Anda di halaman 1dari 110

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR

DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP


MUTU DENDENG CUMI-CUMI (Loligo chinensis)

SKRIPSI

Oleh:
Nofia Fifiarti
26030114130051

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR
DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP
MUTU DENDENG CUMI-CUMI (Loligo chinensis)

Oleh
Nofia Fifiarti
26030114130051

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Derajat Sarjana S1 pada Program Studi
Teknologi Hasil Perikanan
Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini saya, Nofia Fifiarti. Menyatakan bahwa karya ilmiah atau skripsi

ini adalah asli karya saya sendiri dan belum pernah dijadikan sebagai pemenuhan

persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S1) dari Universitas

Diponegoro maupun perguruan tinggi lainnya.

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah atau skripsi ini yang

berasal dari karya orang lain, baik yang dipublikasi ataupun tidak, telah diberikan

penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi

dari karya ilmiah atau skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Semarang, Februari 2018

Nofia Fifiarti
26030114130051

v
ABSTRAK

Nofia Fifiarti. 26030114130051. Pengaruh Penambahan Gula Pasir dengan


Konsentrasi yang Berbeda terhadap Mutu Dendeng Cumi-cumi (Loligo chinensis).
(Ulfah Amalia dan Romadhon).

Secara umum, dendeng dibuat dari bahan baku hasil ternak. Pemanfaatan
hasil perikanan menjadi dendeng seperti cumi-cumi masih jarang dilakukan oleh
masyarakat. Pembuatan dendeng menggunakan gula merah dapat memberikan
pengaruh terhadap warna dendeng. Disisi lain, gula merah sendiri telah mengalami
reaksi browning pada saat proses pembuatannya. Alternatif lain yang dapat
menggantikan gula merah sebagai pemanis dan pengawet dalam pembuatan
dendeng yaitu gula pasir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan gula pasir yang berbeda terhadap mutu dendeng cumi-cumi ditinjau
dari segi sensoris dan kimiawi. Penelitian ini bersifat experimental laboratories
model rancangan acak lengkap, menggunakan satu faktor konsentrasi gula pasir
dengan tiga kali pengulangan. Mutu dendeng dilihat melalui uji kadar air, kadar
protein, kadar lemak, Aw, warna dan hedonik kesukaan panelis. Data parametrik
dianalisis dengan analisis sidik ragam, sedangkan data non parametrik dengan
analisis Kruskal-wallis. Hasil secara keseluruhan menunjukkan bahwa penambahan
gula pasir dengan konsentrasi 25% mampu menghasilkan dendeng dengan mutu
terbaik dari segi kimiawi kadar air 11,70%+0,30; kadar protein 40,79%+0,16; kadar
lemak 0,70%+0,03 dan Aw 0,42+0,01; dengan uji warna memiliki nilai L
(37,50+0,99), a* (6,76+0,33), b* (4,31+0,63); serta uji sensori dengan selang
kepercayaan 7,96 <µ< 8,24. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
penambahan gula pasir dengan konsentrasi yang berbeda pada pembuatan dendeng
cumi-cumi memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap kadar air, Aw,
kadar protein dan tingkat kesukaan panelis pada kenampakan serta tekstur. dendeng
cumi-cumi dari segi sensoris maupun kimiawi. Hasil yang tidak berbeda nyata
ditunjukkan pada kadar lemak dan tingkat kesukaan panelis pada aroma serta rasa
dendeng cumi-cumi.

Kata kunci: Cumi-cumi, Gula pasir, Dendeng, Mutu dendeng

vi
ABSTRACT

Nofia Fifiarti. 26030114130051. The Influence of the Sugar with Different


Concentarion Agains the Quality of Jerky Squid (Loligo chinensis). (Ulfah Amalia
dan Romadhon).

Generally, jerky was made from raw material of products. Utilization of


fisheries product become to jerky like squids has rarely been implemented by the
community. In the making jerky, brown sugar had used to provide the color effect
of jerky. On the otherhand, brown sugar a self has experienced browning reactive
during the manufacturing process. Alternative to replace brown sugar as a
sweetener and preservative in making jerky iswhite sugar. This research aims to
determind the influence of the sugar addition different with type against the quality
of jerky squid in terms of sensory and chemically characteristics. In this
experimental research laboratories the design model random complete, use one
factor concentration sugar with three times repetition.The quality of jerky seen with
this the water level, levels of a protein, fat content, Aw, color and hedonik fondness
the panel. Data analyzed by Analysis of Variance, and on non parametrik use
kruskal-wallis test. The results of considered there is overall a away that the
additional sugar are scheduled to by concentration of the 25% capable of
producing a jerky with improvement in the quality of best in terms of their own
chemically the moisture content of 11,70%+0,30; protein 40,79%+0,16; fat
0,70%+0,03 and Aw 0,42+0,01; by test of color having the value of L (37,50+0,99),
a* (6,76+0,33), b*(4,31+0,63); sensory has an interval of 7,96<µ<8,24.Based on
the result shows that the addition of sugar with different concentration of the a jerky
has real impact (P < 0,05) on the moisture content, protein, Aw and the panel
favorite level on appearance and texture.A series of poor results do not markedly
dissimilar can be seen on fat and the panel favorite level on the scent as well as a
sense of a jerky squid.

Keywords: Squid, Sugar, Jerky, Quality of jerky

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi dengan judul
Pengaruh Penambahan Gula Pasir dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Mutu
Dendeng Cumi-cumi (Loligo chinensis) ini dapat terselesaikan. Penelitian ini mencoba
memberikan informasi mengenai konsentrasi terbaik gula pasir dalam pembuatan
dendeng cumi-cumi ditinjau dari segi sensoris dan kimiawi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa untuk menyelesaikan skripsi ini tentunya
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih atas bimbingan, saran, dan kerjasamanya kepada:
1. Ibu Ulfah Amalia, S. Pi., M. Si selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas
arahan, koreksi, nasehat, serta perhatian demi kelancaran penyusunan skripsi ini;
2. Bapak Romadhon, S. Pi., M. Biotech selaku dosen pembimbing II, terima kasih
telah banyak meluangkan waktunya untuk perbaikan skripsi ini;
3. Panitia ujian skripsi, terima kasih atas waktu dan kesabarannya, sehingga ujian
skripsi berjalan dengan lancar; dan
4. Keluarga, sahabat serta teman seperjuangan juga pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, saran
dan kritik kearah perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, Februari 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENJELASAN .................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xv

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Perumusan dan Pendekatan Masalah .................................................. 3
1.2.1. Perumusan Masalah................................................................... 3
1.2.2. Pendekatan Masalah.................................................................. 5
1.3. Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 6
1.3.1. Tujuan ....................................................................................... 6
1.3.2. Manfaat ..................................................................................... 6
1.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ........................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 9


2.1. Cumi-cumi (Loligo chinensis)............................................................ 9
2.2. Definisi Dendeng Segi Fisik .............................................................. 11
2.3. Proses Pembuatan Dendeng ............................................................... 12
2.4. Gula Pasir ........................................................................................... 14
2.5. Standar Mutu Dendeng Cumi-cumi ................................................... 15
2.6. Analisa Pengujian ............................................................................... 16
2.6.1. Kadar Air .................................................................................. 16
2.6.2. Kadar Protein............................................................................ 17
2.6.3. Aw ............................................................................................. 17
2.6.4. Kadar Lemak ............................................................................ 17

ix
2.6.5. Warna ....................................................................................... 18
2.6.6. Tingkat Kesukaan Panelis (Hedonik) ....................................... 19

III. MATERI DAN METODE ......................................................................... 20


3.1. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 20
3.2. Materi Penelitian ................................................................................ 21
3.2.1. Bahan dan Alat Pembuatan Produk ........................................ 21
3.2.2. Bahan dan Alat Pengujian Produk ......................................... 22
3.3. Metode Penelitian ............................................................................... 23
3.4. Analisis Mutu Dendeng Cumi-cumi Hasil Penelitian ........................ 28
3.4.1.Kadar Protein (SNI No.01-2354.4-2006)
(Badan Standarisasi Nasional, 2006)..................................... 28
3.4.2. Kadar Air (SNI No.2908-2013)
(Badan Standarisasi Nasional, 2013 ....................................... 29
3.4.3. Tingkat Kesukaan Panelis (Hedonik)
(Setyaningsih et al., 2010) ..................................................... 29
3.4.4. Aw (AOAC, 2005) .................................................................. 30
3.4.5. Kadar Lemak (SNI No. 2908:2013)
(Badan Standarisasi Nasional, 2013)...................................... 31
3.4.6. Analisis Warna (Chroma meter CR-410)
(Instruction Manual, 2013) ................................................... 33
3.5. Rancangan Percobaan ........................................................................ 33
3.6. Analisis Data ...................................................................................... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 35


4.1. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi
(Loligo chinensis) pada Pra Penelitian .............................................. 35
4.1.1. Kenampakan ............................................................................. 36
4.1.2. Aroma ....................................................................................... 37
4.1.3. Rasa .......................................................................................... 37
4.1.4. Tekstur ...................................................................................... 38
4.2. Kadar Air Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) .................................. 39
4.3. Kadar Protein Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) ............................ 41
4.4. Nilai Aw Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) .................................... 43
4.5. Kadar Lemak Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) ............................ 45
4.6. Warna Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)........................................ 47
4.6.1. Nilai L (Kecerahan) .................................................................. 48
4.6.2. Nilai a* (Merah/Hijau) ............................................................. 49
4.6.3. Nilai b* (Kuning/Biru) ............................................................. 50
4.6.4. Nilai °Hue ................................................................................. 50
4.7. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi
(Loligo chinensis) .............................................................................. 51
4.7.1. Kenampakan ............................................................................. 52
4.7.2. Aroma ....................................................................................... 53
4.7.3. Rasa .......................................................................................... 54
4.7.4. Tekstur ...................................................................................... 55

x
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 56
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 56
5.2. Saran .................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 57

LAMPIRAN ........................................................................................................ 60

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 96

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Kandungan Gizi pada Cumi-cumi ................................................................. 11

2. Standar Mutu Dendeng Sapi Menurut SNI 2908:2013 ................................. 15

3. Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Produk Dendeng


Cumi-cumi ..................................................................................................... 21

4. Alat yang Digunakan dalam Pembuatan Produk Dendeng


Cumi-cumi ..................................................................................................... 22

5. Bahan yang Digunakan dalam Pengujian Kimiawi Dendeng


Cumi-cumi ..................................................................................................... 22

6. Alat yang Digunakan dalam Pengujian Kimiawi Dendeng


Cumi-cumi ..................................................................................................... 23

7. Matriks Penelitian .......................................................................................... 34

8. Hasil Pengujian Warna pada Dendeng Cumi-cumi dengan


Chromameter ................................................................................................. 47

9. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)


dengan Penambahan Gula Pasir Metode Pengolesan (A) ............................... 63

10. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)


dengan Penambahan Gula Pasir Metode Perendaman (B) .............................. 64

11. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)


dengan Penambahan Gula Pasir Metode Penaburan (C) ................................. 65

12. Hasil Uji Kadar Air Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda........................................ 70

13. Hasil Uji Kadar Protein Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda........................................ 72

14. Hasil Uji Aw Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan


Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda................................ …… 74

15. Hasil Uji Kadar Lemak Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda................................ ........ 76

16. Hasil Uji Warna (Chromameter) Dendeng Cumi-cumi


(L. chinensis) dengan Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang

xii
Berbeda.................................................................................................... 78

17. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)


dengan Penambahan Gula Pasir Konsentrasi 15%.................................. 86

18. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)


dengan Penambahan Gula Pasir Konsentrasi 25%.................................. 87

19. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)


dengan Penambahan Gula Pasir Konsentrasi 35%................................... 88

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Skema Pendekatan Masalah ........................................................................... 7

2. Acuan Nilai lightness, a dan b untuk Analisa Warna .................................... 18

3. Proses Pengolahan Dendeng Cumi-cumi dengan Penambahan


Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda ............................................................ 27

4. Nilai Hedonik Dendeng Cumi-cumi dengan Metode Penambahan


Gula Pasir yang Berbeda (A) dendeng cumi-cumi direndam dalam
larutan bumbu + gula pasir; (B) cumi-cumi direndam dalam larutan
bumbu kemudian dioles dengan larutan gula pasir; (C) cumi-cumi
direndam dalam larutan bumbu kemudian ditabur gula pasir utuh.............. 35

5. Kadar Air Dendeng Cumi-cumi dengan Konsentrasi Gula Pasir


yang Berbeda ................................................................................................. 39

6. Kadar Protein Dendeng Cumi-cumi dengan Konsentrasi Gula Pasir


yang Berbeda ................................................................................................. 41

7. Aw Dendeng Cumi-cumi dengan Konsentrasi Gula Pasir


yang Berbeda ................................................................................................. 43

8. Kadar Lemak Dendeng Cumi-cumi dengan Konsentrasi Gula Pasir


yang Berbeda ................................................................................................. 45

9. Nilai Hedonik Dendeng Cumi-cumi dengan Konsentrasi Penambahan


Gula Pasir yang Berbeda ................................................................................ 51

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Lembar Uji Hedonik Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi
(L. chinensis) dengan Penambahan Gula Pasir pada Sampel A, B dan C...... 61

2. Hasil Uji Hedonik Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi


(L. chinensis) dengan Metode Penambahan Gula Pasir yang Berbeda .......... 63

3. Analisis Uji Hedonik Kesukaan Panelis Pra Penelitian ................................. 66

4. Hasil Uji Kadar Air ........................................................................................ 70

5. Hasil Uji Kadar Protein .................................................................................. 72

6. Hasil Uji Aw ................................................................................................... 74

7. Hasil Uji Kadar Lemak .................................................................................. 76

8. Hasil Uji Warna (Chromameter) ................................................................... 78

9. Hasil Uji Hedonik Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi


(L. chinensis) dengan Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang
Berbeda .......................................................................................................... 86

10. Analisis Uji Hedonik Kesukaan Panelis Penelitian Utama ............................ 91

11. Dokumentasi Penelitian ................................................................................. 93

xv
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cumi-cumi (Loligo chinensis) merupakan salah satu jenis dari kelompok

hewan lunak yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Kelebihan dari cumi-cumi

(L. chinensis) adalah daging putih yang disukai oleh masyarakat. Cumi-cumi (L.

chinensis) memiliki sifat mudah mengalami pemunduran mutu sehingga perlu

dilakukan penanganan dan pengolahan. Cumi-cumi (L. chinensis) menjadi

komoditas penting di bidang perikanan komersial. Menurut Balai Karantina Ikan

dan Pengendalian Mutu (2018), potensi sumberdaya perairan laut cukup besar di

perairan Indonesia. Produksi cumi-cumi di Indonesia pada tahun 2018 hingga bulan

Februari sebesar 4.469.300 kg.

Beberapa produk cumi-cumi ready to cook yang telah diawetkan diantaranya

cumi-cumi kering dan cumi-cumi asin. Menurut Hulalata et al. (2013), cumi-cumi

mudah mengalami penurunan mutu sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih

lanjut. Cumi-cumi kering dan cumi-cumi asin diolah secara sederhana melalui

proses pengeringan dengan bumbu hanya berupa garam atau tanpa garam.

Alternatif lain untuk pengawetan cumi-cumi (L. chinensis) adalah dengan

mengolah cumi-cumi menjadi produk dendeng, dimana cumi-cumi kering diberi

penambahan gula pasir dan diikuti dengan proses pengeringan sehingga dapat

menghasilkan produk yang awet. Menurut Evanuarini dan Huda (2011), dendeng

merupakan salah satu bentuk pengawetan daging tradisional di Indonesia, yang

diproduksi secara meluas dan dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat.

Dendeng sangat populer di Indonesia karena merupakan makanan setengah basah.

1
2

Gula pasir merupakan bahan tambahan yang terbuat dari sari tebu dan

dikristalkan membentuk serbuk-serbuk seperti pasir. Gula pasir memiliki

kenampakan putih bersih dan kadar air yang rendah sehingga menjadi alternatif

sebagai pengawet dalam pembuatan dendeng. Gula pasir dapat membantu dalam

mengurangi kadar air pada saat proses pengeringan sehingga dapat mencegah

pertumbuhan mikroorganisme dan juga kerja enzim. Selain itu, kandungan air

dalam gula pasir lebih rendah apabila dibandingkan dengan gula merah yang pada

umumnya digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan dendeng, sehingga

penggunaan gula pasir merupakan alternatif untuk memperbaiki mutu terhadap

produk dendeng. Menurut Husna et al. (2014), kadar air dendeng dengan

penambahan gula merah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan dendeng dengan

penambahan gula pasir. Hal ini dikarenakan masing-masing jenis gula memiliki

kandungan air yang berbeda. Gula merah memiliki kandungan air sebesar 3,5%,

sedangkan gula pasir sebesar 1%. Selain itu, perbedaan kadar air juga disebabkan

oleh kandungan senyawa yang berbeda didalam gula pasir dan gula merah. Gula

pasir terdiri atas 99,8% sukrosa dan 0,2% terdiri dari senyawa lain, sedangkan gula

merah terdiri dari 92% sukrosa dan 8% senyawa lain. Adanya kandungan seyawa

lain yang lebih tinggi pada gula merah menyebabkan dendeng dengan gula merah

dapat mengikat air lebih banyak, sehingga kadar air lebih tinggi.

Dendeng yang memiliki kualitas yang baik akan mudah diterima oleh

konsumen. Kualitas dendeng yang baik dilihat dari segi warna, rasa, dan aroma.

Dendeng pada umumnya memiliki kenampakan warna coklat kehitaman, rasa dan

aroma khas produk dendeng. Menurut Agustini (2012), kualitas dendeng

dipengaruhi oleh bahan baku dan lama proses perendaman dalam bumbu. Lama
3

perendaman berfungsi untuk meresapkan bumbu masuk kedalam daging. Dendeng

dengan kualitas yang baik adalah dendeng yang memiliki warna coklat, aroma khas

dendeng serta memiliki rasa manis khas dendeng.

