SKRIPSI
Oleh:
Nofia Fifiarti
26030114130051
Oleh
Nofia Fifiarti
26030114130051
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Dengan ini saya, Nofia Fifiarti. Menyatakan bahwa karya ilmiah atau skripsi
ini adalah asli karya saya sendiri dan belum pernah dijadikan sebagai pemenuhan
persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S1) dari Universitas
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah atau skripsi ini yang
berasal dari karya orang lain, baik yang dipublikasi ataupun tidak, telah diberikan
penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi
dari karya ilmiah atau skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Nofia Fifiarti
26030114130051
v
ABSTRAK
Secara umum, dendeng dibuat dari bahan baku hasil ternak. Pemanfaatan
hasil perikanan menjadi dendeng seperti cumi-cumi masih jarang dilakukan oleh
masyarakat. Pembuatan dendeng menggunakan gula merah dapat memberikan
pengaruh terhadap warna dendeng. Disisi lain, gula merah sendiri telah mengalami
reaksi browning pada saat proses pembuatannya. Alternatif lain yang dapat
menggantikan gula merah sebagai pemanis dan pengawet dalam pembuatan
dendeng yaitu gula pasir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan gula pasir yang berbeda terhadap mutu dendeng cumi-cumi ditinjau
dari segi sensoris dan kimiawi. Penelitian ini bersifat experimental laboratories
model rancangan acak lengkap, menggunakan satu faktor konsentrasi gula pasir
dengan tiga kali pengulangan. Mutu dendeng dilihat melalui uji kadar air, kadar
protein, kadar lemak, Aw, warna dan hedonik kesukaan panelis. Data parametrik
dianalisis dengan analisis sidik ragam, sedangkan data non parametrik dengan
analisis Kruskal-wallis. Hasil secara keseluruhan menunjukkan bahwa penambahan
gula pasir dengan konsentrasi 25% mampu menghasilkan dendeng dengan mutu
terbaik dari segi kimiawi kadar air 11,70%+0,30; kadar protein 40,79%+0,16; kadar
lemak 0,70%+0,03 dan Aw 0,42+0,01; dengan uji warna memiliki nilai L
(37,50+0,99), a* (6,76+0,33), b* (4,31+0,63); serta uji sensori dengan selang
kepercayaan 7,96 <µ< 8,24. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
penambahan gula pasir dengan konsentrasi yang berbeda pada pembuatan dendeng
cumi-cumi memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap kadar air, Aw,
kadar protein dan tingkat kesukaan panelis pada kenampakan serta tekstur. dendeng
cumi-cumi dari segi sensoris maupun kimiawi. Hasil yang tidak berbeda nyata
ditunjukkan pada kadar lemak dan tingkat kesukaan panelis pada aroma serta rasa
dendeng cumi-cumi.
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi dengan judul
Pengaruh Penambahan Gula Pasir dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Mutu
Dendeng Cumi-cumi (Loligo chinensis) ini dapat terselesaikan. Penelitian ini mencoba
memberikan informasi mengenai konsentrasi terbaik gula pasir dalam pembuatan
dendeng cumi-cumi ditinjau dari segi sensoris dan kimiawi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa untuk menyelesaikan skripsi ini tentunya
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih atas bimbingan, saran, dan kerjasamanya kepada:
1. Ibu Ulfah Amalia, S. Pi., M. Si selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas
arahan, koreksi, nasehat, serta perhatian demi kelancaran penyusunan skripsi ini;
2. Bapak Romadhon, S. Pi., M. Biotech selaku dosen pembimbing II, terima kasih
telah banyak meluangkan waktunya untuk perbaikan skripsi ini;
3. Panitia ujian skripsi, terima kasih atas waktu dan kesabarannya, sehingga ujian
skripsi berjalan dengan lancar; dan
4. Keluarga, sahabat serta teman seperjuangan juga pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, saran
dan kritik kearah perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, Februari 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Perumusan dan Pendekatan Masalah .................................................. 3
1.2.1. Perumusan Masalah................................................................... 3
1.2.2. Pendekatan Masalah.................................................................. 5
1.3. Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 6
1.3.1. Tujuan ....................................................................................... 6
1.3.2. Manfaat ..................................................................................... 6
1.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ........................................................... 6
ix
2.6.5. Warna ....................................................................................... 18
2.6.6. Tingkat Kesukaan Panelis (Hedonik) ....................................... 19
x
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 56
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 56
5.2. Saran .................................................................................................... 56
LAMPIRAN ........................................................................................................ 60
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kandungan Gizi pada Cumi-cumi ................................................................. 11
12. Hasil Uji Kadar Air Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda........................................ 70
13. Hasil Uji Kadar Protein Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda........................................ 72
15. Hasil Uji Kadar Lemak Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda................................ ........ 76
xii
Berbeda.................................................................................................... 78
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema Pendekatan Masalah ........................................................................... 7
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lembar Uji Hedonik Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi
(L. chinensis) dengan Penambahan Gula Pasir pada Sampel A, B dan C...... 61
xv
I. PENDAHULUAN
hewan lunak yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Kelebihan dari cumi-cumi
(L. chinensis) adalah daging putih yang disukai oleh masyarakat. Cumi-cumi (L.
dan Pengendalian Mutu (2018), potensi sumberdaya perairan laut cukup besar di
perairan Indonesia. Produksi cumi-cumi di Indonesia pada tahun 2018 hingga bulan
cumi-cumi kering dan cumi-cumi asin. Menurut Hulalata et al. (2013), cumi-cumi
lanjut. Cumi-cumi kering dan cumi-cumi asin diolah secara sederhana melalui
proses pengeringan dengan bumbu hanya berupa garam atau tanpa garam.
penambahan gula pasir dan diikuti dengan proses pengeringan sehingga dapat
menghasilkan produk yang awet. Menurut Evanuarini dan Huda (2011), dendeng
1
2
Gula pasir merupakan bahan tambahan yang terbuat dari sari tebu dan
kenampakan putih bersih dan kadar air yang rendah sehingga menjadi alternatif
sebagai pengawet dalam pembuatan dendeng. Gula pasir dapat membantu dalam
mengurangi kadar air pada saat proses pengeringan sehingga dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dan juga kerja enzim. Selain itu, kandungan air
dalam gula pasir lebih rendah apabila dibandingkan dengan gula merah yang pada
produk dendeng. Menurut Husna et al. (2014), kadar air dendeng dengan
penambahan gula merah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan dendeng dengan
penambahan gula pasir. Hal ini dikarenakan masing-masing jenis gula memiliki
kandungan air yang berbeda. Gula merah memiliki kandungan air sebesar 3,5%,
sedangkan gula pasir sebesar 1%. Selain itu, perbedaan kadar air juga disebabkan
oleh kandungan senyawa yang berbeda didalam gula pasir dan gula merah. Gula
pasir terdiri atas 99,8% sukrosa dan 0,2% terdiri dari senyawa lain, sedangkan gula
merah terdiri dari 92% sukrosa dan 8% senyawa lain. Adanya kandungan seyawa
lain yang lebih tinggi pada gula merah menyebabkan dendeng dengan gula merah
dapat mengikat air lebih banyak, sehingga kadar air lebih tinggi.
Dendeng yang memiliki kualitas yang baik akan mudah diterima oleh
konsumen. Kualitas dendeng yang baik dilihat dari segi warna, rasa, dan aroma.
Dendeng pada umumnya memiliki kenampakan warna coklat kehitaman, rasa dan
dipengaruhi oleh bahan baku dan lama proses perendaman dalam bumbu. Lama
3
dengan kualitas yang baik adalah dendeng yang memiliki warna coklat, aroma khas
kenampakan warna yang dihasilkan dan mutu dendeng cumi-cumi ditinjau dari segi
dihasilkan. Penelitian ini juga dilakukan sebagai alternatif lain untuk pengolahan
ternak seperti ayam dan sapi. Pembuatan dendeng dengan pemanfaatan hasil
daerah Kepulauan Riau. Pembuatan dendeng dengan bahan baku cumi-cumi dapat
menimbulkan aroma amis yang kuat. Penambahan gula pasir dalam pembuatan
Proses penambahan gula akan berperan terhadap pengikatan molekul air yang
akan berpengaruh terhadap proses kemunduran mutu. Menurut Septya et al. (2017),
larutan gula yang diberikan pada suatu produk dapat meningkatkan tekanan
4
osmosis yang tinggi sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan produk
akan lebih awet. Gula dapat menyebabkan sebagian air yang ada menjadi tidak
tersedia untuk pertumbuhan mikroba dan aktivitas air dari produk akan menurun.
Hal ini disebabkan gula akan mengikat air dalam produk sehingga berfungsi sebagai
pengawet.
dilakukan oleh masyarakat tidak ada perhitungan secara kuantitatif masih sebatas
perkiraan. Penambahan gula berpengaruh terhadap warna dan aroma yang akan
dihasilkan pada produk dendeng. Perbedaan warna diakibatkan oleh gula yang
semakin gelap warna dendeng yang dihasilkan. Menurut Ranger et al. (2017), gula
yang ditambahkan pada produk dan dengan peningkatan suhu menyebabkan reaksi
browning yang akan menyebabkan perubahan warna. Reaksi browning pada gula
diakibatkan dari reaksi karamelisasi yang mana reaksi terjadi antara gula dengan
suhu.
aroma amis pada cumi-cumi kering yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
terhadap tingkat kesukaan konsumen. Aroma amis pada dendeng cumi-cumi dapat
maltol yang dapat menyamarkan aroma amis. Menurut Nisa dan Wardani (2016),
5
aroma dalam suatu produk dianggap penting karena dapat memberikan hasil
penilaian terhadap produk terkait diterima atau tidaknya suatu poduk. Adanya
reaksi maillard yang terjadi akibat reaksi antara gugus amino dan gula pereduksi.
