GEOLOGI LINGKUNGAN
NIM : 1806100005
KELAS :B
3. Tanah alluvial
Tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir halus yang
mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara sungai,
rawa-rawa, lembah-lembah,maupun di kanan kiri aliran sungai besar. Tanah ini
banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung unsur-unsur zat hara.
Ciri-cirinya berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas dan peka
terhadap erosi. Kadar kesuburannya sedang hingga tinggi tergantung bagian induk
dan iklim. Di Indonesia tanah alluvial ini merupakan tanah yang baik dan
dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah dan palawija) musiman hingga tahunan.
Proses Pembentukan Tanah Alluvial
Proses pembentukan tanah Alluvial sangat tergantung dari bahan induk asal
tanah dan topografi, tingkat kesuburan tanah bervariasi dari rendah sampai
tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan bahan organik dari
rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin,
kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung
dari bahan induknya.
Tanah Alluvial memiliki kadar ,pH yang sangat rendah yaitu kurang dari 4,
sehingga sangat sulit untuk dibudidayakan.
Ciri-Ciri Tanah Alluvial
1. Memiliki warna cokelat dan agak kelabu tergantung pada lokasi endapan
2. Memiliki kandungan mineral yang cukup banyak, karena jenis tanah ini
tergolong tanah muda yang mudah menyerap air
3. Bentuknya menyerupai tanah liat
4. Memiliki ph tanah yang cukup rendah rata-rata dibawah 6Kandungan
Posfor dan Kalium cukup rendah jika tanah ini berada di lokasi yang
memiliki curah hujan rendah.
Pemanfaatan Tanah Alluvial
1. Mempermudah Proses Irigasi
Letak tanah ini yang berada di endapan sungai, sangat mempermudah
petani dalam hal proses irigasi. Kelancaran irigasi juga bisa mempengaruhi
hasil pertanian. Semakin banyak hasil pertanian, maka petani akan
semakin diuntungkan.
2. Sebagai Lahan Bercocok Tanam
Tanah aluvial termasuk tanah yang masih muda. Ciri dari tanah muda
adalah kandungan zat hara yang cukup banyak. Kandungan zat hara sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dan menyuburkan tanah.
3. Memberikan Cadangan Air Bagi Tanaman
Tanah endapan ini memiliki kemampuan menyerap air yang cukup bagus.
Dengan begitu maka tanaman yang tumbuh diatasnya tidak akan kering
karena memiliki cadangan air yang cukup banyak. Akar tanaman akan
menyerap air yang ada di dalam tanah sehingga bisa tumbuh dengan baik
meskipun pada musim kering.
4. Kemudahan Dalam Penggarapan Tanah
Jenis tanah yang mampu menyerap air dengan baik ini sangat cocok
sebagai lahan pertanian karena mudah digarap. Kandungan air yang ada di
tanah menjadikan tanah ini cukup empuk. Banyak petani yang lebih
senang menggarap lahan pertanian di tanah aluvial karena prosesnya
mudah dan cepat.
Persebaran Tanah Alluvial
Umumnya, tanah alluvial ditemukan di wilayah dataran rendah. Di Indonesia,
tanah alluvial banyak ditemukan di wilayah timur Sumatera, Bagian utara
Jawa, Kalimantan bagian selatan dan tengah, bagian utara dan selatan Papua.
4. Tanah Grumusol
Tanah grumusol merupakan tanah yang terbentuk dari batuan induk kapur dan tuffa
vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga tidak ada aktivitas organik
didalamnya. Hal inilah yang menjadikan tanah ini sangat miskin hara dan unsur
organik lainnya. Sifat kapur itu sendiri yaitu dapat menyerap semua unsur hara di
tanah sehingga kadar kapur yang btinggi dapat menjadi racun bagi tumbuhan.
Tanah grumusol masih membawa sifat dan karakteristik seperti batuan induknya.
Pelapukan yang terjadi hanyalah mengubah fisik dan tekstur unsur seperti Ca dan Mg
yang sebelumnya terikat secara rapat pada batuan induknya menjadi lebih longgar
yang dipengaruhi oleh faktor faktor luar seperti cuaca, iklim, air dan lainnya.