Penelitian dengan perlakuan penambahan gula pasir sebagai pemanis dan

pengawet pada pengolahan dendeng cumi-cumi dilakukan untuk mengetahui

kenampakan warna yang dihasilkan dan mutu dendeng cumi-cumi ditinjau dari segi

kimiawi. Penelitian ini dilakukan karena penggunaan gula pasir dapat

mempengaruhi warna dan kandungan proksimat dendeng cumi-cumi yang

dihasilkan. Penelitian ini juga dilakukan sebagai alternatif lain untuk pengolahan

dendeng yang biasanya menggunakan gula merah.

1.2. Perumusan dan Pendekatan Masalah


1.2.1. Perumusan Masalah
Pembuatan dendeng secara umum dilakukan oleh masyarakat dari hasil

ternak seperti ayam dan sapi. Pembuatan dendeng dengan pemanfaatan hasil

perikanan biasanya menggunakan ikan sebagai bahan baku. Pemanfaatan hasil

perikanan seperti cumi-cumi hanya dilakukan proses pengeringan menjadi cumi-

cumi kering. Pemanfaatan cumi-cumi sebagai produk dendeng hanya dilakukan di

daerah Kepulauan Riau. Pembuatan dendeng dengan bahan baku cumi-cumi dapat

menimbulkan aroma amis yang kuat. Penambahan gula pasir dalam pembuatan

dendeng sekaligus bumbu-bumbu yang ditambahkan dapat menghasilkan aroma

yang tidak amis dan kenampakan yang menarik.

Proses penambahan gula akan berperan terhadap pengikatan molekul air yang

akan berpengaruh terhadap proses kemunduran mutu. Menurut Septya et al. (2017),

larutan gula yang diberikan pada suatu produk dapat meningkatkan tekanan
4

osmosis yang tinggi sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan produk

akan lebih awet. Gula dapat menyebabkan sebagian air yang ada menjadi tidak

tersedia untuk pertumbuhan mikroba dan aktivitas air dari produk akan menurun.

Hal ini disebabkan gula akan mengikat air dalam produk sehingga berfungsi sebagai

pengawet.

Pembuatan dendeng pada umumnya menggunakan gula sebagai pemanis dan

pengawet. Sebagian besar penambahan gula pada pembuatan dendeng yang

dilakukan oleh masyarakat tidak ada perhitungan secara kuantitatif masih sebatas

perkiraan. Penambahan gula berpengaruh terhadap warna dan aroma yang akan

dihasilkan pada produk dendeng. Perbedaan warna diakibatkan oleh gula yang

ditambahkan sebelumnya telah mengalami reaksi browning pada saat pembuatan

gula tersebut.Semakin tinggi konsentrasi gula yang ditambahkan maka akan

semakin gelap warna dendeng yang dihasilkan. Menurut Ranger et al. (2017), gula

yang ditambahkan pada produk dan dengan peningkatan suhu menyebabkan reaksi

browning yang akan menyebabkan perubahan warna. Reaksi browning pada gula

diakibatkan dari reaksi karamelisasi yang mana reaksi terjadi antara gula dengan

suhu.

Penambahan gula pasir dalam pembuatan dendeng dapat menyamarkan

aroma amis pada cumi-cumi kering yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

dendeng. Hilangnya aroma amis pada dendeng cumi-cumi akan mempengaruhi

terhadap tingkat kesukaan konsumen. Aroma amis pada dendeng cumi-cumi dapat

tersamarkan karena terjadinya reaksi maillard pada saat poses pengeringan

belangsung. Terjadinya reaksi maillard akan menghasilkan aroma dari senyawa

maltol yang dapat menyamarkan aroma amis. Menurut Nisa dan Wardani (2016),
5

aroma dalam suatu produk dianggap penting karena dapat memberikan hasil

penilaian terhadap produk terkait diterima atau tidaknya suatu poduk. Adanya

reaksi maillard yang terjadi akibat reaksi antara gugus amino dan gula pereduksi.

Reaksi maillard melalui degradasi strecker akan menghasilkan senyawa aroma

yang enak akibat terbentuknya senyawa maltol.

Hal tersebut dapat dirumuskan bahwa gula pasir akan mempengaruhi mutu

serta kenampakan warna dari dendeng cumi-cumi. Konsentrasi gula pasir akan

berpengaruh terhadap warna, serta kandungan proksimat dari dendeng cumi-cumi.

1.2.2. Pendekatan masalah

Gula pasir dalam pengolahan dendeng cumi-cumi berperan sebagai pemanis,

pengawetan dan juga pemberi cita rasa. Gula pasir memiliki kemampuan dalam

mengikat air. Jumlah gula pasir yang digunakan dalam pembuatan produk akan

mempengaruhi tekstur, warna dan rasa dari produk. Beberapa penelitian terkait

penggunaan gula pasir dalam memperpanjang produk perikanan telah dilakukan,

antara lain: Evanuarini dan Huda (2011), menyatakan bahwa pembuatan dendeng

sapi dengan penambahan gula sebesar 30% lebih baik ditinjau dari segi kimiawi

yaitu Aw dengan nilai 0,539 dibandingkan dengan dendeng sapi yang ditambahkan

gula pasir sebesar 0%, 10% dan 20%; Lebih lanjut Husna et al. (2014), menyatakan

bahwa pembuatan dendeng ikan leubium (Canthidermis maculatus) dengan

penambahan gula pasir sebesar 20% diketahui memiliki pengaruh yang lebih baik

dibandingkan dendeng yang ditambahkan gula merah dengan konsentrasi yang

sama. Hal ini dibuktikan dari segi fisik dan kimiawi yaitu dengan hasil kadar air

8,20%, kadar protein 53,94%, kadar abu tidak larut asam 0,36%, nilai organoleptik

warna 3,28 (biasa), aroma 3,35 (biasa), rasa 3,33 (biasa) dan tekstur 3,15 (biasa).
6

Oleh karena itu, pada penelitian ini, dilakukan pembuatan dendeng cumi-

cumi dengan penambahan gula pasir dengan konsentrasi 15%, 25% dan 35%.

Kemudian dilakukan pengujian pada dendeng cumi-cumi dengan parameter antara

lain: kadar air, kadar protein, Aw, kadar lemak, analisa warna dan hedonik.

1.3. Tujuan dan Manfaat


1.3.1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penambahan gula pasir dengan konsentrasi yang berbeda terhadap

mutu dendeng cumi-cumi (L. chinensis); dan

2. Kualitas dendeng cumi-cumi (L. chinensis) terbaik hasil penelitian dari segi

sensoris dan kimiawi.

1.3.2. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang

pengolahan dendeng cumi-cumi (L. chinensis) dengan menemukan kualitas terbaik

dari penambahan gula pasir.

1.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2017 sampai Januari 2018.

Lokasi pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi beberapa tempat, yaitu:

1. Pembuatan dendeng cumi-cumi, pengujianAw, kadar air, kadar protein dan

kadar lemak dan hedonik di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan,

Universitas Diponegoro; dan

2. Pengujian warna dilakukan di Laboratorium Kimia, Universtitas Katolik

Soegijapranata.
7

Permasalahan
1. Pembuatan dendeng dari hasil perikanan seperti cumi-cumi
masih jarang;
2. Proses pembuatan dendeng sebagian besar pada masyarakat
dilakukan dengan takaran gula tidak ada perhitungan secara
kuantitatif masih sebatas perkiraan;
3. Konsentrasi gula pasir dapat mempengaruhi warna dan aroma
I
dendeng; dan
N 4. Belum adanya penelitian mengenai dendeng cumi-cumi.
P
U
T Pendekatan Masalah
Evanuarini dan Huda (2011), menyatakan bahwa penambahan
B gula pasir sebanyak 30% pada pembuatan dendeng sapi lebih baik
A dengan nilai Aw sebesar 0,539 Lebih lanjut Husna et al. (2014), juga
L melakukan pembuatan dendeng ikan leubium (C. maculatus) dengan
I penambahan gula pasir sebanyak 20% lebih baik dibandingkan
K dendeng dengan gula merah dengan konsentrasi yang sama
dibuktikan dari segi fisik dan kimiawi dendeng.

U
Pra Penelitian
Pembuatan dendeng cumi-cumi (L. chinensis) dengan metode M
penambahan gula pasir konsentrasi 25% yang berbeda yaitu P
pengolesan, perendaman dan penaburan. Selanjutnya dilakukan uji A
hedonik dendeng cumi-cumi. N

P B
R Penelitian Utama A
O Sampel dendeng cumi-cumi (L. chinensis) dengan perlakuan L
S terbaik dari nilai hedonik yang diperoleh pada pra penelitian I
E kemudian dilakukan pembuatan dendeng cumi-cumi dengan K
penambahan konsentrasi gula pasir yang berbeda yaitu 15%, 25%
S
dan 35%.

Pengujian Dendeng Cumi-cumi


1. Kadar protein 4. Hedonik
2. Kadar air 5. Analisis warna
3. Aw 6. Kadar lemak

O Data
U
T
Analisis Data
P
U
T Kesimpulan
B Gambar 1. Skema Pendekatan Masalah
A
L
I
K
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cumi-cumi (Loligo chinensis)

Cephalopoda merupakan mollusca yang tidak memiliki cangkang luar seperti

mollusca lainnya. Jenis cephalopoda yang sering dijumpai di perairan laut adalah

cumi-cumi. Cumi-cumi dapat menangkap mangsa dengan menggunakan jari-jari

yang memiliki mangkuk-mangkuk penghisap. Gigi yang dimiliki oleh cumi-cumi

menyerupai paruh burung yang tajam. Cara yang dilakukan oleh cumi-cumi untuk

menyelamatkan diri dari mangsa maupun lawannya adalah dengan cara mengelabui

menggunakan cairan tinta yang dimilikinya sehingga kondisi perairan yang berada

disekitar cumi-cumi tersebut akan menjadi gelap, sehingga mangsa maupun lawan

cumi-cumi akan kehilangan arah (Kuncoro, 2008).

Cumi-cumi termasuk hewan karnivora karena memiliki kebiasaan

memakan hewan-hewan seperti udang dan ikan-ikan pelagis yang ditangkap dengan

tentakelnya. Cumi-cumi memiliki ciri morfometrik kepala besar, leher dan mantel

yang bersatu dengan bagian dorsal. Mantel membentuk lonjong membundar pada

ujung posterior. Sirip-siripnya bersatu pada bagian posterior di sekitar ujung mantel

yang cukup besar dan tebal, memiliki lima pasang lengan yang mana satu pasang

diantaranya lebih panjang dari yang lain yang disebut tentakel. Bentuk tubuh yang

dimiliki oleh cumi-cumi yaitu simetri bilateral dan dapat dibedakan atas kepala,

leher dan mantel. Mulut dari cumi-cumi terdapat pada bagian tengah kepala serta

dilengkapi sepasang tentakel yang panjang dan empat pasang tentakel pendek.

Ukuran lebar kepala cumi-cumi hampir sama dengan ukuran mantel. Mantel cumi-

cumi membentuk kerucut di bagian posterior (Ismail et al., 2013).

9
10

Indonesia memiliki wilayah perairan laut seluas sekitar 5,8 juta km2. Tahun

1995 hasil tangkapan cumi-cumi hanya sekitar 27.575 ton atau 0,8% dari produksi

total perikanan di Indonesia. Cephalopoda terdiri dari 700 spesies yang telah

diketahui hidup tersebar di lapisan permukaan laut, baik diperairan kutub maupun

perairan tropis. Beberapa cephalopoda memiliki nilai komersial dan merupakan

salah satu sumberdaya hayati yang penting dalam sektor perikanan laut.

Cephalopoda yang hidup di perairan laut Indonesia dan teridentifikasi sebanyak 100

jenis, namun yang memiliki potensi yang cukup besar adalah Sepioteuthis

lessoniana. Cumi-cumi jantan dapat mencapai ukuran panjang mantel 36 cm

dengan bobot tubuh 1,8 kg, sedangkan betina mampu mencapai ukuran mantel 8-

20 cm (Roper et al., 1984).

Menurut Sudjoko (1988), cumi-cumi merupakan hewan berdaging lunak

menyerupai abalone, tidak bertulang, tetapi berupa jaringan otot yang panjang

melingkar diseluruh bagian tubuh. Tubuh cumi-cumi berbentuk seperti kantong

atau mantel yang membungkus semua organ dalam, kepala, jaringan syaraf, mulut

dan tentakel. Cumi-cumi tidak memiliki struktur kerangka tulang untuk menopang

jaringan otot dari tubuhnya. Sebagai penggantinya, jaringan otot melekat kuat di

antara lapisan-lapisan selaput penghubung yang sangat kuat. Lapisan ini secara

bersama-sama memberi perlindungan kepada cumi-cumi terhadap pengaruh

lingkungan. Secara alami tekstur daging menjadi kompak dan kuat oleh adanya

jaringan selaput dan hal ini akan menjadikan rasa yang khas apabila dimakan.

Cumi-cumi memiliki struktur otot yang berbeda dengan ikan. hal ini diperkuat oleh

Effendie (1989), ikan memiliki urat daging bergaris diseluruh tubuh terdiri dari

kumpulan blok urat daging. Urat daging yang menempel pada tubuh ikan tersusun
11

menurut pola tertentu. Urat daging yang terdapat dikedua sisi tubuh ikan dapat

dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah. Kedua bagian

dipisah oleh selaput yang mana dibagian permukaan selaput terdapat urat daging

yang menutupi yang mengandung lemak yang biasa disebut urat daging merah.

Menurut Santoso et al. (2007), komponen terbesar yang terkandung pada

cumi-cumi adalah air dan protein, diikuti abu dan lemak. Kandungan gizi pada

cumi-cumi tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi pada Cumi-cumi


Spesifikasi Jumlah (%)
Kadar Air 84,01 + 0,40
Kadar Abu 0,30 + 0,08
Kadar Protein 14,65 +1,33
Kadar Lemak 0,24 + 0,11
Sumber: Santoso et al., (2007)

2.2. Definisi Dendeng Segi Fisik

Dendeng merupakan salah satu produk awetan dari daging. Dendeng

termasuk produk yang sudah populer dan banyak dinikmati oleh masyarakat.

Kualitas dendeng dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah bahan baku

yang digunakan dan lama perendaman di dalam bumbu. Proses perendaman

berfungsi agar bumbu menyerap ke dalam daging (Agustini, 2012).

Dendeng merupakan lembaran daging yang dikeringkan dengan

menambahkan campuran garam, gula serta bumbu lainnya. Dendeng memiliki cita

rasa yang spesifik. Perubahan pola pikir dan zaman dapat mempengaruhi berbagai

macam makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Dendeng merupakan salah satu
12

makanan yang dapat dijadikan lauk yang sangat digemari (Evanuarini dan Huda,

2011).

Produk awetan yang telah lama dikenal di Indonesia antara lain adalah

dendeng. Dendeng merupakan produk olahan tradisional yang merupakan hasil

kombinasi dari proses curing dan pengeringan. Pembuatan dendeng merupakan

salah satu alternatif pengolahan bahan pangan agar masa simpannya relatif lama.

Cara pengolahan yang baik pada produk dendeng dapat disimpan selama berbulan-

bulan tanpa mengalami penurunan mutu (Veerman et al., 2011).

Dendeng merupakan salah satu jenis pangan yang memiliki tekstur semi padat

dimana pembuatanya dilakukan secara tradisional dengan potongan otot atau

daging dari berbagai hewan dan memiliki daya simpan yang tinggi akibat

pengeringan dengan mengurangi Aw (Jin et al., 2015).

2.3. Proses Pembuatan Dendeng

Penambahan gula pada pembuatan dendeng bertujuan sebagai pengawet dan

pemberi cita rasa. Gula yang ditambahkan pada pembuatan dendeng dilakukan pada

saat pencampuran dengan bumbu. Proses pembuatan dendeng dapat dilakukan

dengan menggunakan metode sayat. Teknik dasar dalam melakukan penyayatan

adalah dengan membentuk suatu lembaran yang tipis dengan ketebalan + 20 mm.

Kemudian dilanjuti dengan proses pencampuran dengan gula, garam dan bumbu

lainnya serta dilanjuti dengan proses pengeringan (Evanuarini dan Huda, 2011).

Dendeng merupakan bahan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

daging atau ikan yang memiliki bentuk tipis dan lebar dengan dilakukan proses

pemberian bumbu dan pengeringan. Pengolahan dendeng dimulai dengan


13

pembuatan fillet ikan, pembuatan bumbu dan konsentrasi gula kemudian

pengeringan. Pembuatan fillet ikan dilakukan untuk memisahkan daging dari tulang

dan kulit ikan. setelah dilakukan pembuatan fillet, dilanjutkan pembuatan

konsentrasi gula yang dilakukan dengan dilarutkan ke dalam air. Larutan gula

ditambahkan pada bahan sebelum penaburan bumbu. Setelah penaburan bumbu

dilakukan proses pengeringan menggunakan plat seng (Frans et al., 2016).

Penambahan gula pada pembuatan dendeng dilakukan pada saat pembuatan

larutan bumbu.Salah satu jenis ikan yang dapat diolah menjadi dendeng adalah ikan

leubium (Canthidermis maculatus). Proses pembuatan dendeng ikan leubium

dilakukan dengan cara penyayatan. Menurut Husna et al. (2014), tahap awal

pembuatan dendeng dengan cara ikan disiangi dengan membuang bagian tubuh

ikan yang tidak dibutuhkan lalu dicuci bersih. Daging ikan leubiumdisayat

mengikuti bentuk ikan dengan ketebalan 3-5 mm dan direndam dalam larutan

garam 2% (20 g dilarutkan dalam 1 L air) selama 15 menit kemudian ditiriskan.

