Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TL3101 PROSES FISIK DAN KIMIA


MODUL 05
DESINFEKSI

Nama Praktikan : Zakia Ainun


NIM : 15320061
Kelompok :3
Tanggal Praktikum : 4 November 2022
Tanggal Pengumpulan : 11 November 2022
Asisten yang Bertugas : 1. Agatha Edelweis (15319088)
2. Kanaya Gracella (15319093)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
I. Tujuan Praktikum
Berikut ini tujuan pada praktikum sedimentasi partikel diskrit.
1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses desinfeksi.
2. Menentukan sisa klor dari penambahan klorin pada proses
desinfeksi.
3. Menentukan dosis klorin optimum untuk proses desinfeksi.

II. Teori Dasar


Desinfeksi merupakan proses memusnahkan mikroorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit. Desinfeksi merupakan benteng manusia terhadap
paparan mikroorganisme patogen penyebab penyakit, termasuk di dalamnya
virus, bakteri, dan protozoa parasite (Bitton, 1994). Metode yang biasanya
digunakan pada proses desinfeksi adalah kimiawi, fisik, dan radiasi. Untuk
desinfeksi secara kimiawi digunakan klor sebagai desinfektan yang paling
umum digunakan pada pengolahan air minum (Masqudi & Assomadi, 2012).

Mekanisme yang terjadi pada proses desinfeksi adalah menghambat aktivitas


enzim, mengubah permeabilitas sel, menghancurkan dinding sel, dan mengubah
sifat koloid protoplasma. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
desinfeksi, yaitu:
1. Jenis desinfektan: Ozon dan klorin dioksida merupakan oksidator
yang lebih kuat dibandingkan dengan klorin sehingga akan lebih
efektif digunakan sebagai desinfektan.
2. Jenis mikroorganisme: Bakteri yang menghasilkan spora akan lebih
resisten terhadap desinfektan dibandingkan dengan bakteri
vegetative.
3. Konsentrasi desinfektan dan waktu kontak: Semakin tinggi
konsentrasi desinfektan yang digunakan, maka semakin tinggi pula
laju desinfeksinya sehingga proses desinfeksi akan semakin baik.
Sedangkan, waktu kontak adalah waktu yang dibutuhkan
desinfektan untuk membunuh mikroorganisme.
4. Temperatur: Semakin tinggi temperature yang digunakan, maka
inaktivasi patogen dan parasite juga meningkat.

Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam proses desinfeksi, yaitu


sebagai berikut.
1. Desinfeksi menggunakan klor
Senyawa klor yang digunakan pada proses desinfeksi adalah HOCl,
OCl-, dan NH2Cl. Namun, dari ketiga senyawa tersebut, asam
hipoklorit merupakan senyawa yang paling efektif. Pada proses
pengolahan air minum, sisa klor yang terdapat di dalam air hingga
ke konsumen dipertahankan minimal 0,1 mg/L. Pada proses
desinfeksi menggunakan klor terdapat hasil samping senyawa, yaitu
trihalometan (THM) yang berbahaya bagi kesehatan manusia
sehingga diperlukan usaha untuk mengontrol dan mengurangi hasil
samping senyawa ini.
2. Desinfeksi dengan metode khloraminasi
Khloraminasi merupakan desinfeksi dengan menggunakan
khloramin. Khloramin tidak bereaksi dengan senyawa organik
membentuk THM. Namun, metode ini kurang efektif dalam proses
pengontrolan biofilm mikroorganisme karena kurang berinteraksi
dengan polisakarida sehingga metode ini digunakan sebagai
desinfektan tambahan saja.
3. Desinfeksi dengan klor dioksida
Klor dioksida tidak membentuk THM dan tidak bereaksi dengan
ammonia membentuk khloramin. Oleh karena itu, zat ini sering
digunakan sebagai desinfektan pada pengolahan air minum. Klorin
dioksida didapatkan dari reaksi gas klor dengan sodium klorit.
4. Desinfeksi dengan ozon
Ozon adalah senyawa yang dapat mematikan bakteri dan memiliki
kemampuan oksidasi yang kuat. Ozon tidak akan menimbulkan bau
pada air minum dan membuat air minum lebih segar. Namun,
penggunaan ozon sebagai pengolaha air minum memiliki biaya
konstruksi dan operasi yang lebih mahal dibandingkan klorinasi dan
penggunaan sinar UV.
5. Desinfeksi dengan sinar UV
Radiasi UV dapat merusak DNA mikroba pada panjang gelombang
260 nm dengan menyebabkan dimerisasi thymine yang dapat
menghalangi replikasi DNA dan efektif dalam menginaktivasi
mikroorganisme.

