Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

RESPIRASI PADA TUMBUHAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata Fisiologi Tumbuhan


Yang dibina oleh Bapak I Wayan Sumberartha dan Ibu Nugrahaningsih

Oleh :
Kelompok 3 / Kelas B
Intan Yunanda (140341600448)
Muhammad Feri Samsul (140341603411)
Nikita Rizky (140341604916)
Nisrina Deti Nur Afifah (140341606721)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN
JURUSAN BIOLOGI
MALANG
November 2015
TOPIK : RESPIRASI PADA TUMBUHAN

TUJUAN : Mahasiswa mengetahui pengaruh suhu terhadap laju respirasi


pada kecambah kacang hijau

TANGGAL PRAKTIKUM : 3 November 2015

DASAR TEORI
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi
dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia.
Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua
aktivitas makhluk hidup memerlukan energi begitu juga dengan tumbuhan. Respirasi terjadi pada
seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar,
batang maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah
kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi
karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka
respirasi terjadi pada sel (Campbell, 2002).
Tumbuhan hijau bernapas dengan mengambil oksigen dari lingkungan, tidak semua
tumbuhan bernapas dengan menggunakan oksigen. Tumbuhan tak berklorofil benapas tanpa
memerlukan oksigen. Tujuan proses pernapasan, yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa
bernapas terjadi pelepasan energi. Tumbuhan yang bernapas secara anaeraob mendapatkan
energi dengan car menguraikan bahan – bahan tertentu dimana mereka hidup. Dalam proses
pernapasan aerob / anaerab. akan dihasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Gas dan uap air
tersebut dikeluarkan dari tubuh. Oksigen diperlukan dan karbon dioksida yang dihasilkan masuk
dan keluar dari tubuh secara difusi. Gas – gas tersebut masuk dan keluar melalui stomata yang
ada pada permukaan daun dan inti sel yang ditemukan pada kulit batang pegangan. Akar yang
berada dalam tanah juga dapat melakukan proses keluar msuknya gas. Tumbuhan yang hidup di
daerah rawa/berlumpur mempunyai akar yang mencuat keluar deari tanah. Akar ini disebut akar
panas. Kandungan katalis disebut juga enzim, enzim sangat penting untuk siklus reaksi respirasi
(sebaik-baiknya proses respirasi). Beberapa reaksi kimia membolehkan mencampur dengan
fungsi dari enzim atau mengkombinasikan sisi aktifnya. Penggunaan ini akan dapat dilihat
hasilnya pada inhibitor dari aktivitas enzim (Loveless, 1997).
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10,
dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10
derajat celcius, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Bagi sebagian besar
bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara
5 dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat,
tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun. Penjelasan tentang penurunan Q10 pada suhu yang
tinggi ini adalah bahwa laju penetrasi O2 ke dalam sel lewat kutikula atau periderma mulai
menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan cepat. Difusi O2 dan CO2 juga
dipercepat dengan peningkatan suhu, tapi Q10 untuk proses fisika ini hanya 1,1, jadi suhu tidak
mempercepat secara nyata difusi larutan lewat air. Peningkatan suhu sampai 40°C atau lebih, laju
respirasi malahan menurun, khususnya bila tumbuhan berada pada keadaan ini dalam jangka
waktu yang lama. Nampaknya enzim yang diperlukan mulai mengalami denaturasi dengan cepat
pada suhu yang tinggi, mencegah peningkatan metabolik yang semestinya terjadi. Pada
kecambah kacang kapri, peningkatan suhu dari 25°C menjadi 45°C mula-mula meningkatkan
respirasi dengan cepat, tapi setelah dua jam lajunya mulai berkurang. Kemungkinan
penjelasannya ialah jangka waktu dua jam sudah cukup lama untuk merusak sebagian enzim
respirasi. (Salisbury & Ross, 1995).

HASIL PENGAMATAN
Percobaan Titrasi (Volume HCl yang dibutuhkan)
Suhu Kamar 62,7 ml
Lemari Es 25 ml
Inkubator 53,1 ml

ANALISIS DATA
Pada praktikum kali ini menggunakan pengaruh suhu terhadap laju respirasi kecambah,
danp raktikum kali inimenggunakan 3 percobaan yang percobaan pertama yaitu menggunakan
suhu kamar, percobaan kedua menggunakan suhu di dalam lemari es, dan yang terakhir
menggunakan suhu di incubator.
Pada masing-masing percobaan di dapatkan volume HCL yang dibutuhkan pada saat
titrasi berlangsung yaitu, pada suhu kamar volume HCL yang dibutuhkan 62,7 ml, pada suhu di
dalam lemari es 25 ml, dan pada suhu di incubator 53,1 ml.

1. Suhu Kamar
a. Dengan kecambah

Cara menghitung volume CO2 hasil titrasi:

Diketahui : Lama inkubasi (respirasi) = 24 jam

Larutan KOH 0,05 N x 100ml

Larutan standar (peniter) = 0,1 N HCl

Reaksi : 2 KOH + CO2  K2CO3 + H2O


BaCl2 + K2CO3  BaCO3 + 2 KCl
Yang dititer : KOH sisa (yang tidak mengikat CO2)
KOH + HCl  KCl + H2O

100ml
Konsentrasi KOH semula : 100 ml 0,5 N = 0,5 X grol = 0,05 grol
1000
KOH sisa habis dititer oleh 98,2ml 0,1 N HCl, karena jumlah grol peniter = jumlah yang dititer,
maka grol KOH sisa dapat dicari sebagai berikut

62,7
Grol KOH = 0,1 x 1000 grol = 0.00627 grol

Jadi jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2 = (0,05 grol - 0,00627 grol) = 0,04373 grol
Dari persamaan reaksi di atas, maka jumlah grol KOH equivalen dengan 0,5 grol CO2.
Jadi tiap grol gas CO2 yang berkaitan dengan KOH = 0,5 x 0,04373 grol = 0,021865 grol
Jika tiap grol gas (0 0C, 76 Cm Hg) banyaknya gas terlarut = 22,4 liter, maka volume gas CO2
terlarut dapat dicari persamaan:
V1 V 2
=
T1 T2
Keterangan : V1 = Volume gas terlarut dalam 0 0C, P 76 CmHg, untuk tiap grol = 22,4
liter
T1 = 00 C = 273 0K
V2 = Volume gas yang dicari
T2 = suhu pengamatan (dalam Kelvin) = 30 + 273 = 303
V1 22,4
=
303 273
22,4∗303∗ 0,021865
V2 (CO2) terlarut sebagai hasil respirasi = = 0,54359754 liter
273

0,54359754
Jadi volume CO2 respirasi tiap jam = = 0,0226499 liter
24

b. Perlakuan di dalam inkubator


a. Dengan kecambah
Cara menghitung volume CO2 hasil titrasi:
Diketahui : Lama inkubasi (respirasi) = 24 jam
Larutan KOH 0,05 N x 100ml
Larutan standar (peniter) = 0,1 N HCl

Reaksi : 2 KOH + CO2  K2CO3 + H2O


BaCl2 + K2CO3  BaCO3 + 2 KCl
Yang dititer : KOH sisa (yang tidak mengikat CO2)
KOH + HCl  KCl + H2O
100ml
Konsentrasi KOH semula : 100 ml 0,5 N = 0,5 X grol = 0,05 grol
1000
KOH sisa habis dititer oleh 98,2ml 0,1 N HCl, karena jumlah grol peniter = jumlah
yang dititer, maka grol KOH sisa dapat dicari sebagai berikut

53,1
Grol KOH = 0,1 x 1000 grol = 0.00531 grol

Jadi jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2 = (0,05 grol - 0,00531 grol) = 0,04469
grol
Dari persamaan reaksi di atas, maka jumlah grol KOH equivalen dengan 0,5 grol CO2.
Jadi tiap grol gas CO2 yang berkaitan dengan KOH = 0,5 x 0,0469 grol = 0,02345 grol
Jika tiap grol gas (0 0C, 76 Cm Hg) banyaknya gas terlarut = 22,4 liter, maka volume
gas CO2 terlarut dapat dicari persamaan:
V1 V 2
=
T1 T2
Keterangan : V1 = Volume gas terlarut dalam 0 0C, P 76 CmHg, untuk tiap grol = 22,4
liter
T1 = 00 C = 273 0K
V2 = Volume gas yang dicari
T2 = suhu pengamatan (dalam Kelvin) = 35 + 273 = 308
V1 22,4
=
308 273
22,4∗308∗0,02345
V2 (CO2) terlarut sebagai hasil respirasi = = 0,59262359liter
273
0,59262359
Jadi volume CO2 respirasi tiap jam = = 0.02469265 liter
24

c. Perlakuan di dalam lemari es


b. Dengan kecambah
Cara menghitung volume CO2 hasil titrasi:
Diketahui : Lama inkubasi (respirasi) = 24 jam
Larutan KOH 0,05 N x 100ml
Larutan standar (peniter) = 0,1 N HCl

Reaksi : 2 KOH + CO2  K2CO3 + H2O


BaCl2 + K2CO3  BaCO3 + 2 KCl
Yang dititer : KOH sisa (yang tidak mengikat CO2)
KOH + HCl  KCl + H2O
100ml
Konsentrasi KOH semula : 100 ml 0,5 N = 0,5 X grol = 0,05 grol
1000
KOH sisa habis dititer oleh 98,2ml 0,1 N HCl, karena jumlah grol peniter = jumlah
yang dititer, maka grol KOH sisa dapat dicari sebagai berikut
25
Grol KOH = 0,1 x grol = 0.0025 grol
1000

Jadi jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2 = (0,05 grol - 0,0025 grol) = 0,0475 grol
Dari persamaan reaksi di atas, maka jumlah grol KOH equivalen dengan 0,5 grol CO2.
Jadi tiap grol gas CO2 yang berkaitan dengan KOH = 0,5 x 0,0475 grol = 0,02375 grol
Jika tiap grol gas (0 0C, 76 Cm Hg) banyaknya gas terlarut = 22,4 liter, maka volume
gas CO2 terlarut dapat dicari persamaan:
V1 V 2
=
T1 T2
Keterangan : V1 = Volume gas terlarut dalam 0 0C, P 76 CmHg, untuk tiap grol = 22,4
liter
T1 = 00 C = 273 0K
V2 = Volume gas yang dicari
T2 = suhu pengamatan (dalam Kelvin) = 13,6 + 273 = 286,6

𝑉1 22,4
=
286,6 273
22,4∗286,6∗ 0,02375
V2 (CO2) terlarut sebagai hasil respirasi = = 0.55850256 liter
273
0.55850256
Jadi volume CO2 respirasi tiap jam = = 0.02327094 liter
24

PEMBAHASAN
Respirasi adalah proses oksidasi dalam sel untuk melepaskan energi yang diperlukan
dalam berbagai aktivitas organisme hidup. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang
terjadi didalam sel berlangsung secara aerobik dan anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan
oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob oksigen
tidak tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondioksida, misalnya seperti alkohol,
asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Respirasi aerob ialah suatu proses pernafasan yang membutuhkan oksigen dari udara.
Jika fotosintesis merupakan proses penyususnan (anabolisme) maka pernafasan merupakan
proses pembongkaran (katabolisme). Jika gula heksosa diambil sebagai bahan bakar dan
pembakaran itu merupakan oksigen bebas, maka reaksi keseluruhannya dapat dituliskan sebagai
berikut : C6H12O6 + 6 O2  6CO2 + 6H2O + 675 kal (Dwidjoseputro, 1980).
Pada praktikum respirasi pada tumbuhan ini kecambah dibungkus dengan kain kasa. Kain
kasa memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau
celah yang dapat dilewati oleh oksigen dan karbon dioksida pada saat proses respirasi.
Kecambah dimasukkan kedalam botol yang ditutup rapat yang berisi larutan KOH. Penutupan
rapat ini bertujuan agar tidak ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil
pengamatan seperti oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan tidak ada karbondioksida
yang keluar dari botol. Larutan didalam botol merupakan larutan basa kuat, KOH berfungsi
sebagai larutan yang dapat berikatan dengan karbondioksida hasil dari respirasi kecambah. KOH
yang mengikat karbondioksida akan membentuk kalium bikarbonat yang merupakan
karbondioksida terlarut. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
KOH + CO2 K2CO3 + H2O
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan basa (KOH)
dengan menggunakan senyawa asam. Senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat HCl.
Fungsi titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat NaOH. Sebelum dititrasi dengan
HCl, larutan dari rangkaian praktikum diatas diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan BaCl2
sebanyak 5 ml. Penambahan BaCl berfungsi untuk mengendapkan karbondioksida yang telah
diikat oleh KOH. Persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
BaCl2 + K2CO3 BaCO3 + 2 KCl
Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh hal ini
disebabkan karena terbentuk endapan putih dari hasil penambahan larutan BaCl2. Kemudian
larutan tersebut diteteskan indikator fenolptalein (indicator pp). Indikator yang berwarna merah
ini menyebabkan perubahan warna pada larutan menjadi merah muda. Indikator pp berfungsi
untuk memudahkan mengamati perubahan warna ketika larutan dititrasi. Setelah itu larutan
dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl hingga larutan berubah warna menjadi bening kembali.
Warna dapat kembali bening menunjukkan bahwa larutan basa telah bereaksi sempurna dengan
asam sehingga larutan menjadi netral. Larutan yang dititrasi adalah KOH sisa yaitu KOH yang
tidak berikatan dengan CO2. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
KOH + HCl KCl + H2O
Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses repirasi aerob
berbanding terbalik dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi. Semakin banyak CO2 yang
dilepaskan maka semakin banyak juga KOH yang terikat dengan CO2. Hal ini menyebabkan
KOH sisa sedikit dan titrasi dengan HCl juga sedikit.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut berpengaruh terhadap laju
respirasi aerob. Rangkaian praktikum respirasi yang diletakkan di suhu kamar dapat dihitung
jumlah CO2 yang dilepaskan dengan melihat banyaknya HCl yang dibutuhkan saat titrasi.
Kecambah yang diletakkan pada suhu kamar jumlah volume HCl pada saat titrasi adalah 62,7 ml.
Kecambah yang ditempatkan pada refrigator (kulkas) volume HCl pada saat titrasi adalah 25 ml.
Sedangkan kecambah yang ditempatkan di inkubator volume HCl pada saat dititrasi adalah 53,1
ml.. Laju respirasi dari kecambah kacang hijau (Inkubator<Suhu ruang<refrigerator). Hal ini
berarti bahwa respirasi pada tumbuhan lebih efektif jika diletakkan pada suhu dingin. Hasil
praktikum ini tidak sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sunu dan Wartoyo (2006)
bahwa penyimpanan dalam suhu rendah mampu mempertahankan kualitas tanaman,
memperpanjang masa simpan hasil pertanian karena dapat menurunkan proses respirasi,
memperkecil transisi, menghambat perkembangan mikrobia.
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10,
dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC,
namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan
dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25°C. Bila
suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat,
jadi Q10 mulai menurun. Penjelasan tentang penurunan Q10 pada suhu yang tinggi ini adalah
bahwa laju penetrasi O2 ke dalam sel lewat kutikula atau periderma mulai menghambat respirasi
saat reaksi kimia berlangsung dengan cepat. Difusi O2 dan CO2 juga dipercepat dengan
peningkatan suhu, tapi Q10 untuk proses fisika ini hanya 1,1, jadi suhu tidak mempercepat
secara nyata difusi larutan lewat air. Peningkatan suhu sampai 40°C atau lebih, laju respirasi
malahan menurun, khususnya bila tumbuhan berada pada keadaan ini dalam jangka waktu yang
lama. Nampaknya enzim yang diperlukan mulai mengalami denaturasi dengan cepat pada suhu
yang tinggi, mencegah peningkatan metabolik yang semestinya terjadi. Pada kecambah kacang
kapri, peningkatan suhu dari 25°C menjadi 45°C mula-mula meningkatkan respirasi dengan
cepat, tapi setelah dua jam lajunya mulai berkurang. Kemungkinan penjelasannya ialah jangka
waktu dua jam sudah cukup lama untuk merusak sebagian enzim respirasi. (Salisbury & Ross,
1995)
Perbedaan ini bisa saja terjadi karena kurang trampilnya praktikan dalam melakukan
titrasi. Bisa saja praktikan kurang terampil dalam mengaduk larutan saat dititrasi sehingga
indikator pp tetap tampak padahal seharusnya semua KOH sudah bereaksi dengan HCl.
Kurangnya dalam mengaduk KOH dengan BaCl2 juga bisa menjadi pemicu kesalahan dari
pengambilan hasil pada praktikum ini. Selain itu tidak samanya waktu dalam memasukkan
kecambah juga bisa memengaruhi hasil dari praktikum ini.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan bahwa suhu
mempengarhi laju respirasi yaitu laju respirasi dari kecambah kacang hijau (Inkubator<Suhu
ruang<refrigerator). Hal ini berarti bahwa respirasi pada tumbuhan lebih efektif jika diletakkan
pada suhu dingin dan semakin banyak CO2 yang dilepaskan maka semakin banyak juga KOH
yang terikat dengan CO2. Hal ini menyebabkan KOH sisa sedikit dan titrasi dengan HCl juga
sedikit.
DAFTAR RUJUKAN
Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia

Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. Jakarta: PT


Gramedia

Salisbury, Frank and Ross, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: Institut
Teknologi Bandung

Sunu, P dan Wartoyo. 2006. Buku Ajar Dasar Hartikultura. Semarang : Universitas Negeri
Semarang

Suyitno. 2007. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. Yogyakarta: Universtas Negeri
Yogyakarta
LAMPIRAN

Hasil respirasi pada Hasil respirasi pada Proses titrasi


suhu di inkubator suhu di lemari es

Volume HCl yang di


butuhkan untuk titrasi

Anda mungkin juga menyukai