Bumbu yang digunakan terdiri dari 5% garam, jahe 1%, gula 20%, lengkuas 3%,

asam jawa 4%, ketumbar 10%, bawang putih 10% dan bawang merah 5%.

Kemudian bumbu-bumbu dihaluskan dan ditambah air sebanyak 500 ml. Proses

perebusan dilakukan selama 30 menit kemudiandidinginkan, selanjutnya daging

ikan yang telah disayat dimasukkan dalam larutan bumbu dan didiamkan

selama+12 jam. Pengeringan ikan dilakukan dengan menggunakan pengering

kabinet pada suhu 70°C selama 15 jam.


14

2.4. Gula Pasir

Proses pengolahan dendeng pada umumnya menggunakan pengawet alami

seperti garam dan gula. Proses pengolahan dendeng yang menggunakan

penambahan gula bertujuan untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa tertentu

pada produk dendeng. Penambahan gula pada dendeng dapat menurunkan kadar air

pada dendeng sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen

(Husna et al., 2014).

Gula memiliki peranan yang penting pada proses pengolahan dan pengawetan

bahan makanan terutama pada pembuatan dendeng. Proses pembuatan dendeng

dengan penambahan gula bertujuan dalam pengawetan dan memberikan cita rasa

khas pada dendeng. Fungsi gula pada konsentrasi yang tinggi pada produk akan

menyebabkan ketidaktersediaan air pada produk, sehingga mikrorganisme tidak

dapat tumbuh (Evanuarini dan Huda, 2011).

Kadar air dan nilai Aw merupakan salah satu parameter yang paling

berpengaruhterhadap perubahan dendeng dengan perlakuan gula 30%+3%. Hal

tersebut berpengaruh karena sifat alami gula yang merupakan hidrofilik. Interaksi

antara larutan hidrofilik dengan larutan air dengan ikatan hidrogen. Perbedaan nilai

Aw pada tiap sampel dendeng dipengaruhi kekuatan ikatan air pada masing-masing

komponen gula. Fruktosa memiliki tingkat kelarutan tinggi pada air yang

menyebabkan mudahnya terikat pada protein (Wongwiwat dan Wattanachant,

2014).

Gula merupakan bahan yang penting dalam pembuatan dendeng.

Penambahan gula dapat memberikan dan memodifikasi rasa, memperbaiki aroma,

warna dan tekstur produk pada bahan yang diolah. Pemberian gula dengan
15

konsentrasi 20% dalam pembuatan dendeng menghasilkan warna dendeng menjadi

coklat kehitaman dan tekstur yang empuk. Penambahan gula dengan konsentrasi

yang semakin tinggi akan membuat rasa dendeng akan semakin lemah rasa dan

aroma bahan baku (Febrianingsih et al., 2016).

Fungsi utama gula dalam pembuatan dendeng adalah untuk memodifikasi

rasa dan menurunkan kadar air yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk

pertumbuhannya. Warna coklat yang dihasilkan dalam pembuatan dendeng akibat

adanya reaksi maillard. Reaksi maillard merupakan reaksi antara gula pereduksi

dari gula campuran dan gugus amino primer dari asam amino yang berasal dari

protein. Prinsip dari reaksi maillard adalah reaksi antara gula tereduksi dengan

bahan bahan yang mengandung kelompok amino bebas seperti asam amino (Dewi

dan Ibrahim, 2006).

2.5. Standar Mutu Dendeng Cumi-cumi

Standar mutu produk dendeng cumi-cumi biasanya mengacu pada Standar

Nasional Indonesia 2908:2013 tentang dendeng sapi (Badan Standarisasi Nasional,

2013). Persyaratan mutu dendeng sapi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar Mutu Dendeng Sapi Menurut SNI 2908:2013


Kriteria uji Satuan Persyaratan
Keadaan
Bau - Normal
Warna - Normal
Kadar air (b/b) % Maks. 12
Kadar lemak (b/b) % Maks. 3
Kadar protein (Nx 6,25) (b/b) % Min. 18
Abu tidak larut dalam asam (b/b) % Maks. 0,5
16

Lanjutan Tabel 2.
Cemaran logam
Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,3
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0
Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03
Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 0,5
Cemaran mikroba
Angka lempeng total koloni/g Maks. 1 x 105
Escherichia coli APM/g <3
Salmonella sp. - Negatif / 25 g
Staphylococcus aureus koloni/g Maks. 1 x 102
Bacillus cereus koloni/g Maks. 1 x 103
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2013)

2.6. Analisa Pengujian Dendeng Cumi-cumi


2.6.1. Kadar Air

Menurut Badan Standarisasi Nasional (2013), kadar air produk dendeng yang

memenuhi persyaratan mutu dengan batas maksimum 12%. Prinsip dari pengujian

kadar air dihitung berdasarkan bobot yang hilang selama pemanasan dalam oven

pada suhu (125+1)°C. Kadar air yang terdapat dalam contoh dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

W1−W2
Kadar air (%) = (W1−W0) x 100%

Keterangan:

W0 : Bobot cawan kosong dan tutupnya (g)

W1 : Bobot cawan, tutup dan sampel sebelum dikeringkan (g)

W2 : Bobot cawan, tutup dan sampel setelah dikeringkan (g)


17

2.6.2. Kadar Protein

Prinsip pengujian kadar protein pada contoh adalah contoh didestruksi untuk

melepaskan nitrogen dari protein sebagai garam amonium. Garam amonium

tersebut diuraikan menjadi NH3 pada saat proses destilasi menggunakan NaOH.

NH3 yang dibebaskan dan diikat dengan asam borat menghasilkan ammonium borat

secara kuantitatif dititrasi dengan larutan asam sehingga diperoleh total nitrogen.

Kadar protein diperoleh dari hasil kali total nitrogen dengan 6,25 (Badan

Standarisasi Nasional, 2013).

2.6.3. Aw

Aktivitas air (Aw) merupakan salah satu parameter dari air yang merupakan

bagian dari keamanan pagan. Aw merupakan tekanan uap air parsial dari dalam

sampel dibagi dengan standar tekanan uap air parsial. Standar umum Aw pada ilmu

teknologi pangan di definisikan atas tekanan uap air sebagian dari air murni pada

temperatur yang tetap. Sejumlah metode pengukuran nilai Aw dapat diketahui

dengan resistive electrolytic, capacitance hygrometer dan den point hygrometer

(Safefood 360, 2014).

2.6.4. Kadar Lemak

Pengujian kadar lemak pada contoh dilakukan degan tiga tahap yaitu

hidrolisis, ekstraksi dan perhitungan. Prinsip dari pengujian kadar lemak adalah

lemak dalam contoh dihidrolisis dengan menggunakan HCl kemudian diekstraksi

dengan petroleum eter. Ekstrak petroleum eter yang diperoleh kemudian diuapkan

sampai kering dan kadar lemak dihitung secara gravimetri (Badan Standarisasi

Nasional, 2013).
18

2.6.5. Warna

Menurut Sebayang (2015), pengukuran warna pada contoh dilakukan dengan

menggunakan alat chromameter. Chromameter menginterpretasikan warna pada

contoh ke dalam tiga nilai yaitu nilai lightness, a dan b. Lightness merupakan nilai

yang digunakan untuk mengukur tingkat kecerahan pada contoh. Nilai lightness

memiliki kisaran nilai antara 0 sampai 100. Nilai a menyatakan warna kromatik

campuran merah hijau, dengan asumsi nilai a positif dari 0 sampai 100 untuk warna

merah dan nilai a negatif dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Nilai b merupakan

nilai yang menunjukkan warna kromatik warna biru dan kuning. Nilai b positif

berkisar antara 0 sampai 70 untuk warna kuning dan nilai b negatif dari 0 sampai -

70 untuk warna biru. Keterangan nilai lightness, a dan b pada contoh dapat dilihat

pada Gambar 2.

Gambar 2. Acuan Nilai lightness, a dan b untuk Analisa Warna


19

2.6.6. Tingkat Kesukaan Panelis (Hedonik)

Penilaian mutu organoleptik dendeng hanya bisa dilakukan berdasarkan uji

hedonik karena belum adanya standar organoleptik dendeng ikan. Uji hedonik yang

dilakukan meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur pada produk dendeng. Lembar

uji hedonik dilengkapi dengan skor yang menandakan suka atau tidak suka terhadap

produk dendeng (Dewi dan Ibrahim, 2006).


III. MATERI DAN METODE

3.1. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pengaruh konsentrasi gula pasir yang berbeda terhadap dendeng

cumi-cumi (Loligo chinensis).

Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Perbedaan konsentrasi gula pasir tidak berpengaruh terhadap mutu dendeng

cumi-cumi.

H1 : Perbedaan konsentrasi gula pasir berpengaruh terhadap mutu dendeng cumi-

cumi.

Adapun kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

a. Pengujian parametrik

F hitung<F tabel (taraf uji 5%), maka terima H0 dan tolak H1, atau P > 0,05

F hitung> F tabel (taraf uji 5%), maka tolak H0 dan terima H1, atau P<0,05

b. Pengujian non parametrik

X hitung<Xtabel (taraf uji 5%), maka terima H0 dan tolak H1, atau P > 0,05

X hitung>Xtabel (taraf uji 5%), maka tolak H0 dan terima H1, atau P < 0,05

20
21

3.2. Materi Penelitian

3.2.1. Bahan dan Alat Pembuatan Produk

a. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk dendeng cumi-cumi tersaji

pada Tabel 3.

Tabel 3. Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Produk Dendeng Cumi-cumi


Formulasi Produk Dendeng Cumi-cumi
Bahan dalam Penelitian
A B C
Cumi-cumi kering (%) 40 40 40
Cabe merah (%) 5 5 5
Garam(%) 2,5 2,5 2,5
Ketumbar (%) 2 2 2
Bawang putih(%) 10 10 10
Merica (%) 0,25 0,25 0,25
Gula Pasir (%) 15 25 35
Air (%) 25,25 15,25 5,25
Keterangan: A: Dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 15%
B: Dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25%
C: Dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 35%

Cumi-cumi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cumi-cumi kering

dengan panjang badan 24 cm dan berat 27 g/buah dengan total berat cumi-cumi

yang digunakan sebesar 3,5 kg. Cumi-cumi kering yang digunakan adalah cumi-

cumi hasil tangkapan laut nelayan di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, yang

kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari selama 8 jam.

Gula pasir yang digunakan dibeli di Pasar Damar, Semarang. Karakteristik gula

pasir yang digunakan berupa kristal gula dengan warna putih bersih. Gula pasir

yang digunakan sebesar 15%, 25% dan 35%, konsentrasi tersebut didapatkan dari
22

jumlah gula pasir dengan perbandingan jumlah air yang digunakan dalam

pembuatan dendeng.

b. Alat

Alat yang digunakan dalam pembuatan produk dendeng cumi-cumi tersaji

pada Tabel 4.

Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Pembuatan Produk Dendeng Cumi-cumi


Alat Spesifikasi
Timbangan digital Merk : Electronic Kitchen Scale
Ketelitian : 0 g
Palu pemipih Bahan : besi dilapis alumunium
Baskom Bahan : plastik
Loyang Bahan : alumunium
Oven Merk : Binder Germany
Pemanggang Bahan : alumunium
Talenan Bahan : plastik

3.2.2. Bahan dan Alat Pengujian Produk

a. Bahan

Bahan kimia yang digunakan dalam pengujian kimiawi dendeng cumi-cumi

tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Bahan yang Digunakan dalam Pengujian Kimiawi Dendeng Cumi-cumi


Jenis Uji Bahan Kegunaan
Kadar Protein - Dendeng Cumi-cumi Sampel
- Tablet Kjehdahl Zat katalis
- H2SO4 Zat katalis
- NaOH 30% Zat pendestilat
- H3BO4 Zat pendestilat
- HCl 0,02N Zat penitrasi
- Aquadest Zat pelarut
23

Lanjutan Tabel 5. Bahan yang Digunakan dalam Pengujian Kimiawi Dendeng


Cumi-cumi
- Etil eter Zat penghidrolisa
Kadar Lemak - Dendeng Cumi-cumi Sampel
- n-heksan Pelarut sampel
- HCl Zat katalis
- AgNO3 0,1 M Zat katalis
- Aquadest Pelarut
Kadar Air - Dendeng Cumi-cumi Sampel
Analisis Warna - Dendeng Cumi-cumi Sampel
Aw - Dendeng Cumi-cumi Sampel
Uji Hedonik - Dendeng Cumi-cumi Sampel

b. Alat

Alat yang digunakan dalam pengujian kimiawi dendeng cumi-cumi tersaji

pada Tabel 6.

Tabel 6. Alat yang Digunakan dalam Pengujian Kimiawi Dendeng Cumi-cumi


Jenis Uji Alat Spesifikasi
Uji Hedonik - Scoresheet Hedonik -
Kadar Protein - Alat destilasi Fume hood
- Alat destruksi Kjehdahl Merk : KjeltecTM2100
- Pipet tetes Merk : Pyrex
- Gelas ukur Merk : Pyrex
Volume : 100 ml
- Buret Merk : Pyrex
Volume : 50 ml
- Erlenmeyer Merk : Pyrex
Volume : 200 ml
- Timbangan analitik Merk : AdventurerTM Pro
Kadar Air - Cawan Bahan : Alumunium
- Oven Merk : BinderGermany
24

Lanjutan Tabel 6. Alat yang Digunakan dalam Pengujian Laboratorium Dendeng


Cumi-cumi
- Timbangan analitik Merk : AdventurerTM Pro
- Penjepit Bahan : Kayu
- Desikator Bahan : Kaca
Aw - Aw meter Merk : Ro-tronik
Analisis warna - Chroma meter Merk : Konica Minolta
CR-400
Kadar Lemak - Labu lemak Merk : Pyrex
- Soxhlet Merk : Pyrex
- Oven Merk : Binder Germany
- Desikator Bahan : Kaca
- Timbangan analitik Merk : AdventurerTM Pro
- Penangas air Merk : Memmert
- Kertas saring Bahan : Kertas
- Gelas Piala Bahan : Kaca
- Kaca arloji Bahan : Kaca
- Kertas saring bebas lemak Bahan : Kertas

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap penelitian yaitu:

a. Preparasi Sampel

Tahap preparasi sampel dilakukan dengan pembelian bahan baku yaitu cumi-

cumi kering karena penggunaan sampel kering dapat meningkatkan daya simpan

bahan baku dan lebih efisien dalam proses pembuatan dendeng. Cumi-cumi kering

diperoleh dari PD. Adi Anugrah “Food Industry” yang berlokasi di Kota

Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pembelian cumi-cumi kering dilakukan secara

online. Penanganan pada saat pengiriman yaitu cumi-cumi kering dikemas

menggunakan plastik seal dan dimasukkan ke dalam kardus untuk menghindari


25

kontaminasi. Bahan yang akan digunakan sebagai bumbu dan juga gula pasir

diperoleh dari Pasar Damar, Semarang. Konsentrasi gula pasir dalam pembuatan

formulasi bumbu ditambahkan berdasarkan subtitusi dengan air.

b. Pra Penelitian

Pada pra penelitian ini, dilakukan pembuatan produk dendeng cumi-cumi

dengan tiga metode penambahan gula pasir yang berbeda kemudian dilakukan uji

hedonik. Metode penambahan gula pasir dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Cumi-cumi direndam dalam larutan bumbu tanpa gula pasir, kemudian

penambahan gula pasir dengan cara dioles ke permukaan cumi-cumi

secara merata;

2. Cumi-cumi direndam dalam larutan bumbu yang sudah ditambahkan gula

pasir; dan

3. Cumi-cumi direndam dalam larutan bumbu tanpa gula pasir, kemudian

penambahan gula pasir dengan cara ditabur ke permukaan cumi-cumi

secara merata.

c. Penelitian Utama

Berdasarkan pra penelitian, diperoleh bahwa metode terbaik dalam

pembuatan dendeng cumi-cumi adalah melarutkan gula pasir dalam larutan bumbu.

Proses penelitian utama adalah sebagai berikut:

1. Penyiangan

Proses awal pembuatan dendeng cumi-cumi adalah penyiangan. Cumi-

cumi kering dibuang bagian kepala dan fin karena pada pembuatan

dendeng hanya diperlukan bagian badan saja. Proses pembuangan kepala

dan fin dilakukan secara manual menggunakan tangan.


26

2. Pemanggangan

Proses ini dilakukan selama 30 detik menggunakan alat pemanggang.

Fungsi dari proses pemanggangan adalah untuk melayukan bahan baku

yang dapat memudahkan saat proses pemipihan.

3. Pemipihan

Proses pemipihan dilakukan dengan menggunakan alat bantu pemipih

daging. Proses ini bertujuan untuk membuka serat pada daging cumi-cumi

sehingga memudahkan penyerapan bumbu ke dalam daging cumi-cumi.

4. Penambahan Bumbu

Proses selanjutnya adalah penambahan bumbu yang berfungsi untuk

memberikan cita rasa yang khas terhadap produk dendeng. Komposisi

bumbu yang digunakan adalah cabai merah, bawang putih, ketumbar,

merica, garam, air dan gula pasir.

5. Penirisan

Proses penirisan dilakukan dengan alat bantu yaitu baskom plastik sebagai

wadah cumi-cumi dan ditutupi dengan plastik. Proses penirisan dilakukan

selama 2 jam. Hal ini bertujuan agar bumbu lebih meresap ke dalam daging

cumi-cumi.

6. Pengeringan

Proses pengeringan dilakukan menggunakan oven elektrik selama 8 jam

dengan suhu 60°C. Penggunaan oven elektrik agar proses pengeringan

memiliki suhu yang stabil serta merata pada setiap bahan.