Terkadang pada tanah grumusol terjadi konkresi kapur dengan unsur kapur lunak dan
terus berkembang menjadi lapisan yang tebal dan keras.
Proses Terbentuknya Tanah Grumusol
Terbentuknya tanah grumusol tidak hanya terjadi karena faktor yang sama,
pada alam ini ada banyak faktor yang menyebabkan terbentuknya tanah
grumusol. Ada banyak hal yang terjadi selama proses pembentukan tanah
grumusol sehingga pada akhirnya membentuk beberapa jenis seperti yang
akan dijelaskan berikut ini.
1. Grumusol Pada Batuan Kapur Dan Bernapal – Tanah grumusol jenis ini
dapat terbentuk dikarenakan oleh adanya susunan dan struktur batuan
kapur yang mana terakumulasinya beberapa mineral seperti Ca dan Mg
secara periodik sehingga membentuk lapisan tanah dengan kadar lempung
yang tinggi. Sehingga hal itu menjadikan tanah grumusol batuan kapur ini
memiliki sifat plastisitas dan koefisien pemuaian dan pengerutan paling
rendah jika dibandingkan dengan tanah grumusol jenis lainnya.
2. Grumusol Pada Sedimen Tuff Tetier – Tanah grumusol jenis ini memiliki
ciri atau tanda memiliki horizon yang tersusun dari atas ke bawah dengan
tekstur lempung berwarna kelabu yang rentan terjadi erosi dan
mengandung besi serta pada bagian bawah terdapat batuan induk yang
mengalami pelapukan kecil. Tanah ini memiliki tingkat keasaman berkisar
antara 6 hingga 6.5 tanpa adanya konsentrasi kapur sehingga PH nya
sedikit asam. Namun pada ekstrak HCl, kandungan kapur cukup tinggi.
Grumusol sedimen tuff tetier dapat ditemukan di gunung kidul dan
sekitarnya.
3. Grumusol Pada Marl, oalcareous shales Dan Batu Kapur Loam – Tanah
grumusol dengan jenis seperti ini terjadi di daerah pengunungan dengan
kontur tanah bergelombang sehingga sering mengalami peremajaan akibat
tingkat erosi tanah yang tinggi. Proses pelapukan batu induk berlangsung
cukup cepat karena tekstur halus, memiliki kadar kapur tinggi. Lapisan
paling atas berwarna coklat dan lempung serta mengandung kapur
sehingga PH nya sedikit basa yakni 7.8. Pada lapisan subsoil kadar kapur
semakin tinggi sehingga PH meningkat hingga 8.2 dan pada lapisan
dibawahnya lagi terdapat batu lempung berpasir dengan warna kelabu
dengan bercak coklat.
4. Grumusol Bergaram (Saline) – Tanah grumusol jenis ini hanya
berkembang di daerah iklim kering dengan curah hujan hanya 1000 mm
per tahun dan memiliki musim kemarau 6 bulan. Berwarna hitam dan
terdapat pada tuff balistik kuarter, memiliki PH antara 7.2 hingga 8.7 di
kedalaman 50 cm. Karena sedikitnya curah hujan menyebabkan kadar air
menjadi sedikit sedangkan konsentrasi garam lebih tinggi dan bisa
ditemukan pada daerah jawa timur hingga nusa tenggara. (baca : manfaat
curah hujan yang tinggi)
5. Grumusol Alluvial – Merupakan tanah grumusol yang terletak pada
daerah alluvial atau terdapat banyak endapan, umumnya terdapat di
pinggir sungai besar dimana batuan induk memiliki konkresi kapur yang
tinggi atau juga terletak pada sungai yang memiliki batuan bernapal
dengan tekstur halus.
6. Grumusol Pada Lahar – Tanah grumusol yang terletak di dekat gunung
berapi, terbentuk dari lahar yang mengendap dan membeku dengan curah
hujan yang tinggi sehingga mengalami pencucian ekstrim. Jenis jenis air
tanah akan melarutkan garam, menurunkan kadar silika sehingga dalam
kurun waktu lama akan membentuk lapisan lempung montmorilonit.