III. Prinsip Praktikum


Pada praktikum ini sebanyak 50 mL sampel air dimasukkan ke dalam masing-
masing tiga buah tabung Erlenmeyer. Lalu, ke dalam sampel air dimasukkan
kaporit dengan dosis yang berbeda-beda tiap tabungnya, yaitu 0,05 mL; 0,1 mL;
dan 0,2 mL. Sampel air didiamkan di tempat gelap selama 20 menit dan
ditambahkan 1 tablet DPD untuk selanjutnya sisa klor pada sampel air
dibandingkan dengan warna blanko menggunakan komparator.

IV. Alat dan Bahan


IV.1 Alat
1. Labu Erlenmeyer
2. Alat Komparator
IV.2 Bahan
1. Kaporit (%Cl2 = 0,44%)
2. Sampel air
3. N,N-diethyl phenylenediamine (DPD)

V. Data Percobaan
Berikut ini data yang diperoleh dari percobaan.

Tabel V.1 Data Hasil Percobaan

Kaporit yang Sisa Klor


No. %Cl2
ditambahkan (mg/L)
1 0,05 0,44 0,1
Kaporit yang Sisa Klor
No. %Cl2
ditambahkan (mg/L)
2 0,1 0,44 0,1
3 0,2 0,44 0,4

VI. Pengolahan Data


VI.1 Penentuan Daya Pengikat Klor (DPC)
Data sisa klor yang didapatkan pada saat percobaan dapat digunakan untuk
menentukan nilai DPC dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
1000
𝐷𝑃𝐶 = ( × 𝑚𝐿 𝑘𝑎𝑝𝑜𝑟𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 × 1 × %𝐶𝑙) − 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑘𝑙𝑜𝑟
50
Berdasarkan persamaan di atas, nilai DPC pada tabung Erlenmeyer 2 dapat
dihitung sebagai berikut.
1000
𝐷𝑃𝐶 = ( × 0,1 × 1 × 0,44) − 0,1
50
𝐷𝑃𝐶 = 0,78 𝑚𝑔/𝐿
Untuk tabung Erlenmeyer lainnya dilakukan perhitungan yang sama seperti di
atas, sehingga didapatkan nilai DPC untuk tabung Erlenmeyer 1 sebesar 0,34
mg/L, tabung Erlenmeyer 2 sebesar 0,78 mg/L, dan tabung Erlenmeyer 3
sebesar 1,36 mg/L.
VI.2 Penentuan Kebutuhan Klor
Data DPC yang didapatkan pada perhitungan sebelumnya dapat digunakan
untuk menentukan nilai kebutuhan klor dengan persamaan sebagai berikut.
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑙𝑜𝑟 = 𝐷𝑃𝐶 + 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝐾𝑙𝑜𝑟
Berdasarkan persamaan di atas, nilai kebutuhan klor pada tabung Erlenmeyer 2
dapat dihitung sebagai berikut.
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑙𝑜𝑟 = 0,78 + 0,1
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑙𝑜𝑟 = 0,88 𝑚𝑔/𝐿
Untuk tabung Erlenmeyer lainnya dilakukan perhitungan yang sama seperti di
atas, sehingga didapatkan nilai kebutuhan klor untuk tabung Erlenmeyer 1
sebesar 0,44 mg/L, tabung Erlenmeyer 2 sebesar 0,88 mg/L, dan tabung
Erlenmeyer 3 sebesar 1,76 mg/L.
Berikut ini, hasil perhitungan DPC dan kebutuhan klor pada semua tabung
Erlenmeyer yang dituliskan pada tabel.
Tabel VI.2.1 Hasil Perhitungan DPC dan Kebutuhan Klor
Kaporit yang
Sisa Klor DPC Kebutuhan
No. ditambahkan %Cl2
(mg/L) (mg/L) Klor (mg/L)
(mL)
1 0,05 0,44 0,1 0,34 0,44
2 0,1 0,44 0,1 0,78 0,88
3 0,2 0,44 0,4 1,36 1,76

VII. Analisis dan Pembahasan


VII.1 Analisis Cara Kerja
Pada praktikum ini akan dilakukan pengukuran sisa klor setelah dilakukan
desinfeksi pada sampel air. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa variasi untuk menentukan pengaruh perbedaan dosis kaporit yang
ditambahkan ke dalam sampel air terhadap efektivitas desinfeksi dan untuk
mendapatkan dosis kaporit optimum untuk digunakan pada proses desinfeksi.
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah sampel air
dimasukkan ke dalam tiga buah tabung Erlenmeyer. Lalu dimasukkan kaporit
sebanyak 0,05 mL pada tabung Erlenmeyer 1; 0,1 mL pada tabung Erlenmeyer
2; dan 0,2 mL pada tabung Erlenmeyer 3. Kemudian sampel air dihomogenkan
dan disimpan di tempat gelap selama 20 menit. Proses penyimpanan dilakukan
agar terjadi reaksi oksidasi senyawa terjadi dan sampel air harus disimpan di
ruang gelap karena pereaksi klor dapat larut di dalam air dan reaksi menjadi
tidak stabil apabila terkena cahaya sehingga berpengaruh pada kecepatan reaksi
dan mengganggu hasil reaksi yang dilakukan. Setelah 20 menit, sampel air
diambil dan ditambahkan satu tablet N,N-diethil-p-phenylenediamine (DPD)
sebagai indikator yang akan memberikan warna merah ketika terdapat sisa klor
di dalam sampel air. Warna merah pada sampel air akan dibandingkan dengan
blanko berisi aquades menggunakan alat komparator. Alat komparator adalah
alat yang digunakan untuk membandingkan antara dua warna. Nilai sisa klor
ditentukan dengan pendekatan warna sampel air dan warna blanko yang akan
ditunjukkan pada komparator tersebut.
VII.2 Analisis Hasil
Pada praktikum ini dilakukan percobaan desinfeksi yang merupakan proses
pembunuhan mikroorganisme patogen dengan menggunakan cara fisik atau
kimia pada benda mati. Percobaan desinfeksi ini menunjukkan jumlah senyawa
klor yang harus ditambahkan ke dalam air. Berdasarkan perhitungan didapatkan
konsentrasi DPC untuk penambahan kaporit sebesar 0,05 mL adalah 0,34 mg/L,
konsentrasi DPC untuk penambahan kaporit sebesar 0,1 mL adalah 0,78 mg/L,
dan konsentrasi DPC untuk penambahan kaporit sebesar 0,2 mL adalah 1,36
mg/L. Daya Pengikat Klor (DPC) merupakan banyaknya senyawa klor yang
harus ditambahkan ke dalam air untuk membunuh mikroorganisme dalam air
serta bereaksi dengan senyawa inorganik dan organik di dalam air. Sehingga
secara ideal hasil perhitungan yang didapat seharusnya sama dikarenakan
sampel yang digunakan sama. Namun, berdasarkan perhitungan hasil yang
didapatkan berbeda karena adanya keterbatasan alat komparator yang hanya
memiliki skala 0,1, di mana sisa klor pada penambahan kaporit sebesar 0,05 mL
seharusnya kurang dari 0,1 mg/L, tetapi alat yang digunakan memiliki limit 0,1
mg/L.

Ketika dilakukan proses desinfeksi harus terdapat sisa klor. Sisa klor merupakan
jumlah senyawa klor yang harus berada di dalam air minum agar ketika ada
mikroorganisme yang masuk ke dalam air maka mikroorganisme tersebut masih
dapat dibunuh. Sisa klor digunakan untuk mendesinfeksi mikroorganisme, di
mana sisa klor akan meningkat ketika dosis desinfektan juga meningkat. Pada
air minum, kadar sisa klor yang diizinkan adalah sekitar 0,2-0,6 ppm, di mana
kadar tersebut telah efektif untuk membunuh bakteri patogen dan virus lainnya
dalam jangka waktu kontak 5-10 menit dan pada kisaran pH 7,0-8,5 (Baumann,
2002). Apabila sisa klor kurang dari angka tersebut, maka akan menyebabkan
mikroorganisme yang ada dalam air tidak tereduksi dengan sempurna
sedangkan ketika sisa klor lebih dari angka tersebut, maka akan menimbulkan
bau kaporit yang menyengat dan menimbulkan rasa gatal pada kulit karena
adanya reaksi kalsium hipoklorit yang berlebih. Berdasarkan baku mutu
tersebut, dosis optimum kaporit yang digunakan untuk desinfeksi sampe air
adalah 0,2 mL kaporit dengan 44% Cl2.

Berikut ini grafik sisa klor terhadap kebutuhan klor.


0,45
0,4
Sisa Klor (mg/L)
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,5 1 1,5 2
Kebutuhan Klor (mg/L)

Gambar VII.2.1 Grafik Sisa Klor terhadap Kebutuhan Klor Hasil Percobaan

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa semakin banyak sisa klor yang
dihasilkan, maka kebutuhan klor yang perlu ditambahkan juga lebih banyak.
Berdasarkan grafik breakpoint chlorination, dosis optimum penambahan klorin
didapatkan ketika titik breakpoint dalam kurva. Namun, pada percobaan grafik
yang didapatkan cenderung linear karena hanya ada tiga variasi dosis, sehingga
tidak dapat ditentukan titik breakpoint chlorination-nya.

Gambar VII.2.2 Grafik Breakpoint Chlorination


Sumber: https://www.in.gov/health/files/How_To_Shock_The_Pool.pdf
Pada titik 1-2 terjadi pemecahan klorin oleh senyawa pereduksi dan pada tahap
ini belum ada sisa klorin karena tidak ada penambahan desinfektan. Selanjutnya
pada titik 2 terbentuk senyawa kompleks kloro organic yang memiliki daya
desinfeksi rendah, lalu pada titik 3 terjadi reaksi ammonia dengan klorin
sehingga senyawa kloramin terbentuk, pada titik 4 terjadi pemecahan kloramin
dan senyawa kloro-organik yang merupakan titik breakpoint chlorination. Lalu
setelah terjadi breakpoint chlorination terbentuk klorin bebas dan kompleks
kloro-organik dan jumlah klor yang dibutuhkan dapat mengoksidasi semua zat
yang dapat dioksidasi termasuk ammonia dan sisa klor aktif yang terlarut untuk
menghilangkan mikroorganisme.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses desinfeksi, yaitu:


1. Jenis desinfektan: Ozon dan klorin dioksida merupakan oksidator
yang lebih kuat dibandingkan dengan klorin sehingga akan lebih
efektif digunakan sebagai desinfektan.
2. Jenis mikroorganisme: Bakteri yang menghasilkan spora akan lebih
resisten terhadap desinfektan dibandingkan dengan bakteri
vegetative.
3. Konsentrasi desinfektan dan waktu kontak: Semakin tinggi
konsentrasi desinfektan yang digunakan, maka semakin tinggi pula
laju desinfeksinya sehingga proses desinfeksi akan semakin baik.
Sedangkan, waktu kontak adalah waktu yang dibutuhkan
desinfektan untuk membunuh mikroorganisme.
4. Temperatur: Semakin tinggi temperature yang digunakan, maka
inaktivasi patogen dan parasite juga meningkat.

VII.3 Analisis Kesalahan


Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi pada praktikum ini dan dapat
mempengaruhi hasil perhitungan sisa klor adalah sebagai berikut.
1. Ketidaktepatan praktikan dalam menambahkan kaporit ke dalam sampel
air sehingga akan mempengaruhi hasil sisa klor yang terbentuk.
2. Kesalahan praktikan ketika membaca hasil uji alat komparator sehingga
menyebabkan kurang akuratnya hasil sisa klor yang didapat. Alat
komparator juga sangat mengandalkan mata pengamat sehingga
penilaiannya sangat subjektif.
3. Pada percobaan kurang dilakukan secara steril sehingga memungkinkan
adanya kontaminasi dari mikroorganisme di sekitar tempat percobaan
sehingga akan mempengaruhi proses desinfeksi dan hasil sisa klor yang
terukur.

VII.4 Aplikasi Desinfeksi pada IPAM


Pada pengolahan air minum terdapat proses pengolahan yang perlu dilakukan
agar air yang didistribusikan ke masyarakat telah memenuhi baku mutu
kesehatan. Desinfeksi pada pengolahan air minum dilakukan untuk melindungi
konsumen dari bahaya mikroorganisme yang terdapat di dalam air. Pada
pengolahan air minum umumnya dilakukan desinfeksi secara kimiawi dan
beberapa dengan radiasi. Klor merupakan desinfektan yang paling umum
digunakan pada pengolahan air minum dikarenakan dari segi biaya lebih hemat
dibandingkan dengan metode desinfeksi lainnya. Selain itu, klor lebih mudah
ditemukan di pasaran dan memiliki kelarutan yang tinggi di dalam air.

VIII. Kesimpulan
Berikut ini poin-poin kesimpulan yang menjawab tujuan yang dituliskan pada
bagian sebelumnya.
1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberjalanan proses
desinfeksi adalah jenis desinfektan, jenis mikroorganisme,
konsentrasi desinfektan, waktu kontak, dan temperatur.
2. Sisa klor yang dihasilkan pada percobaan ini adalah sebesar kurang
dari 0,1 mg/L pada penambahan kaporit 0,05 mL; 0,1 mg/L pada
penambahan kaporit 0,1 mL; dan 0,4 mg/L pada penambahan
kaporit sebesar 0,2 mL.
3. Dosis klorin optimum yang dihasilkan untuk proses desinfeksi pada
percobaan ini adalah sebesar 0,2 mL karena menghasilkan sisa klor
yang sesuai dengan baku mutu yaitu diantara 0,2-0,6 ppm.
IX. Daftar Pustaka
Anam, H. (2018). Pengaruh Lama Penyimpanan Air Terhadap Sisa Klor Pada
Air Distribusi PDAM Giri Menang Mataram. Jurnal Medika Bio
Sains, 1, 95-04.
Bitton, Gabriel. (1994). Wastewater Microbiology (2nd edition).Wiley Series
in Ecological and Applied Microbiology. Wiley-Liss Inc.
Indiana State Department of Health. How to Shock The Pool (Chlorinate to
Breakpoint).
Masqudi, A., & Assomadi. (2012). Desinfeksi Air Minum. ITS Press, Surabaya.
20-37.
Said, N. I. (2018). Disinfeksi untuk proses pengolahan air minum. Jurnal Air
Indonesia, 3(1).

Anda mungkin juga menyukai