27

7. Pengujian

Pengujian dilakukan untuk mengetahui kualitas dendeng cumi-cumi

terbaik hasil penelitian dari segi sensoris dan kimiawi. Diagram alir

pembuatan dendeng cumi-cumi disajikan pada Gambar 3.

Cumi-cumi kering

Penyiangan

Pemanggangan

Pemipihan

Perlakuan penelitian:
Perendaman cumi-cumi dalam - Konsentrasi gula pasir 15%
bumbu+gula pasir - Konsentrasi gula pasir 25%
- Konsentrasi gula pasir 35%

Penirisan

Pengeringan

Pengujian

Gambar 3. Proses Pembuatan Dendeng Cumi-cumi dengan Penambahan Konsentrasi


Gula Pasir yang Berbeda
28

3.4. Analisis Mutu Dendeng Cumi-cumi Hasil Penelitian


3.4.1.Kadar Protein (SNI No. 01-2354.4-2006) (Badan Standarisasi Nasional,
2006)

Penentuan kadar protein pada sampel dendeng cumi-cumi dilakukan dengan

menggunakan metode Mikro Kjeldahl. Pengujian kadar protein pada dasarnya

dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, destilasi, dan titrasi.

a. Tahapan destruksi

Sampel sebanyak 2 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl

kemudian ditambahkan ke dalam labu 2 butir tablet katalis, 15 ml H2SO4 pekat.

Selanjutnya dipanaskan pada alat destruksi di lemari asam dengan suhu 450oC

selama 2 jam (sampai contoh jernih).

b. Tahap destilasi

Aquadest sebanyak 100 ml ditambahkan ke dalam labu hasil destruksi kemudian

dimasukkan labu tersebut ke dalam alat destilasi uap dan ditambah 10 ml NaOH

30%. Selanjutnya H3BO4 diambil sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator methyl red kemudian alat

destilasi dipasangkan.

c. Tahap titrasi

Selanjutnya dititrasi dengan larutan standar HCl 0,2 N hingga larutan berubah

warna dari kuning menjadi merah muda (pink).

d. Perhitungan

(S−B)×N HCL × 14,008 ×6,25


Kadar protein (%) = × 100%
W ×100

Keterangan :

W : Berat sampel (g)

S : Jumlah titrasi sampel (ml)


29

B : Jumlah titrasi blanko (ml)

N : Normalitas HCl standar yang dibutuhkan dalam titrasi

14,008 : Berat atom Nitrogen

6,25 : Faktor konversi protein

3.4.2.Kadar Air (SNI No. 2908:2013) (Badan Standarisasi Nasional, 2013)

Pengujian kadar air dihitung berdasarkan bobot yang hilang selama

pemanasan dalam oven. Pengujian kadar air dilakukan dengan cara:

1. Cawan kosong beserta tutupnya dipanaskan dalam oven pada suhu (125 ± 1)°C

selama 1 jam, kemudian dinginkan dalam desikator selama 20 hingga 30 menit,

kemudian ditimbang dan dinyatakan sebagai W0;

2. Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam cawan, selanjutnya ditutup dan

ditimbang serta dinyatakan sebagai W1;

3. Cawan yang berisi sampel dipanaskan dalam oven pada suhu (125 ± 1)°C

selama 2 hingga 4 jam dalam keadaan terbuka dengan diletakkan tutup cawan

disamping cawan;

4. Cawan ditutup ketika masih didalam oven, kemudian dipindahkan ke dalam

desikator dan didinginkan selama 20 hingga 30 menit, sehingga suhunya sama

dengan suhu ruangan. Selanjutnya ditimbang dan dinyatakan sebagai W2; dan

5. Kadar air dalam sampel dihitung.

3.4.3. Tingkat Kesukaan Panelis(Hedonik) (Setyaningsih et al., 2010)

Prosedur pengujian hedonik pada dendeng cumi-cumi adalah sebagai berikut:

1. Panelis masuk kedalam ruangan pengujian (bilik pencicip/booth) dengan

memakai pakaian kerja (jas lab dan perangkat lainnya);


30

2. Sebelum melakukan pengujian, panelis tidak makan atau melakukan kegiatan

yang dapat mempengaruhi penilaian seperti merokok, makan manisan/asinan,

dan dipastikan indra perasa dalam keadaan netral;

3. Data ditulis ke dalam formulir/format yang telah disiapkan, dimasukkan data

tentang contoh bahan uji, waktu pengujian, nama penguji, metode yang

digunakan, dan lain–lain;

4. Contoh yang ada pada meja dirasa dan dibandingkan dengan contoh yang

karakteristiknya telah diketahui. Jika contoh lebih dari satu, cara

merasakannya, setelah merasakan salah satu contoh dan akan merasakan

contoh yang lain maka sebelumnya harus berkumur dahulu untuk

menghilangkan rasa yang tertinggal pada waktu merasakan contoh pertama.

Setalah itu memasukkan respon terhadap contoh pertama tersebut ke dalam

formulir;

5. Penilaian rasa dilakukan pada contoh yang lainnya seperti langkah sebelumnya

sampai contoh yang disediakan semuanya telah dinilai; dan

6. Respon atau kesan atas pengindraan contoh ditulis dan diperiksa kembali

dalam format pengujian yang disediakan.

3.4.4.Aw (AOAC, 2005)

Pengujian Aw atau yang biasa disebut dengan aktivitas air dilakukan

menggunakan alat Aw meter. Pengujian Aw dilakukan dengan cara:

1. Alat dikalibrasi dengan memasukkan cairan BaCl2.2H2O. dan ditutup,

dibiarkan selama 3 menit sampai angka pada skala pembacaan menjadi 0,9;

2. Aw meter dibuka dan sampel dimasukkan dan alat ditutup ditunggu hingga 3

menit, kemudian skala dibaca dan dicatat;


31

3. Perhatikan skala temperatur dan faktor koreksi. Jika skala temperatur di atas

20°C, maka pembacaan skala Aw ditambahkan sebanyak kelebihan temperatur

dikalikan faktor koreksi sebesar 0,002° begitu pula dengan temperatur di bawah

20°C.

3.4.5. Kadar Lemak (SNI No. 2908:2013) (Badan Standarisasi Nasional, 2013)

Pengujian kadar lemak terbagi menjadi tiga tahap yaitu hidrolisis, ekstraksi

dan perhitungan. Pengujian kadar lemak dilakukan dengan cara:

a. Hidrolisis

1. Sampel ditimbang sebanyak 4 sampai 5 g (W0) kemudian dimasukkan

kedalam gelas pialaukuran 300 ml;

2. Aquadest mendidih sebanyak 45 ml ditambahkan secara perlahan sambil

diaduk hingga homogen;

3. HCl 8 M ditambahkan sebanyak 55 ml dan beberapa butir batu didih;

4. Gelas piala ditutup dengan kaca arloji lalu dididihkan perlahan-lahan

selama 15 menit;

5. Kaca arloji dibilas dengan aquadest dan aquadest tersebut dimasukkan ke

dalam gelas piala;

6. Endapan disaring menggunakan kertas saring bebas lemak;

7. Gelas piala dibilas sebanyak tiga kali dengan aquadest, pencucian

dilakukan hingga bebas klor yang dapat ditentukan dengan penambahan 1

hingga 3 tetes AgNo3 0,1 M pada filtrat, jika tidak terdapat endapan putih

(AgCl) maka telah bebas klor; dan

8. Kertas saring dipindahkan beserta isinya ke dalam kertas saring bebas

lemak dan dikeringkan selama 6 jam dengan suhu 100°C.


32

b. Ekstraksi

1. Labu lemak yang berisi batu didih dikeringkan selama 1 jam, kemudian

didinginkan dalam desikator dan ditimbang (W1), selanjutnya

disambungkan dengan alat ekstraksi soxhlet;

2. Kertas saring bebas lemak dimasukkan ke dalam soxhlet, gelas piala yang

akan digunakan untuk hidrolisis dan pengeringan dibilas dengan n-heksan

sebanyak 3 kali, kemudian dimasukkan ke dalam soxhlet dan n-heksan

dimasukkan sebanyak 2/3 bagian labu di atas penangas;

3. Ekstraksi dilakukan selama 4 jam;

4. Labu lemak dikeringkan beserta lemak di dalam oven pada suhu 100°C

selama 1,5 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang

(W2); dan

5. Pengeringan diulangi hingga perbedaan bobot lemak yang dilakukan

berturut-turut kurang dari 0,05%.

c. Perhitungan

W2−W1
Kadar lemak (%) = ( ) x 100%
W0

Keterangan :
W0 : Bobot sampel (g)
W1 : Bobot labu lemak kosong (g)
W2 : Bobot labu lemak kosong dan sampel (g)
33

3.4.6. Analisis Warna (Chroma Meter CR-400) (Instruction Manual, 2013)


Pengujian warna dendeng cumi-cumi dilakukan menggunakan alat Chroma

Meter CR-400 merk “Konica Minolta”. Prosedur pengujian warna adalah sebagai

berikut:

1. Sampel diletakkan secara horizontal pada permukaan yang datar;

2. Chroma Meter disiapkan kemudian dihubungkan dengan arus listrik;

3. Tombol power ditekan untuk menghidupkan alat, kemudian tombol

kalibrasi ditekan untuk mengkalibrasi alat;

4. Menu USER CALID-NEW-L*a*b* yang tertera pada layar dipilih dan

tombol pengukuran ditekan;

5. Kepala pengukur diletakkan diatas sampel secara horizontal;

6. Pengukuran dapat dimulai ketika lampu indikator menyala;

7. Nilai L, a* dan b* yang tertera pada layar dicatat;

8. Dilakukan dua hingga tiga kali pengulangan dengan langkah yang sama;

dan

9. Rona pada sampel dapat diketahui dengan meneruskan dalam perhitungan

derajat Hue (°Hue), menggunakan rumus berikut:

Perhitungan: °Hue = tan-1(b/a)

3.5. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan

acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu perbedaan nilai konsentrasi gula pasir

dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Penelitian ini menggunakan

konsentrasi gula pasir 15%, 25% dan 35% yang ditambahkan pada dendeng cumi-

cumi dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati dari penelitian
34

ini adalah kadar protein, kadar lemak, kadar air, Aw, hedonik dan warna. Matriks

penelitian tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Matriks Penelitian


Dendeng cumi-cumi hasil penelitian
Parameter kualitas
Ulangan Konsentrasi gula pasir (%)
dendeng cumi-cumi
15 (A) 25 (B) 35 (C)
Kadar Protein, Kadar Air, 1 A1 B1 C1
Aw, Kadar Lemak, Warna, 2 A2 B2 C2
Hedonik 3 A3 B3 C3

3.6. Analisis Data

Analisis data menggunakan SPSS versi 16, data pengujian parametrik yang

diperoleh diuji normalitas dan homogenitas. Apabila data tersebut sebarannya

normal dan homogen, kemudian dianalisis dengan sidik ragam atau Analysis of

Varians (ANOVA) (Hanafiah, 2005). Berdasarkan analisis tersebut maka diperoleh

hasil uji F untuk mengetahui pengaruh sumber keragaman dan perbedaan variabel

yang diamati dengan perlakuan yang berbeda. F hitung digunakan untuk

mengetahui pengaruh sumber keragaman dan perbedaan variabel yang diamati

karena perlakuan yang berbeda. Jika analisis tersebut menunjukkan hasil yang

berbeda nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ).

Selain itu juga dapat dilihat dari nilai Asymp Sig, jika nilai Asymp Sig < 0,05 maka

perlakukan memberikan pengaruh yang nyata.

Pengolahan data untuk pengujian statistik non parametrik dilakukan dengan

metode Kruskal-Wallis, apabila menunjukkan hasil yang berbeda nyata, maka

selanjutnya dapat dilakukan uji Mann Whitney.


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi (Loligo


chinensis) pada Pra Penelitian

Pengujian hedonik memiliki tujuan untuk mengetahui dendeng cumi-cumi

dengan metode penambahan gula pasir mana yang paling disukai panelis. Skala

penilaian yang diberikan pada lembar penilaian adalah 1 = amat sangat tidak suka,

2 = sangat tidak suka, 3 = tidak suka, 4 = agak tidak suka, 5 = netral, 6 = agak suka,

7 = suka, 8 = sangat suka, dan 9 = amat sangat suka. Nilai pengujian hedonik

kenampakan pada dendeng cumi-cumi dengan perbedaan metode penambahan gula

pasir disajikan pada Gambar 4.

10.00 c
9.00 8.28 8.52
8.128.127.92
b 7.72 7.60
8.00 7.44
7.00 6.56
6.24 6.08 5.84
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur

Pengolesan
Pengolesan(A)
(A) Pengolesan
Perendaman(B)
(B) Penaburan
Penaburan©
(C)

Gambar 4. Nilai Hedonik Dendeng Cumi-cumi dengan Metode


Penambahan Gula Pasir yang Berbeda (A) cumi-cumi direndam dalam larutan
bumbu kemudian dioles dengan larutan gula pasir; (B) cumi-cumi direndam
dalam larutan bumbu + gula pasir; (C) cumi-cumi direndam dalam larutan bumbu
kemudian ditabur gula pasir utuh

Berdasarkan pada Gambar 4, nilai hedonik tertinggi adalah 7,96 <µ< 8,30

pada sampel B dan terendah adalah 6,65 <µ< 7,07 pada sampel C. Nilai tersebut

35
36

menunjukkan bahwa panelis menyukai dendeng cumi-cumi, akan tetapi sampel B

dengan metode perendaman penambahan gula pasir lebih disukai panelis, walaupun

pada pengolahan data statistik tidak terdapat pengaruh nyata pada aroma (P>0,05)

(Lampiran 2). Berdasarkan analisis Kruskal-wallis menunjukan bahwa perbedaan

penambahan gula pasir pada pembuatan dendeng cumi-cumi memberikan pengaruh

yang nyata pada kenampakan, rasa, dan tekstur dendeng cumi-cumi. Menurut Dewi

dan Ibrahim (2006), penilaian mutu dendeng hanya bisa dilakukan berdasarkan uji

kesukaan karena belum memiliki standar dendeng ikan. Uji kesukaan dilakukan

dengan uji hedonik meliputi: warna, bau, rasa dan tekstur.

4.1.1. Kenampakan

Analisis Kruskal-wallis menunjukkan bahwa perbedaan metode penambahan

gula pasir pada dendeng cumi-cumi memberikan pengaruh nyata (P<0,05)

(Lampiran 2).

Berdasarkan Gambar 4, diperoleh hasil bahwa nilai tertinggi adalah pada

sampel B dengan nilai 8,28 yang mana panelis lebih menyukai produk dendeng

cumi-cumi dibanding dengan metode yang lain. Nilai terendah diperoleh dari

sampel C yaitu sebesar 6,24yang berarti panelis masih dalam batas wajar menyukai

produk dendeng cumi-cumi. Sampel A memperoleh nilai 6,56 sedikit lebih tinggi

dibandingkan dengan sampel C. Hal ini dikarenakan pada sampel B memiliki warna

coklat gelap spesifik dendeng, sampel A memiliki warna coklat dan sampel C

memiliki warna coklat gelap dan terdapat kristal gula pasir di permukaan dendeng.

Menurut Purwaningsihet al. (2011), kenampakan merupakan sifat sensoris yang

penting karena yang pertama kali dilihat oleh konsumen. Umumnya konsumen

memilih makanan dengan kenampakan yang menarik. Hasil uji Kruskal-


37

wallismenunjukkan bahwa kenampakan produk dengan berbeda perlakuan

berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan panelis.

4.1.2. Aroma

Analisis Kruskal-wallis menunjukkan bahwa perbedaan metode penambahan

gula pasir pada dendeng cumi-cumi tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05)

(Lampiran 2).

Berdasarkan dari hasil pengujian menunjukkan bahwa aroma dendeng cumi-

cumi pada masing-masing perlakuan disukai oleh semua konsumen. Nilai tertinggi

8,12 pada dendeng cumi-cumi sampel A dan B dan terendah 7,29 pada sampel C.

Hal ini menunjukkan perbedaan metode penambahan gula pasir tidak

mempengaruhi kesukaan panelis terhadap aroma pada dendeng cumi-cumi. Aroma

dendeng cumi-cumi yang timbul berasal dari komposisi bumbu yang digunakan

dalam pembuatan dendeng cumi-cumi sehingga memunculkan aroma khas

dendeng. Hasil penelitian terkait aroma dendeng cumi-cumi ini sejalan dengan

penelitianHusnaet al. (2014), perlakuan metode pembuatan dendeng tidak

berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai aroma dendeng. Hal ini dikarenakan

aroma dendeng yang dihasilkan hampir sama pada setiap perlakuan yaitu aroma

bumbu-bumbu terutama aroma ketumbar.

4.1.3. Rasa

Analisis Kruskal-wallis menunjukkan bahwa perbedaan metode penambahan

gula pasir pada dendeng cumi-cumi memberikan pengaruh nyata (P<0,05)

(Lampiran 2).

Berdasarkan penilaian panelis sampel B memiliki nilai 8,52 sampel A

memiliki nilai 7,72 dan sampel C dengan nilai 7,44. Hal ini menunjukkan bahwa
38

rasa yang dihasilkan sampel dendeng cumi-cumi pada perlakuan B lebih disukai

oleh panelis. Rasa pada dendeng sampel B terasa khas dendeng begitu juga dengan

dendeng sampel A akan tetapi pada sampel C rasa manis lebih terasa dibandingkan

dengan sampel A dan sampel B. Hal ini menunjukkan perbedaan metode

penambahan gula pasir mempengaruhi kesukaan panelis terhadap rasa pada

dendeng. Menurut Hervelly et al. (2016),rasa merupakan faktor terpenting dalam

mengambil keputusan terakhir konsumen untuk menerima atau menolak suatu

produk walaupun warna, aroma dan tekstur baik. Rasa dendeng dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain rasa daging, bumbu dan metode pembuatan.

4.1.4. Tekstur

Analisis Kruskal-wallis menunjukkan bahwa perbedaan metode penambahan

gula pasir pada dendeng cumi-cumi memberikan pengaruh nyata (P<0,05)

(Lampiran 2).

Berdasarkan penilaian panelis sampel B memiliki nilai 7,60 sampel A

memiliki nilai 6,08 dan sampel C dengan nilai 5,84. Tekstur pada dendeng cumi-

cumi sampel A terasa agak alot begitu juga pada dendeng cumi-cumi sampel B,

namun pada sampel C terasa alot. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa

panelis menyukai tekstur dendeng dengan perlakuan B dan A bila dibandingkan

dengan sampel C. Hal ini menunjukkan perbedaan metode penambahan gula pasir

mempengaruhi kesukaan panelis terhadap tekstur pada dendeng. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukanHusnaetal. (2014), hasil analisis

nila tekstur dendeng menunjukkan bahwa perlakuan metode pembuatan dendeng

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tekstur dendeng yang dihasilkan.


39

4.2. Kadar Air Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)

Kadar air merupakan parameter pengujian yang penting karena kadar air

merupakan komponen yang dapat mempengaruhi tekstur pada dendeng cumi-cumi.

Kadar air pada dendeng cumi-cumi menunjukkan adanya pengaruh penambahan

gula pasir terhadap dendeng cumi-cumi yang dihasilkan.

Kadar air dendeng cumi-cumi dengan penambahan konsentrasi gula pasir

yang berbeda disajikan pada Gambar 5.

16

14 13,31±0.61b
11,7±0.30b
12
9,58±0.32a
Kadar Air (%)

10

0
15 25 35
Konsentrasi Gula (%)

Gambar 5. Kadar Air (%) Dendeng Cumi-cumi dengan Konsentrasi


Gula Pasir yang Berbeda

Keterangan:
- Nilai pada grafik merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan

- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil yang berbeda pada bagian atasnya

menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0,05)

Berdasarkan data uji normalitas dan homogenitas, menunjukan bahwa ragam

data dan sebaran data yang diperoleh hasil kadar air pengujian sampel dendeng

cumi-cumi berbeda perlakuan terdistribusi normal dan homogen (P>0,05)

(Lampiran 4). Selanjutnya nilai BNJ dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula
40

pasir 15% terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 25% dan dendeng cumi-cumi

gula pasir 35% memberikan hasil berpengaruh berbeda nyata. Namun, dendeng

cumi-cumi gula pasir 25% terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 35%

berpengaruh tidak berbeda nyata (Lampiran 4).

Kadar air produk dendeng cumi-cumi mengalami peningkatan seiring dengan

penambahan konsentrasi gula pasir yaitu dengan penambahan konsentrasi gula

pasir 15%, 25%, dan 35% memiliki hasil secara urut yaitu 9,58%, 11,7%, dan

13,31%. Hasil pengujian kadar air akibat penambahan konsentrasi gula pasir

diketahui bahwa sifat gula pasir terhadap air yaitu mengikat air kemudian

mengeluarkan air tersebut dengan cara penguapan yang dibantu dari proses

pengeringan. Namun, tingginya konsentrasi gula pasir yang ditambahkan

mengakibatkan air yang terkandung terikat didalam dendeng tidak dapat keluar. Hal

tersebut mengakibatkan kadar air meningkat seiring peningkatan konsentrasi gula

pasir yang ditambahkan dalam pembuatan dendeng cumi-cumi.Kadar air pada

dendeng cumi-cumi selain berpengaruh terhadap nutrisi, juga berpengaruh terhadap

jumlah bumbu yang terserap pada saat perendaman. Semakin tinggi kadar air

menandakan jumlah bumbu yang terserap semakin banyak, sehingga rasa dendeng

cumi-cumi akan semakin kuat. Menurut Ducat et al. (2015), degradasi gula oleh

suhu akan berpengaruh pada formasi air dalam produk. Kadar air dalam produk

akan menurun yang dipengaruhi oleh suhu dan gula. Tingginya kadar air yang lepas

pada produk berhubungan antara kemampuan gula dalam mengikat kandungan air

bebas.
41

4.3. Kadar Protein Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)

Hasil rata-rata kadar protein pada dendeng cumi-cumi dengan penambahan

konsentrasi gula pasir yang berbeda tersaji dalam Gambar 6.

44

43
42,04±0.29a
42
Kadar Prtoein (%)

40,79±0.16b
41

40
39,27±0.17c
39

38

37

36
15 25 35
Konsentrasi Gula (%)

Gambar 6. Kadar Protein (%) Dendeng Cumi-cumi dengan Konsentrasi


Gula Pasir yang Berbeda

Keterangan:
- Nilai pada grafik merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan

- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil yang berbeda pada bagian atasnya

menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0,05)

Berdasarkan data uji normalitas dan homogenitas, menunjukkan bahwa

ragam data dan sebaran data yang diperoleh hasil pengujian kadar protein sampel

dendeng cumi-cumi berbeda perlakuan terdistribusi normal dan homogen (P>0,05)

(Lampiran 5a). Selanjutnya dengan uji homogenitas kadar protein dalam dendeng

cumi-cumi dengan penambahan konsentrasi gula pasir berbeda data bersifat

homogen (Lampiran 5b). Nilai BNJ dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula

pasir 15% terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 25% dan dendeng cumi-cumi
42

gula pasir 35% memberikan hasil berpengaruh berbeda nyata, dendeng cumi-cumi

gula pasir 25% terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 35% berpengaruh berbeda

nyata dengan P>0,05.

Berdasarkan Gambar 6 kadar protein cumi-cumi tertinggi yaitu pada dendeng

cumi-cumi dengan penambahan gula pasir 15% dengan kadar protein 42,04%,

sedangkan kadar protein terendah yaitu dendeng cumi-cumi dengan penambahan

gula pasir 35% yaitu 39,27%. Apabila kadar protein dendeng cumi-cumi dihitung

berdasarkan berat kering maka didapatkan hasil yaitu, dendeng dengan

penambahan gula pasir konsentrasi 15% memiliki kadar protein 46,49% (a),

dendeng dengan konsentrasi gula pasir 25% memiliki kadar protein 46,19% (ab)

dan dendeng dengan konsentrasi gua pasir 35% memiliki kadar protein 45,30% (b).

Menurut Pursudarsono et al. (2015), semakin tinggi konsentrasi gula yang

ditambahkan maka kadar protein yang terkandung akan cenderung menurun. Hal

ini dapat disebabkan oleh terjadinya reaksi maillard. Reaksi maillard terjadi antara

gugus amin (asam amino) dan gula pereduksi (gugus keton atau aldehidnya). Akhir

dari reaksi maillard akan terbentuk warna gelap. Reaksi ini diawali dengan reaksi

antara gugus aldehid pada gula dengan asam amino pada protein yang akan

membentuk glukosilamin. Faktor yang mempengaruhi reaksi maillard selain

konsentrasi gula juga dipengaruhi oleh suhu.

Efek gula terhadap protein akan berhubungan dengan jaringan otot pada

daging. Jaringan otot tersusun atas myofibril dan sarkoplasma. Gula akan

menyebabkan denaturasi pada jaringan otot tersebut. Menurut Xia et al. (2017),

peningkatan kualitas daging dengan penmabahan ekstrak gula pasir mempengaruhi

jairngan otot. Bagian otot akan terdenaturasi yaitu sarkoplasmik, myofibril dan
43

merusak jaringan ikat pada sel membran yang akan berpengaruh terhadap hasil

akhir yaitu Water Holding Capacity.

4.4. Nilai Aw pada Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)

Hasil rata-rata nilai Aw pada dendeng cumi-cumi dengan penambahan

konsentrasi gula pasir yang berbeda tersaji dalam Gambar 7.

0.60
0,50±0.00a
0.50 0,45±0.00c
0,42±0.01b
0.40
Nilai Aw

0.30

0.20

0.10

0.00
15 25 35
Konsentrasi Gula (%)

Gambar 7. Aw Dendeng Cumi-cumi dengan Konsentrasi


Gula Pasir yang Berbeda

Keterangan:
- Nilai pada grafik merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan

- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil yang berbeda pada bagian atasnya

menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0,05)

Berdasarkan data uji normalitas dan homogenitas, menunjukkan bahwa

ragam data dan sebaran data yang diperoleh hasil pengujian Aw sampel dendeng

cumi-cumi berbeda perlakuan terdistribusi normal dan homogen (P>0,05)

(Lampiran 6a). Selanjutnya dengan uji homogenitas nilai Aw dalam dendeng cumi-
44

cumi dengan penambahan konsentrasi gula pasir berbeda data bersifat homogen

(Lampiran 6b). Nilai BNJ dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 15%

terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 25% dan dendeng cumi-cumi gula pasir

35% berbeda nyata. Dendeng cumi-cumi gula pasir 25% dengan dendeng cumi-

cumi gula pasir 35% berbeda nyata dengan P>0,05.

Berdasarkan Gambar 7, nilai Aw dendeng cumi-cumi terendah yaitu dengan

penambahan konsentrasi gula pasir 25% dengan nilai Aw 0,42 dan nilai Aw tertinggi

pada konsentrasi gula pasir 15% dengan nilai 0,50. Hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa dengan meningkatkan konsentrasi gula pasir dari 15% ke 25% dapat

menurunkan nilai Aw. Penurunan tersebut diketahui karena gula pasir mampu

mengikat molekul air untuk dikeluarkan dari dendeng. Sedangkan, terjadi

peningkatan nilai Aw dari dendeng cumi-cumi dengan penambahan gula pasir

dengan konsentrasi 25% ke 35%. Hal ini dikarenakan setelah proses pengeringan

dendeng dilakukan pendinginan untuk mendapatkan suhu dendeng yang sama

dengan suhu ruang. Hal ini diduga pada saat dendeng didinginkan pada konsentrasi

35% terjadi penyerapan air sehingga nilai Aw meningkat.

Produk dendeng dengan konsentrasi nilai Aw tertinggi yaitu 0,50 dengan

penambahan konsentrasi gula 15% memiliki mutu yang paling rendah jika

dibandingkan dengan nilai Aw lain. Nilai Aw merupakan faktor terpenting yang

dapat menentukan mutu dendeng karena aktivitas mikroba dikontrol langsung oleh

Aw. Tingginya nilai Aw dapat berperan sebagai media tumbuh dari

mikroorganisme, namun dengan nilai tersebut mikroorganisme tidak mampu

tumbuh optimal akibat Aw yang rendah. Menurut Evanuarini dan Huda (2011),

penambahan gula pasir akan menurunkan Aw dendeng. Penggunaan gula pasir akan
45

mengikat air, sehingga aktivitas air dendeng menjadi berkurang. Sukrosa sebagai

komponen utama gula pasir mempunyai kontribusi dalam menurunkan Aw. Hal ini

diperkuat oleh Pursudarsono et al. (2015), gula memiliki kemampuan dalam

mengikat air yang berada dalam bahan pangan. Proses terjadinya ikatan hidrogen

yang menyebabkan berkurangnya aktivitas air dalam bahan pangan.

4.5. Kadar Lemak Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)

Hasil rata-rata kadar lemakpada dendeng cumi-cumi dengan penambahan

konsentrasi gula pasir yang berbeda tersaji dalam Gambar 8.

0.74

0.72 0,71±0.08a
0,7±0.03a
0.7
Kadar Lemak (%)

0.68
0,66±0.02a
0.66

0.64

0.62

0.6
15 25 35
Konsentrasi Gula (%)

Gambar 8. Kadar Lemak (%) Dendeng Cumi-cumi dengan Konsentrasi


Gula Pasir yang Berbeda

Keterangan:
- Nilai pada grafik merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan
- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil yang sama pada bagian atasnya menunjukkan
tidak adanya perbedaan nyata (P<0,05)
46

Berdasarkan data uji normalitas dan homogenitas, menunjukkan bahwa

ragam data dan sebaran data yang diperoleh hasil pengujian kadar lemak sampel

dendeng cumi-cumi berbeda perlakuan terdistribusi normal dan homogen (P > 0,05)

(Lampiran 7a). Selanjutnya dengan uji homogenitas kadar lemak dalam dendeng

cumi-cumi dengan penambahan konsentrasi gula pasir berbeda data bersifat

homogen (Lampiran 7b). Nilai BNJ dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula

pasir 15% terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 25% dan dendeng cumi-cumi

gula pasir 35% tidak berbeda nyata dan dendeng cumi-cumi gula pasir 25%

terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 35% tidak berbeda nyata P>0,05. Kadar

lemak tertinggi terdapat pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir

35% yaitu 0,71%, sedangkan kadar lemak terendah terdapat pada dendeng cumi-

cumi dengan konsentrasi gula pasir 15% yaitu 0,66%. Apabila kadar lemak dendeng

cumi-cumi dihitung berdasarkan berat kering maka didapatkan hasil yaitu, dendeng

dengan penambahan gula pasir konsentrasi 15% memiliki kadar lemak 0,73% (a),

dendeng dengan konsentrasi gula pasir 25% memiliki kadar lemak 0,79% (a) dan

dendeng dengan konsentrasi gua pasir 35% memiliki kadar lemak 0,82% (a).

Penambahan gula pasir berpengaruh terhadap kadar lemak dendeng cumi-cumi.

Namun, penambahan gula pasir dengan konsentrasi yang berbeda tidak

berpengaruh terhadap kadar lemak dendeng cumi-cumi. Hal ini dikarenakan gula

pasir tidak termasuk faktor yang berperan dalam kerusakan lemak. Menurut

Pursudarsono et al. (2015), perlakuan gula tidak terdapat perbedaan yang nyata

terhadap nilai kadar lemak dendeng paru-paru sapi. Kadar lemak pada produk akhir

merupakan kadar lemak total dendeng setelah dilakukan pengolahan. Kondisi kadar
47

lemak ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain tipe pengolahan yang dilakukan

serta kandungan lemak bahan yang digunakan.

4.6. Warna Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)

Hasil pengujian chromameter dari dendeng cumi-cumi dengan penambahan

gula pasir yang berbeda tersaji padaTabel 8.

Tabel 8. Hasil Pengujian Warna pada DendengCumi-cumi dengan Chromameter


Konsentrasi Warna o
Hue
Gula Pasir L a* b*
15% 44,54±1,01a 16,81±1,25a 18,76±1,37a 48,14±0,56a

25% 37,50±0,99b 6,76±0,33b 4,31±0,63b 32,43±2,68b

35% 38,79±1,32b 5,72±0,59b 3,51±0,41b 31,51±1,98b


Keterangan:
- Nilai pada data merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan
- Data yang diikuti tanda huruf kecil yang berbeda pada bagian atasnya
menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0,05)
Warna yang terbentuk pada dendeng cumi-cumi pengujian secara visual

memiliki perbedaan dimana dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 15%

memiliki warna coklat kemerahan, dendeng konsentrasi gula pasir 25% memiliki

warna coklat gelap dan dendeng konsentrasi gula pasir 35% memiliki warna coklat.

Penambahan konsentrasi gula pasir25% menyebabkan warna dendeng menjadi

lebih gelapdibandingkan dengan penambahan konsentrasi gula pasir 35%. Hal ini

dikarenakan adanya proses karamelisasi pada konsentrasi 35% sehingga

menghasilkan warna yang lebih cerah dibandingkan konsentrasi 25%. Pengujian

warna dengan menggunakan chromameter menghasilkan nilai L (kecerahan),

a*(merah/hijau), b*(kuning/biru), dari perhitungan nilai a* dan b* akan diperoleh

derajat Hue. Menurut Safitri (2009), data chromameter yang diperoleh adalah nilai
48

L, a*, dan b*. Nilai L atau lightness menunjukkan kecerahan sampel, nilai a*

menunjukkan nilai derajat warna merah-hijau, nilai b* menunjukkan derajat warna

kuning biru dan Hue merupakan besaran yang menunjukkan posisi warna objek ke

dalam diagram warna Lab.

4.6.1. Nilai L (Kecerahan)


Berdasarkan hasil pengujian nilai L, data yang diperoleh kemudian dilakukan

pengujian statistik. Uji normalitas dan uji homogenitas menyatakan bahwa sampel

pengujian terdistribusi normal dan bersifat homogen (P>0,05). Berdasarkan hasil

uji lanjut yang dilakukan pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir

15% berbeda nyata dengan konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan (P <0,05),

tetapi pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25% terhadap

dendeng cumi-cumi konsentrasi 35% tidak berbeda nyata dengan (P > 0,05).

Kecerahan pada dendeng cumi-cumi diperoleh nilai 44,54 untuk dendeng

konsentrasi gula pasir 15%, 38,79 untuk dendeng konsentrasi gula pasir 35% dan

37,50 untuk dendeng konsentrasi gula pasir 25%. Nilai tersebut termasuk dalam

kategori gelap dikarenakan masih dibawah angka 50. Menurut Hunterlab (2012),

nilai L (kecerahan) dengan angka rendah (0 – 50) mengindikasikan kegelapan

warna, sedangkan nilai L dengan angka tinggi (51 – 100) mengindikasikan

kecerahan warna.