Hal tersebut dapat dirumuskan bahwa gula pasir akan mempengaruhi mutu
serta kenampakan warna dari dendeng cumi-cumi. Konsentrasi gula pasir akan
pengawetan dan juga pemberi cita rasa. Gula pasir memiliki kemampuan dalam
mengikat air. Jumlah gula pasir yang digunakan dalam pembuatan produk akan
mempengaruhi tekstur, warna dan rasa dari produk. Beberapa penelitian terkait
antara lain: Evanuarini dan Huda (2011), menyatakan bahwa pembuatan dendeng
sapi dengan penambahan gula sebesar 30% lebih baik ditinjau dari segi kimiawi
yaitu Aw dengan nilai 0,539 dibandingkan dengan dendeng sapi yang ditambahkan
gula pasir sebesar 0%, 10% dan 20%; Lebih lanjut Husna et al. (2014), menyatakan
penambahan gula pasir sebesar 20% diketahui memiliki pengaruh yang lebih baik
sama. Hal ini dibuktikan dari segi fisik dan kimiawi yaitu dengan hasil kadar air
8,20%, kadar protein 53,94%, kadar abu tidak larut asam 0,36%, nilai organoleptik
warna 3,28 (biasa), aroma 3,35 (biasa), rasa 3,33 (biasa) dan tekstur 3,15 (biasa).
6
Oleh karena itu, pada penelitian ini, dilakukan pembuatan dendeng cumi-
cumi dengan penambahan gula pasir dengan konsentrasi 15%, 25% dan 35%.
lain: kadar air, kadar protein, Aw, kadar lemak, analisa warna dan hedonik.
2. Kualitas dendeng cumi-cumi (L. chinensis) terbaik hasil penelitian dari segi
1.3.2. Manfaat
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2017 sampai Januari 2018.
Soegijapranata.
7
Permasalahan
1. Pembuatan dendeng dari hasil perikanan seperti cumi-cumi
masih jarang;
2. Proses pembuatan dendeng sebagian besar pada masyarakat
dilakukan dengan takaran gula tidak ada perhitungan secara
kuantitatif masih sebatas perkiraan;
3. Konsentrasi gula pasir dapat mempengaruhi warna dan aroma
I
dendeng; dan
N 4. Belum adanya penelitian mengenai dendeng cumi-cumi.
P
U
T Pendekatan Masalah
Evanuarini dan Huda (2011), menyatakan bahwa penambahan
B gula pasir sebanyak 30% pada pembuatan dendeng sapi lebih baik
A dengan nilai Aw sebesar 0,539 Lebih lanjut Husna et al. (2014), juga
L melakukan pembuatan dendeng ikan leubium (C. maculatus) dengan
I penambahan gula pasir sebanyak 20% lebih baik dibandingkan
K dendeng dengan gula merah dengan konsentrasi yang sama
dibuktikan dari segi fisik dan kimiawi dendeng.
U
Pra Penelitian
Pembuatan dendeng cumi-cumi (L. chinensis) dengan metode M
penambahan gula pasir konsentrasi 25% yang berbeda yaitu P
pengolesan, perendaman dan penaburan. Selanjutnya dilakukan uji A
hedonik dendeng cumi-cumi. N
P B
R Penelitian Utama A
O Sampel dendeng cumi-cumi (L. chinensis) dengan perlakuan L
S terbaik dari nilai hedonik yang diperoleh pada pra penelitian I
E kemudian dilakukan pembuatan dendeng cumi-cumi dengan K
penambahan konsentrasi gula pasir yang berbeda yaitu 15%, 25%
S
dan 35%.
O Data
U
T
Analisis Data
P
U
T Kesimpulan
B Gambar 1. Skema Pendekatan Masalah
A
L
I
K
II. TINJAUAN PUSTAKA
mollusca lainnya. Jenis cephalopoda yang sering dijumpai di perairan laut adalah
menyerupai paruh burung yang tajam. Cara yang dilakukan oleh cumi-cumi untuk
menyelamatkan diri dari mangsa maupun lawannya adalah dengan cara mengelabui
menggunakan cairan tinta yang dimilikinya sehingga kondisi perairan yang berada
disekitar cumi-cumi tersebut akan menjadi gelap, sehingga mangsa maupun lawan
memakan hewan-hewan seperti udang dan ikan-ikan pelagis yang ditangkap dengan
tentakelnya. Cumi-cumi memiliki ciri morfometrik kepala besar, leher dan mantel
yang bersatu dengan bagian dorsal. Mantel membentuk lonjong membundar pada
ujung posterior. Sirip-siripnya bersatu pada bagian posterior di sekitar ujung mantel
yang cukup besar dan tebal, memiliki lima pasang lengan yang mana satu pasang
diantaranya lebih panjang dari yang lain yang disebut tentakel. Bentuk tubuh yang
dimiliki oleh cumi-cumi yaitu simetri bilateral dan dapat dibedakan atas kepala,
leher dan mantel. Mulut dari cumi-cumi terdapat pada bagian tengah kepala serta
dilengkapi sepasang tentakel yang panjang dan empat pasang tentakel pendek.
Ukuran lebar kepala cumi-cumi hampir sama dengan ukuran mantel. Mantel cumi-
9
10
Indonesia memiliki wilayah perairan laut seluas sekitar 5,8 juta km2. Tahun
1995 hasil tangkapan cumi-cumi hanya sekitar 27.575 ton atau 0,8% dari produksi
total perikanan di Indonesia. Cephalopoda terdiri dari 700 spesies yang telah
diketahui hidup tersebar di lapisan permukaan laut, baik diperairan kutub maupun
salah satu sumberdaya hayati yang penting dalam sektor perikanan laut.
Cephalopoda yang hidup di perairan laut Indonesia dan teridentifikasi sebanyak 100
jenis, namun yang memiliki potensi yang cukup besar adalah Sepioteuthis
dengan bobot tubuh 1,8 kg, sedangkan betina mampu mencapai ukuran mantel 8-
menyerupai abalone, tidak bertulang, tetapi berupa jaringan otot yang panjang
atau mantel yang membungkus semua organ dalam, kepala, jaringan syaraf, mulut
dan tentakel. Cumi-cumi tidak memiliki struktur kerangka tulang untuk menopang
jaringan otot dari tubuhnya. Sebagai penggantinya, jaringan otot melekat kuat di
antara lapisan-lapisan selaput penghubung yang sangat kuat. Lapisan ini secara
lingkungan. Secara alami tekstur daging menjadi kompak dan kuat oleh adanya
jaringan selaput dan hal ini akan menjadikan rasa yang khas apabila dimakan.
Cumi-cumi memiliki struktur otot yang berbeda dengan ikan. hal ini diperkuat oleh
Effendie (1989), ikan memiliki urat daging bergaris diseluruh tubuh terdiri dari
kumpulan blok urat daging. Urat daging yang menempel pada tubuh ikan tersusun
11
menurut pola tertentu. Urat daging yang terdapat dikedua sisi tubuh ikan dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah. Kedua bagian
dipisah oleh selaput yang mana dibagian permukaan selaput terdapat urat daging
yang menutupi yang mengandung lemak yang biasa disebut urat daging merah.
cumi-cumi adalah air dan protein, diikuti abu dan lemak. Kandungan gizi pada
termasuk produk yang sudah populer dan banyak dinikmati oleh masyarakat.
Kualitas dendeng dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah bahan baku
menambahkan campuran garam, gula serta bumbu lainnya. Dendeng memiliki cita
rasa yang spesifik. Perubahan pola pikir dan zaman dapat mempengaruhi berbagai
macam makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Dendeng merupakan salah satu
12
makanan yang dapat dijadikan lauk yang sangat digemari (Evanuarini dan Huda,
2011).
Produk awetan yang telah lama dikenal di Indonesia antara lain adalah
salah satu alternatif pengolahan bahan pangan agar masa simpannya relatif lama.
Cara pengolahan yang baik pada produk dendeng dapat disimpan selama berbulan-
Dendeng merupakan salah satu jenis pangan yang memiliki tekstur semi padat
daging dari berbagai hewan dan memiliki daya simpan yang tinggi akibat
pemberi cita rasa. Gula yang ditambahkan pada pembuatan dendeng dilakukan pada
adalah dengan membentuk suatu lembaran yang tipis dengan ketebalan + 20 mm.
Kemudian dilanjuti dengan proses pencampuran dengan gula, garam dan bumbu
lainnya serta dilanjuti dengan proses pengeringan (Evanuarini dan Huda, 2011).
