Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN

BAB 3 RESPIRASI

Disusun Oleh:
Nurvi Selvi Arviani (A.2010976)

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
2022
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Respirasi merupakan proses pembakaran yang terkendalai di dalam sel


hidup, dan menghasilkan energi yang berguna bagi sel hidup. Energi yang
dilepaskan dalam respirasi sebagian dalam bentuk panas, ini tidak berguna bagi
tumbuhan, sebagian lagi dapat digunakan oleh tumbuhan untuk kegiatan-kegiatan
sel hidup. Energi yang berguna ini digunakan dalam asimilasi yaitu proses
pengubahan makanan menjadi dinding sel dan protoplasma. Energi mungkin pula
digunakan dalam proses kimiawi yang mengubah produk-produk fotosintesis
menjadi protein dan lemak, memelihara struktur kerja protoplasma, akumulasi zat
terlarut oleh sel, dan perpindahan bahan makanan dalam tumbuhan. Hamper semua
aktifitas sel hidup membutuhkan energi dan nergi didapat dari proses respirasi
terutama respirasi aerob.
Respirasi adalah suatu proses pelepasan atau transfer energi dari ikatan
kimia molekul-molekul organic di dalam sel hidup ke ikatan-iakatan kimia ATP
yang mernergi tinggi. Dalam proses respirasi dibutuhkan oksigen (O2), maka proses
ini dinamakan respirasi aerob dan proses ini terjadi di dalam mitokondria.
Respirasi aerob ini merupakan aspek dari metabolisme sel yang mana
meliputi proses-proses oksidasi bahan organik, bersama dengan itu terjadi reduksi
molekul oksigen menjadi air dan pembebasan energi dalam bentuk senyawa posfat
berenergi tinggi (ATP). Proses respirasi ini juga dapat dilihat dengan adanya
pelepasan CO2, pembentukan air dan penyusutan bahan kering dari jaringan yang
melakukan respirasi.
Menurut lakitan (1993) bahwa respirasi aerob menggabungkan molekul-
molekul organic dari reduksi 02 dengan menghasilkan senyawa yang lebih
sederhana dalam energi, Secara sederhana reaksinya adalah sebagai berikut:
C6H12O6 + 602 6 CO2 + 6 H2O + E
Proses imi menghasilkan sejumlah energi dan kemudian tersedia bagi sel
untuk melaksanakan aktifitasnya. Karena sel berfungsi secara isothermal, maka
bentuk energi seluler yang berguna ini bukanlah dalam bentuk panas. Karena semua
proses seluler pada dasarnya bersifat kimiawi, maka energi dari katabolisme bahan
makanan disimpar dalam bentuk kimia, seperti halnya ikatan kimia dalam ikatan
fosfor-oksigen dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). Terdapat tiga tahap reaksi
dalam respirasi yaitu:
1. Glikolisis yaitu perubahan glukosa menjadi asam piruvat
2. Siklus Krebs yaitu proses perubahan asam asetat menjadi molekul hydrogen
karbon dioksida
3. Transpor electron/lingkaran sitolrom H2 yang ditransfer melalui beberapa
persenyawaan kimia yang disebut sitokrom, sebelum bereaksi dengan
oksigen membentuk air, dengan demikian energi yang dikeluarkan bertahap
dan seluruhnya menjadi ATP
Respirasi ini berlangsung pada siang hari (fase cahaya) dan juga dapat
berlangsung pada malam hari (tanpa cahaya). Respirasi merupakan reaksi kimia
murni, oleh karena itu proses ini sangat dipengaruhi oleh suhu. Kenaikan suhu 100C
(Q10) dapat meningkatkan laju kecepatan reaksi 2-3 kali. Dari hasil penelitian
Fernandus dalam Suseno (1974) diketahui bahwa bila suhu diturunkan dari 250C,
maka laju respirasi menurun dan bila dinaikan hingga 300C laju respiarsi
meningkat. Akan tetapi ika suhu dinaikan sampai 400C, laju respirasi meningkat
sebentar dan kemudian turun kembali. Hal ini disebabkan karena pada suhu 400C,
