat dilakukkan
untuk sudip, tabung reaksi, ose dan pengaduk kaca. Ose, sudip dan pengaduk kaca
dapat langsung dibungkus dengan alumunium foil dan siap dimasukkan ke dalam
autoclave. Untuk tabung reaksi ada dua perlakuan. Pertama tabung reaksi yang
kosong dengan sampel, cukup dimasukkan ke dalam plastik tahan panas.
Usahakan dalam jumlah yang banyak agar memungkinkan tidak terjadi benturan.
Kedua, tabung reaksi yang mengandung sampel di dalamnya. Cukup menutup
tabung tersebut dengan kapas. Lalu dengan menggunakan alumunium kapas
dibungkus. Memungkinkana kapas tidak menyerap uap air. Siapkan autoclave
dengan pertama mengecheck air yang ada di dalam dan diluar. Atur waktu dan
suhu yang digunakan. Masukkan peralatan akan disterilisasi basah. Kemudian
colokkan saluran listriknya. Tunggu sampai alarm berbunyi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Selain media pengencer, media yang dibuat pada praktikum ini antara lain
media aerob. Berikut adalah hasil pembuatan media aerob:
Selain kedua media tersebut, dibuat juga media anaerob. Berikut adalah
hasil pembuatan media anaerob:
Pembahasan
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat
hara (nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan di atas atau di alamnya.
Selain itu media dapat dipergunakan pula untuk isolasi, perbanyakan, pengujian
sifat-sifat fisiologis, dan penghitungan jumlah mikroorganisme (Waluyo 2010).
Media merupakan suatu substansi yang terdiri dari campuran zat-zat makanan
(nutrisi) yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jasad renik
(mikroorganisme). Didalam laboratorium mikrobiologi, kultivasi media sangat
penting untuk isolasi. Zat makanan yang dibutuhkan bakteri pada umumnya
sangat bervariasi, dapat berbentuk senyawa-senyawa organik sederhana atau
senyawa-senyawa organik komplek (majemuk).
Media dapat dibagi berdasarkan konsistensinya. Berdasarkan
konsistensinya, medium dibagi menjadi medium padat, semipadat, dan cair.
Medium padat dimana pada media digunakan bahan pemadat, misalnya agar-agar.
Jumlah tepung agar yang ditambahkan tergantung kepada jenis mikroba yang
dibiakkan. Bila mikroba memerlukan kadar air tinggi maka jumlah tepung agar
harus rendah/sedikit, tetapi bila kadar air harus rendah makan penambahan tepung
agar harus lebih banyak. Media padat umumnya dipergunakan untuk bakteri, ragi,
jamur dan kadang-kadang mikroalgae. Media cair yaitu bila ke dalam media tidak
ditambahkan zat pemadat. Umumnya dipergunakan untuk pembiakan mikroalgae,
kadang-kadang bakteri dan ragi. Media semi padat atau semi cair. Media semi
padat atau semi cair yaitu bila penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang.
Umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan
kandungan air dan hidup anaerobik atau fakultatif, atau untuk pemeriksaan
pergerakkan bakteri (Pelczar dan Chan 1986).
Resazurin dan Aplikasinya Resazurin (C12H7NO4) memiliki nama IUPAC
(7-hydroxy-10- oxidophenoxazin-10-ium-3-one) dengan bobot molekul
229,18828 g/mol. Resazurin merupakan senyawa aktif dari Alamar Blue yang
diketahui merupakan indikator reaksi reduksi oksidasi (redoks) yang digunakan
untuk menilai fungsi metabolism sel sejak lama. Resazurin juga dikenal sebagai
diazol-resorcinol, azoresorcin, resazoin, resazurine, yang larut dalam air, tidak
beracun, dan mudah masuk kedalam membran sel (Rampersad 2012). Menurut
Sari et al. 2016 fungsi metode uji menggunakan resazurin sebagai indikator warna
dalam mendeteksi aktivitas sel mikobakterium. Bentuk teroksidasi resazurin
berwarna biru (tidak berfluoresensi) dan ketika direduksi oleh sel-sel bakteri
hidup berubah bentuk menjadi resofurin yang berwarna merah muda dan
berfluoresensi. Rezazurin ini efektif untuk menguji keaktifan produk-produk alam
seperti ekstrak dari sumber tanaman maupun mikroba (Martin et al. 2003).