Nilai kecerahan (L) menunjukan bahwa penambahan gula pasir memberikan

perbedaan kecerahan. Dendeng cumi-cumi dengan penambahan konsentrasi gula

pasir 25% memiliki nilai L yang lebih rendah dibandingkandendengcumi-cumi

dengan penambahan konsentrasi gula pasir 35%. Dendeng cumi-cumi dengan

perlakuan yang menunjukkan hasil terbaik adalah dendeng cumi-cumi dengan

penambahan konsentrasi gula pasir 25% karena memiliki nilai kecerahan (L)
49

terendah. Hal inin didukung dengan penilaian panelis pada uji hedonik yang mana

panelis lebih menyukai dendeng dengan warna coklat gelap yaitu dendeng dengan

penambahan gula pasir 25%. Menurut Anggraeni et al. (2017), analisis nilai warna

menunjukkan bahwa perlakuan gula yangberbeda berpengaruh nyata terhadap nilai

warna produk. Nilai warna semakin besar menunjukkan warna semakin cerah (100)

dan nilai warna semakin kecil menunjukkan warna yang semakin gelap (0).

4.6.2.Nilai a* ( Merah / Hijau )

Uji normalitas dan uji homogenitas menyatakan bahwa sampel pengujian

terdistribusi normal dan bersifat homogen (P>0,05). Berdasarkan hasil uji lanjut

yang dilakukan pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir15%

berbeda nyata dengan konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan (P <0,05), tetapi

pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25% terhadap dendeng

cumi-cumi konsentrasi 35% tidak berbeda nyata dengan (P>0,05). Hal ini

menunjukan bahwa pemberian pewarna mempengaruhi tingkat kemerahan (a*

positif) pada dendeng cumi-cumi.

Dendeng cumi-cumi dengan penambahan gula pasir15% memiliki warna

merah yang lebih tinggi dibanding dendeng dengan penambahan gula pasir 35%,

hal ini menunjukkan bahwa gula pasir mampu meningkatkan tingkat kemerahan

pada warna dendeng cumi-cumi. Menurut Suharyanto (2009), tingginya nilai a pada

dendeng DK dibandingkan dengan dendeng lainnya menunjukkan bahwa dendeng

DK memiliki derajat warna yang lebih merah. Perbedaan ini dikarenakan adanya

perbedaan bahan-bahan yang digunakan, proses pengeringan dan metode

pembuatan.
50

4.6.3. Nilai b* ( Kuning / Biru )

Uji normalitas dan uji homogenitas menyatakan bahwa sampel pengujian

terdistribusi normal dan bersifat homogen (P>0,05). Berdasarkan hasil uji lanjut

yang dilakukan pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 15%

berbeda nyata dengan konsentrasi gula pasir 25% dan 35%dengan (P <0,05), tetapi

pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25% terhadap dendeng

cumi-cumi konsentrasi 35% tidak berbeda nyata dengan (P>0,05). Hal ini

menunjukan bahwa pemberian gula pasir dengan konsentrasi yang berbeda

mempengaruhi tingkat kekuningan (b* positif) pada dendeng cumi-cumi.

Berdasarkan pada Tabel 8, nilai b tertiggi adalah 18,76 pada dendeng cumi-

cumi dengan konsentrasi gula pasir 15% sedangkan nilai b yang terendah adalah

3,51 pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 35%. Menurut

Suharyanto (2009), nilai b antara 0 sampai +70 menunjukkan warna kuning dan

antara 0 sampai -70 menunjukkan warna biru. Nilai b sejalan dengan nilai L,

semakin tinggi nilai L maka semakin tinggi nilai b yang berarti semakin mengarah

pada warna kecerah-cerahan.

4.6.4. Nilai oHue

Uji normalitas dan uji homogenitas menyatakan bahwa sampel pengujian

terdistribusi normal dan bersifat homogen (P>0,05). Berdasarkan hasil uji lanjut

yang dilakukan pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir15%

berbeda nyata dengan konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan (P<0,05), tetapi

pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25% terhadap dendeng

cumi-cumi konsentrasi 35% tidak berbeda nyata dengan (P>0,05). Hal ini
51

menunjukan bahwa pemberian gula pasir dengan konsentrasi yang berbeda

mempengaruhi tingkat kekuningan (b* positif) pada dendeng cumi-cumi.

Hasil dari pengujian dengan chromameter menghasilkan nilai a* dan b*, nilai

tersebut berfungsi untuk menentukan nilai derajat Hue (oHue). Nilai a* dan b* yang

telah dimasukkan kedalam rumus maka akan menghasilkan nilai derajat Hue.

Dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 15% memiliki nilai derajat Hue

48,14; dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25% memiliki nilai

derajat Hue 32,43; dan dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25%

memiliki nilai derajat Hue 31,51. Berdasarkan derajat Hue yang diperoleh dapat

diketahui bahwa semakin tinggi nilai derajat Hue maka warna dendeng akan

semakin mengarah ke warna merah kekuningan. Menurut Kosim et al. (2015),

warna merupakan salah satu sifat fisik yang mempengaruhi konsumen dalam

memilih produk. Derajat Hue dendeng berkisar 28°-60° yang menunjukkan warna

produk adalah merah hingga merah kekuningan. Produk dengan nilai derajat Hue

mendekati 60°menunjukan warna produk merah kekuningan.

4.7. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)

Nilai pengujian hedonik kenampakan pada dendeng cumi-cumi dengan

perbedaan konsentrasi penambahan gula pasir disajikan pada Gambar 9.


52

9 8.28
7.92 8.048.04 7.968.047.96 8.04
8 7.36 7.56
7 6.4 6.48
6
5
4
3
2
1
0
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur

15% 25% 35%

Gambar 9. Nilai Hedonik Dendeng Cumi-cumi dengan Konsentrasi


Penambahan Gula Pasir yang Berbeda

Berdasarkan pada Gambar 9, nilai hedonik tertinggi adalah 7,96 <µ< 8,24

pada sampel B dan terendah adalah 7,46 <µ< 7,94 pada sampel C. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa panelis menyukai dendeng cumi-cumi, akan tetapi sampel B

dengan konsentrasi penambahan gula pasir25% sangat disukai panelis, walaupun

pada pengolahan data statistik tidak teradapat pengaruh nyata pada aroma dan rasa

(P>0,05) (Lampiran 10). Menurut Zulhendri et al. (2015), untuk menentukan

tingkat penerimaan konsumen terhadap produk, maka dilakukan uji kesukaan

dengan parameter seperti rupa, aroma, rasa dan tekstur.

4.7.1.Kenampakan

Analisis Kruskal-wallis menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi

penambahan gula pasir pada dendeng cumi-cumi memberikan pengaruh

nyata(P<0,05) (Lampiran 10).

Kenampakan merupakan parameter pertama yang umumnya diamati oleh

konsumen. Kenampakan suatu produk mempengaruhi tingkat penerimaan oleh


53

konsumen. Berdasarkan Gambar 8, diperoleh hasil bahwa nilai tertinggi adalah

pada dendeng dengan konsentrasi gula pasir 25% sebesar 8,28 dan nilai terendah

pada dendeng dengan konsentrasi gula pasir 15%sebesar 6,40 dimana berarti

panelis agak menyukai produk dendeng cumi-cumi. Dendeng cumi-cumi dengan

konsentrasi 35% memperoleh nilai lebih tinggi yaitu dengan nilai 7,92

dibandingkan dengan dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi 15%. Hal ini

dikarenakan pada dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 35% memiliki warna

agak coklat spesifik dendeng, dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir

15% memiliki warna coklat kemerahan dan dendeng cumi-cumi konsentrasi gula

pasir 25% memiliki warna coklat kehitaman spesifik dendeng pada umumnya.

Menurut Saputra et al. (2010), kesan pertama konsumen terhadap suatu produk

adalah dengan melihat rupa dan pada umumnya konsumen memilih produk yang

memiliki rupa menarik. Hasil uji kesukaan menunjukkan bahwa panelis menyukai

dendeng dengan rupa coklat tua.

4.7.2.Aroma

Analisis Kruskal-wallis menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi

penambahan gula pasir pada dendeng cumi-cumi tidak memberikan pengaruh nyata

(P >0,05) (Lampiran 10).

Berdasarkan dari hasil pengujian menunjukkan bahwa aroma dendeng cumi-

cumi pada masing-masing perlakuan disukai oleh semua konsumen. Nilai tertinggi

pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir15% dan 25% dengan nilai

yang sama yaitu 8,04 dan terendah pada dendeng cumi-cumi dengan kosentrasi gula

pasir 35% sebesar 7,36. Hal ini menunjukkan perbedaan konsentrasi penambahan

gula pasir tidak mempengaruhi kesukaan panelis terhadap aroma pada dendeng
54

cumi-cumi. Aroma dendeng cumi-cumi yang timbul berasal dari komposisi bumbu

dan gula pasir yang digunakan dalam pembuatan dendeng cumi-cumi sehingga

aroma amis dari cumi-cumi kering dapat tersamarkan dengan menghasilkan aroma

khas dendeng. Menurut Saputra et al. (2010), dari hasil uji lanjut tidak berbeda

nyata terhadap penilaian aroma. Hal ini menunjukkan penggunaan bumbu rempah-

rempah dalam pengolahan dendeng memberikan aroma spesifik dendeng. Hal ini

diperkuat oleh Naufalin et al. (2013), aroma yang terbentuk pada reaksi maillard

dan karamelisasi. Karamelisasi memberikan kontribusi pada aroma karena selain

menghasilkan warna coklat juga menghasilkan senyawa maltol yang memiliki

aroma kuat dan rasa manis.

4.7.3.Rasa

Analisis Kruskal-wallis menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi

penambahan gula pasir pada dendeng cumi-cumi tidak memberikan pengaruh

nyata(P>0,05) (Lampiran 2).

Berdasarkan dari hasil pengujian menunjukkan bahwa rasa dendeng cumi-

cumi pada masing-masing perlakuan disukai oleh semua konsumen. Nilai rasa pada

setiap perlakuan tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan perbedaan konsentrasi

penambahan gula pasir tidak mempengaruhi kesukaan panelis terhadap rasa pada

dendeng cumi-cumi. Hasil yang diperoleh yaitu pada dendeng dengan konsentrasi

gula pasir 15% sebesar 7,96, dendeng dengan konsentrasi gula pasir 25% sebesar

8,04 dan dendeng dengan konsentrasi gula pasir 35% sebesar 7,96. Rasa dendeng

cumi-cumipada konsentrasi gula pasir 15%, 25% dan 35% memiliki rasa

spesifikdendeng. Menurut Nico et al. (2014), rasa memiliki peranan penting dalam

suatu produk, hal ini terkait dengan selera konsumen. Hasil uji Kruskal-
55

wallisterhadap uji hedonik mempunyai nilai (P > 0,05), sehingga tidak berbeda

nyata pada nilai rasa.

4.7.4.Tekstur

Analisis Kruskal-wallis menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi

penambahan gula pasir pada dendeng cumi-cumi memberikan pengaruh

nyata(P<0,05) (Lampiran 10).

Berdasarkan Gambar 9, diperoleh hasil bahwa nilai tertinggi adalah pada

dendengdengan konsentrasi gula pasir 25% sebesar 8,04 dan nilaiterendah pada

dendeng dengan konsentrasi gula pasir 15%sebesar 6,48 yang mana berarti panelis

agak menyukai produk dendeng cumi-cumi. Dendeng cumi-cumi dengan

konsentrasi 25% memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan dengan dendeng

cumi-cumi dengan konsentrasi 15%. Hal ini dikarenakan pada dendeng cumi-cumi

konsentrasi gula pasir 15% memiliki tekstur yang lebih alot dibandingkan dengan

dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25%. Tekstur dendeng cumi-

cumi yang dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan air dalam produk dendeng,

semakin rendah kadar air yang terkandung dalam dendeng maka akan semakin alot

tekstur dendeng yang dihasilkan. Menurut Dewi dan Ibrahim (2006), kadar air

produk mempengaruhi tekstur dendeng yang dihasilkan. Hal tersebut didasarkan

pada hasil uji kadar air yang menunjukkan pebedaan nyata. Sukrosa yang

terkandung dalam gula bersifat sebagai agent karena mampu mengikat sejumlah

besar air di dalam makanan semi padat. Air yang terikat pada sukrosa berpengaruh

pada tekstur makanan.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penambahan gula pasir dengan konsentrasi yang berbeda pada pembuatan

dendeng cumi-cumi memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap

mutu dendeng cumi-cumi dari segi sensoris maupun kimiawi. Hasil yang tidak

berbeda nyata ditunjukkan pada kadar lemak dan tingkat kesukaan panelis pada

aroma serta rasa dendeng cumi-cumi; dan

2. Penambahan konsentrasi gula pasir terbaik berada pada penambahan gula pasir

sebesar 25% dengan kadar air 11,7%, kadar protein 40,79%, Aw 0,42, warna

dan tingkat kesukaan lebih disukai oleh panelis.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai pengemasan terhadap daya

simpan dendeng cumi-cumi; dan

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh waktu perendaman

terhadap mutu dendeng cumi-cumi.

56
57

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, W. 2012. Pengaruh Perendaman terhadap Kualitas Dendeng Ikan Lele.


Food Science and Culinary Education Journal, 1(1): 39-42.

Airlangga, D., L. Suryaningsih dan O. Rachmawan. 2016. Pengaruh Metode


Pengeringan terhadap Mutu Fisik Dendeng Giling Daging Ayam
Broiler.

Anggraeni, M. C. Nurwantoro dan S. B. M. Abduh. 2017. Sifat Fisiko Kimia Roti


yang Dibuat dengan Bahan Dasar Tepung Terigu yang Ditambah
Berbagai Jenis Gula. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 6(1): 55.

(AOAC) Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Methods of


Analysis of the Association of Official Analytical Chemist. Arlington,
Virginia (USA): Assotiation of Official Analytical Chemists Inc.

Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI No. 01-2354.4-2006. Prosedur Pengujian


Kadar Protein. BSN. Jakarta.

. 2013. SNI 2908:2013. Dendeng Sapi. BSN. Jakarta.

Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu. 2018. BKIPM Statistik.


www.bkipm.kkp.go.id (diakses pada tanggal 16 Februari 2018).

Dewi, E. N. dan R. Ibrahim. 2006. Pengaruh Jenis Gula pada Proses Pengolahan
Dendeng Ikan Nila Merah terhadap Mutu, Jurnal Saintek Perikanan,
2(1): 59-66.

Ducat, G., M. L. Felsner, P. R. D. C. Neto dan S. P. Quinaia. 2015. Development


and in House Validation of a New Thermogravimetric Method for
Water Content Analysis in Soft Brown Sugar, Journal Food Chemistry,
177: 158-164.

Effendie, M. I. 1989. Iktiologi. Bogor, Institut Pertanian Bogor. Hlm 43-44.

Evanuarini, H. dan Huda. 2011. Quality of Dendeng Giling on Different Sugar


Addition. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan, 21(2): 7 – 9.

Febrianingsih, F., H. Hafid dan A. Indi. 2016. Kualitas Organoleptik Dendeng Sapi
yang Diberi Gula Merah dengan Level yang Berbeda, JITRO, 3(2): 11-
14.
58

Frans, S. K., A. I. R. Detha dan E. Tangkonda. 2016. Pengaruh Pemberian


Konsentrasi Gula Lontar pada Dendeng Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata) terhadap Lama Simpan berdasarkan Kadar Air, Nilai
Organoleptik dan Total Cemaran Mikroba, Jurnal Kajian Veteriner,
4(2): 29-30.

Hanafiah, A. K. 2005. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. PT. Raja


Grafindo Persada. Jakarta.

Handayani, B. R., C. C. E. Margana, Kertanegara, A. Hidayati dan W.


Werdiningsih. 2015. Kajian Waktu Perendaman “Marination” terhadap
Mutu Dendeng Sapi Tradisional Siap Makan, Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan, 26(1): 17-20.

Hulalata, A., D. M. Makapedua dan R. W. Paparang. 2013. Studi Pengolahan Cumi-


cumi (Loligo sp.) Asin Kering Dihubungkan dengan Kadar Air dan
Tingkat Kesukaan Konsumen. Media Teknologi Hasil Perikanan, 1(2):
26-30.

Hunterlab. 2016. Measuring Color Using HunterL, a, b Versus CIE 1976 L*, a*,
b*. Hunter Associates Laboratory Inc.
https://support.hunterlab.com(diakses pada tanggal 18 Januari 2017).

Husna, N. E., Asmawati dan G. Suwarjana. 2014. Dendeng Ikan Leubiem


(Canthidermis maculatus) dengan Variasi Metode Pembuatan, Jenis
Gula, dan Metode Pengeringan, Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia, 6(3): 77-80.

Ismail, T., Z. A. Muchlisin, N. Fadli dan I. Setiawan. 2013. Kebiasaan Makan dan
Komposisi Makanan Tiga Species Cumi(Loligo edulis, Sepioteuthis
lessoniana dan Sepia officinalis) Hasil Tangkapan Nelayan dari
Perairan Pantai Utara Provinsi Aceh, Depik, 2(2): 97-98.

Jin, J. S., W. K. Hyun, E. H. Ko, H. S. Dong, J. K. Yong, K. H. Youn, B. L. Yun,


J. J. Tae, Y. K. Si dan J. K. Cheon.2015. Effects of Replacing Sucrose
with Various Sugar Alcohols on Quality Properties of Semi-dried
Jerky, Journal Food Science of Animal Recources, 35(5): 622-629.

Instruction Manual. 2013. Chroma Meter CR-400/410 Instruction Manual. Konica


Minolta, Inc., Japan.

Kosim, A., T. Suryati dan A. Gunawan. 2015. Sifat Fisik Aktivitas Antioksidan
Dendeng Daging Sapi dengan Penambahan Stroberi (Fragaria
ananassa) sebagai Bahan Curing. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi
Hasil Peternakan. 3(3): 193.

Kuncoro, E. B. 2008. Akuarium Laut. Yogyakarta. Kanisius. Hlm 142.


59

Naufalin, R., T. Yanto dan A. Sulistyaningrum. 2013. Pengaruh Jenis dan


Konsentrasi Pengawet Alami Terhadap Mutu Gula Kelapa. Jurnal
Teknologi Pertanian, 14(3): 170-171.