laju respirasi meningkat sebentar dan kemudian turun kembali. Hal ini disebabkan
karena pada suhu 400C enzim (protein) sudah mulai rusak atau mengalami
denaturasi. Laju respirasi jaringan tumbuhan dipengaruhi oleh suhu, kelembaban,
adanya uka, umur dan jenis jaringan, konsentrasi CO2 dan O2 banyaknya bahan
makanan yang tersedia, dan faktor-faktor lain.
1.2 Tujuan
Tujuan kacang hijau. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan
respirasi pada kecambah.
II TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi pada sel suatu tumbuhan merupakan oksidasi molekul organik
oleh oksigen dari udara yang membentuk karbondioksida dan air, sehingga metode
respirasi sering ditambahkan dengan kata aerob. Proses ini dapar dimulai dengan
berbagai senyawa kimia. Glukosa merupakan salah satu substrat yang sering kita
dengar, akan tetapi substrat respirasi suatu sel juga dapat berasal dari sukrosa,
heksosa fosfat dan triosa fosfat yang berasal dari hasil fotosisntesis dan perombakan
pati, fruktosa, gula-gula lainnya, lemak terutama triasilgliserol, asam-asam organik,
dan terkadang protein. Respirasi memiliki fungsi utama untuk melepaskan energi
bebas yang terkontrol bersama-sama dengan terbentuknya ATP. Pelepasan energi
ini dilakukan secara bertahap guna mencegah terjadinya kerusakan sel. Respirasi
secara haris besar dikelompokkan menjadi 4 proses utama, yaitu: glikolisis,
dekarboksilasi, oksidatif, siklus krebs, dan transport electron.
III METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2022 pada pukul 13.00 WIB
bertempat di Laboratorium Universitas Djuanda Bogor
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum ini meliputi:
Erlenmeyer, seperangkat alat titrasi, pipet tetes, thermometer, kain kasa, benang,
kecambah kacang hijau umur 3 hari dan 5 hari, larutan KOH 0.5N: HCI 0.1 N:
BaC12 0.5N, indikator PP dan air.
3.3 Metode Pelaksanaan
3.3.1 Prosedur Titrasi Acidimetri
Langkah-langkah titrasi acidimetri vang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Larutan KOH diisikan ke dalam erlenmeyer sebanyak 25 ml, kemudian
tambahkan BaC12 0,5 N sebanyak 5 ml.
2. Lalu larutan tersebut diberi 2 tetes fenolftalein (indikator PP) hingga larutan
berwarna merah
3. Larutan tersebut lalu dittrir dengan menggunakan larutan 0,1 N Hcl yang
dibutuhkan
4. Hentikan titrasi tepat pada saat warna merah larutan hilang. Catatlah berapa
banyak larutan HCI yang dibutuhkan
3.3.2 Prosedur Pemberian Perlakuan
1. Biji kacang hijau berumur 3 dan 5 hari ditimbang masing-masing 25 gr atau
lebih (disesuaikan dengan tempatnya), kemudian masing-masing dibungkus
dengan kain kasa dan diikat dengan benang
2. 3 erlenmeyer disiapkan dan isi masing-masing dengan 100 ml 0.5 N KOH
3. Bungkusan kecambah kacang hijau berumur 3 dan 5 hari dimasukkan ke
dalam Erlenmever berisi larutan KOH, lalu ikatkan benang pada ujung
Erlenmeyer sampai bungkusan kecambah tergantung dan bungkusan
tersebut mengenai larutan KOH Erlenmeyer ketiga yang berisi larutan KOH
tidak digantungi kecambah karena akan digunakan sebagai kontrol.
4. Masing-masing Erlenmeyer ditutup menggunakan alumunium foil dan
goyang-goyangkan selama 15 menit 5.
5. Setelah selesai, semua larutan KOH yang ada dibotol dititrir untuk
menghitung banyaknya CO2 hasil respirasi kecambahnya. Catat pula
temperature larutan KOH saat akan dititer .
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
1.1.1 Hasil Pengamatan Titrasi Acidimetri