Karboksimetil selulosa atau Carboxymethyl Cellulose (CMC) banyak
digunakan pada berbagai industri seperti: detergen, cat, keramik, tekstil, kertas
dan makanan. Fungsi CMC disini adalah sebagai pengental, penstabil emulsi atau
suspensi dan bahan pengikat. CMC merupakan polielektrolit amoniak turunan dari
selulosa dengan perlakuan alkali dan monochloro acetic acid atau garam natrium
yang digunakan luas dalam industri pangan. CMC memiliki rumus molekul
C8H16NaO8 bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun,
berbentuk butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut dalam larutan
organik, stabil pada rentang pH 3-10 dan mengendap pada pH kurang dari 3, serta
tidak bereaksi pada senyawa organik. Menurut Gilbert (2012). Carboxy Methyl
Cellulose (CMC) merupakan derivatif dari selulosa yang mengandung gugus
carboxymetyl (- CH2COOH) yang dihasilkan dari reaksi selulosa dengan
chloroacetate dalam alkali untuk memproduksi subtitusi posisi C2, C3 atau C6
pada unit glukosa. Sehingga CMC larut dalam air dan dapat digunakan untuk
mengetahui aktivitas hidrolitik selulase.
Fungsi CMC dalam pembuatan media yaitu sebagai media selektif bagi
bakteri pendegradasi selulosa dimana CMC membentuk gula pereduksi yaitu
glukosa (Murtiyaningsih dan Hazmi 2017). Gula reduksi merupakan
monosakarida yang dicirikan dengan adanya gugus aldehid dan keton yang
bersifat mampu mereduksi senyawa pengoksidasi (Lehninger 1990). Menurut and
et al. (2014) media CMC termasuk ke dalam media selektif yang digunakan untuk
menumbuhkan bakteri yang dapat menghidrolisis selulosa. CMC juga sebagai
sumber karbon bagi bakteri untuk pertumbuhannya yang ada didalam media
(Murtiyaningsih dan Hazmi 2017).
Hemin adalah protoporfirin IX yang mengandung ion besi besi (Fe 3+)
dengan ligan koordinasiklorida. Secara kimia, hemin berbeda dari heme-
compound hematin terkait terutama karena ion koordinat adalah ion klorida di
hemin, sedangkan ion koordinat adalah ion hidroksida dalam hematin. Ion besi
dalam haem adalah besi (Fe2+), sedangkan itu adalah besi (Fe3+) pada hemin dan
hematin. Hemin diproduksi secara endogen dalam tubuh manusia, misalnya
selama omset sel darah merah tua. Ini bisa terbentuk secara tidak tepat akibat
hemolisis atau cedera vaskular. Beberapa protein dalam darah manusia berikatan
dengan hemin, seperti hemopexin dan serum albumin (Sherris et al. 2004).
Sterilisasi adalah suatu bentuk usaha untuk membebaskan
alat – alat atau bahan – bahan dari segala bentuk kehidupan
terutama mikroba. Sterilisasi yaitu !rosesmembunuh segala
bentuk kehidu!an mikroorganisme yang ada dalam sampel, alat-
alat atau lingkungan tertentu. Dalam bidang bakteriologi kata
sterilisasi sering dipakai untuk menggambarkan langkah yang
diambil untuk meniadakan atau membunuh semua bentuk
kehidupan mikroorganisme bahan atau peralatan yang
dipergunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan
steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak
diharapkan kehadirannya, baik yang menggangu kehidupan dan
proses yang dikerjakan (Pali et al. 2015).
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan media menjadi
tiga jenis media, yaitu media pengencer, media aerob dan media anaerob serta
prosedur sterilisasi. Percobaan pembuatan tiga media, diperoleh hasil pada media
pengencer dan media aerob berhasil dibuat, terlihat pada hasil akhir Gambar 1 dan
2 media pengencer yang memanfaatkan larutan aquadest dan media aerob yang
berhasil dibuat menjadi media dengan kemiringan 45 oC dalam bentuk semi padat,
hasilnya bening dan mudah untuk dimanfaatkan dalam menggamati pertumbuhan
dan perkembangan mikroorganisme. Pada media anaerob yang memakai
campuran bakto agar, memperoleh hasil yang berbeda dengan literatur yang
diperoleh. Agar bakto dalam bidang mikrobiologi sering digunakan untuk
pertumbuhan mikroba karena lebih transparan sehingga sel-sel mikroba yang
tumbuh dapat dengan mudah dilihat (Rosulva 2008). Sedangkan, pada hasil
percobaan media anaerob memiliki warna yang sedikit keruh dan terdapat warna
kuning. Sehingga dari banyak media yang telah tersedia, hanya beberapa jenis
yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme, dengan syarat nutrisi dan kondisinya cocok untuk masing-
masing mikroorganisme yang akan dibiakan pada media tersebut. Menurut
Pelczar (2008) menyatakan bahwa sifat-sifat media yang digunakan untuk faktor
pertumbuhan yaitu harus mudah tumbuh, media harus dibuat, pertumbuhan
bakteri harus khas dan mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. Jika sifat ini
dipenuhi, maka pertumbuhan bakteri akan bagus. Pada proses pembuatan media,
medium BA menggunakan magnetik stirrer untuk menghomogenkan agar dengan
aquades selama pemasakan agar.
Pada praktikum dilakukan sterilisasi sebelum menggunakan alat dan bahan.
Peralatan seperti cawan petri, media, tabung reaksi, alat yang digunakan dalam
penanaman bakteri terlebih dahulu disterilisasikan menggunakan autoklave Cara
sterilisasi yang tepat tergantung pada jenis dan sifat bahan yang disterilkan dan
yang kita praktikumkan kali ini adalah metode pengaruh tekanan (autoklave).
Benda yang akan disuci hamakan diletakkan di atas lempengan saringan dan tidak
lagsung mengenai air di bawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air mendidih
(diperkirakan pada suhu 100˚C) pada tekanan 15 lb temperatur121˚C. Beberapa
hal penting harus diperhatikan dalam sterilisasi di laboratorium agar tidak
terjadinya kegagalan kerja. Seperti yang diketahui bahwa sterilisasi merupakan
proses untuk membebaskan alat dan bahan dari segala macam bentuk kehidupan
terutama mikroba. Maka dari itu, proses sterilisasi harus dilakukan dengan
berhati-hati, memperhatikan teknik aseptis, dan sesuai dengan prosedur kerja. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Suhardi (2008), bahwa sistem cara kerja yang
berhati-hati dan menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan
mikroorganisme akan mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme yang
diinginkan. Sterilisasi menggunakan lampu spiritus dilakukan dengan
memanaskan ose agar bakteri yang diambil menggunakan ose tidak
terkontaminasi dengan mikroorganisme lain, selain itu sterilisasi tabung reaksi
dengan lampu spiritus dengan memanaskan ujung tabung agar mikroorganisme
tidak dapat tumbuh.
KESIMPULAN
And CBW, Yang M, Fanxu P, Jiayin H, Peng F, Fang ML. 2014. “Isolation and
identification of a cellulolytic bacterium from the tibetan pig’s intestine
and investigation of its cellulase production,” electron. J. Biotechnol. 17:
262–267.
Cappuccino JG dan Sherman N 1983. Microbiology: a Laboratory Manual.
California (US): Adison-Wesley Publishing company.
Entjang I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung (ID): Citra Aditya
Bakti.