Ciri-Ciri Tanah Grumusol
1. Bertekstur Lempung
Tanah grumusol memiliki sifat lempung yaitu sedikit keras, mudah
dibentuk dan mudah pecah atau hancur. Sebenarnya terdiri dari berbagai
jenis lempung dan ukuran mulai dari lempung berliat dengan ciri ciri agak
kasar, mudah dibentuk terutama ketika kering, bisa sedikit digulung ketika
ditekan, namun gulungan tersebut mudah hancur dan tingkat kelekatan
sedang.Lempung berliat sering dijumpai pada lapisan grumusol dalam atau
berada pada horizon A hingga B, sedangkan pada bagian permukaan
umumnya memiliki tekstur lempung berpasir yang cirinya hampir sama
dengan lempung berlihat hanya saja memiliki tekstur butiran yang lebih
besar yakni diatas 50 mikron sedangkan tipe lempung berliat dengan
tekstur kurang dari 2 mikron. Tekstur tanah yang berbeda ini
menjadikannya memiliki kemampuan cukup tinggi untuk menahan air.
2. Struktur Lapisan Atas Dan Bawah Sangat Berbeda
Umumnya profil tanah grumusol memiliki beberapa lapisan mulai dari atas
hingga bawah. Untuk lapisan atas berbentuk seperti granuler dengan
ukuran yang sedikit lebih besar dari pasir, bentuk granuler tersebut sering
terlihat berbentuk seperti bunga kubis (cauli flower structure) sedangkan
pada lapisan bagian dalam bergumpal gumpal atau bisa dikatakan pejal,
lapisan inilah yang seringkali membuat para pengolah merasa kesulitan
dan harus menggunakan semacam linggis melunakkan-nya.
3. Tidak Memiliki Horizon Eluviasi Dan Iluviasi
Karena memiliki sifat yang liat, maka pada tanah grumusol tidak terdapat
lapisan yang berguna untuk tempat pencucian unsur-unsur tanah, hal ini
disebabkan oleh daya ikat Ca dan Mg serta unsur lainnya pada tanah jenis
ini begitu kuat sehingga ketika air masuk tidak mudah bagi air untuk
melarutkan serta menghanyutkan berbagai unsur tersebut. Tidak seperti
tanah lain seperti Inceptisol ataupun tanah andosol yang memiliki lapisan
atau horizon A3 dan B pada setiap penampang vertikal tanahnya.
4. Koefisien Pemuaian Tinggi
Hal ini dapat terjadi terutama jika kadar air pada tanah grumusol diubah
atau dengan kata lain ketika dalam kondisi kering, sangat mudah memuai
jika semua air didalamnya dihilangkan. Itulah kenapa volume tanah
grumusol akan lebih besar saat pembagian musim kemarau dan akan
kembali normal saat musim hujan. Pada daerah yang terdapat tanah
grumusol dapat terlihat dengan kondisi tanah yang mengembang dan
merekah saat terjadi musim panas atau kemarau.
5. Memiliki Warna Kelabu Hingga Hitam
Tanah grumusol memiliki warna yang mirip dengan tanah endapan seperti
tanah alluvial dan tanah entisol yang membedakannya adalah tekstur
tanahnya jika diperhatikan dengan seksama jelas akan berbeda terutama
pada bagian permukaan tanah, grumusol lebih berliat dan sedikit kasar
sedangkan tanah endapan lebih lembut dan lebih halus. Kadar unsur yang
terkandung pada tanah grumusol juga menentukan penampakan warnanya.
6. Kandungan Organik Rendah
Tanah grumusol umumnya memiliki kadar bahan organik berkisar antara
0.06 persen hingga 4.5 persen, sangat sedikit jika dibandingkan jenis tanah
lain seperti tanah andosol. Kandungan organik akan semakin menurun
pada lapisan dalam, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi kadar kapur
karena pada lapisan tanah dalam lebih dekat dengan batuan induk. Selain
itu kandungan organik juga tergantung dari jenis vegetasi penutup lahan,
misalnya grumusol sawah akan berbeda dengan grumusol yang ditumbuhi
rumput rumputan.
7. Memiliki PH Netral Hingga Alkali
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya penyusun utama batuan induk
dari tanah grumusol adalah kapur sehingga memiliki PH yang bersifat
basa, namun pada beberapa kondisi terutama jika sudah tercampur dengan
abu vulkanik yang bersifat sedikit asam, maka PH dapat berada di area
netral. Jadi faktor yang menentukan tingkat keasaman yaitu sifat bawaan
dan penyebab yang berasal dari luar seperti abu vulkanik tadi.