Dendeng merupakan bahan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari
daging atau ikan yang memiliki bentuk tipis dan lebar dengan dilakukan proses
pengeringan. Pembuatan fillet ikan dilakukan untuk memisahkan daging dari tulang
konsentrasi gula yang dilakukan dengan dilarutkan ke dalam air. Larutan gula
larutan bumbu.Salah satu jenis ikan yang dapat diolah menjadi dendeng adalah ikan
dilakukan dengan cara penyayatan. Menurut Husna et al. (2014), tahap awal
pembuatan dendeng dengan cara ikan disiangi dengan membuang bagian tubuh
ikan yang tidak dibutuhkan lalu dicuci bersih. Daging ikan leubiumdisayat
mengikuti bentuk ikan dengan ketebalan 3-5 mm dan direndam dalam larutan
Bumbu yang digunakan terdiri dari 5% garam, jahe 1%, gula 20%, lengkuas 3%,
asam jawa 4%, ketumbar 10%, bawang putih 10% dan bawang merah 5%.
Kemudian bumbu-bumbu dihaluskan dan ditambah air sebanyak 500 ml. Proses
ikan yang telah disayat dimasukkan dalam larutan bumbu dan didiamkan
penambahan gula bertujuan untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa tertentu
pada produk dendeng. Penambahan gula pada dendeng dapat menurunkan kadar air
Gula memiliki peranan yang penting pada proses pengolahan dan pengawetan
dengan penambahan gula bertujuan dalam pengawetan dan memberikan cita rasa
khas pada dendeng. Fungsi gula pada konsentrasi yang tinggi pada produk akan
Kadar air dan nilai Aw merupakan salah satu parameter yang paling
tersebut berpengaruh karena sifat alami gula yang merupakan hidrofilik. Interaksi
antara larutan hidrofilik dengan larutan air dengan ikatan hidrogen. Perbedaan nilai
Aw pada tiap sampel dendeng dipengaruhi kekuatan ikatan air pada masing-masing
komponen gula. Fruktosa memiliki tingkat kelarutan tinggi pada air yang
2014).
warna dan tekstur produk pada bahan yang diolah. Pemberian gula dengan
15
coklat kehitaman dan tekstur yang empuk. Penambahan gula dengan konsentrasi
yang semakin tinggi akan membuat rasa dendeng akan semakin lemah rasa dan
rasa dan menurunkan kadar air yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
adanya reaksi maillard. Reaksi maillard merupakan reaksi antara gula pereduksi
dari gula campuran dan gugus amino primer dari asam amino yang berasal dari
protein. Prinsip dari reaksi maillard adalah reaksi antara gula tereduksi dengan
bahan bahan yang mengandung kelompok amino bebas seperti asam amino (Dewi
Lanjutan Tabel 2.
Cemaran logam
Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,3
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0
Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03
Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 0,5
Cemaran mikroba
Angka lempeng total koloni/g Maks. 1 x 105
Escherichia coli APM/g <3
Salmonella sp. - Negatif / 25 g
Staphylococcus aureus koloni/g Maks. 1 x 102
Bacillus cereus koloni/g Maks. 1 x 103
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2013)
Menurut Badan Standarisasi Nasional (2013), kadar air produk dendeng yang
memenuhi persyaratan mutu dengan batas maksimum 12%. Prinsip dari pengujian
kadar air dihitung berdasarkan bobot yang hilang selama pemanasan dalam oven
pada suhu (125+1)°C. Kadar air yang terdapat dalam contoh dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
W1−W2
Kadar air (%) = (W1−W0) x 100%
Keterangan:
Prinsip pengujian kadar protein pada contoh adalah contoh didestruksi untuk
tersebut diuraikan menjadi NH3 pada saat proses destilasi menggunakan NaOH.
NH3 yang dibebaskan dan diikat dengan asam borat menghasilkan ammonium borat
secara kuantitatif dititrasi dengan larutan asam sehingga diperoleh total nitrogen.
Kadar protein diperoleh dari hasil kali total nitrogen dengan 6,25 (Badan
2.6.3. Aw
Aktivitas air (Aw) merupakan salah satu parameter dari air yang merupakan
bagian dari keamanan pagan. Aw merupakan tekanan uap air parsial dari dalam
sampel dibagi dengan standar tekanan uap air parsial. Standar umum Aw pada ilmu
teknologi pangan di definisikan atas tekanan uap air sebagian dari air murni pada
Pengujian kadar lemak pada contoh dilakukan degan tiga tahap yaitu
hidrolisis, ekstraksi dan perhitungan. Prinsip dari pengujian kadar lemak adalah
dengan petroleum eter. Ekstrak petroleum eter yang diperoleh kemudian diuapkan
sampai kering dan kadar lemak dihitung secara gravimetri (Badan Standarisasi
Nasional, 2013).
18
2.6.5. Warna
contoh ke dalam tiga nilai yaitu nilai lightness, a dan b. Lightness merupakan nilai
yang digunakan untuk mengukur tingkat kecerahan pada contoh. Nilai lightness
memiliki kisaran nilai antara 0 sampai 100. Nilai a menyatakan warna kromatik
campuran merah hijau, dengan asumsi nilai a positif dari 0 sampai 100 untuk warna
merah dan nilai a negatif dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Nilai b merupakan
nilai yang menunjukkan warna kromatik warna biru dan kuning. Nilai b positif
berkisar antara 0 sampai 70 untuk warna kuning dan nilai b negatif dari 0 sampai -
70 untuk warna biru. Keterangan nilai lightness, a dan b pada contoh dapat dilihat
pada Gambar 2.
hedonik karena belum adanya standar organoleptik dendeng ikan. Uji hedonik yang
dilakukan meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur pada produk dendeng. Lembar
uji hedonik dilengkapi dengan skor yang menandakan suka atau tidak suka terhadap
cumi-cumi.
cumi.
a. Pengujian parametrik
F hitung<F tabel (taraf uji 5%), maka terima H0 dan tolak H1, atau P > 0,05
F hitung> F tabel (taraf uji 5%), maka tolak H0 dan terima H1, atau P<0,05
X hitung<Xtabel (taraf uji 5%), maka terima H0 dan tolak H1, atau P > 0,05
X hitung>Xtabel (taraf uji 5%), maka tolak H0 dan terima H1, atau P < 0,05
20
21
a. Bahan
pada Tabel 3.
dengan panjang badan 24 cm dan berat 27 g/buah dengan total berat cumi-cumi
yang digunakan sebesar 3,5 kg. Cumi-cumi kering yang digunakan adalah cumi-
cumi hasil tangkapan laut nelayan di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, yang
kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari selama 8 jam.
Gula pasir yang digunakan dibeli di Pasar Damar, Semarang. Karakteristik gula
pasir yang digunakan berupa kristal gula dengan warna putih bersih. Gula pasir
yang digunakan sebesar 15%, 25% dan 35%, konsentrasi tersebut didapatkan dari
22
jumlah gula pasir dengan perbandingan jumlah air yang digunakan dalam
pembuatan dendeng.
b. Alat
pada Tabel 4.
a. Bahan
b. Alat
pada Tabel 6.
a. Preparasi Sampel
Tahap preparasi sampel dilakukan dengan pembelian bahan baku yaitu cumi-
cumi kering karena penggunaan sampel kering dapat meningkatkan daya simpan
bahan baku dan lebih efisien dalam proses pembuatan dendeng. Cumi-cumi kering
diperoleh dari PD. Adi Anugrah “Food Industry” yang berlokasi di Kota
kontaminasi. Bahan yang akan digunakan sebagai bumbu dan juga gula pasir
diperoleh dari Pasar Damar, Semarang. Konsentrasi gula pasir dalam pembuatan
b. Pra Penelitian
dengan tiga metode penambahan gula pasir yang berbeda kemudian dilakukan uji
secara merata;
pasir; dan
secara merata.
c. Penelitian Utama
pembuatan dendeng cumi-cumi adalah melarutkan gula pasir dalam larutan bumbu.
1. Penyiangan
cumi kering dibuang bagian kepala dan fin karena pada pembuatan
2. Pemanggangan
3. Pemipihan
daging. Proses ini bertujuan untuk membuka serat pada daging cumi-cumi
4. Penambahan Bumbu
5. Penirisan
Proses penirisan dilakukan dengan alat bantu yaitu baskom plastik sebagai
selama 2 jam. Hal ini bertujuan agar bumbu lebih meresap ke dalam daging
cumi-cumi.
6. Pengeringan
7. Pengujian
terbaik hasil penelitian dari segi sensoris dan kimiawi. Diagram alir
Cumi-cumi kering
Penyiangan
Pemanggangan
Pemipihan
Perlakuan penelitian:
Perendaman cumi-cumi dalam - Konsentrasi gula pasir 15%
bumbu+gula pasir - Konsentrasi gula pasir 25%
- Konsentrasi gula pasir 35%
Penirisan
Pengeringan
Pengujian
dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, destilasi, dan titrasi.
a. Tahapan destruksi
Selanjutnya dipanaskan pada alat destruksi di lemari asam dengan suhu 450oC
b. Tahap destilasi
dimasukkan labu tersebut ke dalam alat destilasi uap dan ditambah 10 ml NaOH
erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator methyl red kemudian alat
destilasi dipasangkan.
c. Tahap titrasi
Selanjutnya dititrasi dengan larutan standar HCl 0,2 N hingga larutan berubah
d. Perhitungan
Keterangan :
1. Cawan kosong beserta tutupnya dipanaskan dalam oven pada suhu (125 ± 1)°C
3. Cawan yang berisi sampel dipanaskan dalam oven pada suhu (125 ± 1)°C
selama 2 hingga 4 jam dalam keadaan terbuka dengan diletakkan tutup cawan
disamping cawan;
dengan suhu ruangan. Selanjutnya ditimbang dan dinyatakan sebagai W2; dan
tentang contoh bahan uji, waktu pengujian, nama penguji, metode yang
4. Contoh yang ada pada meja dirasa dan dibandingkan dengan contoh yang
formulir;
5. Penilaian rasa dilakukan pada contoh yang lainnya seperti langkah sebelumnya
6. Respon atau kesan atas pengindraan contoh ditulis dan diperiksa kembali
dibiarkan selama 3 menit sampai angka pada skala pembacaan menjadi 0,9;
2. Aw meter dibuka dan sampel dimasukkan dan alat ditutup ditunggu hingga 3
3. Perhatikan skala temperatur dan faktor koreksi. Jika skala temperatur di atas
dikalikan faktor koreksi sebesar 0,002° begitu pula dengan temperatur di bawah
20°C.