Gilbert HJ. 2012. Cellulases Volume 510 of Methods In Enzymology. Cambridge
(US): Academic Press.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Hairunnisa O, Sulistyowati E dan Suherman D. 2016. Pemberian kecambah
kacang hijau (tauge) terhadap kualitas fisik dan uji organoleptik bakso
ayam. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 11(1): 39-47.
Holt JG, Krieg NR, Sneath, Staley PJT dan Williams ST. 1994. Bergey’s Manual
of Determinative Bacteriology 9th Edition. USA: Williams and Wilkins
Pub.
Lehninger AL. 1990. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Alih bahasa Thenawidjaja,
Maggy. Jakarta (ID): Erlangga.
Levinson W. 2010. Review of Medical Microbiology and Immunology 11th Ed.
New Yok (US): McGraw-Hill.
Martin S, Camachi M, Portaels F et al. 2003. Resazurin microtiter assay plate
testing of Mycobacterium tuberculosis susceptibilities to second-line
drugs: rapid, simple, and inexpensive method. Antimicrob Agents
Chemother. 47 (11): 3616-3619.
Murtiyaningsih H dan Hazmi M. 2017. Isolasi dan uji aktivitas enzim selulase
pada bakteri selulolitik asal tanah sampah. J. Agritrop. 15 (2): 293-308.
Nurohaianah et al. 2007. Media. Jakarta (ID): UI Press.
Pali E, Setiawan A, Alimaturrosyidah, Nurlilayanti, Nurdiah, Aini N, Oktafanie
MSK. 2015. Pengenalan alat dan sterilisasi. Jurnal Mikrobiologi Dasar.
11(10): 1-4.
Pelczar & Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia.
Pelczar, Michael J dan Chan, ECS. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.
Jakarta (ID): UI Press
Puspitasari FD, Shovitri M, dan Kuswytasari ND. 2012. Isolasi dan karakterisasi
bakteri aerob proteolitik dari tangki septik. Jurnal Sains Dan Seni ITS.
1(1): 1-4.
Rampersad SN. 2012. Multiple applications of alamar blue as an indicator of
metabolic function and celluar health in cell viability bioassays. J.
Sensors. 12347-12360.
Rizal M dan Herdis. 2010. Peranan antioksidan dalam meningkatkan kualitas
semen beku. Wartazoa. 20(13): 140
Rizkil, Silvia, Dasrul, Hamdan, Melia J, Riady G, Adam M, 2018. Pengaruh
pemberian gliserol dalam medium tris kuning telur terhadap kualitas
spermatozoa sapi aceh setelah pembekuan. JIMVET. 2(1):149-154
Robert M, Mercade ME, Bosch MP, Parra JL, Espuny MJ, Manresa MA dan
Guinea J. 1989. ” Effect of the carbon source on biosurfactant production
by Pseudomonas aeruginosa 44T1,” Biotech.Lett. 11: 871-874.
Rosulva I. 2008. Pembuatan agar bakto dari rumput laut Gelidium sp. dengan
khitosan sebagai absorben [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Sari M, Arismayanti E, Kusharyoto W. 2016. Optimisasi uji berbasis reduksi
resazurin dalam menghambat aktivitas Mycobacterium bovis strain BCG
43756. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 2 (2): 189-192.
Sherris, John C, Ryan, Kenneth J. Ray CL. (2004) . Sherris Medical
Microbiology: an Introduction To Infectious Diseases. New York (US):
McGraw-Hill.
Sherris, John C, Ryan, Kenneth J. Ray CL. 2004 . Sherris Medical Microbiology:
an Introduction To Infectious Diseases. New York (US): McGraw-Hill.
Susilawati. T. 2000. Analisis Membran Spermatozoa Sapi Hasil Filtrasi
Sephadeks dan Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll Pada Proses Seleksi
Jenis Kelamin. [Disertasi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Suhardi 2008. Sintaksis. Yogyakarta (ID): UNY Press.
Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Waluyo L. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang (ID):
UMM Pr.
LAMPIRAN