8. Kapasitas Tukar Kation Tergolong Tinggi
Tanah grumusol memiliki KTK tinggi hingga sangat tinggi yang bernilai
36.13 hingga 77.38 cmol (+)kg-1, sedangkan untuk grumusol dengan
tesktur berliat memiliki nilai 52 hingga 176.48 cmol (+)kg-1. Penyebab
kenapa KTK pada jenis tanah ini begitu tinggi disebabkan oleh unsur
smektit yang sangat dominan.
Pemanfaatan Tanah Grumusol
Meskipun memiliki sifat dan karakteristik yang tidak begitu menguntungkan,
tanah grumusol masih menyimpan prospek salah satunya untuk areal
persawahan. Namun sebelumnya harus memperhatikan aspek-aspek
pendukung seperti drainase yang baik dan jaringan irigasi yang memadai
dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif dan kekurangan tanah
grumusol ini. Sebelumnya sudah diterangkan bahwa tanah grumusol memiliki
koefisien pemuaian dan pengerutan yang begitu tinggi, sehingga apabila tidak
ada irigasi maka tanah jenis ini akan mengering, mengembang dan merekah.
Akar akar tanaman pun akan terputus terutama pada pergerakan akar
menyamping, akibat yang akan terjadi yakni kegagalan panen. Selain itu
masalah dalam pemanfaatan tanah grumusol yakni memiliki kadar Nitrogen
yang rendah sehingga berdampak pada pertumbuhan tanaman. Perlu
dilakukannya penambahan pupuk seperti Urea dan NFK untuk hasil yang lebih
baik.
Persebaran Tanah Grumusol
Persebarannya di Indonesia seperti di Jawa Tengah (Demak, Jepara, Pati,
Rembang), Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Nusa Tenggara Timur.
5. Tanah Humus
pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Humus dikenal sebagai sisa-sisa tumbuhan
dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah, berada dalam
keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman.
Proses Terbentuknya Tanah Humus
Tanah humus merupakan salah satu jenis tanah subur yang terbentuk dari
proses pembusukan organisme seperti tumbuhan dan hewan dalam jangka
waktu tertentu. Lebih spesifiknya, tanah humus biasanya mengandung kotoran
hewan, daun yang lapuk dan sebagainya. Jadi tak heran, jika kita bisa
ditemukan dengan mudah menemukan tanah ini di daerah hutan khususnya
hutan tropis.Kalau secara kimia, sederhananya humus merupakan suatu
kompleks organik yang mengandung fenol, asam karboksilat dan alifatik
hidroksida dalam jumlah yang banyak.Proses terbentuknya tanah humus
disebut humifikasi, dan ini dapat terjadi secara alamiah maupun buatan.Kalau
proses alamiah, berupa proses pengomposan yang terjadi dengan sendirinya
serta didukung oleh bahan organik dan kondisi lingkungan, dalam hal ini
misalnya saja daun yang jatuh ke tanah lalu akhirnya membusuk karena
karena ada mikroorganisme yang bisa mengubah bahan organik serta
membentuk nutrisi. Agar mikroorganisme tersebut tetap aktif maka diperlukan
sirkulasi udara yang baik, suhu yang tepat dan kadar air sekitar
45%.Sementara proses humifikasi buatan yang dilakukan oleh manusia adalah
dengan cara memasukkan tanaman yang busuk ke dalam tanah lalu dicampur
dengan kotoran hewan. Bahan organik ini kemudian terurai dan membentuk
partikel bermuatan negatif dan bisa menyerap nutrisi bermuatan positif yang
berperan dalam menyuburkan tanah.
Ciri-Ciri Tanah Humus
1. Berwarna gelap dan ada di lapisan teratas
Humus biasanya berwarna gelap seperti warna kecokelatan atau
kehitaman, dan biasanya ditandai dengan bintik-bintik putih.Karena
berasal dari pelapukan tumbuhan, membuat tanah humus jadi sumber
energi bagi mikroorganisme yang berperan dalam membuat warna tanah
jadi gelap.Dan karena terbentuk dari pembusukan ranting dan dedaunan
pula, maka tanah ini biasanya sering ditemukan pada bagian lapisan teratas
dari tanah
2. Berdaya serap tinggi
Salah satu sifat tanah humus disebut koloidal dan amorfous, sifat yang
juga dimiliki oleh tanah liat. Namun tentu ada perbedaan di kedua jenis
tanah ini. Karena tanah humus punya daya serap yang lebih tinggi daripada
tanah liat.Dan dari segi tekstur, tanah humus jauh lebih gembur. Karena
tekstur dan daya serap ini lah membuat tanah humus sangat subur dan
bagus dalam menyuburkan tanaman
3. Meningkatkan kandungan hara
Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa partikel di dalam tanah humus
bisa menarik kandungan positif, yang juga disebut unsur hara dimana
contohnya adalah magnesium, kalsium dan kalium. Selain menarik unsur
hara, tanah humus juga bisa terus memperbanyak unsur ini di dalam tanah,
sehingga membuat tanaman akan tumbuh lebih subur.
Pemanfaatan Tanah Humus
1. Sebagai sumber makanan tanaman
Karena berdaya serap tinggi, humus berguna dalam meningkatkan kapasitas air
tanah yang berfungsi sebagai minuman bagi tumbuhan.Jadi, kalau Anda
menambahkan tanah humus pada tanah yang sudah ditanami, akan membantu
tanah tersebut untuk mendapatkan asupan air yang cukup. Selain air, tanah humus
juga berperan dalam menyediakan asupan dasar yang penting untuk
perkembangan tanaman dan membantu mencegah terjadinya pengikisan nutrisi
tanaman agar tidak hilang
2. Menjaga struktur tanah
Dibanding jenis tanah lainnya, tanah humus merupakan tanah yang mempunyai
struktur stabil dan bisa melindungi tanah agar tidak terkikis dengan cara membuat
tekstur tanah jadi lebih gembur. Sekaligus mencegah terjadinya perubahan pH
tanah.Lalu tanah humus juga menjaga tanah dan tumbuhan yang ada disekitarnya
dari kekeringan karena masih terkait dengan sifatnya yang memiliki daya serap
tinggi. Tanah humus pun mempunyai kemampuan untuk mengikat mineral
bersama dengan agregat yang berfungsi untuk meningkatkan struktur dan
kesuburan tanah.
3. Mendorong pertumbuhan dari dalam tanah
Manfaat yang satu ini juga tak kalah penting.Karena di sini tanah humus bisa
mendorong sistem pada akar tanaman untuk berkembang lebih baik.Dan secara
keseluruhan bisa pula membantu memperbaiki aktivitas biologis yang terjadi di
dalam tanah
4. Sebagai bahan pembuatan pupuk organic
Tanah humus merupakan tanah yang paling subur untuk tumbuh- tumbuhan
karena memiliki komposisi yang mirip dengan pupuk organik, khususnya pupuk
kompos. Dan pupuk organik bisa dengan mudah dibuat sendiri menggunakan
bahan alami, salah satunya tanah humus.Lalu dalam pembuatan pupuk ini bisa
ditambahkan sampah organik, makanan, kotoran dan sebagainya.Berbagai bahan
tersebut tinggal dicampur dengan menggunakan alat tertentu dan dalam jangka
waktu tertentu pula. Kalau sudah selesai, hasilnya merupakan pupuk kompos yang
bisa digunakan sebagai bahan untuk menyuburkan tanaman.
5. Sebagai media tanam
Cara lain memanfaatkan tanah humus yakni secara langsung. Ya, ini langkah yang
paling sederhana.Artinya kita bisa langsung menanam tanaman apapun di atas
tanah humus, karena sifatnya memang sudah subur sehingga bisa membantu
pertumbuhan tanaman dengan sangat baik.
6. Sebagai pupuk
Pada umumnya, pupuk alami terbentuk karena proses pembusukan bagian dari
tanaman seperti ranting dan daun. Dan karena hal tersebut juga merupakan proses
pembentukan tanah humus, maka jenis tanah ini bisa menjadi pengganti pupuk.
7. Sebagai bahan pengomposan
Untuk pemanfaatan yang satu ini juga sangat mudah. Karena kita cukup
meletakkan tanah humus di atas tanah yang sudah ditanami tanaman misalnya
bunga atau yang lainnya.
Persebaran Tanah Humus
Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya di Indonesia
meliputi daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian wilayah dari
Sulawesi.
6. Tanah Inceptisol
Tanah inceptisol ini merupakan suatu jenis tanah muda yang juga termasuk ke dalam
jenis tanah mineral. Sedangkan yang dimaksud tanah mineral merupakan tanah yang
memiliki kandungan bahan organik kurang dari 20% atau memiliki lapisan bahan
organik yang ketebalannya kurang dari 30 cm sehingga membuat tekstur tanahnya
menjadi ringan.
Proses Pembentukan Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Profilnya mempunyai horizon
yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan induk.
Horizon-horizonnya tidak memperlihatkan hasil hancuran ekstrem. Horizon timbunan
liat dan besi aluminium oksida yang jelas tidak ada pada golongan ini. Perkembangan
profil golongan ini lebih berkembang bila dibandingkan dengan entisol. Tanah-tanah
yang dulunya dikelaskan sebagai hutan coklat, andosol dan tanah coklat dapat
dimasukkan ke dalam Inceptiso Kebanyakan Inceptisol memiliki kambik. Horizon B
yang mengalami proses- proses genesis tanah seperti fisik, biologi, kimia dan proses
pelapukan mineral. Perubahan ini menjadi struktur kubus. Tanah Inceptisol memiliki
tekstur kasar dengan kadar pasir 60 %, hanya mempunyai horizon yang banyak
mengandung sultat masam (catday), terdapat karatan. Tanah Inceptisol umumnya
memiliki horizon kambik. Horizon kambik merupakan indikasi lemah atau spodik.
Ciri-Ciri Tanah Inceptisol
Setiap jenis tanah mempunya karakteristik masing- masing, dan yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Oleh karena adanya karateristik yang berbeda- beda inilah
timbul jenis- jenis tanah. Begitu pula dengan tanah inceptisol. Tanah inceptisol
merupakan tanah yang mempunyai cici- ciri atau karalteristik sebagai berikut:
1. Memiliki solum tanah yang agak tebal, yakni sekitar 1 hingga 2 meter Tanahnya
berwarna hitam atau kelabu hingga coklat tua Tekstur tanahnya berdebu, lempung
debu, dan bahkan lempung
2. Memiliki struktur tanah (baca: lapisan tanah) yang remah berkonsistensi gembur,
memiliki pH 5,0 hingga 7,0
3. Memiliki bahan organik sekitar 10% sampai 30%
4. Mengandung unsur hara yang sedang hingga tinggi
5. Memiliki produktivitas tanah dari sedang hingga tinggi
Pemanfaatan Tanah Inceptisol
Sementara itu, tanah yang baik untuk di gunakan sebagai lahan pertanian adalah tanah
yang sifatnya netral, memiliki tingkat keasaman 6,7 – 7,0. Oleh karea itu, jenis tanah
inceptisol kurang cocok untuk di jadikan lahan pertanian. Namun cocok untuk lahan
perkebunan.
Persebaran Tanah Inceptisol
Tanah inceptisol termasuk ke dalam jenis tanah alluvial banyak terdapat di lembah-
lembah atau jalur aliran sungai dan dataran pantai. Di Indonesia jenis tanah ini banyak
terdapat di Papua, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Maluku.
7. Tanah Laterit
Laterit atau tanah merah adalah jenis tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya
akan unsur hara, tetapi unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan
yang tinggi. Laterit merupakan tanah yang kaya akan seskuioksida dan telah
mengalami pelapukan yang lanjut.
Proses Pembentukan Tanah Laterit
Laterisasi merupakan proses pembentukan dari tanah laterit . Biasa juga disebut
dengan Latosolisasi atau juga disebut dengan Feralisasi . Pada intinya proses
pembentukan tanah laterit merupakan perkembangan dari pelapukan lebih lanjut dari
tanah Latosol .
Ciri-Ciri Tanah Laterit
1. Terdapat di daerah tropis dan sub-tropis. Persebaran tanah laterit yang merupakan
ordo oksisol banyak sekali ditemukan di daerah yang beriklim sub-tropis dan
tropis karena di kedua wilayah ini intensitas hujan sepanjang tahunnya sangat
tinggi sehingga banyak sekali ditemukan erosi tanah (baca: proses terjadinya erosi
tanah oleh air hujan).
2. Pelapukan batuan basa dan ultrabas sangat tinggi.
Pelapukan ini disebabkan karena proses kimiawi pada saat terjadinya hujan
dengan intensitas yang tinggi menyebabkan degradasi lapisan basa dan ultrabasa
yang sangat tinggi.
3. Mengandung mineral lempung relatif tinggi.
Mineral lempung ini meliputi lapisan illite dan montmorilonite yang memiliki
potensi kerusakan lapisan tanah yang sangat besar.
4. Profil tanah yang mudah menyerap air.
Letak tanah laterit yang sangat dalam dari permukaan tanah menyebabkan tanah
ini mudah untuk menyerap air yang terjadi pada saat terjadi turunnya hujan yag
deras. Selain itu, tanah laterit juga terdapat pada genangan-genangan air.
5. Memiliki kadar pH yang tinggi.
Kadar pH yang ada pada kandungan tanah laterit cenderung bersifat asam karena
lapisan basa dan ultrabasnya sudah hilang karena terbawa aliran air.
6. Tekstur tanah yang kokoh dan padat.
Tekstur ini merupakan ciri dari tanah laterit karena pada jenis tanah ini kandungan
lempung atau liatnya sangat tinggi.
7. Memiliki kandungan mineral tanah yang cukup.
Kandungan mineral tanah yang ada dalam lapisan tanah laterit adalah zat besi,
timah, zirkon, kwarsa, aluminium, nikel, oksida titanium dan lainnya.
8. Memiliki warna merah agak kekuning-kuningan.
Tanah laterit merupakan tanah yang sudah berusia tua dan terdapat di lapisan
bawah.
9. Memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah.
Tanah laterit yang sudah kehilangan unsur haranya tidak dapat lagi dipergunakan
untuk media bercocok tanam karena sudah tidak produktif lagi.
Pemanfaatan Tanah Laterit
Berdasarkan karateristik dari tanah laterit tersebut di atas, maka pemanfaatan tanah
laterit dapat dijadikan sebagai bahan industri karena tekstur tanahnya yang liat dan
kokoh. Beberapa pemanfaatannya adalah sebagai berikut:
1. bahan baku pembuatan batu bata dan genting;
2. bahan baku pembuatan gerabah dan tembikar;
3. bahan baku industri semen;
4. bahan baku dalam pengerasan jalan raya;
5. media penampung cadangan air;
6. media tanam padi tadah hujan dan palawija; dan
7. bahan baku campuran pembuatan tembok.
Persebaran Tanah Laterit
Sudah dikatakan sebelumnya bahwa kita tidak akan terlalu sulit untuk mendapati
tanah laterit. Di Indonesia sendiri tanah laterit ini persebarannya ada di beberapa
daerah. Adapun daerah- daerah yang menjadi persebaran dari tanah laterit adalah
Pulau Kalimantan, Lampung, Jawa Barat dan juga provinsi Jawa Timur. namun selain
itu, tanah laterit juga terdapar di sebagaian wilayah Jawa Tengah.
8. Tanah latosol
Jenis tanah ini juga salah satu yang terdapat di Indonesia, tanah ini terbentuk dari
pelapukan batuan sedimen dan metamorf.
Proses Pembentukan Tanah Latosol
Proses pembentukan tanah latosol terbentuk karena adanya pelapukan bantuan beku
yang bersumber dari gunung berapi saat mengealami erupsi, ada juga pembentukan
lainnya seperti adanya batuan sedimen dan metamorf yang mengalami pelapukan baik
itu secara kimiawi, secara fisika, ataupun secara organik oleh organisme hidup yang
membantu proses pelapukan tersebut hingga menjadi tanah.
Ciri-Ciri Tanah Latosol
Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya
lempung dan memiliki solum horizon. Persebaran tanah litosol ini berada di daerah
yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi pula serta pada
ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. Tanah latosol tidak
terlalu subur karena mengandung zat besi dan alumunium.
Pemanfaatan Tanah Latosol
Jika sudah di olah maka tanah jenis latosol berguna untuk menanam:
a. Tembakau
Yang pertama sering digunakan sebagai lahan untuk menanam tembakau.
Tanaman tembakau merupakan bahan baku untuk membuat rokok, sehingga
banyak petani tembakau di Indonesia yang memanfaatkannya untuk bercocok
tanam.
b. Coklat
Selain tembakau, tanah jenis latosol juga dapat di tanami pohon coklat, buah dari
pohon coklat jika sudah di olah bermanfaat untuk dijadikan sebagai makanan.
Maka tak heran jika banyak petani coklat yang bercocock tanam di jenis tanah ini.
c. Pala
Pohon Pala juga dapat tumbuh di tanah laterit, karena untuk tumbuhnya tidak
terlalu memerlukan tanah yang sangat subur. Buah Pala bermanfaat jika diolah
menjadi manisan yang enak, sedangkan bijinya berguna sebagai rempah-rempah
sebagai bumbu memasak.
d. Tebu
Selanjutnya tebu dapat juga ditanam di jenis tanah ini. Tanaman tebu bermanfaat
sebagai bahan baku untuk membuat gula pasir.
Persebaran Tanah Latosol
Persebaran tanah latosol di daerah Sulawesi, lampung, Kalimantan timur dan barat,
Bali dan Papua.
9. Tanah litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak
begitu tebal. Penampangnya besar dan berbentuk kerikil, pasir atau batu-batuan
kecil, karena sedikit sekali mengalami perubahan struktur atau profil dari batuan
asal. Tanah litosol miskin unsur hara.
Proses Pembentukan Tanah Litosol
Tanah Litosol terbentuk dari batuan beku dari proses letusan gunung berapi dan
sedimen keras yang proses pelapukan kimia (dengan bantuan organisme hidup) dan
fisikanya (dengan bantuan sinar matahari dan hujan) belum sempurna. Sehingga
struktur asal batuan induknya masih terlihat. Oleh sebab itu pula, tanah litosol sering
juga disebut sebagai tanah yang paling muda, sehingga bahan induknya dangkal
(kurang dari 45 cm) dan seringkali tampak di permukaan tanah sebagai batuan padat
yang padu. Jenis tanah ini belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum
mengalami perkembangan.
Ciri-Ciri Tanah Litosol
1. Mempunyai lapisan bumi yang tidak terlalu tebal, yaitu hanya mencapai 45 cm
saja
2. Merupakan jenis tanah baru. Dikatakan sebagai anak baru karena tanah ini
terbentuk ketika batuan belum sempurna mengalami pelapukan.
3. Mempunyai penampang yang besar, berbentuk kerikil, pasir, dan bebatuan kecil
4. Megalami perubahan struktur atau profil dari batuan asal
5. Mempunyai kandungan unsur hara yang sedikit sekali
6. Terbentuk dari proses meletusnya gunung berapi
7. Memiliki tekstur tanah yang bervariasi
8. Memiliki kesuburan tanah yang bervariasi
Pemanfaatan Tanah Litosol
Sementara untuk tanah litosol, pemanfaatan yang ditemukan di Indonesia masih
kurang maksimal. Tanah litosol tidak dimanfaatkan secara intens seperti jenis tanah
yang lainnya. Bahkan ada di daerah tertentu yang menjadikan tanah litosol ini hanya
untuk lahan kosong yang dibiarkan untuk ditumbuhi rerumputan. Hal ini karena tanah
litosol merupakan tanah yang kandungan unsur haranya hanya sedikit saja.
Tanaman yang Cocok Tumbuh di Tanah Litosol, Rumput- rumputan, Jagung, Bunga
Edelweis.
Penyebaran Tanah Litosol
Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh
Indonesia yang mengalami proses erosi parah. Tanah litosol banyak terdapat di Pulau
Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku bagian selatan, dan
Papua. Adapun di Sumatra, jenis tanah ini terdapat di wilayah yang tersusun dari
batuan kuarsit, konglomerat, granit, dan batu lapis. Jenis tanah ini juga dapat dijumpai
di daerah sekitar pantai.