Nico, M., P. H. Riyadi dan I. Wijayanti. 2014. Pengaruh Penambahan Karagenan


terhadap Kualitas Sosis Ikan Kurisi (Nemipterus sp.) dan Sosis Ikan
Nila (Oreochromis sp.). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan, 3(2): 104-105.

Nisa, A. K., dan A. K. Wardani. 2016. Pengaruh Lama Pengasapan dan Lama
Fermentasi Terhadap Sosis Fermentasi Ikan Lele (Clarias gariepinus).
Jurnal Pangan dan Agroindustri, 4(1): 372-373.

Purwaningsih, S., R. Garwan dan J. Santoso. 2011. Karakteristik Organoleptik


Bekasang Jeroan Cakalang (Katsuwonus pelamis Lin) sebagai Pangan
Tradisional Maluku Utara, Jurnal Gizi dan Pangan, 6(1):13-14.

Pursudarsono, F., D. Rosyidi dan A. S. Widati. 2015. Pengaruh Perlakuan


Imbangan Garam dan Gula terhadap Kualitas Dendeng Paru-paru Sapi,
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, 10(1): 35-45.

Ranger, H., A. H. J. Paterson dan J. S. McLeod. 2017. The Effect of Temperature


on the Development of Browning of Amorphous an Crystalline Lactose.
Journal International Dairy, 73: 63-67.

Roper, C.F.E., M.J. Sweeney, and C. E. Nauen. 1984. Cephalopods of The World.
An annoted and Illustrated Catalogue of Species of Interest to
Fisheries. FAO. Species Catalogue vol 3.

Safetyfood 360. 2014. Water Activity in Foods. Whitepaper Series.

Safitri, G. I. 2009. Pengaruh Kopigmentasi Pewarna Alami Brazielin Kayu Secang


(Caesalpinnia sappan L.) dengan Sinapic Acid terhadap Stabilitas
Warna pada Model Minuman.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60428 (diakses pada
tanggal 22 Maret 2018).

Santoso, J., Nurjanah dan A. Irawan. 2007. Kandungan dan Kelarutan Mineral pada
Cumi-cumi Loligo sp dan Udang Vannamei Litopenaeus vannamei. 1:
9.

Saputra, J., Suparmi dan Dahli. 2010. Studi Pengolahan Dendeng Lumat Ikan Patin.

Sebayang N. S. 2015. Perubahan Tekstur, Warna dan Kadar Air Tape Pisang Pasca
Pemanasan. Jurnal Pendidikan Biologi, 1(2): 52-53.
60

Septya, D., I. Suhaidi dan Ridwansyah. 2017. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Lama
Penyimpanan Terhadap Mutu Manisan Basah Batang Daun Pepaya,
Jurnal Rekayasa dan Pertanian, 5(1): 73-80.

Setyaningsih, D., A. Apriyantono A, dan M. P. Sari. 2010. Analisis Sensori untuk


Industri Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor.

Sudjoko, B. 1998. Cumi-cumi (Cephaalopoda, Moluska) sebagai Salah Satu Bahan


Makanan dari Laut. Oseana, 13(3): 106-107.
Suharyanto. 2009. Aktivitas Air (Aw) dan Warna Dendeng Daging Giling Terkait
Cara Pencucian (Leaching) dan Jenis Daging yang Berbeda. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia. 4(2): 115-116.

Veerman, M., Setiyono dan Rusman. 2011. Pengaruh Metode Pengeringan dan
Konsentrasi Bumbu serta Lama Perendaman dalam Larutan Bumbu
Terhadap Kualitas Kimia Dendeng Babi. Jurnal Agrinimal, 1(2): 52-53.

Wongwiwat, P. dan S. Wattanachant. 2014. Effect of Sugar Types On Physical


Attributes and Crystalline Structure of Sweet-Dried Chicken Meat
Product. International Food Research Journal, 21(6): 2285-2286.

Xia, Y., Y. Li, X. Shen, M. Mizu, T. Fruta dan C. Li. 2017. Effect of Dietary
Supplementation with Sugar Cane Extract on Meat Quality and
Oxidative Stability in Finishing Pigs. Animal Nutrition, 3: 296-297.

Zulhendri, M., D. Buchari dan Suparmi. 2015. Studi Penerimaan Konsumen


terhadap Nugget Cumi-cumi (Loligo sp.) Kering Asin.
L A M P I R A N
62

Lampiran 1.Lembar Uji Hedonik Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi


(L. chinensis) dengan Penambahan Gula Pasir pada Sampel A, B dan C

Lembar Penilaian Uji Hedonik


Nama Panelis : Tanggal :
 Beri tanda centang (√) pada nilai yang dipilih sesuai kolom contoh yang diuji
Sampel
Spesifikasi Nilai A B C
Kn Ar Rs Ts Kn Ar Rs Ts Kn Ar Rs Ts
Amat Sangat
9
Suka
Sangat Suka 8
Suka 7
Agak Suka 6
Netral 5
Agak Tidak
4
Suka
Tidak Suka 3
Sangat Tidak
2
Suka
Amat Sangat
1
Tidak Suka
Keterangan: Kn – Kenampakan
Ar – Aroma
Rs– Rasa
Ts – Tekstur
63

Lampiran 2. Hasil Uji Hedonik Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi (L.
chinensis) dengan Metode Penambahan Gula Pasir yang Berbeda

Tabel 9. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Metode Pengolesan (A)
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 6 7 7 8 7 0,01
2 7 7 9 6 7,25 0,02
3 7 8 9 5 7,25 0,02
4 6 8 8 5 6,75 0,14
5 6 8 8 6 7 0,01
6 6 9 5 5 6,25 0,76
7 7 8 8 5 7 0,01
8 6 8 7 7 7 0,01
9 8 8 7 7 7,5 0,14
10 8 9 7 6 7,5 0,14
11 6 9 9 6 7,5 0,14
12 7 7 9 7 7,5 0,14
13 8 7 7 7 7,25 0,02
14 7 9 9 7 8 0,77
15 8 8 8 7 7,75 0,40
16 7 8 7 6 7 0,01
17 6 7 8 5 6,5 0,38
18 7 8 8 6 7,25 0,02
19 7 8 7 7 7,25 0,02
20 6 9 7 6 7 0,01
21 5 9 7 5 6,5 0,38
22 7 8 8 6 7,25 0,02
23 6 9 8 6 7,25 0,02
24 5 9 8 5 6,75 0,14
25 5 8 8 6 6,75 0,14
Rata-rata 7,12 0,16±0,3
9

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(L.chinensis) dengan penambahan gula pasir metode pengolesan (A) diperoleh nilai
6,97 <µ< 7,27 selang kepercayaan 95%.
64

Lanjutan Lampiran 2.

Tabel 10. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Metode Perendaman (B)
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 7 8 9 8 8 0,02
2 8 7 8 8 7,75 0,14
3 8 8 9 6 7,75 0,14
4 8 8 8 7 7,75 0,14
5 9 9 9 7 8,5 0,14
6 8 8 7 7 7,5 0,40
7 8 8 8 7 7,75 0,14
8 9 8 9 8 8,5 0,14
9 9 8 9 8 8,5 0,14
10 9 8 7 8 8 0,02
11 8 8 8 7 7,75 0,14
12 7 7 9 8 7,75 0,14
13 9 7 8 7 7,75 0,14
14 9 8 9 8 8,5 0,14
15 9 9 9 8 8,75 0,38
16 9 9 9 8 8,75 0,38
17 9 8 9 7 8,25 0,01
18 7 8 8 7 7,5 0,40
19 9 9 8 8 8,5 0,14
20 9 9 9 8 8,75 0,38
21 9 8 9 9 8,75 0,38
22 8 7 8 9 8 0,02
23 6 8 9 7 7,5 0,40
24 8 9 9 7 8,25 0,01
25 8 9 9 8 8,5 0,14
Rata-rata 8,13 0,19±0,43

Kesimpulan :
Berdasarkan hasiluji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(L.chinensis) dengan penambahan gula pasir metode perendaman (B) diperoleh
nilai 7,96 <µ< 8,30 selang kepercayaan 95%.
65

Lanjutan Lampiran 2.

Tabel 11. Hasil Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Metode Penaburan (C)
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 6 9 9 5 7,25 0,15
2 6 8 7 6 6,75 0,01
3 7 7 8 5 6,75 0,01
4 6 7 8 5 6,5 0,13
5 7 8 8 6 7,25 0,15
6 7 7 8 6 7 0,02
7 7 9 8 5 7,25 0,15
8 6 7 7 6 6,5 0,13
9 6 8 7 5 6,5 0,13
10 6 8 9 7 7,5 0,41
11 7 9 8 7 7,75 0,79
12 7 8 8 6 7,25 0,15
13 7 8 7 6 7 0,02
14 7 9 8 6 7,5 0,41
15 8 9 7 7 7,75 0,79
16 5 8 7 8 7 0,02
17 6 8 8 5 6,75 0,01
18 7 8 8 6 7,25 0,15
19 7 7 6 7 6,75 0,01
20 6 8 5 5 6 0,74
21 5 7 8 5 6,25 0,37
22 5 8 6 5 6 0,74
23 5 8 7 5 6,25 0,37
24 5 7 6 5 5,75 1,23
25 5 8 8 7 7 0,02
Rata-rata 6,86 0,29±0,53

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(L.chinensis) dengan penambahan gula pasir metode penaburan (C) diperoleh nilai
6,65 <µ< 7,07 selang kepercayaan 95%.
66

Lampiran 3. Analisis Uji Hedonik Kesukaan Panelis Pra Penelitian

3.1. Hasil Pengujian Kruskal-wallis Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L.


chinensis) adalah sebagai berikut:
Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Xi A 25 29.86

B 25 61.40

C 25 22.74

Total 75

Test Statisticsa,b

Xi

Chi-Square 45.123

Df 2

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable: Perlakuan
Chi-Squaretable (0,05;2) : 5,991
Kesimpulan: Berdasarkan tabel diatas P <5% dan Chi-Square> 5,991 menyatakan
perlakuan berbeda nyata.
67

Lanjutan Lampiran 3.

3.2. Hasil Pengujian Kruskal-wallis Parameter Hedonik Dendeng Cumi-cumi (L.


chinensis) adalah sebagai berikut:

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Kenampakan A 25 30.16

B 25 59.06

C 25 24.78

Total 75

Aroma A 25 39.94

B 25 39.86

C 25 34.20

Total 75

Rasa A 25 33.58

B 25 52.18

C 25 28.24

Total 75

Tekstur A 25 30.10

B 25 58.40

C 25 25.50

Total 75

Test Statisticsa,b

Kenampakan Aroma Rasa Tekstur

Chi-Square 37.708 1.372 18.533 35.608

Df 2 2 2 2

Asymp. Sig. .000 .504 .000 .000

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable: Perlakuan
Chi-Squaretabel (0,05;2): 5,991
68

Lanjutan Lampiran 3.
Kesimpulan:
 Kenampakan dengan P <0,05 dan Chi-Square> 5,991 menyatakan berbeda
nyata;
 Aroma dengan P >0,05 dan Chi-Square< 5,991 menyatakan tidak berbeda
nyata;
 Rasa dengan P <0,05 dan Chi-Square> 5,991 menyatakan berbeda nyata; dan
 Tekstur dengan P <0,05 dan Chi-Square> 5,991 menyatakan berbeda nyata.

3.3. Uji Lanjut Mann Whiteney Parameter Kenampakan

Perlakuan Variabel yang Mann- Wilcoxon W Z Asymp. Sig.


dibandingkan Whitney (2-tailed)
U
A B 61.000 386.000 -5.015 .000
C 257.000 582.000 -1.136 .256
B C 37.500 362.500 -5.465 .000

Kesimpulan:
 Perlakuan A terhadap B berbeda nyata dengan P <0,05;
 Perlakuan A terhadap C tidak berbeda nyata dengan P > 0,05; dan
 Perlakuan B terhadap C berbeda nyata dengan P <0,05.

3.4. Uji Lanjut Mann Whiteney Parameter Rasa

Perlakuan Variabel yang Mann- Wilcoxon W Z Asymp. Sig.


dibandingkan Whitney (2-tailed)
U
A B 156.500 481.500 -3.228 .001
C 267.000 592.000 -.941 .346
B C 114.000 439.000 -4.080 .000

Kesimpulan:
 Perlakuan A terhadap B berbeda nyata dengan P <0,05;
 Perlakuan A terhadap C tidak berbeda nyata dengan P >0,05; dan
 Perlakuan B terhadap C berbeda nyata dengan P <0,05.
69

Lanjutan Lampiran 3.
3.5. Uji Lanjut Mann Whiteney Parameter Tekstur

Perlakuan Variabel yang Mann- Wilcoxon W Z Asymp. Sig.


dibandingkan Whitney (2-tailed)
U
A B 64.000 389.000 -5.000 .000
C 261.500 586.500 -1.047 .295
B C 51.000 376.000 -5.235 .000

Kesimpulan:
 Perlakuan A terhadap B berbeda nyata dengan P <0,05;
 Perlakuan A terhadap C tidak berbeda nyata dengan P >0,05; dan
 Perlakuan B terhadap C berbeda nyata dengan P <0,05.
70

Lampiran 4. Hasil Uji Kadar Air

Tabel 12. Hasil Uji Kadar Air Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda
Konsentrasi Gula Pasir
Pengulangan
15% 25% 35%
1 9,90 11,65 13,83
2 9,27 12,02 12,63
3 9,56 11,42 13,46
Rata-rata 9,58 11,70 13,31
SD 0,32 0,30 0,61

4.1.Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kadar Air

N 9

Normal Parametersa Mean 11,5267

Std. Deviation 1,66346

Most Extreme Differences Absolute .169

Positive .169

Negative -.141

Kolmogorov-Smirnov Z .508

Asymp. Sig. (2-tailed) .766

Kesimpulan :
P >0,05, maka distribusi data menyebar normal.

4.2. Uji Homogenitas


Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable: Kadar Air

F df1 df2 Sig.

1.342 2 6 .330

Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
71

Lanjutan Lampiran 4.

4.3.Uji Sidik Ragam (ANOVA)


ANOVA
Kadar Air

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 20.999 2 10.500 55.388 .000


Within Groups 1.137 6 .190
Total 22.137 8
F Tabel 0,05 : 5,14
Kesimpulan :
Data hasil uji F Hitung (55,388) > F Tabel (5,14) dengan P <0,05 berarti perbedaan
konsentrasi gula pasir berpengaruh terhadap kadar air dendeng cumi-cumi.

4.4.Uji BNJ
Multiple Comparisons
Kadar Air
BNJ

95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound

Kons. 15% Kons. 25% -2.12000* .35550 .002 -3.2108 -1.0292

Kons. 35% -3.73000* .35550 .000 -4.8208 -2.6392

Kons. 25% Kons. 35% -1.61000* .35550 .009 -2.7008 -.5192

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


Kesimpulan :
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan.
72

Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Protein

Tabel 13. Hasil Uji Kadar Protein Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda
Konsentrasi Gula Pasir
Pengulangan
15% 25% 35%
1 42,33 40,82 39,46
2 41,76 40,94 39,20
3 42,02 40,62 39,14
Rata-rata 42,04 40,79 39,27
SD 0,29 0,16 0,17

5.1. Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kadar Protein

N 8

Normal Parametersa Mean 40.8938

Std. Deviation 1.13946

Most Extreme Differences Absolute .155

Positive .146

Negative -.155

Kolmogorov-Smirnov Z .439

Asymp. Sig. (2-tailed) .991

Kesimpulan :
P >0,05, maka distribusi data menyebar normal.

5.2. Uji Homogenitas


Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable: Kadar Protein

F df1 df2 Sig.

.484 2 6 .639

Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
73

Lanjutan Lampiran 5.

5.3.Uji Sidik Ragam (ANOVA)


ANOVA
Kadar Protein

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 11.549 2 5.775 126.917 .000


Within Groups .273 6 .045
Total 11.822 8
F Tabel 0,05 : 5,14
Kesimpulan :
Data hasil uji F Hitung (126.917) > F Tabel (5,14) dengan P <0,05 berarti perbedaan
konsentrasi gula pasir berpengaruh terhadap kadar protein dendeng cumi-cumi.

5.4. Uji BNJ


Multiple Comparisons
Kadar Protein
BNJ

95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound

Kons. 15% Kons. 25% 1.2433* .17416 .001 .7089 1.7777

Kons. 35% 2.7700* .17416 .000 2.2356 3.3044

Kons. 25% Kons. 35% 1.5267* .17416 .000 .9923 2.0611

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan :
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan.
74

Lampiran 6. Hasil UjiAw

Tabel 14. Hasil UjiAw Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan Penambahan
Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda
Konsentrasi Gula Pasir
Pengulangan
15% 25% 35%
1 0,49 0,41 0,45
2 0,50 0,42 0,45
3 0,50 0,42 0,45
Rata-rata 0,50 0,42 0,45
SD 0,00 0,01 0,00

6.1. Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Aw

N 8

Normal Parametersa Mean .4550

Std. Deviation .03742

Most Extreme Differences Absolute .200

Positive .200

Negative -.200

Kolmogorov-Smirnov Z .566

Asymp. Sig. (2-tailed) .906

Kesimpulan :
P >0,05,maka distribusi data menyebar normal.

6.2. Uji Homogenitas


Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable: Aw

F df1 df2 Sig.

1.095 2 6 .393

Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
75

Lanjutan Lampiran 6.

6.3.Uji Sidik Ragam (ANOVA)


ANOVA
Aw

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .010 2 .005 300.007 .000


Within Groups .000 6 .000
Total .010 8
F Tabel 0,05 : 5,14
Kesimpulan :
Data hasil uji F Hitung (300.007) > F Tabel (5,14) dengan P <0,05 berarti perbedaan
konsentrasi gula pasir berpengaruh terhadap Aw dendeng cumi-cumi.

6.4. Uji BNJ


Multiple Comparisons
Aw
BNJ

95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound

Kons. 15% Kons. 25% -.08033 .00329 .000 .0702 .0904

Kons. 35% -.04533 .00329 .000 .0352 .0554

Kons. 25% Kons. 35% -.03500 .00329 .000 .0451 -.0249

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan :
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan.
76

Lampiran 7. Hasil Uji Kadar Lemak

Tabel 15. Hasil Uji Kadar Lemak Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda
Pengulangan Konsentrasi Gula Pasir
15% 25% 35%
1 0,68 0,71 0,63
2 0,66 0,72 0,71
3 0,65 0,66 0,79
Rata-rata 0,66 0,70 0,71
SD 0,02 0,03 0,08

7.1. Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kadar Lemak

N 8
Normal Parametersa Mean .6775
Std. Deviation .03284
Most Extreme Differences Absolute .214
Positive .203
Negative -.214
Kolmogorov-Smirnov Z .605
Asymp. Sig. (2-tailed) .858
Kesimpulan :
P >0,05,maka distribusi data menyebar normal

7.2. Uji Homogenitas


Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable: Kadar Lemak

F df1 df2 Sig.

1.808 2 6 .243

Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
77

Lanjutan Lampiran 7.

7.3.Uji Sidik Ragam (ANOVA)


ANOVA
Kadar Lemak

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .003 2 .002 .678 .543


Within Groups .015 6 .003
Total .019 8
F Tabel 0,05 : 5,14
Kesimpulan :
Data hasil uji F Hitung (0,678) < F Tabel (5,14) dengan P >0,05 berarti perbedaan
konsentrasi gula pasir tidak berpengaruh terhadap kadar lemak dendeng cumi-cumi.

7.4. Uji BNJ

Multiple Comparisons
Kadar Lemak
BNJ

95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound

Kons. 15% Kons. 25% -.03333 .04128 .712 -.1600 .0933

Kons. 35% -.04667 .04128 .532 -.1733 .0800

Kons. 25% Kons. 35% -.01333 .04128 .945 -.1400 .1133

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan :
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaantidak nyata pada perlakuan;
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan; dan
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan.
78

Lampiran 8. Hasil Uji Warna (Chromameter)

Tabel 16. Hasil Uji Warna (Chromameter) Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)
dengan Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda
Konsentrasi Warna o
Hue
Gula Pasir L a* b*
15% 44,54±1,01 16,81±1,25 18,76±1,37 48,14±0,56
25% 37,50±0,99 6,76±0,33 4,31±0,63 32,43±2,68
35% 38,79±1,32 5,72±0,59 3,51±0,41 31,51±1,98
Keterangan :
 Nilai merupakan hasil rata-rata tiga kali ulangan ± standar deviasi.

8.1. Hasil analisis nilai L


a. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai L

N 9
Normal Parametersa Mean 40.2767
Std. Deviation 3.38443
Most Extreme Differences Absolute .244
Positive .244
Negative -.184
Kolmogorov-Smirnov Z .733
Asymp. Sig. (2-tailed) .656

a. Test distribution is Normal.


Kesimpulan :
P >0,05, maka distribusi data menyebar normal.

b. Uji Homogenitas
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Nilai L

F df1 df2 Sig.

.404 2 6 .684

Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
79

Lanjutan Lampiran 8.

c. Uji Sidik Ragam (ANOVA)


ANOVA
Nilai L

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 84.173 2 42.087 33.841 .001


Within Groups 7.462 6 1.244
Total 91.635 8
F Tabel 0,05 : 5,14
Kesimpulan :
Data hasil uji F Hitung (33,841) > F Tabel (5,14) dengan P <0,05 berarti perbedaan
konsentrasi gula pasir berpengaruh terhadap nilai L dendeng cumi-cumi.

d. Uji BNJ

Multiple Comparisons
Nilai L
BNJ

95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound

Kons. 15% Kons. 25% 7.03667* .91055 .001 4.2428 9.8305

Kons. 35% 5.74333* .91055 .002 2.9495 8.5372

Kons. 25% Kons. 35% -1.29333 .91055 .390 -4.0872 1.5005

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan :

 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan.
80

Lanjutan Lampiran 8.

8.2. Hasil analisis nilai a


a. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai a

N 9
Normal Parametersa Mean 9.8744
Std. Deviation 5.28379
Most Extreme Differences Absolute .343
Positive .343
Negative -.195
Kolmogorov-Smirnov Z 1.030
Asymp. Sig. (2-tailed) .239
a. Test distribution is Normal.
Kesimpulan:
P >0,05, maka distribusi data menyebar normal.

b. Uji Homogenitas
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Nilai a

F df1 df2 Sig.

1.671 2 6 .265

Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.

c. Uji Sidik Ragam (ANOVA)


ANOVA
Nilai a

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 219.260 2 109.630 160.926 .000


Within Groups 4.087 6 .681
Total 223.348 8

F Tabel 0,05 : 5,14


81

Lanjutan Lampiran 8.

Kesimpulan :
Data hasil uji F Hitung (160.926) > F Tabel (5,14) dengan P <0,05 berarti perbedaan
konsentrasi gula pasir berpengaruh terhadap nilai a dendeng cumi-cumi.

d. Uji BNJ
Multiple Comparisons
Nilai a
BNJ

95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound

Kons. 15% Kons. 25% 9.7200* .67392 .000 7.6522 11.7878

Kons. 35% 11.0867* .67392 .000 9.0189 13.1544

Kons. 25% Kons. 35% 1.3667 .67392 .186 -.7011 3.4344

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan :

 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan.
82

Lanjutan Lampiran 8.

8.3. Hasil analisis nilai b


a. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai b

N 9
Normal Parametersa Mean 8.8611
Std. Deviation 7.47321
Most Extreme Differences Absolute .362
Positive .362
Negative -.222
Kolmogorov-Smirnov Z 1.086
Asymp. Sig. (2-tailed) .189
a. Test distribution is Normal.
Kesimpulan:
P >0,05, maka distribusi data menyebar normal.

b. Uji Homogenitas
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Nilai b

F df1 df2 Sig.

3.732 2 6 .088

Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
83

Lanjutan Lampiran 8.

c. Uji Sidik Ragam (ANOVA)


ANOVA
Nilai b
Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 441.914 2 220.957 271.821 .000


Within Groups 4.877 6 .813
Total 446.791 8
F Tabel 0,05 : 5,14
Kesimpulan :
Data hasil uji F Hitung (271.821) > F Tabel (5,14) dengan P <0,05 berarti perbedaan
konsentrasi gula pasir berpengaruh terhadap nilai b dendeng cumi-cumi.

d. Uji BNJ
Multiple Comparisons
Nilai b
BNJ

95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound

Kons. 15% Kons. 25% 14.44667* .73615 .000 12.1880 16.7054

Kons. 35% 15.25000* .73615 .000 12.9913 17.5087

Kons. 25% Kons. 35% .80333 .73615 .553 -1.4554 3.0620

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan :

 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan.
84

Lanjutan Lampiran 8.

8.4. Hasil Analisis oHue


a. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

°HUE

N 9
a
Normal Parameters Mean 37.3622
Std. Deviation 8.26779
Most Extreme Differences Absolute .264
Positive .264
Negative -.224
Kolmogorov-Smirnov Z .791
Asymp. Sig. (2-tailed) .558
Kesimpulan:
P >0,05, maka distribusi data menyebar normal.

b. Uji Homogenitas
Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:°HUE

F df1 Sig.
df2

2.006 2 6 .215

Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
85

Lanjutan Lampiran 8.

c. Uji Sidik Ragam (ANOVA)


ANOVA
◦Hue
Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 523.992 2 261.996 68.767 .000


Within Groups 22.860 6 3.810
Total 546.851 8

F Tabel 0,05 : 5,14


Kesimpulan :
Data hasil uji F Hitung (68.767) > F Tabel (5,14) dengan P <0,05 berarti perbedaan

konsentrasi gula pasir berpengaruh terhadap °Hue dendeng cumi-cumi.

d. Uji BNJ
Multiple Comparisons
◦Hue
BNJ

95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound

Kons. 15% Kons. 25% 15.70667* 1.59372 .000 10.8167 20.5966

Kons. 35% 16.62667* 1.59372 .000 11.7367 21.5166

Kons. 25% Kons. 35% .92000 1.59372 .837 -3.9700 5.8100

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan :

 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
 Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan.
86

Lampiran 9. Hasil Uji Hedonik Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi (L.
chinensis) dengan Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda

Tabel 17. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Konsentrasi 15%
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 5 9 8 7 7,25 0,00
2 6 9 9 7 7,75 0,28
3 7 8 9 5 7,25 0,00
4 7 7 8 5 6,75 0,22
5 7 9 8 6 7,5 0,08
6 6 6 8 5 6,25 0,94
7 7 8 9 8 8 0,61
8 6 9 7 8 7,5 0,08
9 7 9 5 5 6,5 0,52
10 7 7 8 5 6,75 0,22
11 6 9 8 7 7,5 0,08
12 7 9 9 7 8 0,61
13 7 8 8 8 7,75 0,28
14 6 7 8 8 7,25 0,00
15 5 8 8 7 7 0,05
16 7 9 7 6 7,25 0,00
17 6 8 6 6 6,5 0,52
18 7 7 9 5 7 0,05
19 6 8 9 7 7,5 0,08
20 7 9 7 8 7,75 0,28
21 6 7 8 8 7,25 0,00
22 6 8 9 5 7 0,05
23 6 6 8 7 6,75 0,22
24 8 9 8 6 7,75 0,28
25 5 8 8 6 6,75 0,22
Rata-rata 7,22 0,23±0,48

Kesimpulan :
Berdasarkan Hasil uji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(L.chinensis) dengan penambahan gula pasir konsentrasi 15% diperoleh nilai
7,03<µ< 7,41 selang kepercayaan 95%.
87

Lanjutan Lampiran 9.

Tabel 18. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Konsentrasi 25%
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 7 9 8 8 8 0,01
2 5 9 9 9 8 0,01
3 9 8 7 9 8,25 0,02
4 9 5 9 8 7,75 0,12
5 8 9 9 7 8,25 0,02
6 8 8 9 8 8,25 0,02
7 8 8 8 7 7,75 0,12
8 7 8 7 8 7,5 0,36
9 9 7 7 8 7,75 0,12
10 8 7 7 9 7,75 0,12
11 8 8 8 7 7,75 0,12
12 9 9 8 9 8,75 0,42
13 9 7 9 7 8 0,01
14 7 7 9 8 7,75 0,12
15 9 9 8 7 8,25 0,02
16 8 9 7 9 8,25 0,02
17 9 9 9 9 9 0,81
18 9 9 9 6 8,25 0,02
19 9 8 8 9 8,5 0,16
20 9 8 9 8 8,5 0,16
21 8 9 7 8 8 0,01
22 9 7 7 8 7,75 0,12
23 9 9 7 9 8,5 0,16
24 8 7 8 9 8 0,01
25 9 8 8 7 8 0,01
Rata-rata 8,10 0,13±0,35

Kesimpulan :
Berdasarkan Hasil uji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(L.chinensis) dengan penambahan gula pasir konsentrasi 25% diperoleh nilai
7,96<µ< 8,24 selang kepercayaan 95%.
88

Lanjutan Lampiran 9.

Tabel 19. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Konsentrasi 35%
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 7 8 9 8 8,00 0,09
2 7 8 9 9 8,25 0,30
3 8 7 7 5 6,75 0,90
4 8 7 7 8 7,50 0,04
5 8 7 9 9 8,25 0,30
6 8 6 9 5 7,00 0,49
7 6 8 6 5 6,25 2,10
8 9 6 7 8 7,50 0,04
9 7 9 8 7 7,75 0,00
10 8 6 7 7 7,00 0,49
11 9 8 8 9 8,50 0,64
12 8 6 9 5 7,00 0,49
13 8 9 8 9 8,50 0,64
14 8 7 9 8 8,00 0,09
15 8 6 7 8 7,25 0,20
16 8 8 9 9 8,50 0,64
17 7 8 8 9 8,00 0,09
18 8 8 9 9 8,50 0,64
19 8 9 9 5 7,75 0,00
20 8 6 8 9 7,75 0,00
21 8 8 9 8 8,25 0,30
22 8 6 7 7 7,00 0,49
23 9 9 7 8 8,25 0,30
24 8 9 6 7 7,50 0,04
25 9 5 8 8 7,50 0,04
Rata-rata 7,7 0,38±0,61

Kesimpulan :
Berdasarkan Hasil uji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(Loligo chinensis) dengan penambahan gula pasir konsentrasi 35% diperoleh nilai
7,46<µ< 7,94 selang kepercayaan 95%.
89

Lampiran 10. Analisis Uji Hedonik Kesukaan Panelis Penelitian Utama

10.1. Hasil Pengujian Kruskal-wallis Hedonik Dendeng Cumi-cumi adalah sebagai


berikut:

Ranks

Perlaku
an N Mean Rank

Xi 15% 25 21.46

25% 25 53.22

35% 25 39.32

Total 75

Test Statisticsa,b

Xi

Chi-Square 27.117
Df 2
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Perlakuan

Chi-Squaretable (0,05;2) : 5,991


Kesimpulan: Berdasarkan tabel diatas P <0,05 dan Chi-Square> 5,991 menyatakan
perlakuan berbeda nyata.
90

Lanjutan Lampiran 10.

10.2. Hasil Pengujian Kruskal-wallis Parameter Hedonik Dendeng Cumi-cumi


adalah sebagai berikut:

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Kenampakan 15% 25 16.92

25% 25 52.60

35% 25 44.48

Total 75

Aroma 15% 25 41.88

25% 25 42.14

35% 25 29.98

Total 75

Rasa 15% 25 38.00

25% 25 38.34

35% 25 37.66

Total 75

Tekstur 15% 25 23.76

25% 25 48.14

35% 25 42.10

Total 75

Test Statisticsa,b

Kenampakan Aroma Rasa Tekstur

Chi-Square 39.403 5.518 .014 17.986


Df 2 2 2 2
Asymp. Sig. .000 .063 .993 .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Perlakuan

Chi-Squaretabel (0,05;2): 5,991

Kesimpulan:
 Kenampakan dengan P <0,05 dan Chi-Square> 5,991 menyatakanberbeda
nyata;
91

Lanjutan Lampiran 10.

 Aroma dengan P>0,05 dan Chi-Square< 5,991 menyatakan tidak berbeda


nyata;
 Rasa dengan P>0,05 dan Chi-Square< 5,991 menyatakan tidak berbeda
nyata; dan
 Tekstur dengan P <0,05 dan Chi-Square> 5,991 menyatakanberbeda nyata.

10.3. Uji Lanjut Mann Whiteney Parameter Kenampakan

Perlakuan Variabel yang Mann- Wilcoxon Z Asymp. Sig.


dibandingkan Whitney W (2-tailed)
U
15% 25% 47.000 372.000 -5.295 .000
35% 51.000 376.000 -5.282 .000
25% 35% 213.000 538.000 -2.097 .036

Kesimpulan:
 Perlakuan konsentrasi 15% terhadap konsentrasi 25% berbeda nyata dengan
P <0,05;
 Perlakuan konsentrasi 15% terhadap konsentrasi 35%berbeda nyata dengan
P <0,05; dan
 Perlakuan konsentrasi 25% terhadap konsentrasi 35% berbeda nyata dengan
P <0,05.
92

Lanjutan Lampiran 10.

10.4. Uji Lanjut Mann Whiteney Parameter Tekstur

Perlakuan Variabel yang Mann- Wilcoxon Z Asymp. Sig.


dibandingkan Whitney W (2-tailed)
U
15% 25% 99.500 424.500 -4.250 .000
35% 169.500 494.500 -2.848 .004
25% 35% 272.000 597.000 -.823 .411

Kesimpulan:
 Perlakuan konsentrasi 15% terhadap konsentrasi 25% berbeda nyata dengan
P <0,05;
 Perlakuan konsentrasi 15% terhadap konsentrasi 35% berbeda nyata dengan
P <0,05; dan
 Perlakuan konsentrasi 25% terhadap konsentrasi 35% tidak berbeda nyata
dengan P >0,05.
93

Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian

a. Cumi-cumi (Loligo chinensis) Kering

b. Cumi-cumi Setelah Pemipihan

c. Bumbu Pembuatan Dendeng Cumi- cumi


94

Lanjutan Lampiran 11.

d. Proses Pemberian Bumbu

e. Proses Pengeringan Dendeng Cumi-cumi

f. Dendeng Cumi-cumi
95

Lanjutan Lampiran 11.

g. Pengujian Warna Dendeng Cumi-cumi

h. Pengujian Kadar Protein Dendeng Cumi- Cumi

i. Pengujian Kadar Air Dendeng Cumi-cumi


96

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungpinang pada tanggal 23 Desember

1996 dari pasangan Bapak Sukhirul dan Ibu Murdiyanti. Penulis

merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Penulis

memulai jenjang Pendidikan Formal di SD Negeri 002 Sabak

Auh (2007-2008), Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 027 Siak (2008-

2011) dan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 1 Dumai (2011-2014).

Pada tahun 2014, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi

Teknologi Hasil Perikanan, Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.

Penulis telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada tanggal 27

Januari 2017 dengan Judul “Proses Pembuatan Dendeng Cumi-cumi (Loligo

chinensis) di PD Adi Anugrah “Food Industry, Kota Tanjungpinang, Kepulauan

Riau”. Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) PPM tim II

tahun 2017 di Desa Panggung, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara.

Sampai saat ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi

Teknologi Hasil Perikanan, Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai