Disusun Oleh :
Prananta P
063244022
Biologi 2006 A
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam tubuh setiap makhluk hidup selalu terjadi proses pemecahan molekul
yang lebih besar menjadi molekul yang lebih kecil (katabolisme) dan penyusunan
molekul yang lebih besar dari molekul-molekul yang lebih kecil (anabolisme) atau
secara umum disebut dengan metabolisme.
Proses metabolisme ini dikontrol oleh suatu protein khusus yang disebut
enzim. Enzim merupakan protein yang mempunyai aktivitas katalisis. Proses
metabolisme dapat berjalan cepat atau lambat. Oleh karena itu diperlukan suatu
katalisator untuk mempercepat reaksi metabolisme. Kecepatan suatu reaksi
enzimatis di dalam sel selain ditentukan oleh suhu, pH, konsentrasi substrat,
konsentrasi produk, dan waktu, juga dipengaruhi oleh enzim. Salah satu enzim yang
terdapat pada tumbuhan adalah amylase. Enzim amylase dapat menghidrolisis
amilum menjadi gula dalam beberapa tahap, yakni pembentukan amilodektrin dari
amilum, lalu menjadi eritrodektrin selanjutnya akrodektrin yang kemudian menjadi
glukosa. Amylase dihasilkan dari daun atau biji yang sedang berkecambah.
Aktifitas amylase dalam reaksinya dipengaruhi oleh garam-garam anorganik, pH,
suhu dan cahaya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami menyusun laporan
pengamatan dengan judul “Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi
Pengubahan Amilum Menjadi Glukosa”.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa.
C. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah :
Mengetahui pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam tubuh setiap organisme terdapat ribuan reaksi kimia yang berjalan secara
simultan yang disebut metabolisme. Proses metabolisme ini bertujuan menghasilkan
energi untuk berbagai aktivitas organisme, selain itu metabolisme juga bertujuan untuk
membentuk komponen struktural organisme. Proses metabolisme terdiri dari dua proses
yaitu katabolisme dan anabolisme. Katabolisme adalah pemecahan molekul yang lebih
besar menjadi molekul yang lebih kecil sedangkan anabolisme adalah penyusunan
molekul yang lebih besar dari molekul-molekul yang lebih kecil.
Sebagian besar reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh dikatalis oleh suatu
protein khusus yang bernama enzim. Enzim merupakan suatu molekul protein yang
besar, terlipat dalam suatu lipatan yang sedemikian rupa hingga kelompok asam amino
tertentu akan membentuk sisi aktif. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam suatu
reaksi. Enzim tersebar pada tiap sel hidup dan jumlanya sangat banyak, tetapi tidak
semua sel mempunyai jumlah dan jenis enzim yang sama. Enzim tidak tercampur
merata di dalam seluruh sel, tetapi terkonsentrasi di dalam kompartemen tertentu,
misalnya enzim untuk membantu fotosintesis terdapat di dalam kloroplas.
Sifat enzim secara umum adalah sebagai berikut :
a. Bersifat spesifik dalam arti satu enzim hanya cocok untuk satu macam
substrat saja atau substrat lain yang susunan dan fungsinya hampir sama.
b. Bersifat koloid, luas permukaan besar, bersifat hidrofil.
c. Dapat bereaksi dengan semua senyawa baik senyawa asam maupun basa,
kation maupun anion.
d. Sangat peka terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan atau
denaturasi enzim yaitu pH, suhu, dll.
e. Merupakan biokatalisator yang dalam jumlah sedikit mampu meningkatkan
laju reaksi tapa merubah keseimbangan reaksi. Enzim dapat dipacu atau
dihambat aktifitasnya.
f. Enzim tidak ikut dalam reaksi, strukturnya tetap baik sebelum atau sesudah
reaksi.
g. Enzim mempunyai molekul yang berukuran besar.
Beberapa enzim hanya terdiri dari polipeptida dan tidak mengandung gugus
kimiawi selain residu asam amino. Akan tetapi, enzim lain memerlukan tambahan
komponen kimia bagi aktifitasnya. Komponen ini disebut kofaktor. Kofaktor bisa
berupa molekul anorganik seperti ion Fe2+, Mn2+, Zn2+ atau beberapa molekul organik
kompleks seperti koenzim. Beberapa enzim memerlukan koenzim maupun satu atau
lebih ion logam bagi aktifitasnya. Pada beberapa enzim, koenzim atau ion logam hanya
terikat secara lemah atau dalam waktu sementara pada protein. Tetapi pada enzim lain
senyawa ini terikat kuat atau permanen yang disebut dengan gugus prostetik. Enzim
yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalis bersama-sama dengan koenzim atau
gugus logamnya disebut holoenzim. Koenzim dan ion logam bersifat stabil sewaktu
pemanasan sedangkan bagian protein enzim yang disebut apoenzim terdenaturasi oleh
penanasan.
Kerja dari enzim sangat spesifik artinya untuk pengubahan zat tertentu
diperlukan enzim tertentu pula. Kecepatan reaksi yang dikatalis oleh enzim dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain adalah:
a. Suhu
Kecepatan reaksi enzimatis akan meningkat seiring peningkatan suhu sampai
titik optimum yaitu 370C. Setelah suhu optimum, peningkatan suhu akan
menurunkan kecepatan reaksi karena rusaknya protein enzim akibat suhu tinggi.
b. pH
Kecepatan reaksi enzimatis semakin tinggi seiring peningkatan pH sampai titik
optimum yaitu 7. Setelah titik optimum, peningkatan pH akan menurunkan
kecepatan reaksi karena pada pH yang terlalu rendah atau tinggi, maka protein
enzim akan rusak.
c. Konsentrasi Substrat
Penambahan konsentrasi enzim yang konstan, penambahan konsentrasi substrat
akan meningkatkan kecepatan reaksi samapi titik optimum. Setelah titik optimum,
penambahan konsentrasi substrat menyebabkan kecepatan reaksi menjadi konstan
karena semua molekul enzim telah bergabung dengan substrat sehingga tidak ada
lagi sisi aktif enzim yang tersedia untuk katalisis.
d. Konsentrasi Enzim
Penambahan konsentrasi enzim menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi
samapi titik optimum. Setelah titik optimum, penambahan konsentrasi enzim
menyebabkan kecepatan reaksi menjadi konstan karena substrat menjadi terbatas.
e. Konsentrasi Produk
Semakin banyak produk yang terbentuk, kecepatan rekasi semakin menurun,
konsentrasi substrat dan penimbunan produk yang pada beberapa enzim, produk
tersebut menjadi penghambat aktifitas enzim dengan cara bergabung dengan enzim
sehigga pembentukan kompleks enzim substrat terhambat.
Pada saat reaksi biokimia berlangsung, molekul yang berenergi tinggi
mengalami perubahan. Enzim berfungsi dengan cara meningkatkan proporsi molekul
yang mempunyai cukup energi untuk bereaksi sehingga mempercepat laju reaksi.
Enzim melakukan hal ini dengan cara menurunkan energi yang diperlukan reaksi dan
bukan meningkatkan jumlah energi dalam tiap molekul. Dapat ditunjukan bahwa pada
waktu substrat diubah menjadi produk, suatu penghalang (barrier) energi harus diatasi.
Penghalang ini disebut energi aktifasi. Apabila energi aktifasi itu rendah, maka akan
lebih banyak molekul (substrat) dapat bereaksi daripada tanpa enzim. Enzim
meningkatkan kecepatan reaksi secara keseluruhan tanpa mengubah suhu reaksi.
Selama berjalannya reaksi, enzim dan substrat berkombinasi sementara membentuk
kompleks enzim substrat. Dalam proses penguraian amilum, enzim alfa dan beta
amilase merupakan enzim yang utama dan banyak ditemukan dalam tubuh tumbuhan
serta berperan dalam proses mobilisasi karbohidrat. Enzim amilase merupakan enzim
hidrolisis yang mengkatalis proses penambahan air terhadap ikatan alfa 1,4 glikosida.
Secara umum penguraian amilum menjadi glukosa dapat digambarkan sebagai berikut
Amilum ⃗
amilase Maltosa ⃗
maltase Glukosa
Enzim beta amilase menyebabkan terurainya amilosa menjadi maltosa. Cara
penguraiannya adalah dimulai dari ujung non reduksi pada molekul amilosa dan setiap
penguraian akan dihasilkan 1 molekul maltosa sampai seluruh molekul amilosa habis
terurai. Jika jumlah molekul glukosa yang menyusun amilosa genap, akan diperoleh
hasil penguraian amilosa seluruhnya berupa maltosa. Tetapi jika glukosa yang
menyusun maltosa gajil, akan diperoleh hasil berupa campuran antara maltosa dan 1
molekul maltotriosa.
Hasil paling sederhana dari pengurain amilum oleh enzim amilase adalah gula
yang terdiri dari dua molekul glukosa, yaitu maltosa. Maltosa adalah bentuk gula yang
tidak mudah digunakan oleh tumbuhan. Oleh sebab itu, maltosa harus dipecah lagi
menjadi gula yang mudah dipakai oleh tumbuhan untuk menghasilkan energi, yaitu
glukosa. Untuk mengubah maltosa menjadi glukosa diperlukan enzim maltase.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian ekperimental karena
menggunakan beberapa variabel antara lain variable control, variable manipulasi
dan variable respon.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel Manipulasi : kadar enzim (0%, 25%, 50%, 100%)
Variabel Kontrol : Jenis enzim, jenis substrat, konsentrasi substrat, volume
substrat, rentang waktu penetesan yaitu setiap 2 menit
dan jumlah tetes KI-I2 yaitu 1 tetes.
Variabel Respon : kecepatan reaksi dan perubahan warna
Bahan
- Kecambah kacang hijau umur sehari secukupnya
- Larutan amilum 4% secukupnya
- Aquades secukupnya
- Larutan KI-I2 secukupnya
- Fosfat sitrat buffer pH 5,6 10 ml
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan biji kecambah kacang hijau berumur sehari, lalu membuang
kulitnya.
2. Menimbang 20 gr kecambah kacang hijau yang telah dibuag kulitnya kemudian
menambahkan 20 ml larutan buffer fosfat sitrat sampai semua kecambah
hancur.
3. Masukkan larutan kecambah ke dalam tabung reaksi, kemudian di centrifuge
selama 5 menit. Kemudian mengambil cairan bagian atas (supernatan) dan
memasukkan kedalam tabung reaksi. Cairan ini dianggap sebagai larutan enzim
amylase 100%.
4. Membuat enzim dengan kadar 0%; 25%; 50% dari enzim yang berkadar 100%
dengan cara sebagi berikut: Kadar 50% diperoleh dengan cara mengambil 5 ml
enzim 100% dan menambahkan aquades sampai volumenya 10 ml; kadar enzim
25% diperoleh dengan cara mengambil 5 ml enzim 50% dan ditambahkan
aquades hingga volumemenya mencapai 10 ml. Kadar enzim 0% diperoleh
dengan cara memanaskan 5 ml enzim 100% hingga mendidih.
5. Menyediakan tabung reaksi dan mengisinya dengan 5 ml larutan enzim 100%
kemudian menambahkan 2 ml larutan amilum 1%. Mengocok perlahan sampai
larutan tercampur. Saat mencampur larutan amilum dengan enzim ditetapkan
sebagai saat nol.
6. Meneteskan 1 tetes campuran larutan amilum dengan enzim pada cawan tetes
lalu mengujinya dengan 1 tetes larutan KI-I2. Mencatat waktu dimulai saat
penetesan larutan KI-I2.
7. Setiap 2 menit diambil 1 tetes campuran lalu diuji dengan 1 tetes larutan KI-I 2
pada cawan tetes.
8. Mencatat perubahan warna yang terjadi pada lempeng penguji setiap 2 menit
dan mengulangi beberapa kali sampai terjadi perubahan warna yang akan
dijadikan control untuk kadar enzim 50%, 25%, 0%.
9. Mengulangi langkah 6 sampai 8 untuk kadar enzim 50%, 25%, 0%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel
Tabel hasil pengamatan pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum
Waktu Kadar Enzim
No 100 % 50 %
2 menit ke- 25 % 0%
1 0 Putih keruh Putih keruh Putih keruh Putih keruh
Biru ++ Biru pekat + Biru pekat + Biru pekat +
2 I
++ +++ +++++
Biru + Biru pekat + Biru pekat + Biru pekat +
3 II
+ +++ ++++
4 III Biru Biru ++ Biru +++ Biru ++++
5 IV Putih Biru + Biru +++ Biru ++++
6 V Biru + Biru ++ Biru ++++
Putih
7 VI Biru ++ Biru +++
kebiruan ++
Putih
8 VII Biru + Biru +++
kebiruan +
9 VIII Putih Biru ++
10 IX Biru ++
11 X Biru +
12 XI Biru
2. Histogram
24
B. ANALISIS DATA
Berdasarkan data hasil pengamatan dan histogram diatas maka dapat
diketahui bahwa besarnya konsentrasi enzim berpengaruh terhadap laju reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa. Laju reaksi pengubahan amilum menjadi
glukosa tercepat terjadi pada konsentrasi enzim 100% dengan laju reaksi sebesar
5,55 dan waktu yang dibutuhkan enzim amylase untuk mengubah warna biru
menjadi kekuningan adalah 18 menit (2 menit ke-9). Selanjutnya laju reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa pada konsentrasi enzim 50% adalah 1,78
dengan lama waktu yang dibutuhkan enzim amylase untuk mengubah warna biru
tua (tampak hitam) menjadi kehijauan adalah 28 menit (pada 2 menit ke-14). Untuk
konsentrasi enzim 25% dengan waktu yang dibutuhkan enzim amylase untuk
mengubah warna biru tua (tampak hitam) menjadi kekuningan adalah 36 menit
(pada 2 menit ke-18) dan diperoleh laju reaksi sebesar 0,69, sedangkan laju reaksi
paling lambat terjadi pada konsentrasi enzim 0%. Karena pada kadar tersebut reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa sangat lambat maka kami membatasi pada 2
menit ke-50.
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis diatas maka dapat diketahui bahwa besarnya
konsentrasi enzim berpengaruh terhadap reaksi pengubahan amilum menjadi
glukosa. Hal ini terlihat dimana konsentrasi enzim 100% mempunyai nilai laju
reaksi sebesar 5,55. Hal ini disebabkan karena pada saat reaksi berlangsung (dengan
konsentrasi enzim 100%) maka enzim akan meningkatkan proporsi molekul yang
mempunyai cukup energi untuk bereaksi sehingga laju reaksi akan berjalan lebih
cepat. Enzim akan menurunkan energi yang diperlukan reaksi dan bukan
meningkatkan jumlah energi dalam tiap molekul. Ini terjadi pada waktu substrat
diubah menjadi produk (hasil), penghalang (barrier) energi harus diatasi.
Penghalang tersebut adalah energi aktivasi. Adanya enzim akan menurunkan energi
aktivasi suatu reaksi. Jika energi aktivasi suatu reaksi itu rendah maka akan lebih
banyak molekul (substrat) yang dapat bereaksi sehingga waktu yang diperlukan
oleh enzim amylase untuk mengubah amilum menjadi glukosa pun lebih singkat,
oleh karena itu, laju reaksi pun menjadi lebih cepat.
Laju reaksi menurun pada konsentrasi enzim 50%, yakni menjadi 1,78
dalam waktu 28 menit, serta laju reaksi juga menurun pada konsentrasi enzim 25%,
yang bernilai 0,69 dalam waktu 36 menit. Hal ini dikarenakan pada konsetrasi
enzim tersebut mempunyai kecepatan reaksi yang lambat karena pada waktu
sebstrat diubah menjadi produk (hasil), penghalang (barrier) yang disebut energi
aktivasi tidak dapat dikurangi (diturunkan) dalam reaksi tersebut. Karena energi
aktivasi tinggi, maka molekul (substrat) lebih sedikit yang bereaksi sehingga waktu
yang diperlukan pun lebih lama dan pada akhirnya laju reaksi pun lebih lambat.
Pada konsentrasi enzim 0% reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa
sangat lambat atau bahkan tidak terjadi reaksi. Ketidak aktifan enzim disebabkan
karena enzim dipanaskan. Akibat pemanasan tersebut, meka enzim yang merupakan
protein mengalami denaturasi yakni peristiwa perubahan struktur protein dari
bentuk tiga dimensi menjadi tidak beraturan sehingga substrat tidak dapat terikat
dengan enzim. Oleh karena itu enzim kehilangan sifat katalisnya.
D. DISKUSI
1. Warna yang diperoleh dari tes KI-I2 pada larutan amilum ditambah dengan
enzim 100% adalah biru, biru muda, kehijauan dan kekuningan. Warna awal
adalah biru karena pada saat tersebut enzim amylase baru mulai bekerja. Yang
selanjutnya sampai akhir menunjukkan warna kekuningan hal ini dikarenakan
enzim amylase sudah aktif bekerja, yakni memecah atau mengubah amilum
menjadi glukosa sehingga sudah tidak ada amilum lagi. Apabila sebelum
berwarna kekuningan, masih nampak adanya warna biru, berarti masih terdapat
amilum yang belum dipecah menjadi glukosa, dimana warna biru merupakan
indikasi reaksi antara iodine dengan amilum.
2. Fosfat sitrat buffer berfungsi untuk menjaga pH bagi enzim amylase, sehingga
amylase tidak rusak, fungsi lain adalah sebagai larutan penyangga, yakni untuk
menjaga agar enzim tetap dapat bekerja aktif dan tidak rusak pada kondisi
optimum serta menjaga kondisi agar tidak terlalu basa.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim :
- Suhu
- pH
- Konsentrasi substrat
- Konsentrasi enzim
- Waktu
- Konsentrasi produk
BAB V
SIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam setiap sistem kehidupan terjadi ribuan reaksi kimia yang berbeda-beda
dan kebanyakan reaksi ini terjadi secara simultan. Reaksi-reaksi yang terjadi tersebut
merupakan proses yang dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan
perlindungan atau proses metabolisme tubuh. Hampir semua reaksi biokimia tersebut
dikatalisir oleh suatu protein yang disebut enzim.
Enzim adalah suatu molekul protein yang besar terlipat dalam suatu lipatan
yang sedemikian rupa hingga kelompok asam amino tertentu akan membentuk sisi
aktif. Molekul yang bereaksi ini dinamakan substrat, yang membentuk menempel pada
sisi aktif dari enzim.
Sebagai biokatalisator, enzim memegang peranan utama di dalam mengatur
laju reaksi pada semua proses fisiologis, kecepatan kerja enzim dalam suatu reaksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah suhu, pH, konsentrasi substrat, dan
konsentrasi enzim. Diantara faktor-faktor tersebut yang paling besar pengaruhnya
terhadap kecepatan kerja enzim adalah konsentrasi enzim itu sendiri. Oleh karena itu
perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi enzim dalam
mempengaruhi kecepatan kerja enzim.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari percobaan ini
adalah :
Bagaimanakah pengaruh kadar enzim amilase terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
Untuk mengetahui pengaruh kadar enzim amilase terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa.
BAB II
KAJIAN TEORI
Enzim merupakan suatu molekul protein yang besar terlipat dalam suatu lipatan
yang sedemikian rupa hingga kelompok asam amino tertentu akan membentuk sisi
aktif. Molekul yang bereaksi dinamakan substrat yang menempel pada sisi aktif dari
enzim. Kerja enzim sangat spesifik, sehingga dapat dihindari terbentuknya senyawa
ikatan yang bersifat toksit. Kebanyakan enzim memerlukan kofaktor untuk aktivitasnya
yang kadangkadang berupa ion-ion sederhana seperti kation Mg atau Na atau kadang-
kadang berupa molekul organik seperti protein. Kecepatan suatu reaksi enzimitas juga
ditentukan oleh kadar enzim maupun kadar substrat.
Enzim meningkatkan laju reaksi dengan cara yang selektif dan efesien, dalam
memandang sifat reaksi kimia terdapat dua hal yang mendasar yaitu :
Seberapa jauh reaksi terjadi yaitu perbandingan (rasio) hasil terhadap pereaksi
(reaktans) untuk memperoleh keseimbangan.
Seberapa cepat reaksi berlangsung yaitu serasi untuk memberi gambaran dari
perubahan dalam energi potensial dalam suatu sistem.
Sebagai katalis, enzim adalah satu-satunya dibandingkankan dengan katalis-
katalis organik maupun anorganik sederhana sifat-sifat katalitik dari enzim termasuk
hal-hal sebagai berikut :
1. enzim meningkatkan laju reaksi pada kondisi biasa (fisiologik) dari tekanan,
suhu, pH. Hal ini merupakan keadaan yang jarang terjadi dengan katalis-katalis
lainnya.
2. enzim berfungsi dengan selektivitas atau spesifikasi bertingkat luar biasa tinggi
terhadap reaktan yang dikerjakan dan jenis reaksi yang dikatalisasikan maka
reaksi-reaksi yang bersaing dan reaksi-reaksi sampingan tidak teramati
3. enzim memberikan peningkatan laju reaksi yang luar biasa dibandingkan
dengan katalis biasa.
B. Variabel percobaan
Variabel-variabel yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. variabel control : jumlah tetesaan KI-I2, jumlahtetesan enzim, waktu
penetesan.
b. variabel manipulasi : kadar enzim
c. variabel respon : perubahan warna
Bahan
1. Kecambah kacang hijau umur 2 hari
2. Larutan amilum 4% 2 mL
3. Aquades secukupnya
4. Larutan KI-I2 1 tetes
5. Larutan buffer fosfat sitrat pH = 5,6 20 mL
D. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Membuang kulit biji kecambah.
3. Menimbang berat kecambah dengan berat 30 gram.
4. Menggerus 30 gram kecambah kacang hijau dan menambahkan 30 mL larutan
buffer fosfat sitrat sampai sampai semua kecambah hancur.
5. Memasukkan ke dalam tabung centrifuge dan mensentrifugasi selama 5 menit
dengan kecepatan 2 rpm.
6. Mengambil cairan bagian atas (supernatan) dan memasukkan ke dalam tabung
reaksi. Cairan ini dianggap sebagai larutan enzim amilase 100%.
7. Membuat enzim dengan kadar 0%, 25%, 50% dari enzim yang berkadar 100%
dengan cara sebagai berikut: untuk kadar 50%, mengambil5 mL enzim 100%
dan menambahkan aquades sampai volume 10 mL. Untuk kadar 25%,
mengambil 5 mL enzim 50% dan ditambahkan aquades sampai volume 10 mL.
Untuk kadar 0%, memanaskan 5 mL enzim 100% sampai mendidih.
8. Menyediakan tabung reaksi dan mengisinya dengan 5 mL larutan enzim 100%,
menambahkan 2 mL larutan amilum. Mencatat waktunya, kemudian mengocok
perlahan sampai larutan tercampur benar. Ketika mencampur larutan amilum
dan enzim ditetapkan sebagai saat nol.
9. Setiap 2 menit, mengambil 1 tetes campuran lalu menguji dengan 1 tetes larutan
KI-I2 pada lempeng penguji (cawan tetes atau kaca arloji).
10. Mencatat waktu tiap perubahan warna yang terjadi pada lempeng penguji.
11. Mengulangi langkah kerja 8-10 untuk masing-masing kadar 50%, 25%, dan 0%.
E. Rancangan Percobaan
Membuat 5 mL enzim dengan kadar 0%, 25%, 50% dari enzim yang
berkadar 100%
A. Hasil
a. tabel
Tabel pengaruh kadar enzim amilase terhadap reaksi pengubahan amilum
2 menit Perubahan warna pada kadar enzim ( % )
100 50 25 0
ke-
1 Biru ++++ Biru ++++ Biru ++++ Biru +++++
2 Biru +++ Biru ++++ Biru ++++ Biru +++++
3 Biru ++ Biru +++ Biru ++++ Biru +++++
4 Biru Biru ++ Biru ++++ Biru +++++
5 kuning Biru + Biru ++++ Biru +++++
6 Biru Biru ++++ Biru +++++
7 Kuning +++ Biru ++++ Biru +++++
8 Kuning +++ Biru ++++ Biru +++++
9 Kuning +++ Biru ++++ Biru +++++
10 Biru ++++ Biru +++++
11 Biru ++++ Biru +++++
12 Biru ++++ Biru +++++
13 Biru +++ Biru +++++
14 Biru +++ Biru +++++
15 Biru +++ Biru +++++
16 Biru +++ Biru +++++
17 Biru +++ Biru +++++
18 Biru +++ Biru +++++
19 Kuning ++ Biru +++++
20 Kuning ++ Biru +++++
21 Kuning ++ Biru +++++
22 Kuning ++ Biru +++++
23 Biru +++++
Keterangan: Tanda (+) menunjukkan banyaknya kadar kepekatan
b. Grafik
Series 1
50
45
40
35
30 Series 1
25
20
15
10
5
0
0% 25% 50% 100%
Grafik
Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi Pengubahan Amilum
menjadi Glukosa
A. Analisis Data
Pada kadar enzim 0 %, tidak terjadi perubahan warna, mulai dari 2 menit
pertama hingga 2 menit ke-23 warnanya tetap biru ++++ .
Pada kadar enzim 25 % pada 2 menit pertama hingga 2 menit ke-12
didapatkan warna biru ++++, 2 menit ke-13 hingga 2 menit ke-18 diperoleh warna biru
+++ dan, 2 menit ke-19 hingga 2 menit ke-22 diperoleh warna kuning ++.
Pada kadar enzim 50 %, 2 menit pertama hingga 2 menit ke-2 diperoleh
warna biru++++, 2 menit ke-3 diperoleh warna biru+++, 2 menit ke-4 diperoleh warna
biru++, 2 menit ke-5 diperoleh warna biru+, dan 2 menit ke-6 diperoleh warna biru, 2
menit ke-7 hingga 2 menit ke-9 diperoleh warna kuning +++.
Pada kadar enzim 100 %, 2 menit pertama diperoleh warna biru++++, 2
menit ke-2 diperoleh warna biru+++, 2 menit ke-3 diperoleh warna biru++, 2 menit ke-
4 diperoleh warna biru dan 2 menit ke-5 diperoleh warna kuning.
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh, pengaruh kadar enzim pada konsentrasi
0%, hampir tidak ada reaksi, hal ini dilihat dari 2 menit pertama hingga 2 menit ke-23
warnanya tetap biru++++. Ini bisa terjadi karena KI-I 2 hanya mendeteksi kandungan
amilum yang diteteskan pada reaktan dan tidak mendeteksi adanya enzim amilase.
Kemungkinan enzim amilase rusak akibat dipanaskan sampai mendidih.
Pada kadar enzim 25 %, kerja enzim amilase mulai terlihat walaupun
reaksi cukup lambat. Pada 2 menit pertama sampai 2 menit ke-18 didapatkan warna
biru yang semakin lama kepekatannya semakin berkurang dan pada menit ke-19 terjadi
perubahan warna dari biru menjadi kuning, dan sampai 2 menit ke-20 kerja enzim
mencapai kesetimbangan.
Pada kadar enzim 50 %, perubahan warna menjadi kuning lebih cepat yaitu
pada 2 menit ke-7. Hal ini bisa terjadi karena kandungan enzim amilase pada kadar
enzim 50% lebih banyak dibandingkan dengan kandungan enzim amilase pada kadar
enzim 25%.
Pada kadar enzim 100%, reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa lebih
cepat dibandingkan pada kadar 50%. Hal ini ditunjukkan Pada 2 menit ke-5 reaksi
sudah menghasilkan warna kuning .
Pada proses pembuatan enzim amilase dari kecambah kacang hijau
ditambahkan larutan buffer sitrat fosfat. Penambahan ini dilakukan dengan tujuan agar
enzim tidak cepat rusak walau enzim dalam proses pemanasan.
D. Diskusi
Pertanyaan :
1. Dari tes KI-I2 pada larutan amilum + enzim 100% warna apa yang saudara
peroleh? Mengapa demikian?
2. Apa fungsi dari Fosfat Sitrat Buffer?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kerja enzim?
Jawaban :
1. perubahan warna terjadi secara bertahap, yakni dari warna biru yang pekat
berubah menjadi agak cerah kemudian berubah lagi menjadi warna kuning.
Tiap-tiap perubahan warna ini menandakan adanya proses pengubahan amilum
menjadi maltosa (disakarida) dan hingga menjadi senyawa terakhir yaitu
glukosa (monosakarida) yang ditunjukkan oleh warna kekuningan. Glukosa ini
merupakan hasil penguraian amilum (polisakarida) menjadi maltosa
(disakarida) oleh bantuan enzim amilase, dan penguraian maltosa menjadi
glukosa dibantu oleh enzim maltase. Semakin besar konsentrasi enzim, maka
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses pengubahan amilum menjadi
semakin sedikit. Karena sifat enzim yang dapat mempercepat reaksi yakni
dengan cara menurunkan energi pengaktifan.
2. Fosfat sitrat buffer berfungsi mempertahankan harga pH dari larutan enzim.
Sehingga ketika ada penambahan zat KI-I2 ataupun saat terjadi pengenceran,
nilai pH larutan enzim tidak berubah (tetap). Hal ini penting karena enzim dapat
mengalami perubahan konformasi bila nilai ph berubah-ubah.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim :
a. Suhu
Kenaikkan suhu akan meningkatkan kecepatan reaksi yang dikatalisis
enzim, akan tetapi jika terjadi kenaikan suhu yang terlalu tinggi, maka akan
terjadi kerusakan (denaturasi) enzim.
b. pH
pH dapat mempengaruhi aktifitas enzim dengan cara mengubah struktur
atau muatan residu fungsional pada pengikatan substrat atau katalis.
c. Konsentrasi
Dalam konsentrasi enzim yang sama, kinerja enzim pada konsentrasi
tinggi adalah lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi substrat rendah.
BAB V
SIMPULAN
Hakimatuz zahidiyah
083204037
PENDIDIKAN BIOLOGI 2008
DI SUSUN OLEH;
Muchammad Mahmudi
(063244218)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam setiap sistem kehidupan terjadi ribuan reaksi yang berbeda dan
kebanyakan reaksi ini berjalan secara simultan. Hampir semua reaksi biokimia ini
dikatalisir oleh suatu protein khusus yang dinamakan enzim. Enzim adalah suatu
molekul protein yang besar, terlipat dalam suatu lipatan yang sedemikian rupa
hingga kelompok asam amino tertentu akan membentuk sisi aktif. Molekul yang
bereaksi dinamakan sebagai substrat, yang menempel pada sisi aktif dari dari
enzim. Kerja enzim sangat spesifik, sehingga dapat dihindari terbentuknya
senyawa ikatan yang bersifat toksik. Kebanyakan enzim memerlukan kofaktor
untuk aktifitasnya yang kadang-kadang berupa ion-ion sederhana seperti kation
Mg atau Na atau kadang-kadang berupa molekul organik selain protein.
Kecepoatan reaksi enzimatis juga ditentukan oleh kadar enzim maupun kadar
substrat.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa ?
C. Tujuan
Mengamati pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah protein yang mempunyai aktivitas katalitis. Enzim bekerja
dengan cara membantu jalur metabolisme yang akan bekerja dan mengontrol
kecepatan jalur oleh sel. Biasanya enzim mempercepat reaksi dengan faktor
antara 108 dan 1020. Dibandingkan dengan katalisator buatan manusia, enzim 108
hingga 109 kali lebih aktif. Selain itu enzim lebih spesifik dibandingkan dengan
katalisator anorganik atau organik buatan alam macam reaksi yang dikatalisisnya.
Enzim terdapat dalam semua sel, tetapi tidak tercampur rata di seluruh sel. Enzim
terkonsentrasi pada kompartemen-kompartemen tertentu. Ada dua keuntungan
dari hal tersebut diantaranya adalah membantu memastikan bahwa konsentrasi
reaktan cukup di tempat enzim tersebut terdapat dan membantu memastikan
bahwa satu senyawa diarahkan menjadi hasil yang diperlukan serta tidak
dialihkan ke jalur lain oleh kerja enzim lain yang berkompetisi.
Enzim memiliki sifat-sifat yang spesifik yaitu (1) enzim aktif dalam jumlah
yang sangat sedikit; (2) enzim tidak terpengaruh oleh reaksi yang katalisisnya
pada kondisi stabil; (3) enzim tidak mempengaruhi kesetimbangan reaksi
walaupun enzim mempercepat penyelesaian suatu reaksi; (4) kerja katalis enzim
spesifik.
Berdasarkan tipe reaksi yang katalisisnya, enzim diklasifikasikan secara
sederhana sebagai berikut :
Kelas Tipe reaksi
Oksidoreduktase memisahkan dan menambahkan elektron atau hidrogen
(nitrat reduktase)
Transferase (Kinase) memindahkan gugus senyawa kimia
Hidrolase memutuskan ikatan kimia dengan penambahan air
(protease, lipase, amilase)
Liase (fumarase) membentuk ikatan rangkap dengan melepaskan satu
gugus kimia
Isomerase (epimerase) mengkatalisir perubahan isomer
Ligase/sintetase (tiokinase) menggabungkan dua molekul yang disertai dengan
hidrolisis ATP
Polimerase (tiokinase) menggabungkan monomer-monomer sehingga terbentuk
polimer
Enzim berfungsi sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi di dalam
sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 8 sampai 1011
kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Telah
dijelaskan bahwa enzim bersifat spesifik, yaitu hanya bekerja pada satu reaksi
saja. Untuk dapat bekerja terhadap suatu substrat, harus terjadi kontak atau
hubungan antara enzim dengan substrat. Hubungan antara substrat dengan enzim
terjadi pada bagian tertentu saja. Bagian enzim yang mengadakan hubungan
dengan substrat disebut sisi aktif. Hubungan hanya mungkin terjadi apabila
bagian aktif mempunyai ruang yang tepat untuk dapat menampung substrat. Hal
ini menunjukkan mengapa tiap enzim mempunyai kekhasan terhadap substrat
tertentu. Hubungan antara enzim dan substrtat menyebabkan terjadinya kompleks
enzim substrat. Kompleks ini merupakan kompleks aktif, yang bersifat sementara
dan akan terurai kembali apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi.
Sejumlah besar enzim membutuhkan suatu komponen lain untuk dapat
berfungsi sebagai katalis. Komponen ini disebut kofaktor, kofaktor dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu:
Gugus prostetik merupakan kelompok kofaktor yang terikat pada enzim dan
tidak mudah terlepas dari enzimnya. Contohnya flavin adenin dinukleotida
(FAD) yang terikat dengan enzim suksinat dehidrogenase.
Koenzim merupakan molekul organik kecil, tahan terhadap panas, mudah
terdisosiasi dan dapat dipisahkan dari enzimnya dengan cara dialisis.
Contohnya NAD, NADP, ATP dll.
Aktivator merupakan ion-ion logam yang mudah terikat atau mudah lepas
dari enzim. Contohnya K+, Mn++, Mg++, Cu++, atau Zn++.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian in terdapat variabel-variabel percobaan yaitu variabel
manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon sehingga disebut sebagai
eksperimental
B. Variabel
Variabel manipulasi : Kadar enzim amilase (100%, 50%, 25%, 0%)
Variabel kontrol :- Umur kecambah kacang hijau
- Jumlah cairan yang di ambil meliputi :
a. Larutan amilum 4%
b. Larutan KI-I2
c. Larutan fosfat sitrat buffer
Variabel respon : Waktu perubahan warna
C. Alat dan Bahan
Alat :
Mortar dan penumbuk porselin 1 buah
Tabung reaksi 8 buah
Gelas ukur 10 ml 1 buah
Centrifuge (pemusing) 1 buah
Cawan tetes 1 buah
Pipet kecil 4 buah
Lampu spirtus 1 buah
Pegangan tabung reaksi 1 buah
Bahan :
Kecambah kacang hijau umur 2 hari 20 gr
Larutan amilum 4% 8 ml
Larutan KI-I2 8 ml
Larutan fosfat sitrat buffer pH = 5,6 (10 ml) 20 ml
Aquades secukupnya
D. Prosedur Kerja
1) Membuang
kulit biji kecambah
2) Menggerus 10 gr
kecanbah kacang hijau
dan menambahkan 10 ml
larutan buffer fosfat
sampai semua kecambah
hancur
3) Memasukkan ke
dalam tabung reaksi
centrifuge dan
memusingkan selama 5
menit dengan kecepatan
2 rpm
4) Mengambil cairan
bagian atas dan
memasukkan ke dalam
tabung reaksi dan Kadar enzim 50% dengan cara
dianggap sebagai larutan mengambil 5ml enzim 100%
enzim amylase 100%
dan menambahkan aquades
sampai volumenya menjadi
10ml
5) Membuat enzim
dengan kadar 0%;
25%; 50%; dari enzim
berkadar 100% dengan
cara: Kadar enzim 25% dengan
cara mengambil 5ml enzim
50% dan menambahkan
aquades sampai volumenya
menjadi 10ml
6) Menyediakan
tabung reaksi dan
mengisi dengan 5 m
larutan enzim 100%,
menambahkan 2ml Kadar enzim 0% dengan cara
larutan amilum 4% dan memanaskan 5ml enzim
mencatat waktunya
100% samapi mendidih
7) Setiap 2 menit
diambill 1 tetes campuarn
laju diuji denagn 1 tetes
larutan KI-I2 pada
lempeng penguji
9) Melakukan
langkah ke 6 sampai 8,
masing-masing untuk
kadar enzim 50%,
25%, dan 0%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi
Pengubahan Amilum Menjadi Glukosa
2 menit Konsentrasi enzim
0% 25% 50% 100%
ke-
1 Biru + + + + + Biru + + + + + Biru + + + + + Biru + + + + +
2 Biru + + + + + Biru + + + + + Biru + + + + + Biru + + + + +
3 Biru + + + + + Biru + + + + + Biru + + + + + Biru + + + +
4 Biru + + + + + Biru + + + + + Biru + + + + + Biru + + + +
5 Biru + + + + + Biru + + + + + Biru + + + + Biru + + +
6 Biru + + + + + Biru + + + + Biru + + + + Biru + + +
7 Biru + + + + + Biru + + + + Biru + + + Biru + +
8 Biru + + + + + Biru + + + + Biru + + + Biru + +
9 Biru + + + + + Biru + + + + Biru + + + Biru +
10 Biru + + + + + Biru + + + + Biru + + + Kuning
11 Biru + + + + + Biru + + + Biru + +
12 Biru + + + + + Biru + + + Biru +
13 Biru + + + + Biru + + + Biru +
14 Biru + + + + Biru + + + Biru +
15 Biru + + + + Biru + + + Kuning
16 Biru + + + + Biru + +
17 Biru + + + + Biru + +
18 Biru + + + + Biru + +
19 Biru + + + + Biru +
20 Biru + + + + Biru +
21 Biru + + + + Biru +
22 Biru + + + Kuning
23 Biru + + +
24 Biru + + +
25 Biru + + +
26 Biru + + +
Keterangan : Biru + + + + + : biru kehitaman
Biru + + + + : biru sekali
Biru + + + : biru
Biru + + : biru merah
Biru + : biru agak merah
Grafik Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi
Pengubahan Amilum menjadi Glukosa
30
28
26
Kecepatan Pengubahan Amilum menjadi glukosa
24
22
20
(menit)
18
16
14
12
10
0 25 50 75 100
Konsentrasi
Enzim (%)
B. Analisa Data
Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, dapat diketahui bahwa adanya
pengaruh kadar enzim amilase dari kecambah kacang hijau terhadap kecepatan
reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa. Pengaruh tersebut adalah makin
tinggi konsentrasi enzim amilase maka makin cepat pengubahan amilum menjadi
glukosa, begitu sebaliknya. Indikator bahwa enzim amilase telah mengubah
amilum menjadi glukosa adalah perubahan warna pada campuran amilum dan
enzim yang ditambahkan larutan KI-I2 dari warna biru kehitaman atau biru sekali
menjadi merah bata. Adanya pengaruh kadar enzim amilase terhadap pengubahan
amilum menjadi glukosa, dapat dilihat pada beberapa hasil percobaan yaitu
konsentrasi enzim 100% hanya memerlukan waktu 20 menit untuk mengubah
amilum menjadi glukosa. Sedangkan untuk konsentrasi enzim yang lebih rendah
memerlukan waktu lebih lama untuk mengubah amilum menjadi glukosa.
Misalnya pada konsentrasi 50% membutuhkan waktu 30 menit dan pada
konsentrasi enzim 25% membutuhkan waktu 44 menit. Untuk konsentrasi enzim
0% pada percobaan ini ternyata ditemukan degradasi warna dari biru kehitaman
menjadi biru selama 52 menit, hasil dari konsentrasi 0% ini belum sesuai dengan
teori.
C. Pembahasan
Dari analisis data hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa adanya
hubungan antara konsentrasi subsrtat dan konsentrasi enzim terhadap kecepatan
reaksi enzimatis yaitu makin tinggi konsentrasi atau kadar enzim amilase maka
makin cepat pengubahan amilum menjadi glukosa. Pengubahan amilum menjadi
glukosa ditandai dengan perubahan warna pada enzim (dari kecambah kacang
hijau) dan amilum yang kemudian ditambahkan larutan KI-I 2 dari warna biru atau
biru kehitaman menjadi merah bata. Larutan KI-I2 adalah indikator adanya
amilum sehingga larutan yang mengandung amilum jika ditetesi larutan KI-I2
akan berwarna biru.
Dari hasil percobaan, pada prosentase enzim 100% terjadi perubahan warna
yang cepat pada larutan yaitu 20 menit, hal ini disebabkan karena enzim yang
bekerja untuk mengubah amilum menjadi glukosa jumlahnya banyak (konsentrasi
enzim tinggi) sehingga dapat mengubah amilum menjadi glukosa menjadi cepat.
Pada konsentrasi enzim 50%, perubahan warna terjadi setelah 30 menit, karena
pada prosentase ini kadar enzimnya berkurang sehingga kecepatan reaksinya
menurun. Pada konsentrasi enzim 25%, perubahan warna terjadi setelah 44 menit
karena prosentase ini enzim amilse sangat berkurang sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk mengubah amilum menjadi glukosa menjadi lama.
Pada konsentrasi enzim 0%, terjadi degradasi warna dari biru kehitaman
menjadi biru. Seharusnya pada konsentrasi ini tidak ada enzim karena enzimnya
telah rusak yang diakibatkan pemanasan yang dilakukan terhadap enzim yang
masih aktif sehingga tidak terjadi perubahan warna akibat pengubahan amilum
menjadi glukosa. Tetapi dari hasil percobaan didapatkan perubahan warna dari
biru kehitaman menjadi biru. Hal ini disebabkan masih ada sedikit enzim yang
bekerja pada larutan tersebut. Kesalahan ini dikarenakan pada waktu memanaskan
enzim amilse kurang mendidih sehingga tidak semuanya enzim rusak.
D. Diskusi
Dari tes KI-I2 pada larutan amilum dan enzim amilase 100%, warna yang
diperoleh adalah biru. Hal ini disebabkan karena KI-I2 merupakan indikator
adanya amilum sehingga larutan yang mengandung amilum jika ditetesi larutan
KI-I2 akan berwarna biru. Tetapi setelah 10 menit ke-2 (20 menit), warnanya
berubah dari biru menjadi merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa amilum yang
ada pada kecambah kacang hijau telah diubah menjadi glukosa oleh enzim
amilase.
Fungsi dari fosfat sitrat buffer adalah untuk menjaga keseimbangan pH agar
enzim tidak aktif bekerja. Karena kerja enzim dapat dipengaruhi oleh pH dan
enzim hanya bekerja aktif pada pH tertentu. Selain itu fungsi dari fosfat sitrat
buffer adalah mempertahankan kondisi dalam sel (sel kecambah hijau) seperti
semula agar enzimnya tidak rusak pada saat dihaluskan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah :
Suhu
Aktivitas enzim semakin meningkat seiring dengan peningkatan suhu
sampai titik atau suhu optimum. Setelah titik optimum peningkatan suhu
akan menurunkan aktivitas enzim. Hal ini disebabkan rusaknya protein
enzim karena suhu tinggi.
pH
Sama dengan pengaruh suhu, aktivitas enzim semakin naik seiring dengan
peningkatan pH sampai titik optimum. Setelah titik optimum peningkatan
pH akan menurunkan aktivitas enzim. Hal ini disebabkan pada pH yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi, protein enzim mengalami kerusakan.
Konsentrasi substrat
Pada jumlah atau konsentrasi enzim yang konstan, semakin tinggi
konsentrasi substrat samapi titik tertentu, aktivitas enzim semakin tinggi.
Setelah titik optimum peningkatan konsentrasi substrat tidak mempengaruhi
aktivitas enzim. Hal ini disebabkan enzim sudah jenuh dengan substrat.
Konsentrasi produk
Semakin banyak produk yang terbentuk, aktivitas enzim semakin turun. Hal
ini disebabkan tidak ada/semakin sedikit substrat yang diubah dan bahkan
pada beberapa enzim, produk itu sendiri menjadi penghambat.
Konsentrasi aktivator
Semakin besar konsentrasi aktivator, apabila disertai penambahan
konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat akan meningkatkan aktivitas
enzim. Molekul aktivator dapat menyebabkan sisi aktif enzim semakin
”cocok” dengan substrat.
Konsentrasi inhibitor
Semakin besar konsentrasi inhibitor, maka aktivitas enzim akan semakin
turun, karena molekul inhibitor dapat melekat pada sisi aktif enzim sehingga
menghalangi melekatnya substrat pada enzim tersebut. Sisi aktif enzim
konformasinya juga dapat berubah dengan adanya molekul inhibitor
sehingga substrat tidak bisa melekat.
BAB V
PENUTUP
Makin tinggi konsentrasi atau kadar enzim amilase, maka makin cepat reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa atau sebaliknya.
Lrutan KI-I2 merupakan indikator dalam mengetahui perubahan amilum
menjadi glukosa dengan aktivitas enzim amilse didalamnya.
Mekanisme kerja enzim sangat dipengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi substrat,
konsentrasi produk, konsentrasi aktivator, dan konsentrasi inhibitor
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat berbagai macam reaksi kimia dengan
banyak tipe yang berbeda, namun tidak pernah terjadi kekacauan. Semua ini dikontrol
oleh protein khusus yang disebut dengan enzim. Enzim adalah protein yang berperan
sebagai katalis dalam metabolisme makhluk hidup. Enzim berperan untuk
mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim
itu sendiri tidak ikut bereaksi.
Enzim berperan secara lebih spesifik dalam hal menentukan reaksi mana yang
akan dipacu dibandingkan dengan katalisator anorganik sehingga ribuan reaksi dapat
berlangsung dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun. Enzim
terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang
tersusun atas protein. Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas
protein. Gugus prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun
dari bahan organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik).
Salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan yaitu amylase. Enzi mini dapat
mengubah amilum menjadi gula dalam beberapa tahap, yakni pembentukan
amilodiektrin dari amilum lalu menjadi eritrodektrin selanjutnya akrodektrin yang
akhirnya menjadi glukosa. Amilase dapat ditemukan pada daun atau biji yang sedang
berkecambah. Aktifitas amylase ini juga dipengaruhi oleh pH, suhu dan konsentrasi
substrat.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan percobaan untuk mengetahui
pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan amilum.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kadar
enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan amilum.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini yatu kita sebagai mahasiswa Biologi
khususnya dan masyarakat umumnya dapat mengetahui kadar enzim pada kecambah
terhadap kecepatan reaksi pengubah amilum, jadi pada kecambah yang baru tumbuh
terdapat bayak enzim yang terkandung.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Enzim
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi
sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi)
dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan
molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi.
Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan
sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi.
Enzim adalah protein yang mempunyai aktivitas katalis. Reaksi – reaksi kimia
yang terjadi dalam sel hidup secara keseluruhan disebut metabolism. Beberapa reaksi
membentuk molekul-molekul besar misalnya pati, selulosa, lemak, protein dan asam
nukleat.
6. Kerja enzim dipengaruhi oleh lingkungan, seperti oleh suhu, pH, konsentrasi, dan
lain-lain.
7. Bekerjanya ada yang di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim), contoh
ektoenzim: amilase,maltase.
8. Umumnya enzim tak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat non protein tambahan
yang disebut kofaktor.
1. Suhu
Enzim tidak dapat bekerja secara optimal apabila suhu lingkungan terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Jika suhu lingkungan mencapai 0° C atau lebih rendah lagi,
enzim tidak aktif. Jika suhu lingkungan mencapai 40° C atau lebih, enzim akan
mengalami denaturasi (rusak). Suhu optimal enzim bagi masing-masing organisme
berbeda-beda. Untuk hewan berdarah dingin, suhu optimal enzim adalah 25° C,
sementara suhu optimal hewan berdarah panas, termasuk manusia, adalah 37° C.
2. pH (Tingkat Keasaman)
Aktivator adalah
zat yang dapat
mengaktifkan dan
menggiatkan kerja
enzim. Contohnya ion
klorida, yang
dapat mengaktifkan
enzim amilase.
Inhibitor adalah
zat yang dapat
menghambat kerja
enzim. Berdasarkan cara kerjanya, inhibitor terbagi dua, inhibitor kompetitif dan
inhibitor nonkompetitif. Inhibitor kompetitif adalah inhibitor yang bersaing aktif
dengan substrat untuk mendapatkan situs aktif enzim, contohnya sianida bersaing
dengan oksigen dalam pengikatan Hb. Sementara itu, inhibitor nonkompetitif adalah
inhibitor yang melekat pada sisi lain selain situs aktif pada enzim, yang lama
kelamaan dapat mengubah sisi aktif enzim.
- Jika sudah mencapai titik jenuhnya, maka konsentrasi substrat berbanding terbalik
dengan kecepatan reaksi.
Dewasa ini, enzim adalah senyawa yang umum digunakan dalam proses
produksi. Enzim yang digunakan pada umumnya berasal dari enzim yang diisolasi
dari bakteri. Penggunaan enzim dalam proses produksi dapat meningkatkan efisiensi
yang kemudian akan meningkatkan jumlah produksi.
1. Hidrolase
Kelompok ini masih dipecah lagi menurut karbohidrat yang diuraikannya, misal:
a. Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi
maltosa 9 suatu disakarida).
2 (C6H10O5)n + n H2O n C12H22O11
b. Maltase, yaitu enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa
C12H22O11 + H20 2 C6H12O6
c. Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi glukosa dan
fruktosa.
d. Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktase menjadi glukosa dan galaktosa.
e. Selulase, emzim yang menguraikan selulosa ( suatu polisakarida) menjadi
selobiosa ( suatu disakarida)
f. Pektinase, yaitu enzim yang menguraikan pektin menjadi asam-pektin.
2. Oksidase dan reduktase , yaitu enzime yang menolong dalam proses oksidasi dan
reduksi.
b. Katalase : enzim yang menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.
b. Transaminase : yaitu enzim yang memindahkan gugusan amine dari suatu asam
amino ke suatu asam organik sehingga yang terakhir ini berubah menjadi suatu asam
amino.
Selain eksoenzim dan endoenzim, dikenal juga enzim konstitutif dan enzim
induktif. Enzim konstitutif ialah enzim yang dibentuk terus-menerus oleh sel tanpa
peduli apakah substratnya ada atau tidak. Enzim induktif (enzim adaptif) ialah enzim
yang dibentuk karena adanya rangsangan substrat atau senyawa tertentu yang lain.
Misalnya pembentukan enzim beta-galaktosida pada escherichia coli yang diinduksi
oleh laktosa sebagai substratnya. Tetapi ada senyawa lain juga yang dapat
menginduksi enzim tersebut walaupun tidak merupakan substarnya, yaitu melibiosa.
Tanpa adanya laktosa atau melibiosa, maka enzim beta-galaktosidasa tidak disintesis,
tetapi sintesisnya akan dimulai bila ditambahkan laktosa atau melibiosa.
2.7 Denaturasi
Perubahan pH lingkungan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim
dalam membentuk kompleks enzim substrat. pH yang rendah atau tinggi dapat
menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan mengakibatkan turunnya aktivitas
enzim (Poedjiadi, 1994). Jika struktur enzim berubah sehingga tidak dapat lagi
berikatan, maka aktivitas katalisis enzim akan hilang (denaturasi). Beberapa faktor
yang menyebabkan denaturasi yaitu pemanasan dengan suhu yang ekstrim,
homogenasi (penghancuran), oksigen dan zat pengoksidasi lain juga mampu
mendenaturasi banyak enzim.
Beberapa enzim dapat bekerja bersama dalam urutan tertentu, dan menghasilan
lintasan metabolisme. Dalam lintasan metabolisme, satu enzim akan membawa
produk enzim lainnya sebagai substrat. Setelah reaksi katalitik terjadi, produk
kemudian dihantarkan ke enzim lainnya. Kadang-kadang lebih dari satu enzim dapat
mengatalisasi reaksi yang sama secara bersamaan.
Yaitu sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun di
luar sel makhluk hidup. Enzim ini berfungsi sebagai katalis yang sangan efisien dan
mempunyai derajat yang tinggi.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Jenis percobaan
Jenis percobaan yang dilakukan adalah percobaan eksperimental, karena
percobaan dilakukan di laboratorium dan pada percobaan ini terdapat variabel
manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon.
Dibuang kulitnya
Ditimbang 2 gr
Supernatan
Mencatat waktu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Dari hasil pengamatan, maka dapat diperoleh data sebagai berikut :
4.1.1 Tabel
Tabel Pengaruh Enzim
Amilase terhadap Pengubahan Amilum Menjadi Glukosa
2 menit Perubahan Warna pada Konsentrasi Enzim
ke- 100% 50% 25% 0%
1 +++++ (Biru) ++++++ (Biru) ++++++ (Biru) ++++++ (Biru)
2 ++++ (Biru) ++++++ (Biru) ++++++ (Biru) ++++++ (Biru)
3 +++ (Biru) +++++ (Biru) +++++ (Biru) ++++++ (Biru)
4 ++ (Biru) +++++ (Biru) +++++ (Biru) ++++++ (Biru)
5 ++ (Biru) ++++ (Biru) ++++ (Biru) ++++++ (Biru)
6 + (Biru) ++++ (Biru) ++++ (Biru) Tidak terhingga
Kuning ++++ (Biru) ++++ (Biru) Warna tidak
7
berubah
8 +++ (Biru) +++ (Biru)
9 +++ (Biru) +++ (Biru)
10 ++ (Biru) +++ (Biru)
11 + (Biru) ++ (Biru)
12 Kuning ++ (Biru)
13 + (Biru)
14 + (Biru)
15 Kuning
Keterangan :
+++++ : Biru tua (tampak kehitaman) ; + : Biru kekuningan
++++ : Biru
+++ : Biru muda
++ : Biru kehijauan
4.1.2 Grafik
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Kadar Enzim ( % )
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari percobaan Pengaruh Kadar Enzim terhadap Kecepatan Reaksi Pengubahan
Amilum yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan yaitu kadar atau
konsentrasi enzim berpengaruh terhadap kecepatan reaksi pengubahan amilum
menjadi glukosa. Semakin tinggi kadar atau konsentrasi enzim, maka kecepatan
reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa semakin cepat. Sebaliknya pada reaksi
yang sedikit atau bahkan tidak ada enzim, maka reaksi pengubahan amilum menjadi
glukosa membutuhkan waktu yang lama. Enzim yang dapat memecah amilum
menjadi glukosa yang lebih sederhana disebut enzim Amilase. Hal ini berkaitan
dengan fungsi dari dari enzim yatu mempercepat reaksi kimia (pengubahan amilum
menjadi glukosa), tetapi enzim tersebut tidak ikut bereaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Yuni Sri. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Unesa
Press
Soerodikoesoemo, Wibisono. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: UT
Depdikbud
_______. 2008. Fisiologi Tumbuhan. Diakses melalui
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=60,
Diakses tanggal 15 Oktober 2010
Mulya, Isna. 2007. Enzim. Diakses melalui
http://metabolismelink.freehostia.com/enzim.htm , Diakses pada tanggal 16
Oktober 2010
Sofyan. 2010. Penggolongan (Klasifikasi) Enzim. Diakses melalui
http://community.um.ac.id/showthread.php?73709-Penggolongan-
%28Klasifikasi%29-enzim, Diakses tanggal 16 Oktober 2010
_____. 2009. Pengertian Enzim. Diakses melalui http://belajar-
indah.blogspot.com/2009/08/pengertian-enzim.html, Diakses tanggal 16
Oktober 2010
_____. 2010. Enzim. Diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim, Diakses
tanggal 16 Oktober 2010
http://www.idonbiu.com/2009/05/fungsi-spesifik-nomenklatur-dan.html (Diakses
tanggal 16 Oktober 2010)
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor -
Pendamping/Praweda/Biologi/0115%20Bio%203-1d.htm (Diakses tanggal 16
Oktober 2010)
Astutiamin. 2009. Enzim dan Koenzim. Diakses melalui
http://astutiamin.wordpress.com/2009/08/07/enzim-dan-koenzim/, Diakses
tanggal 16 Oktober 2010
LAMPIRAN
Perhitungan laju reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa
1. 0% = M/t = 0/14 =0 permenit