Hasil pengamatan yang diperoleh dari pengamatan titrasi acidimetri, yaitu


dibutuhkan waktu selama 5 menit 8 detik dan larutan HCl 0,1 N sebanyak 29 mL
untuk menghilangkan warna merah pada larutan KOH yang diberi BaCl2 0,5 N.
1.1.2 Hasil Pengamatan Pemberian Perlakuan

Tabel 1.

Waktu Jumlah Vol Co2


NO Jenis Perlakuan Suhu
(menit) HCl Respirasi/menit
1 Kontrol 28 4 10,2 ml 0,15 liter/menit
2 Kecambah 3 Hari 30 54 400 ml 0,002 liter/menit
3 Kecambah 5 Hari 30 60 375 ml 0,04 liter/menit
1.1.3 Analisis Data
Larutan KOH yang digunakan : 0,5 N
Larutan standar (peniter) : 0,1 HCl
100 𝑚𝑙
Konsentrasi KOH semula : 0,5 𝑥 = 0,05 𝑔𝑟𝑜𝑙
1.000

a). Kontrol
Lama ingkubasi : 4 menit
Vol HCl : 10,2 ml
10,2
Grol KOH : 0,1 𝑥 = 0,001
1.000

Jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2: 0,05 − 0,001 = 0,049


Dari pers di atas, maka jumlah grol KOH equivalen dengan 0,5 grol CO2
Jadi tiap grol gas CO2 berkaitan dengan KOH 0,5 𝑔𝑟𝑜𝑙 𝑥 0,049 = 0,0245 𝑔𝑟𝑜𝑙
Dari tiap grol gas (0oC 76 CmHg) banyak gas terlarut adalah 22,4 liter, maka
volume gas CO2 dicari dengan persamaan

𝑉1 𝑉2 22,4𝑙 𝑉2
= = =
𝑇1 𝑇2 273°𝐾 273 + 28

22,4 𝑥 301 𝑥 0,0245


V2 (CO2) terlarut sebagai hasil respirasi= = 0,60𝑙
273
0,60 𝑙
Jadi hasil Volume CO2 respirasi tiap menit adalah 4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 0,15 𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
b). Kecambah 3 hari
Lama ingkubasi : 54 menit
Vol HCl : 400 ml
400
Grol KOH : 0,1 𝑥 = 0,04 𝑔𝑟𝑜𝑙
1.000

Jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2: 0,05 − 0,04 = 0,01


Dari pers di atas, maka jumlah grol KOH equivalen dengan 0,5 grol CO2
Jadi tiap grol gas CO2 berkaitan dengan KOH 0,5 𝑔𝑟𝑜𝑙 𝑥 0,01 = 0, 005 𝑔𝑟𝑜𝑙
Dari tiap grol gas (0oC 76 CmHg) banyak gas terlarut adalah 22,4 liter, maka
volume gas CO2 dicari dengan persamaan

𝑉1 𝑉2 22,4𝑙 𝑉2
= = =
𝑇1 𝑇2 273°𝐾 273 + 30

22,4 𝑥 303 𝑥 0,005


V2 (CO2) terlarut sebagai hasil respirasi= = 0,12𝑙
273
0,12 𝑙
Jadi hasil Volume CO2 respirasi tiap menit adalah 54 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 0,002 𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

c). Kecambah 5 hari


Lama ingkubasi : 60 menit
Vol HCl : 375 ml
375
Grol KOH : 0,1 𝑥 = 0,03 𝑔𝑟𝑜𝑙
1.000

Jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2: 0,05 − 0,03 = 0,02


Dari pers di atas, maka jumlah grol KOH equivalen dengan 0,5 grol CO2
Jadi tiap grol gas CO2 berkaitan dengan KOH 0,5 𝑔𝑟𝑜𝑙 𝑥 0,02 = 0, 01 𝑔𝑟𝑜𝑙
Dari tiap grol gas (0oC 76 CmHg) banyak gas terlarut adalah 22,4 liter, maka
volume gas CO2 dicari dengan persamaan

𝑉1 𝑉2 22,4𝑙 𝑉2
= = =
𝑇1 𝑇2 273°𝐾 273 + 30

22,4 𝑥 303 𝑥 0,1


V2 (CO2) terlarut sebagai hasil respirasi= = 2,48𝑙
273
2,48 𝑙
Jadi hasil Volume CO2 respirasi tiap menit adalah 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 0,04 𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1.2 Pembahasan
Respirasi merupakan proses yang penting bagi tumbuhan karena proses ini
merupakan bentuk tumbuhan mempertahankan kehidupannya dengan menyediakan
energi untuk melakukan aktivitasnya (Novitasari 2017).
Berdasarkan hasil praktikum, terlihat adanya perbedaan laju respirasi pada
setiap sampel. Sampel kecambah 3 dan 5 hari digoyang-goyangkan di dalam
Erlenmeyer yang berisikan larutan KOH selama 15 menit. Penggunaan KOH ini
menjadi indikasi CO2 yang terserap akibat adanya respirasi dari kecambah.
Peningkatan konsentrasi KOH jika ditinjau dari reaksi kimia, maka molekul CO2
yang terserap juga akan semakin banyak (Suyatno dan Hermawan 2016).
Perhitungan laju respirasi dimulai setelah sample ditetesi oleh indicator PP
sehingga berubah warna kemudian dititrasi menggunakan HCl sampai warna
kembali seperti awal sebelum ditetesi indikator PP.
Setelah serangkaian percobaan dilakukan dapat kita lihat pada tabel 1,
dibutuhkan 400 ml HCl untuk kecambah 3 hari dengan waktu 54 menit dan
diperoleh laju respirasi sebesar 0,0002 liter/menit. Sedangkan pada kecambah 5 hari
dibutuhkan 375 ml HCl dengan waktu 60 menit dan diperoleh laju respirasi sebesar
0,04 liter/menit. Pada sample control tanpa kecambah dibutuhkan HCl yang lebih
sedikit yaitu 10,2 ml dengan waktu yang dibutuhkan sekitar 4 menit. Banyaknya
HCl yang dibutuhkan ini menjadi indikasi cepat lambatnya laju respirasi. pada
perlakuan 4 dan 5 (tabel 1) dapat kita liat semakin sedikit HCl yang dibutuhkan
semakin besar volume respirasinya.
Perbedaan respirasi pada setiap tumbuhan ini tentunya diperngaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan. Ketersediaan oksigen
sangat penting bagi proses perkecambahan. Apabila oksigen memiliki kadar yang
lebih rendah dari 5% laju respirasi secara signifikan akan mengalami penurunan.
Pada tanaman bunga kol, penurunan konsentrasi oksigen sebesar 10% memebuat
masa perkecambahan tertunda selama 1 hari. Apabila kadar oksigen diturunkan
hingga di bawah 5% persentase perkecambahan akan menurun hingga 50%
(Hamim 2018).
Faktor lainnya yang dapat memengaruhi respirasi adalah suhu dan usia
tanaman. Pada tabel 1 terdapat persamaan suhu dan perbedaan usia pada dua sampel
kecambah. Pada umumnya reaksi respirasi akan meningkat setiap ada kenaikan
suhu sebesar 10̊ C. Pada suhu 0̊ C respirasi juga terjadi hanya saja berjalan sangat
lambat. Laju respirasi menjadi cepar saat suhu 30̊ C - 40̊ C namun melambat
kembali ketika menyentuh suhu 40̊ C - 50̊ C dan akan terus menurun apabila suhu
meningkat karena bila suhu melebihin 60̊ C dapat menyebabkan kerusakan member
dan denaturasi protein serta enzim sehingga respirasi akan terhenti. Selain suhu,
usia tanaman juga menjadi pengaruh laju respirasi tanaman. Tanaman muda
biasanya melakukan respirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan
yang dewasa atau lebih tua. Laju respirasi yang tinggi pada tanaman muda
disebabkan oleh jaringan yang masih buda dan sedang berkembang cepat (Advinda
2018) (Hamim 2018).
Faktor usia ini tentunya berbanding terbalik dengan hasil praktikum yang
dilakukan. Pada tabel 1 terlihat bahwa usia kecambah 3 hari memiliki volume
respirasi yang lebih kecil dibandingkan dengan usia kecambah yang berusia 5 hari.
Hal kemungkinan disebabkan kandungan CO2 nya yang tinggi. Kandungan CO2
yang tinggi dapat menurunkan laju respirasi karena terhambatnya difusi O2 akibat
menutupnya stomata (Wiraatmaja 2016).
V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa
kecambah usia 3 hari memiliki laju respirasi sebesar 0,002 liter/menit yang mana
lebih rendah dibandingkan dengan kecambah usia 5 hari sebesar 0,04 liter/menit.
Faktor-faktor yang memengaruhi adanya perbedaan laju respirasi tanaman, yaitu
ketersediaan oksigen, suhu, dan usia tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Suyatno, A. Hermawan, D. 2016. Analisis Campuran Koh Dan H2o Terhadap
Proses Penyerapan Co2 Pada Biogas Hasil Ternak Dan Biogas Hasil Tempat
Pembuangan Sampah (TPS). Jurnal Widya Teknika. 24(1): 1-5.
Sudhatha, W. Wisaniyasa, W. 2017. Fisiologi Dan Teknologi Pascapanen (Buah
Dan Sayuran). Udaya University Press.
Wiraatmaja, W. 2016. Respirasi dan Fotorespirasi. Universitas Udaya. Bahan Ajar.
Advinda, L. 2018. Dasar-Dasar Fisiologi. Deepublish: Yogyakarta.
Hamim. 2018. Fisiologi Tumbuhan 1: Air, Energi, dan Metabolisme Karbon. IPB
Press.

Anda mungkin juga menyukai