3.4.5. Kadar Lemak (SNI No. 2908:2013) (Badan Standarisasi Nasional, 2013)
Pengujian kadar lemak terbagi menjadi tiga tahap yaitu hidrolisis, ekstraksi
a. Hidrolisis
selama 15 menit;
hingga 3 tetes AgNo3 0,1 M pada filtrat, jika tidak terdapat endapan putih
b. Ekstraksi
1. Labu lemak yang berisi batu didih dikeringkan selama 1 jam, kemudian
2. Kertas saring bebas lemak dimasukkan ke dalam soxhlet, gelas piala yang
4. Labu lemak dikeringkan beserta lemak di dalam oven pada suhu 100°C
(W2); dan
c. Perhitungan
W2−W1
Kadar lemak (%) = ( ) x 100%
W0
Keterangan :
W0 : Bobot sampel (g)
W1 : Bobot labu lemak kosong (g)
W2 : Bobot labu lemak kosong dan sampel (g)
33
Meter CR-400 merk “Konica Minolta”. Prosedur pengujian warna adalah sebagai
berikut:
8. Dilakukan dua hingga tiga kali pengulangan dengan langkah yang sama;
dan
acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu perbedaan nilai konsentrasi gula pasir
konsentrasi gula pasir 15%, 25% dan 35% yang ditambahkan pada dendeng cumi-
cumi dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati dari penelitian
34
ini adalah kadar protein, kadar lemak, kadar air, Aw, hedonik dan warna. Matriks
Analisis data menggunakan SPSS versi 16, data pengujian parametrik yang
normal dan homogen, kemudian dianalisis dengan sidik ragam atau Analysis of
hasil uji F untuk mengetahui pengaruh sumber keragaman dan perbedaan variabel
karena perlakuan yang berbeda. Jika analisis tersebut menunjukkan hasil yang
berbeda nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ).
Selain itu juga dapat dilihat dari nilai Asymp Sig, jika nilai Asymp Sig < 0,05 maka
dengan metode penambahan gula pasir mana yang paling disukai panelis. Skala
penilaian yang diberikan pada lembar penilaian adalah 1 = amat sangat tidak suka,
2 = sangat tidak suka, 3 = tidak suka, 4 = agak tidak suka, 5 = netral, 6 = agak suka,
7 = suka, 8 = sangat suka, dan 9 = amat sangat suka. Nilai pengujian hedonik
10.00 c
9.00 8.28 8.52
8.128.127.92
b 7.72 7.60
8.00 7.44
7.00 6.56
6.24 6.08 5.84
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
Pengolesan
Pengolesan(A)
(A) Pengolesan
Perendaman(B)
(B) Penaburan
Penaburan©
(C)
Berdasarkan pada Gambar 4, nilai hedonik tertinggi adalah 7,96 <µ< 8,30
pada sampel B dan terendah adalah 6,65 <µ< 7,07 pada sampel C. Nilai tersebut
35
36
dengan metode perendaman penambahan gula pasir lebih disukai panelis, walaupun
pada pengolahan data statistik tidak terdapat pengaruh nyata pada aroma (P>0,05)
yang nyata pada kenampakan, rasa, dan tekstur dendeng cumi-cumi. Menurut Dewi
dan Ibrahim (2006), penilaian mutu dendeng hanya bisa dilakukan berdasarkan uji
kesukaan karena belum memiliki standar dendeng ikan. Uji kesukaan dilakukan
4.1.1. Kenampakan
(Lampiran 2).
sampel B dengan nilai 8,28 yang mana panelis lebih menyukai produk dendeng
cumi-cumi dibanding dengan metode yang lain. Nilai terendah diperoleh dari
sampel C yaitu sebesar 6,24yang berarti panelis masih dalam batas wajar menyukai
produk dendeng cumi-cumi. Sampel A memperoleh nilai 6,56 sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan sampel C. Hal ini dikarenakan pada sampel B memiliki warna
coklat gelap spesifik dendeng, sampel A memiliki warna coklat dan sampel C
memiliki warna coklat gelap dan terdapat kristal gula pasir di permukaan dendeng.
penting karena yang pertama kali dilihat oleh konsumen. Umumnya konsumen
4.1.2. Aroma
gula pasir pada dendeng cumi-cumi tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05)
(Lampiran 2).
cumi pada masing-masing perlakuan disukai oleh semua konsumen. Nilai tertinggi
8,12 pada dendeng cumi-cumi sampel A dan B dan terendah 7,29 pada sampel C.
dendeng cumi-cumi yang timbul berasal dari komposisi bumbu yang digunakan
dendeng. Hasil penelitian terkait aroma dendeng cumi-cumi ini sejalan dengan
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai aroma dendeng. Hal ini dikarenakan
aroma dendeng yang dihasilkan hampir sama pada setiap perlakuan yaitu aroma
4.1.3. Rasa
(Lampiran 2).
memiliki nilai 7,72 dan sampel C dengan nilai 7,44. Hal ini menunjukkan bahwa
38
rasa yang dihasilkan sampel dendeng cumi-cumi pada perlakuan B lebih disukai
oleh panelis. Rasa pada dendeng sampel B terasa khas dendeng begitu juga dengan
dendeng sampel A akan tetapi pada sampel C rasa manis lebih terasa dibandingkan
produk walaupun warna, aroma dan tekstur baik. Rasa dendeng dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain rasa daging, bumbu dan metode pembuatan.
4.1.4. Tekstur
(Lampiran 2).
memiliki nilai 6,08 dan sampel C dengan nilai 5,84. Tekstur pada dendeng cumi-
cumi sampel A terasa agak alot begitu juga pada dendeng cumi-cumi sampel B,
namun pada sampel C terasa alot. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa
dengan sampel C. Hal ini menunjukkan perbedaan metode penambahan gula pasir
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukanHusnaetal. (2014), hasil analisis
Kadar air merupakan parameter pengujian yang penting karena kadar air
16
14 13,31±0.61b
11,7±0.30b
12
9,58±0.32a
Kadar Air (%)
10
0
15 25 35
Konsentrasi Gula (%)
Keterangan:
- Nilai pada grafik merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan
- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil yang berbeda pada bagian atasnya
data dan sebaran data yang diperoleh hasil kadar air pengujian sampel dendeng
(Lampiran 4). Selanjutnya nilai BNJ dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula
40
pasir 15% terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 25% dan dendeng cumi-cumi
gula pasir 35% memberikan hasil berpengaruh berbeda nyata. Namun, dendeng
cumi-cumi gula pasir 25% terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 35%
pasir 15%, 25%, dan 35% memiliki hasil secara urut yaitu 9,58%, 11,7%, dan
13,31%. Hasil pengujian kadar air akibat penambahan konsentrasi gula pasir
diketahui bahwa sifat gula pasir terhadap air yaitu mengikat air kemudian
mengeluarkan air tersebut dengan cara penguapan yang dibantu dari proses
mengakibatkan air yang terkandung terikat didalam dendeng tidak dapat keluar. Hal
jumlah bumbu yang terserap pada saat perendaman. Semakin tinggi kadar air
menandakan jumlah bumbu yang terserap semakin banyak, sehingga rasa dendeng
cumi-cumi akan semakin kuat. Menurut Ducat et al. (2015), degradasi gula oleh
suhu akan berpengaruh pada formasi air dalam produk. Kadar air dalam produk
akan menurun yang dipengaruhi oleh suhu dan gula. Tingginya kadar air yang lepas
pada produk berhubungan antara kemampuan gula dalam mengikat kandungan air
bebas.
41
44
43
42,04±0.29a
42
Kadar Prtoein (%)
40,79±0.16b
41
40
39,27±0.17c
39
38
37
36
15 25 35
Konsentrasi Gula (%)
Keterangan:
- Nilai pada grafik merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan
- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil yang berbeda pada bagian atasnya
ragam data dan sebaran data yang diperoleh hasil pengujian kadar protein sampel
(Lampiran 5a). Selanjutnya dengan uji homogenitas kadar protein dalam dendeng
homogen (Lampiran 5b). Nilai BNJ dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula
pasir 15% terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 25% dan dendeng cumi-cumi
42
gula pasir 35% memberikan hasil berpengaruh berbeda nyata, dendeng cumi-cumi
gula pasir 25% terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 35% berpengaruh berbeda
cumi-cumi dengan penambahan gula pasir 15% dengan kadar protein 42,04%,
gula pasir 35% yaitu 39,27%. Apabila kadar protein dendeng cumi-cumi dihitung
penambahan gula pasir konsentrasi 15% memiliki kadar protein 46,49% (a),
dendeng dengan konsentrasi gula pasir 25% memiliki kadar protein 46,19% (ab)
dan dendeng dengan konsentrasi gua pasir 35% memiliki kadar protein 45,30% (b).
ditambahkan maka kadar protein yang terkandung akan cenderung menurun. Hal
ini dapat disebabkan oleh terjadinya reaksi maillard. Reaksi maillard terjadi antara
gugus amin (asam amino) dan gula pereduksi (gugus keton atau aldehidnya). Akhir
dari reaksi maillard akan terbentuk warna gelap. Reaksi ini diawali dengan reaksi
antara gugus aldehid pada gula dengan asam amino pada protein yang akan
Efek gula terhadap protein akan berhubungan dengan jaringan otot pada
daging. Jaringan otot tersusun atas myofibril dan sarkoplasma. Gula akan
menyebabkan denaturasi pada jaringan otot tersebut. Menurut Xia et al. (2017),
jairngan otot. Bagian otot akan terdenaturasi yaitu sarkoplasmik, myofibril dan
43
merusak jaringan ikat pada sel membran yang akan berpengaruh terhadap hasil
0.60
0,50±0.00a
0.50 0,45±0.00c
0,42±0.01b
0.40
Nilai Aw
0.30
0.20
0.10
0.00
15 25 35
Konsentrasi Gula (%)
Keterangan:
- Nilai pada grafik merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan
- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil yang berbeda pada bagian atasnya
ragam data dan sebaran data yang diperoleh hasil pengujian Aw sampel dendeng
(Lampiran 6a). Selanjutnya dengan uji homogenitas nilai Aw dalam dendeng cumi-
44
cumi dengan penambahan konsentrasi gula pasir berbeda data bersifat homogen
(Lampiran 6b). Nilai BNJ dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 15%
terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 25% dan dendeng cumi-cumi gula pasir
35% berbeda nyata. Dendeng cumi-cumi gula pasir 25% dengan dendeng cumi-
penambahan konsentrasi gula pasir 25% dengan nilai Aw 0,42 dan nilai Aw tertinggi
pada konsentrasi gula pasir 15% dengan nilai 0,50. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa dengan meningkatkan konsentrasi gula pasir dari 15% ke 25% dapat
menurunkan nilai Aw. Penurunan tersebut diketahui karena gula pasir mampu
dengan konsentrasi 25% ke 35%. Hal ini dikarenakan setelah proses pengeringan
dengan suhu ruang. Hal ini diduga pada saat dendeng didinginkan pada konsentrasi
penambahan konsentrasi gula 15% memiliki mutu yang paling rendah jika
dapat menentukan mutu dendeng karena aktivitas mikroba dikontrol langsung oleh
tumbuh optimal akibat Aw yang rendah. Menurut Evanuarini dan Huda (2011),
penambahan gula pasir akan menurunkan Aw dendeng. Penggunaan gula pasir akan
45
mengikat air, sehingga aktivitas air dendeng menjadi berkurang. Sukrosa sebagai
komponen utama gula pasir mempunyai kontribusi dalam menurunkan Aw. Hal ini
mengikat air yang berada dalam bahan pangan. Proses terjadinya ikatan hidrogen
0.74
0.72 0,71±0.08a
0,7±0.03a
0.7
Kadar Lemak (%)
0.68
0,66±0.02a
0.66
0.64
0.62
0.6
15 25 35
Konsentrasi Gula (%)
Keterangan:
- Nilai pada grafik merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan
- Grafik yang diikuti tanda huruf kecil yang sama pada bagian atasnya menunjukkan
tidak adanya perbedaan nyata (P<0,05)
46
ragam data dan sebaran data yang diperoleh hasil pengujian kadar lemak sampel
dendeng cumi-cumi berbeda perlakuan terdistribusi normal dan homogen (P > 0,05)
(Lampiran 7a). Selanjutnya dengan uji homogenitas kadar lemak dalam dendeng
homogen (Lampiran 7b). Nilai BNJ dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula
pasir 15% terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 25% dan dendeng cumi-cumi
gula pasir 35% tidak berbeda nyata dan dendeng cumi-cumi gula pasir 25%
terhadap dendeng cumi-cumi gula pasir 35% tidak berbeda nyata P>0,05. Kadar
lemak tertinggi terdapat pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir
35% yaitu 0,71%, sedangkan kadar lemak terendah terdapat pada dendeng cumi-
cumi dengan konsentrasi gula pasir 15% yaitu 0,66%. Apabila kadar lemak dendeng
cumi-cumi dihitung berdasarkan berat kering maka didapatkan hasil yaitu, dendeng
dengan penambahan gula pasir konsentrasi 15% memiliki kadar lemak 0,73% (a),
dendeng dengan konsentrasi gula pasir 25% memiliki kadar lemak 0,79% (a) dan
dendeng dengan konsentrasi gua pasir 35% memiliki kadar lemak 0,82% (a).
berpengaruh terhadap kadar lemak dendeng cumi-cumi. Hal ini dikarenakan gula
pasir tidak termasuk faktor yang berperan dalam kerusakan lemak. Menurut
Pursudarsono et al. (2015), perlakuan gula tidak terdapat perbedaan yang nyata
terhadap nilai kadar lemak dendeng paru-paru sapi. Kadar lemak pada produk akhir
merupakan kadar lemak total dendeng setelah dilakukan pengolahan. Kondisi kadar
47
lemak ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain tipe pengolahan yang dilakukan
memiliki perbedaan dimana dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 15%
memiliki warna coklat kemerahan, dendeng konsentrasi gula pasir 25% memiliki
warna coklat gelap dan dendeng konsentrasi gula pasir 35% memiliki warna coklat.
lebih gelapdibandingkan dengan penambahan konsentrasi gula pasir 35%. Hal ini
derajat Hue. Menurut Safitri (2009), data chromameter yang diperoleh adalah nilai
48
L, a*, dan b*. Nilai L atau lightness menunjukkan kecerahan sampel, nilai a*
kuning biru dan Hue merupakan besaran yang menunjukkan posisi warna objek ke
pengujian statistik. Uji normalitas dan uji homogenitas menyatakan bahwa sampel
uji lanjut yang dilakukan pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir
15% berbeda nyata dengan konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan (P <0,05),
tetapi pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25% terhadap
dendeng cumi-cumi konsentrasi 35% tidak berbeda nyata dengan (P > 0,05).
konsentrasi gula pasir 15%, 38,79 untuk dendeng konsentrasi gula pasir 35% dan
37,50 untuk dendeng konsentrasi gula pasir 25%. Nilai tersebut termasuk dalam
kategori gelap dikarenakan masih dibawah angka 50. Menurut Hunterlab (2012),
kecerahan warna.
penambahan konsentrasi gula pasir 25% karena memiliki nilai kecerahan (L)
49
terendah. Hal inin didukung dengan penilaian panelis pada uji hedonik yang mana
panelis lebih menyukai dendeng dengan warna coklat gelap yaitu dendeng dengan
penambahan gula pasir 25%. Menurut Anggraeni et al. (2017), analisis nilai warna
warna produk. Nilai warna semakin besar menunjukkan warna semakin cerah (100)
dan nilai warna semakin kecil menunjukkan warna yang semakin gelap (0).
terdistribusi normal dan bersifat homogen (P>0,05). Berdasarkan hasil uji lanjut
berbeda nyata dengan konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan (P <0,05), tetapi
pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25% terhadap dendeng
cumi-cumi konsentrasi 35% tidak berbeda nyata dengan (P>0,05). Hal ini
merah yang lebih tinggi dibanding dendeng dengan penambahan gula pasir 35%,
hal ini menunjukkan bahwa gula pasir mampu meningkatkan tingkat kemerahan
pada warna dendeng cumi-cumi. Menurut Suharyanto (2009), tingginya nilai a pada
DK memiliki derajat warna yang lebih merah. Perbedaan ini dikarenakan adanya
pembuatan.
50
terdistribusi normal dan bersifat homogen (P>0,05). Berdasarkan hasil uji lanjut
yang dilakukan pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 15%
berbeda nyata dengan konsentrasi gula pasir 25% dan 35%dengan (P <0,05), tetapi
pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25% terhadap dendeng
cumi-cumi konsentrasi 35% tidak berbeda nyata dengan (P>0,05). Hal ini
Berdasarkan pada Tabel 8, nilai b tertiggi adalah 18,76 pada dendeng cumi-
cumi dengan konsentrasi gula pasir 15% sedangkan nilai b yang terendah adalah
3,51 pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 35%. Menurut
Suharyanto (2009), nilai b antara 0 sampai +70 menunjukkan warna kuning dan
antara 0 sampai -70 menunjukkan warna biru. Nilai b sejalan dengan nilai L,
semakin tinggi nilai L maka semakin tinggi nilai b yang berarti semakin mengarah
terdistribusi normal dan bersifat homogen (P>0,05). Berdasarkan hasil uji lanjut
berbeda nyata dengan konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan (P<0,05), tetapi
pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25% terhadap dendeng
cumi-cumi konsentrasi 35% tidak berbeda nyata dengan (P>0,05). Hal ini
51
Hasil dari pengujian dengan chromameter menghasilkan nilai a* dan b*, nilai
tersebut berfungsi untuk menentukan nilai derajat Hue (oHue). Nilai a* dan b* yang
telah dimasukkan kedalam rumus maka akan menghasilkan nilai derajat Hue.
Dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 15% memiliki nilai derajat Hue
48,14; dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25% memiliki nilai
derajat Hue 32,43; dan dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25%
memiliki nilai derajat Hue 31,51. Berdasarkan derajat Hue yang diperoleh dapat
diketahui bahwa semakin tinggi nilai derajat Hue maka warna dendeng akan
warna merupakan salah satu sifat fisik yang mempengaruhi konsumen dalam
memilih produk. Derajat Hue dendeng berkisar 28°-60° yang menunjukkan warna
produk adalah merah hingga merah kekuningan. Produk dengan nilai derajat Hue
9 8.28
7.92 8.048.04 7.968.047.96 8.04
8 7.36 7.56
7 6.4 6.48
6
5
4
3
2
1
0
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
Berdasarkan pada Gambar 9, nilai hedonik tertinggi adalah 7,96 <µ< 8,24
pada sampel B dan terendah adalah 7,46 <µ< 7,94 pada sampel C. Nilai tersebut
pada pengolahan data statistik tidak teradapat pengaruh nyata pada aroma dan rasa
4.7.1.Kenampakan
pada dendeng dengan konsentrasi gula pasir 25% sebesar 8,28 dan nilai terendah
pada dendeng dengan konsentrasi gula pasir 15%sebesar 6,40 dimana berarti
konsentrasi 35% memperoleh nilai lebih tinggi yaitu dengan nilai 7,92
dikarenakan pada dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 35% memiliki warna
agak coklat spesifik dendeng, dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir
15% memiliki warna coklat kemerahan dan dendeng cumi-cumi konsentrasi gula
pasir 25% memiliki warna coklat kehitaman spesifik dendeng pada umumnya.
Menurut Saputra et al. (2010), kesan pertama konsumen terhadap suatu produk
adalah dengan melihat rupa dan pada umumnya konsumen memilih produk yang
memiliki rupa menarik. Hasil uji kesukaan menunjukkan bahwa panelis menyukai
4.7.2.Aroma
penambahan gula pasir pada dendeng cumi-cumi tidak memberikan pengaruh nyata
cumi pada masing-masing perlakuan disukai oleh semua konsumen. Nilai tertinggi
pada dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir15% dan 25% dengan nilai
yang sama yaitu 8,04 dan terendah pada dendeng cumi-cumi dengan kosentrasi gula
pasir 35% sebesar 7,36. Hal ini menunjukkan perbedaan konsentrasi penambahan
gula pasir tidak mempengaruhi kesukaan panelis terhadap aroma pada dendeng
54
cumi-cumi. Aroma dendeng cumi-cumi yang timbul berasal dari komposisi bumbu
dan gula pasir yang digunakan dalam pembuatan dendeng cumi-cumi sehingga
aroma amis dari cumi-cumi kering dapat tersamarkan dengan menghasilkan aroma
khas dendeng. Menurut Saputra et al. (2010), dari hasil uji lanjut tidak berbeda
nyata terhadap penilaian aroma. Hal ini menunjukkan penggunaan bumbu rempah-
rempah dalam pengolahan dendeng memberikan aroma spesifik dendeng. Hal ini
diperkuat oleh Naufalin et al. (2013), aroma yang terbentuk pada reaksi maillard
4.7.3.Rasa
cumi pada masing-masing perlakuan disukai oleh semua konsumen. Nilai rasa pada
setiap perlakuan tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan perbedaan konsentrasi
penambahan gula pasir tidak mempengaruhi kesukaan panelis terhadap rasa pada
dendeng cumi-cumi. Hasil yang diperoleh yaitu pada dendeng dengan konsentrasi
gula pasir 15% sebesar 7,96, dendeng dengan konsentrasi gula pasir 25% sebesar
8,04 dan dendeng dengan konsentrasi gula pasir 35% sebesar 7,96. Rasa dendeng
cumi-cumipada konsentrasi gula pasir 15%, 25% dan 35% memiliki rasa
spesifikdendeng. Menurut Nico et al. (2014), rasa memiliki peranan penting dalam
suatu produk, hal ini terkait dengan selera konsumen. Hasil uji Kruskal-
55
wallisterhadap uji hedonik mempunyai nilai (P > 0,05), sehingga tidak berbeda
4.7.4.Tekstur
dendengdengan konsentrasi gula pasir 25% sebesar 8,04 dan nilaiterendah pada
dendeng dengan konsentrasi gula pasir 15%sebesar 6,48 yang mana berarti panelis
cumi-cumi dengan konsentrasi 15%. Hal ini dikarenakan pada dendeng cumi-cumi
konsentrasi gula pasir 15% memiliki tekstur yang lebih alot dibandingkan dengan
dendeng cumi-cumi dengan konsentrasi gula pasir 25%. Tekstur dendeng cumi-
cumi yang dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan air dalam produk dendeng,
semakin rendah kadar air yang terkandung dalam dendeng maka akan semakin alot
tekstur dendeng yang dihasilkan. Menurut Dewi dan Ibrahim (2006), kadar air
pada hasil uji kadar air yang menunjukkan pebedaan nyata. Sukrosa yang
terkandung dalam gula bersifat sebagai agent karena mampu mengikat sejumlah
besar air di dalam makanan semi padat. Air yang terikat pada sukrosa berpengaruh
5.1. Kesimpulan
berikut:
mutu dendeng cumi-cumi dari segi sensoris maupun kimiawi. Hasil yang tidak
berbeda nyata ditunjukkan pada kadar lemak dan tingkat kesukaan panelis pada
2. Penambahan konsentrasi gula pasir terbaik berada pada penambahan gula pasir
sebesar 25% dengan kadar air 11,7%, kadar protein 40,79%, Aw 0,42, warna
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
56
57
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, E. N. dan R. Ibrahim. 2006. Pengaruh Jenis Gula pada Proses Pengolahan
Dendeng Ikan Nila Merah terhadap Mutu, Jurnal Saintek Perikanan,
2(1): 59-66.
Febrianingsih, F., H. Hafid dan A. Indi. 2016. Kualitas Organoleptik Dendeng Sapi
yang Diberi Gula Merah dengan Level yang Berbeda, JITRO, 3(2): 11-
14.
58
Hunterlab. 2016. Measuring Color Using HunterL, a, b Versus CIE 1976 L*, a*,
b*. Hunter Associates Laboratory Inc.
https://support.hunterlab.com(diakses pada tanggal 18 Januari 2017).
Ismail, T., Z. A. Muchlisin, N. Fadli dan I. Setiawan. 2013. Kebiasaan Makan dan
Komposisi Makanan Tiga Species Cumi(Loligo edulis, Sepioteuthis
lessoniana dan Sepia officinalis) Hasil Tangkapan Nelayan dari
Perairan Pantai Utara Provinsi Aceh, Depik, 2(2): 97-98.
Kosim, A., T. Suryati dan A. Gunawan. 2015. Sifat Fisik Aktivitas Antioksidan
Dendeng Daging Sapi dengan Penambahan Stroberi (Fragaria
ananassa) sebagai Bahan Curing. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi
Hasil Peternakan. 3(3): 193.
Nisa, A. K., dan A. K. Wardani. 2016. Pengaruh Lama Pengasapan dan Lama
Fermentasi Terhadap Sosis Fermentasi Ikan Lele (Clarias gariepinus).
Jurnal Pangan dan Agroindustri, 4(1): 372-373.
Roper, C.F.E., M.J. Sweeney, and C. E. Nauen. 1984. Cephalopods of The World.
An annoted and Illustrated Catalogue of Species of Interest to
Fisheries. FAO. Species Catalogue vol 3.
Santoso, J., Nurjanah dan A. Irawan. 2007. Kandungan dan Kelarutan Mineral pada
Cumi-cumi Loligo sp dan Udang Vannamei Litopenaeus vannamei. 1:
9.
Saputra, J., Suparmi dan Dahli. 2010. Studi Pengolahan Dendeng Lumat Ikan Patin.
Sebayang N. S. 2015. Perubahan Tekstur, Warna dan Kadar Air Tape Pisang Pasca
Pemanasan. Jurnal Pendidikan Biologi, 1(2): 52-53.
60
Septya, D., I. Suhaidi dan Ridwansyah. 2017. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Lama
Penyimpanan Terhadap Mutu Manisan Basah Batang Daun Pepaya,
Jurnal Rekayasa dan Pertanian, 5(1): 73-80.
Veerman, M., Setiyono dan Rusman. 2011. Pengaruh Metode Pengeringan dan
Konsentrasi Bumbu serta Lama Perendaman dalam Larutan Bumbu
Terhadap Kualitas Kimia Dendeng Babi. Jurnal Agrinimal, 1(2): 52-53.
Xia, Y., Y. Li, X. Shen, M. Mizu, T. Fruta dan C. Li. 2017. Effect of Dietary
Supplementation with Sugar Cane Extract on Meat Quality and
Oxidative Stability in Finishing Pigs. Animal Nutrition, 3: 296-297.
Lampiran 2. Hasil Uji Hedonik Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi (L.
chinensis) dengan Metode Penambahan Gula Pasir yang Berbeda
Tabel 9. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Metode Pengolesan (A)
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 6 7 7 8 7 0,01
2 7 7 9 6 7,25 0,02
3 7 8 9 5 7,25 0,02
4 6 8 8 5 6,75 0,14
5 6 8 8 6 7 0,01
6 6 9 5 5 6,25 0,76
7 7 8 8 5 7 0,01
8 6 8 7 7 7 0,01
9 8 8 7 7 7,5 0,14
10 8 9 7 6 7,5 0,14
11 6 9 9 6 7,5 0,14
12 7 7 9 7 7,5 0,14
13 8 7 7 7 7,25 0,02
14 7 9 9 7 8 0,77
15 8 8 8 7 7,75 0,40
16 7 8 7 6 7 0,01
17 6 7 8 5 6,5 0,38
18 7 8 8 6 7,25 0,02
19 7 8 7 7 7,25 0,02
20 6 9 7 6 7 0,01
21 5 9 7 5 6,5 0,38
22 7 8 8 6 7,25 0,02
23 6 9 8 6 7,25 0,02
24 5 9 8 5 6,75 0,14
25 5 8 8 6 6,75 0,14
Rata-rata 7,12 0,16±0,3
9
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(L.chinensis) dengan penambahan gula pasir metode pengolesan (A) diperoleh nilai
6,97 <µ< 7,27 selang kepercayaan 95%.
64
Lanjutan Lampiran 2.
Tabel 10. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Metode Perendaman (B)
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 7 8 9 8 8 0,02
2 8 7 8 8 7,75 0,14
3 8 8 9 6 7,75 0,14
4 8 8 8 7 7,75 0,14
5 9 9 9 7 8,5 0,14
6 8 8 7 7 7,5 0,40
7 8 8 8 7 7,75 0,14
8 9 8 9 8 8,5 0,14
9 9 8 9 8 8,5 0,14
10 9 8 7 8 8 0,02
11 8 8 8 7 7,75 0,14
12 7 7 9 8 7,75 0,14
13 9 7 8 7 7,75 0,14
14 9 8 9 8 8,5 0,14
15 9 9 9 8 8,75 0,38
16 9 9 9 8 8,75 0,38
17 9 8 9 7 8,25 0,01
18 7 8 8 7 7,5 0,40
19 9 9 8 8 8,5 0,14
20 9 9 9 8 8,75 0,38
21 9 8 9 9 8,75 0,38
22 8 7 8 9 8 0,02
23 6 8 9 7 7,5 0,40
24 8 9 9 7 8,25 0,01
25 8 9 9 8 8,5 0,14
Rata-rata 8,13 0,19±0,43
Kesimpulan :
Berdasarkan hasiluji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(L.chinensis) dengan penambahan gula pasir metode perendaman (B) diperoleh
nilai 7,96 <µ< 8,30 selang kepercayaan 95%.
65
Lanjutan Lampiran 2.
Tabel 11. Hasil Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Metode Penaburan (C)
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 6 9 9 5 7,25 0,15
2 6 8 7 6 6,75 0,01
3 7 7 8 5 6,75 0,01
4 6 7 8 5 6,5 0,13
5 7 8 8 6 7,25 0,15
6 7 7 8 6 7 0,02
7 7 9 8 5 7,25 0,15
8 6 7 7 6 6,5 0,13
9 6 8 7 5 6,5 0,13
10 6 8 9 7 7,5 0,41
11 7 9 8 7 7,75 0,79
12 7 8 8 6 7,25 0,15
13 7 8 7 6 7 0,02
14 7 9 8 6 7,5 0,41
15 8 9 7 7 7,75 0,79
16 5 8 7 8 7 0,02
17 6 8 8 5 6,75 0,01
18 7 8 8 6 7,25 0,15
19 7 7 6 7 6,75 0,01
20 6 8 5 5 6 0,74
21 5 7 8 5 6,25 0,37
22 5 8 6 5 6 0,74
23 5 8 7 5 6,25 0,37
24 5 7 6 5 5,75 1,23
25 5 8 8 7 7 0,02
Rata-rata 6,86 0,29±0,53
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(L.chinensis) dengan penambahan gula pasir metode penaburan (C) diperoleh nilai
6,65 <µ< 7,07 selang kepercayaan 95%.
66
Xi A 25 29.86
B 25 61.40
C 25 22.74
Total 75
Test Statisticsa,b
Xi
Chi-Square 45.123
Df 2
Lanjutan Lampiran 3.
Ranks
Kenampakan A 25 30.16
B 25 59.06
C 25 24.78
Total 75
Aroma A 25 39.94
B 25 39.86
C 25 34.20
Total 75
Rasa A 25 33.58
B 25 52.18
C 25 28.24
Total 75
Tekstur A 25 30.10
B 25 58.40
C 25 25.50
Total 75
Test Statisticsa,b
Df 2 2 2 2
Lanjutan Lampiran 3.
Kesimpulan:
Kenampakan dengan P <0,05 dan Chi-Square> 5,991 menyatakan berbeda
nyata;
Aroma dengan P >0,05 dan Chi-Square< 5,991 menyatakan tidak berbeda
nyata;
Rasa dengan P <0,05 dan Chi-Square> 5,991 menyatakan berbeda nyata; dan
Tekstur dengan P <0,05 dan Chi-Square> 5,991 menyatakan berbeda nyata.
Kesimpulan:
Perlakuan A terhadap B berbeda nyata dengan P <0,05;
Perlakuan A terhadap C tidak berbeda nyata dengan P > 0,05; dan
Perlakuan B terhadap C berbeda nyata dengan P <0,05.
Kesimpulan:
Perlakuan A terhadap B berbeda nyata dengan P <0,05;
Perlakuan A terhadap C tidak berbeda nyata dengan P >0,05; dan
Perlakuan B terhadap C berbeda nyata dengan P <0,05.
69
Lanjutan Lampiran 3.
3.5. Uji Lanjut Mann Whiteney Parameter Tekstur
Kesimpulan:
Perlakuan A terhadap B berbeda nyata dengan P <0,05;
Perlakuan A terhadap C tidak berbeda nyata dengan P >0,05; dan
Perlakuan B terhadap C berbeda nyata dengan P <0,05.
70
Tabel 12. Hasil Uji Kadar Air Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda
Konsentrasi Gula Pasir
Pengulangan
15% 25% 35%
1 9,90 11,65 13,83
2 9,27 12,02 12,63
3 9,56 11,42 13,46
Rata-rata 9,58 11,70 13,31
SD 0,32 0,30 0,61
4.1.Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kadar Air
N 9
Positive .169
Negative -.141
Kolmogorov-Smirnov Z .508
Kesimpulan :
P >0,05, maka distribusi data menyebar normal.
1.342 2 6 .330
Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
71
Lanjutan Lampiran 4.
4.4.Uji BNJ
Multiple Comparisons
Kadar Air
BNJ
95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound
Tabel 13. Hasil Uji Kadar Protein Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda
Konsentrasi Gula Pasir
Pengulangan
15% 25% 35%
1 42,33 40,82 39,46
2 41,76 40,94 39,20
3 42,02 40,62 39,14
Rata-rata 42,04 40,79 39,27
SD 0,29 0,16 0,17
Kadar Protein
N 8
Positive .146
Negative -.155
Kolmogorov-Smirnov Z .439
Kesimpulan :
P >0,05, maka distribusi data menyebar normal.
.484 2 6 .639
Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
73
Lanjutan Lampiran 5.
95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound
Kesimpulan :
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan.
74
Tabel 14. Hasil UjiAw Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan Penambahan
Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda
Konsentrasi Gula Pasir
Pengulangan
15% 25% 35%
1 0,49 0,41 0,45
2 0,50 0,42 0,45
3 0,50 0,42 0,45
Rata-rata 0,50 0,42 0,45
SD 0,00 0,01 0,00
Aw
N 8
Positive .200
Negative -.200
Kolmogorov-Smirnov Z .566
Kesimpulan :
P >0,05,maka distribusi data menyebar normal.
1.095 2 6 .393
Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
75
Lanjutan Lampiran 6.
95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound
Kesimpulan :
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan.
76
Tabel 15. Hasil Uji Kadar Lemak Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda
Pengulangan Konsentrasi Gula Pasir
15% 25% 35%
1 0,68 0,71 0,63
2 0,66 0,72 0,71
3 0,65 0,66 0,79
Rata-rata 0,66 0,70 0,71
SD 0,02 0,03 0,08
Kadar Lemak
N 8
Normal Parametersa Mean .6775
Std. Deviation .03284
Most Extreme Differences Absolute .214
Positive .203
Negative -.214
Kolmogorov-Smirnov Z .605
Asymp. Sig. (2-tailed) .858
Kesimpulan :
P >0,05,maka distribusi data menyebar normal
1.808 2 6 .243
Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
77
Lanjutan Lampiran 7.
Multiple Comparisons
Kadar Lemak
BNJ
95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound
Kesimpulan :
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaantidak nyata pada perlakuan;
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan; dan
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan.
78
Tabel 16. Hasil Uji Warna (Chromameter) Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis)
dengan Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda
Konsentrasi Warna o
Hue
Gula Pasir L a* b*
15% 44,54±1,01 16,81±1,25 18,76±1,37 48,14±0,56
25% 37,50±0,99 6,76±0,33 4,31±0,63 32,43±2,68
35% 38,79±1,32 5,72±0,59 3,51±0,41 31,51±1,98
Keterangan :
Nilai merupakan hasil rata-rata tiga kali ulangan ± standar deviasi.
