Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH SIFAT FISIK (TEKSTUR) ANDISOL

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL


TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

MAKALAH TUGAS 1
Dasar Ilmu Tanah (AGT 240)

Oleh:
Nurvi Selvi Arviani
A.2010976

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2022
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan tanah dalam dunia pertanian tidak bisa dipisahkan karena tanah
merupakan media tumbuh tanaman. Komponen tanah terdiri atas padatan yang
berinteraksi dengan cairan dan tanah sehingga tanah memiliki sifat yang kompleks.
Komponen pada tanah ini selalu berubah mengikuti kejadian yang terjadi di atas
permukaan tanah. Tanah harus mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh tanaman agar dapat disebut media yang baik (Balai Penelitian Tanah 2017).
Jenis tanah yang sering kita temui di daerah pegunungan vulkanik merupakan
tanah andosol. Hampir di seluruh permukaan bumi, tanah jenis ini terjari di daerah
vulkanik. Tanah andosol tersebar di pantai barat Amerika Selatan, Amerika Tengah,
Pegunungan Rocky, Alaska, Jepang, Kepulauan Filipina, Indonesia, Papua Nugini
dan Selandia Baru (FAO 2001). Tanah ini memiliki ciri warna hitam atau gelap
yang disebabkan oleh tingginya bahan organik, gembur, ringan dan ringan jika
dipirid dengan jari tangan (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian 2014). Tanah jenis ini memiliki potensi produksi pertanian yang
tinggi hanya saja belum mampu dimanfaatkan sesuai dengan kapasitasnya (FAO
2001).
Tanaman buncis atau yang kacang buncis merupakan salah satu tanaman
sayuran buah yang memiliki polong. Tanaman ini berasal dari benua Amerika
kemudian menyebar luas ke seluruh dunia. Budidaya buncis di Indonesia dilakukan
sejak tahun 1961 dan hingga kini telah meluas ke seluruh daerah. Kacang buncis
tipe rambat biasanya tumbuh pada ketinggian 1.000 – 1.500 mdpl dengan sifat tanah
yang baik, yaitu subur, gembur, remah, dan banyak mengandung bahan organik
atau humus (Anggraeni 2018).
B. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui pengaruh tanah andosol terhadap
pertumbuhan serta hasil tanaman buncis.
C. Manfaat
Manfaat dari makalah ini, yaitu menginformasikan mengenai pertumbuhan dan
hasil tanaman buncis pada tanah andosol.
II. PEMBAHASAN
A. Tanah Andisol
Tanah andosol biasanya berada pada lingkungan yang bergelombang hingga
pegunungan pegunungan, artik sampai daerah tropis dengan jangkauan jenis
vegetasi yang luas. Andosol merupakan jenis tanah azonal yang dapat ditemukan di
segala iklim dan ketimggian. Hal ini menyebabkan pembentukan tanah ini terjadi
bersama-sama dengan hampir semua kelompok tanah referensi. Konfigurasi khas
dari tanah ini pada lereng gunung, yaitu andosol akan berada pada ujung lereng
yang lebih tinggi, tanah cambisol dan luvisol akan berapa di pertengahan lereng
serta tanah vertisol (bahan dasar vulkanik) atau tanah acrisol (bahan asam) di dekat
kaki lereng (FAO dan World Resources Reports 2001).
Andosol merupakan tanah yang terbentuk dari abu vulkanik. Pada umumnya,
tanah andosol merupakan jenis tanah yang subur terutama pada andosol di abu
vulkanik menengah atau dasar dan tidak terkena pencucian yang berlebihan. Tanah
ini memiliki sifat yang menguntungkan bagi budidaya tanaman. Ada berbagai
macam tanaman yang dapat ditanam di tanah andosol, misalnya tebu, tembakai,
sayuran, gandum, dan tanaman kebun (FAO dan World Soil Resources Reports
2014).
Andisol memiliki 7 subordo, yaitu aquands, cryands, torrands, xerands,
vitrands, ustands, dan udands (Fiantis 2007).
B. Sifat Fisika Andosol
Tanah andosol memiliki agregat serta permeabilitas yang tinggi, hal ini
menyebabkan tanah ini relative tahan terhadap erosi. Aturan ini menjadi
pengecualian bagi jenis andosol yang sangat terhidrasi dan yang mengering dengan
keras akibat adanya penggundulan hutan sehingga butiran menjadi keras.
Kepadatan tanah andosol dalma jumlah besar terbilang sangat rendah, biasanya
kurang dari 0,9 mg/m3 akan tetapu nilai serendah 0,3 mg/m3 sudah tercatat andosol
sangat hidrasi. Kepadatan massal ini tidak banyak berubah pada penyedotan dengan
kisaran 1500 kPa (penyusutan dan pembengkakan terbatas) sehingga nilai-nilai
yang ditentukan pada bahan tanah yang lembab dapat menggantikannya. Kepadatan
massal pada kapasitas lapang tanah merupakan diagnosis untuk mengidentifikasi
andik tanah. Kandungan uap air pada titik wilting permanen pada sebagian besar
andosol terbilang tinggi (FAO dan World Resources Reports 2001).
Pada lereng berombak – bergelombang memikili stabilitas agrerat yang
kurang stabil. Stabilitas agrerat tanah andosol lebih stabil pada lereng yang datar.
Stabilitas agrerat yang kurang stabil ini akan sangatmudah rusak dan tererosi. Laju
permeabilitas andosol sedikit lebih cepat pada lereng datar (6,25 - < 12,5 cm jam-
1
). Porositas tanah andosol pada lapisan atas lebih rendah dibandingkan dengan
lapisan bawahnya. Hal ini terjadi karena pada pada bagian bawah tidak terdapat
vegetasi seperti rerumputan yang tumbuh sehingga sangat peka terhadap erosi
percikan yang berasal dari tajuk tanaman (Arabia et al., 2015).
Selain memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, tanah andosol juga
memiliki kepadatan massal yang rendah, daya menahan air yang tinggi, total
porositas yang tinggi, akan tetapi bersifat gembur dengan konsistensi kurang plastis
dan tidak lekat. Apabila basah, tanah ini akan bersifat berminyak dan menyemir.
Tanah ini juga memiliki sifat kering tak balik yang disebabkan oleh adanya liat
silikat amorf yang memiliki nilai ZPC yang lebih besar dibanding kristalin biasanya
dan juga disebabkan adanya oksida-oksida terhidrat yang menyebabkan presipitasi
kembali (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
2014).
Profil AC atau ABC mengalami pelapukan cepat bahan vulkanik berpori.
Akibatnya menghasilkan akumulasi mineral organo kompleks yang stabil dan
mineral dengan urutan jarak yang pendek seperti alofan, imogolite dna ferihidrit
(FAO dan World Resources Reports 2001).
C. Struktur Tanah Andosol
Struktur tanah andisol yaitu butir sampai gumpal agak membulat akan tetapi
lemah, konsistensinya sangat gembur, tidak lekat dan tidak plastis. Tersusun atas
haloisit, hidrat dan alofan juga sedikit kaolinit disorder, serta bahan kasar (batu
apung) yang terdapat pada tanah bagian atas dengan jumlah sedikit sampai banyak
(Sukarman dan Suhardjo 1999).
Pada lapisan olah tanah (Ap) tergolong pada strutur remah, hal ini disebabkan
karena gumpalan tanah yang diambil sangatlah porous dan agrerat tidak terikat
sesame. Horizim Ab, Bw dan BC memiliki sturktur gumpal bersudut yang mana
sisi agrerat tanag membentuk sudut yang tajam (Ferdeanty et al., 2019).

D. Ragam Tekstur Andosol


Andosol memiliki tekstur tanah lempung berpasir pada bagian atas dan liat
pada bagian tertimbun (Sukarman dan Suhardjo 1999).
Umunya tanah andosol ketika dipirid teksturnya akan terasa licin karena
mangandung fraksi debu yang dominan. Tekstur tanah andosol dibagi sesuai
dengan horizonnya (Ap- AB-Bw dan BC) yang digolongkan memiliki tekstur tanah
lempung berdebu dan smeary. Pada lapisan olah (Ap) tersusun atas 14% pasir 79%
debu dan 7% liat dengan ketebalan tanah 20 cm. pada horizon AB terdiri atas 13%
pasir, 81% debu dan 6% liat dengan ketebalan tanah 18 cm. Pada horizon Bw
ketebalan tanah sekitar 22 cm yang tersusun atas 13% pasir, 80% debu dan 7% liat.
Pada horizon terakhir yaitu BC terdiri atas 17% pasir, 77% debu dan 6% liat dengan
ketebalan tanah ±22 cm (Ferdeanty et al., 2019).
E. Tanah Andosol bagi Tanaman Buncis
Tanaman buncis pada umumnya merupakan jenis tanaman sayuran dataran
tinggi dengan masa tanam 60-70 hari. Jenis tanah yang baik bagi tanaman ini adalah
tanah andosol dan tanah regosol karena memiliki drainase yang baik. Tanaman
buncis memerlukan pH sebesar 5,5 – 6. Apabila tanaman ditanamn dengan pH di
bawah 5,5 maka tanaman akan kesulitan menyerap unsur hara (Lias Anggraeni
2018).
Tanah andosol yang ada di Indonesia memiliki kisaran pH antara 3,4 – 6,7
dengan rata-rata 5,4. Akan tetapi, kisaran pH antara 4,5 – 5,5 menjadi besar pH
yang paling sering ditemui. Andisol pada sistem monokultur besaran fraksi pasir
sebesar 42% sedangkan pada sistem penanaman tumpangsari fraksi tanah sebesar
47% lebih besar dibanding fraksi debu dan fraksi liat. Tekstur tanah pada dasarnya
menentukan kecepatan filtrasi serta kemampuan tanah dalam menahan air.
Dominasi tanah oleh fraksi pasir menyebabkan tanah berinfiltrasi tinggi sehingga
mudah meloloskan air dan kemampuan ikat air renhdah. Makin sedikit kandungan
liat menyebabkan kemantapan agregat suatu tanah semakin sedikit. Akibatnya
tanah sering kehilangan unsur hara yang disebabkan oleh proses pencucian maupun
bahaya erosi. Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap kehidupan mikroorganisme
ataupun makroorganisme tanah karena memiliki peran sebagai tata udara di dalam
tanah. Unsur makro N, P, K pada tanah andosol juga lebih banyak pada sistem
monokultur dibandingkan sistem tumpangsari. (Juarti 2016).
Penggunaan massa tanah andosol serta pupuk kandang ayam dengan
perbandingan 2 kg tanah dan 2 kg pupuk kandang memiliki pengaruh yang baik
terhadap jumlah daun, kecepatan berbunga, jumlah buah dan bobot buah pada
buncis tegak (Sitawati et al., 2021).
Fiksasi fosfat yang kuat dari tanah andosol ini merupakan masalah bagi
tanaman dan perlu diperhatikan dalam pengelolaannya (FAO dan World Soil
Resources Reports 2014). Pada tanah andisol, retensi tanah pada perlakuan tanpa
P melebihi 86% yang membuat tanah ini memenuhi pesyaratan bersifat andik
(Susila et al., 2017). Kandungan tanah andosol di Indonesia memiliki kandungan
Al0 paling tinggi dibandingkan dengan kandungan FE0 dan Si0. Tanah andosol
yang berasal dari bahan induk masam atau liparit memiliki kandungan Al 0 paling
tinggi sedangkan pada tanah andosol yang berasal dari bahan dasar basa (basalt)
kandungan Al0 paling rendah. Hal inilah yang menyebabkan andosol memiliki
retensi P (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2015).
F. Upaya Perbaikan Tanah Andosol untuk Penanaman Buncis
Adanya retensi P pada tanah andisol, tentunya akan mengganggu
pertumbuhan tanaman buncis, akibatnya tanaman bisa kekurangan unsur hara P
dalam tanah karena tidak tersedia. Penyediaan unsur hara yang tidak sesuai akan
menyebabkan kelebihan unsur hara dan kekurangan hara (Myer 1997). Untuk
mengurangi retensi P tanah andosol mencakup penggunaan kapur, silika, pupuk
organik, dan pupuk phospat (FAO dan World Soil Resources Reports 2014).
Pemberian
Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) dengan dosis 100 g pot-1 secara nyata
menurunkan P potensial pada tanah andosol dan meningkatkan ketersediaan P pada
tanah. Pemberian pupuk kotoran sapi dengan anjuran (0,24 g pot-1) dapat
meningkatkan ketersediaan P tanah. Interaksi antar CMA dan pupuk kadang sapi
dapat meningkatkan bobot kering tanaman buncis (Migusnawati 2017).
Penggunaan isolate BPF P-41 memiliki respon yang baik dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman serta menurunkan retensi tanaman. Kombinasi dengan
pupuk kadang sapi memberikan respon yang paling efektif dalam menurunkan daya
retensi P tanah andisol.
III. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Tanah andisol cocok untuk budidaya tanaman buncis karena memiliki tekstur
serta kadar pH yang secara esensial dibutuhkan oleh tanaman ini. Akan tetapi sifat
tanah yang andik membuat andisol retensi pada unsur hara P yang sejatinya
dibutuhkan oleh tanaman buncis. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
cendawa, pupuk organik, kapur, silika dan pupuk phospat guna menurunkan retensi
P tanah andisol agar tersedia dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, L. 2018. Kiat Praktis Budidaya Buncis Hasil Melimpah. Malang. 136
hal.
Arabia, T., Kari, A., Zainabun. Sari, P. 2015. Karakteristik Tanah Typic Hapludand
di University Farm Unsyiah Kabpuaten Bener Meriah. Jurnal Agrisamudra.
2(2): 91-98.
Balai Besar Litbang Sumberdaya lahan Pertanian. 2014. Tanah Andosol di
Indonesia: Karakteristik, Potensi, Kendala, dan Pengelolaannya. (On-line)
https://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku%20tan
ah%20andosol/andosol%20final.pdf (Diakses Pada 25 Maret 2022).
FAO dan Worl Soil Resources Reports. 2014. International soil classification
system for naming soils and creating legends for soil map. (On-line)
https://www.fao.org/3/i3794en/I3794en.pdf (Diakses pada 26 Maret 2022).
FAO. 2001. Lecture Notes on The Major Soils of the World. (On-line)
https://www.fao.org/3/y1899e/y1899e.pdf (Diakses Pada 25 Maret 2022).
Ferdeanty, Sufardi dan Arabia,T. 2019. Karakteristik Morfilogi dan Klasifikasi
Tanah Andisol di Lahan Kering Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian. 4(4): 666-676.
Fiantis, D. 2007. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Padang. 271 hal.
Juarti. 2016. Analisis Indeks Kualitas Tanah Andisol Pada Berbagai Penggunaan
Lahan Di Desa Sumber Brantas. Jurnal Pendidikan Geografi. 21: 131-144.
Migusnawati. 2017. Ketersediaan P Andisol dan Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus
Vulgaris L) dengan Pemberian CMA dan Kotoran Sapi. Jurnal Ipteks
Terapan. 13: 168-176.
Myers, R. J. K., C. A. Palm., E. Cuevas., I. V. N. Gunatileke and M. Bbrossard.
1997. The Syncronisation of Nutrient Mineralization and Plant Nutrient
Demand. In Management of Tropical Soil Fertillity. Agronomy Journal
87:642-648.
Sitawati, R., Nugraha, S., Khumairah, H., Widyastuti, N. 2021. Pengaruh
Perbandingan Massa Tanah dan Pupuk Kandang Ayam terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.).
Jurnal Ilmiah Pertanian. 9(1): 26-30.
Sukarman, D dan Suhadjo, H. 1999. Karakteristik Tanah Berbahan Induk Batuan
Andesit yang Tertutup Abu Volkan dan Tufa Batu Apung di Gunung
Kimangbuleng, Flores, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Tanah dan Iklim. 17:
14-25.
Susila, D., Sonairi, N dan Kusmiyarti, B. 2017. Retensi dan Ketersediaan Fosfor
Tanah Serta Pertumbuhan Jagung Akibar Perlakuan Bakteri Pelarut Fosfat
dan Pupuk Organik. Semnas Sains dan Teknologi.

Anda mungkin juga menyukai