Nilai L
N 9
Normal Parametersa Mean 40.2767
Std. Deviation 3.38443
Most Extreme Differences Absolute .244
Positive .244
Negative -.184
Kolmogorov-Smirnov Z .733
Asymp. Sig. (2-tailed) .656
b. Uji Homogenitas
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Nilai L
.404 2 6 .684
Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
79
Lanjutan Lampiran 8.
d. Uji BNJ
Multiple Comparisons
Nilai L
BNJ
95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound
Kesimpulan :
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan.
80
Lanjutan Lampiran 8.
Nilai a
N 9
Normal Parametersa Mean 9.8744
Std. Deviation 5.28379
Most Extreme Differences Absolute .343
Positive .343
Negative -.195
Kolmogorov-Smirnov Z 1.030
Asymp. Sig. (2-tailed) .239
a. Test distribution is Normal.
Kesimpulan:
P >0,05, maka distribusi data menyebar normal.
b. Uji Homogenitas
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Nilai a
1.671 2 6 .265
Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
Lanjutan Lampiran 8.
Kesimpulan :
Data hasil uji F Hitung (160.926) > F Tabel (5,14) dengan P <0,05 berarti perbedaan
konsentrasi gula pasir berpengaruh terhadap nilai a dendeng cumi-cumi.
d. Uji BNJ
Multiple Comparisons
Nilai a
BNJ
95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound
Kesimpulan :
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan.
82
Lanjutan Lampiran 8.
Nilai b
N 9
Normal Parametersa Mean 8.8611
Std. Deviation 7.47321
Most Extreme Differences Absolute .362
Positive .362
Negative -.222
Kolmogorov-Smirnov Z 1.086
Asymp. Sig. (2-tailed) .189
a. Test distribution is Normal.
Kesimpulan:
P >0,05, maka distribusi data menyebar normal.
b. Uji Homogenitas
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Nilai b
3.732 2 6 .088
Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
83
Lanjutan Lampiran 8.
d. Uji BNJ
Multiple Comparisons
Nilai b
BNJ
95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound
Kesimpulan :
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan.
84
Lanjutan Lampiran 8.
°HUE
N 9
a
Normal Parameters Mean 37.3622
Std. Deviation 8.26779
Most Extreme Differences Absolute .264
Positive .264
Negative -.224
Kolmogorov-Smirnov Z .791
Asymp. Sig. (2-tailed) .558
Kesimpulan:
P >0,05, maka distribusi data menyebar normal.
b. Uji Homogenitas
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:°HUE
F df1 Sig.
df2
2.006 2 6 .215
Kesimpulan :
P >0,05, maka ragam/varian data dinyatakan homogen.
85
Lanjutan Lampiran 8.
d. Uji BNJ
Multiple Comparisons
◦Hue
BNJ
95% Confidence
Interval
Std. Error Sig.
(I) (J) Mean Difference Lower Upper
PERLAKUAN PERLAKUAN (I-J) Bound Bound
Kesimpulan :
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 25% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan;
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 15% dan 35% dengan
P<0,05 berarti terdapat perbedaan nyata pada perlakuan; dan
Nilai BNJ dendeng cumi-cumi konsentrasi gula pasir 25% dan 35% dengan
P>0,05 berarti terdapat perbedaan tidak nyata pada perlakuan.
86
Lampiran 9. Hasil Uji Hedonik Kesukaan Panelis terhadap Dendeng Cumi-cumi (L.
chinensis) dengan Penambahan Konsentrasi Gula Pasir yang Berbeda
Tabel 17. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Konsentrasi 15%
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 5 9 8 7 7,25 0,00
2 6 9 9 7 7,75 0,28
3 7 8 9 5 7,25 0,00
4 7 7 8 5 6,75 0,22
5 7 9 8 6 7,5 0,08
6 6 6 8 5 6,25 0,94
7 7 8 9 8 8 0,61
8 6 9 7 8 7,5 0,08
9 7 9 5 5 6,5 0,52
10 7 7 8 5 6,75 0,22
11 6 9 8 7 7,5 0,08
12 7 9 9 7 8 0,61
13 7 8 8 8 7,75 0,28
14 6 7 8 8 7,25 0,00
15 5 8 8 7 7 0,05
16 7 9 7 6 7,25 0,00
17 6 8 6 6 6,5 0,52
18 7 7 9 5 7 0,05
19 6 8 9 7 7,5 0,08
20 7 9 7 8 7,75 0,28
21 6 7 8 8 7,25 0,00
22 6 8 9 5 7 0,05
23 6 6 8 7 6,75 0,22
24 8 9 8 6 7,75 0,28
25 5 8 8 6 6,75 0,22
Rata-rata 7,22 0,23±0,48
Kesimpulan :
Berdasarkan Hasil uji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(L.chinensis) dengan penambahan gula pasir konsentrasi 15% diperoleh nilai
7,03<µ< 7,41 selang kepercayaan 95%.
87
Lanjutan Lampiran 9.
Tabel 18. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Konsentrasi 25%
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 7 9 8 8 8 0,01
2 5 9 9 9 8 0,01
3 9 8 7 9 8,25 0,02
4 9 5 9 8 7,75 0,12
5 8 9 9 7 8,25 0,02
6 8 8 9 8 8,25 0,02
7 8 8 8 7 7,75 0,12
8 7 8 7 8 7,5 0,36
9 9 7 7 8 7,75 0,12
10 8 7 7 9 7,75 0,12
11 8 8 8 7 7,75 0,12
12 9 9 8 9 8,75 0,42
13 9 7 9 7 8 0,01
14 7 7 9 8 7,75 0,12
15 9 9 8 7 8,25 0,02
16 8 9 7 9 8,25 0,02
17 9 9 9 9 9 0,81
18 9 9 9 6 8,25 0,02
19 9 8 8 9 8,5 0,16
20 9 8 9 8 8,5 0,16
21 8 9 7 8 8 0,01
22 9 7 7 8 7,75 0,12
23 9 9 7 9 8,5 0,16
24 8 7 8 9 8 0,01
25 9 8 8 7 8 0,01
Rata-rata 8,10 0,13±0,35
Kesimpulan :
Berdasarkan Hasil uji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(L.chinensis) dengan penambahan gula pasir konsentrasi 25% diperoleh nilai
7,96<µ< 8,24 selang kepercayaan 95%.
88
Lanjutan Lampiran 9.
Tabel 19. Hasil Uji Hedonik terhadap Dendeng Cumi-cumi (L. chinensis) dengan
Penambahan Gula Pasir Konsentrasi 35%
Spesifikasi
Panelis Xi ( X -Xi)2
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
1 7 8 9 8 8,00 0,09
2 7 8 9 9 8,25 0,30
3 8 7 7 5 6,75 0,90
4 8 7 7 8 7,50 0,04
5 8 7 9 9 8,25 0,30
6 8 6 9 5 7,00 0,49
7 6 8 6 5 6,25 2,10
8 9 6 7 8 7,50 0,04
9 7 9 8 7 7,75 0,00
10 8 6 7 7 7,00 0,49
11 9 8 8 9 8,50 0,64
12 8 6 9 5 7,00 0,49
13 8 9 8 9 8,50 0,64
14 8 7 9 8 8,00 0,09
15 8 6 7 8 7,25 0,20
16 8 8 9 9 8,50 0,64
17 7 8 8 9 8,00 0,09
18 8 8 9 9 8,50 0,64
19 8 9 9 5 7,75 0,00
20 8 6 8 9 7,75 0,00
21 8 8 9 8 8,25 0,30
22 8 6 7 7 7,00 0,49
23 9 9 7 8 8,25 0,30
24 8 9 6 7 7,50 0,04
25 9 5 8 8 7,50 0,04
Rata-rata 7,7 0,38±0,61
Kesimpulan :
Berdasarkan Hasil uji hedonik kesukaan panelis dendeng cumi-cumi
(Loligo chinensis) dengan penambahan gula pasir konsentrasi 35% diperoleh nilai
7,46<µ< 7,94 selang kepercayaan 95%.
89
Ranks
Perlaku
an N Mean Rank
Xi 15% 25 21.46
25% 25 53.22
35% 25 39.32
Total 75
Test Statisticsa,b
Xi
Chi-Square 27.117
Df 2
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
25% 25 52.60
35% 25 44.48
Total 75
25% 25 42.14
35% 25 29.98
Total 75
25% 25 38.34
35% 25 37.66
Total 75
25% 25 48.14
35% 25 42.10
Total 75
Test Statisticsa,b
Kesimpulan:
Kenampakan dengan P <0,05 dan Chi-Square> 5,991 menyatakanberbeda
nyata;
91
Kesimpulan:
Perlakuan konsentrasi 15% terhadap konsentrasi 25% berbeda nyata dengan
P <0,05;
Perlakuan konsentrasi 15% terhadap konsentrasi 35%berbeda nyata dengan
P <0,05; dan
Perlakuan konsentrasi 25% terhadap konsentrasi 35% berbeda nyata dengan
P <0,05.
92
Kesimpulan:
Perlakuan konsentrasi 15% terhadap konsentrasi 25% berbeda nyata dengan
P <0,05;
Perlakuan konsentrasi 15% terhadap konsentrasi 35% berbeda nyata dengan
P <0,05; dan
Perlakuan konsentrasi 25% terhadap konsentrasi 35% tidak berbeda nyata
dengan P >0,05.
93
f. Dendeng Cumi-cumi
95
RIWAYAT HIDUP
Auh (2007-2008), Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 027 Siak (2008-
Riau”. Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) PPM tim II
Sampai saat ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi