Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Umum

2.1.1 Pengertian Tanah

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme,

membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah

dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah

sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut

sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan

proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah

tersebut.

Hans Jenny ( 1899-1992 ), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja

di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk

yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika

faktor iklim, organisme ( termasuk manusia ), dan relief permukaan bumi (

topografi ) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamikakelima

faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat

dilakukan klasifikasi tanah.

Tubuh tanah ( solum ) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan

mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini

tidak ada yang lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk

dari masa Pleistosen.

4
5

Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah

non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia

mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik ( organosol/humosol )

terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.

2.1.2 Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari

komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun

dari tiga fase: fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fasa cair dan gas mengisi

ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor

penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus ( jamak pori ).

Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar ( makropori )

terisi udara dan pori berukuran kecil ( mikropori ) terisi air. Tanah yang

gembur ( sarang ) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan

mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan

lempung sehingga kekurangan makropori.

2.1.3 Jenis-jenis Tanah

1. Tanah Aluvial

Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terjadi karena endapan

lumpur biasanya yang terbawa karena aliran sungai. Tanah ini biasanya

ditemukan dibagian hilir karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya

bewarna coklat hingga kelabu. Karakteristik : Tanah ini sangat cocok

untuk pertanian baik pertanian padi maupun palawija seperti jagung,


6

tembakau dan jenis tanaman lainnya karena teksturnya yang lembut dan

mudah digarap sehingga tidak perlu membutuhkan kerja yang keras

untuk mencangkulnya. Persebaran : Tanah ini banyak tersebar di

Indonesia dari sumatera, Kalimantan, Sulawesi, papua dan jawa.

2. Tanah Andosol

Tanah andosol merupakan salah satu jenis tanah vulkanik dimana

terbentuk karena adanya proses vulkanisme pada gunung berapi. Tanah

ini sangat subur dan baik untuk tanaman. Karakteristik : Warna dari

tanah andosol coklat keabu-an. Tanah ini sangat kaya dengan mineral,

unsure hara, air dan mineral sehingga sangat baik untuk tanaman.

Tanah ini sangat cocok untuk segala jenis tanaman yang ada di dunia.

persebaran tanah andosol biasanya terdapat di daerah yang dekat

dengan gunung berapi. Persebaran : Di Indonesia sendiri yang

merupakan daerah cincin api banyak terdapat tanah andosol seperti di

daerah jawa, bali, sumatera dan nusa tenggara.

3. Tanah Entisol

Tanah entisol merupakan saudara dari tanah andosol namun biasaya

merupakan pelapukan dari material yang dikeluarkan oleh letusan

gunung berapi seperti debu, pasir, lahar, dan lapili. Karakteristik :

Tanah ini juga sangat subur dan merupakan tipe tanah yang masih

muda. Tanah ini biasanya ditemukan tidak jauh dari area gunung berapi

bisa berupa permukaan tanah tipis yang belum memiliki lapisan tanah

dan berupa gundukan pasir seperti yang ada di pantai parangteritis


7

Jogjakarta. Persebaran : Persebaran tanah entisol ini biasanya terdapat

disekitar gunung berapi seperti di pantai parangteritis Jogjakarta, dan

daerah jawa lainnya yang memiliki gunung berapi.

4. Tanah Grumusol

Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa

vulkanik. Kandungan organic di dalamnya rendah karena dari batuan

kapur jadi dapat disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak cocok

untuk ditanami tanaman. Karakteristik : Tekstur tanahnya kering dan

mudah pecah terutama saat musim kemarau dan memiliki warna hitam.

Ph yang dimiliki netral hingga alkalis. Tanah ini biasanya berada di

permukaan yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan laut dan

memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang. Perubahan suhu

pada daerah yang terdapat tanah grumusol sangat nyata ketika panas

dan hujan. Persebaran : Persebarannya di Indonesia seperti di Jawa

Tengah ( Demak, Jepara, Pati, Rembang), Jawa Timur ( Ngawi, Madiun

) dan Nusa Tenggara Timur. Karena teksturnya yang kering maka akan

bagus jika ditanami vegetasi kuat seperti kayu jati.

5. Tanah Humus

Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-

tumbuhan. Mengandung banyak unsur hara dan mineral dan sangat

subur. Karakteristik : Tanah Humus sangat baik untuk melakukan

cocok tanam karena kandungannya yang sangat subur dan baik untuk

tanaman. Tanah ini memiliki unsur hara dan mineral yang banyak

karena pelapukkan tumbuhan hingga warnanya agak kehitam hitaman.


8

Persebaran : Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan.

Persebarannya di Indonesia meliputi daerah Sumatera, Kalimantan,

Jawa, Papua dan sebagian wilayah dari Sulawesi.

6. Tanah Inseptisol

Tanah Inseptisol terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan

warna agak kecoklatan dan kehitaman serta campuran yang agak keabu-

abuan. Tanah ini juga dapat menopang pembentukan hutan yang asri.

Karakteristik : Ciri-ciri tanah ini adalah adanya horizon kambik dimana

horizon ini kurang dari 25% dari horizon selanjutnya jadi sangatlah

unik. Tanah ini cocok untuk perkebunan seperti perkebunan kelapa

sawit.Serta untuk berbagai lahan perkebunan lainnya seperti karet.

Persebaran : Tanah inseptisol tersebar di berbagai derah di Indonesia

seperti di sumatera, Kalimantan dan papua.

7. Tanah Laterit

Tanah laterit memiliki warna merah bata karena mengandung banyak

zat besi dan alumunium. Di indonesia sendiri tanah ini sepertinya cukup

fimiliar di berbagai daerah, terutama di daerah desa dan perkampungan.

Karakteristik : Tanah laterit termasuk dalam jajaran tanah yang sudah

tua sehingga tidak cocok untuk ditanami tumbuhan apapun dan karena

kandungan yang ada di dalamnya pula. Persebaran : Persebarannya

sendiri di Indonesia meliputi Kalimantan, Lampung, Jawa Barat, dan

Jawa Timur.
9

8. Tanah Latosol

Tanah Latosol Jenis tanah ini juga salah satu yang terdapat di

Indonesia, tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan

metamorf. Karakteristik : Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya

yang merah hingga kuning, teksturnya lempung dan memiliki solum

horizon. Persebaran tanah litosol ini berada di daerah yang memiliki

curah hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi pula serta pada

ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. Tanah

latosol tidak terlalu subur karena mengandung zat besi dan alumunium.

Persebaran : Persebaran tanah latosol di daerah Sulawesi, Lampung,

Kalimantan timur dan barat, Bali dan Papua.

9. Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan

dan merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya

perubahan iklim, topografi dan adanya vulkanisme. Karakteristik :

Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan cara

menanam pohon supaya mendapatkan mineral dan unsur hara yang

cukup. tekstur tanah litosol bermacam-macam ada yang lembut,

bebatuan bahkan berpasir. Persebaran : Biasanya terdapat pada daerah

yang memiliki tingkat kecuraman tinggi seperti di bukit tinggi, nusa

tenggara barat, Jawa tengah, Jawa Barat dan Sulawesi.

10. Tanah Kapur

Tanah kapur Seperti dengan namanya tanah kapur berasal dari batuan

kapur yang mengalami pelapukan. Karakteristik : Karena terbentuk dari


10

tanah kapur maka bisa disimpulkan bahwa tanah ini tidak subur dan

tidak bisa ditanami tanaman yang membutuhkan banyak air. Namun

jika ditanami oleh pohon yang kuat dan tahan lama seperti pohon jati

dan pohon keras lainnya. Persebaran : Tanah kapur tersebar di daerah

yang kering seperti di gunung kidul Yogyakarta, dan di daerah

pegunungan kapur seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara

Timur.

11. Tanah Mergel

Tanah Mergel Hampir sama dengan tanah kapur, jenis tanah ini juga

berasal dari kapur, namun dicampur dengan berbagai bahan lainnya

yang membedakan adalah ia lebih mirip seperti pasir. Tanah mergel

terbentuk dari batuan kapur, pasir dan tanah liat dan mengalami

pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak merata. Karakteristik :

Tanah ini subur dan bisa ditanami oleh persawahan dan perkebunan.

Selain itu juga terdapat banyak mineral dan air di dalamnya. Persebaran

: Tanah ini banyak terdapat di daerah dataran rendah seperti di Solo (

Jawa Tengah ), Madiun dan Kediri ( Jawa Timur ).

12. Tanah Organosol

Tanah Organosol Tanah organosol terbentuk dari pelapukan benda

organic seperti tumbuhan, gambut dan rawa. Biasanya terdapat di

daerah yang memiliki iklim basah dan memiliki curah hujan tinggi.

Karakteristik : Ketebalan dari tanah ini sangat minim hanya 0.5 mm

saja dan memiliki diferensiasi horizon yang jelas, kandungan organic di

dalam tanah organosol lebih dari 30% dengan tekstur lempung dan 20%
11

untuk tanah yang berpasir. Kandungan unsur hara rendah dan memiliki

tingkat kelembapan rendah ( PH 0,4 ) saja. Persebaran : Tanah ini

biasanya ditemukan di daerah pantai dan hampir tersebar di seluruh

pulau di Indonesia seperti sumatera, papua, Kalimantan, jawa, Sulawesi

dan nusa tenggara.

13. Tanah Oxisol

Tanah oxisol merupakan tanah yang kaya akan zat besi dan alumunium

oksida. Tanah jenis ini juga sering kita temui di daerah tropis di

Indonesia dari daerah desa hingga perkotaan. Karakteristik : Ciri-ciri

dari tanah oxisol ini antara lain adalah memiliki solum yang dangkal

dan ketebalannya hanya kurang dari 1 meter saja. warnanya merah

hingga kuning dan memiliki tekstur halus seperti tanah liat. Persebaran :

Biasanya terdapat di daerah beriklim tropis basah dan cocok untuk

perkebunan subsisten seperti tebu, nanas, pisang dan tumbuhan lainnya.

14. Tanah Padas

Tanah padas sebenarnya tidak juga bisa dibilang sebagai tanah karena

sangat keras hampir seperti dengan batuan. Karakteristik : Hal ini

dikarenakan kandungan air didalamnya hampir tidak ada karena tanah

padas sangat padat bahkan tidak ada air. Unsur hara yang ada di

dalamnya sangat rendah dan kandungan organiknya sangat rendah

bahkan hampir tidak ada. Tanah padas tidak cocok digunakan untuk

bercocok tanam. Persebaran : Jenis tanah ini tersebar hampir di seluruh

wilayah Indonesia secara merata.


12

15. Tanah Pasir

Tanah pasir Seperti dengan namanya tanah pasir merupakan pelapukan

dari batuan pasir. Tanah ini biasanya banyak di daerah sekitar pantai

atau daerah kepulauan. Karakteristik : Tanah pasir tidak memiliki

kandungan air dan mineral karena teksturnya yang sangat lemah. Tanah

pasir akan sangat mudah ditemukan di daerah yang berpasir di

Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia adalah salah satu

negara dengan jumlah tanah pasir terluas di dunia. Jenis tanaman yag

cocok untuk tanah ini adalah umbi-umbian. Persebaran : Hampir

seluruh wilayah di Indonesia memiliki persebaran tanah pasir.

16. Tanah Podsol

Tanah podsol memiliki berbagai campuran tekstur mulai pasir hingga

bebatuan kecil. Karakteristik : Ciri-ciri dari tanah podsol antara lain

tidak memiliki perkembangan profil, warnanya kuning hingga kuning

keabuan serta memiliki tekstur pasir hingga lempung. Kandungan

organiknya sangat rendah karena terbentuk dari curah hujan yang tinggi

tapi suhunya rendah. Persebaran : Persebaran tanah ini antara lain

meliputi Kalimantan utara, Sulawesi utara dan papua serta daerah

lainnya yang tidak pernah kering alias selalu basah.

17. Tanah Podsolik Merah Kuning

Tanah Podsolik Tanah ini sangat mudah ditemukan di seluruh wilayah

Indonesia karena persebarannya yang hampir rata. Karakteristik : Tanah

ini bewarna merah hingga kuning dan kandungan organic serta

mineralnya akan sangat mudah mengalami pencucian oleh air hujan.


13

Oleh karena itu untuk menyuburkan tanah ini harus ditanami tumbuhan

yang memberikan zat organic untuk kesuburan tanah serta pupuk baik

hayati maupun hewani. Persebaran : Tanah ini dapat digunakan untuk

perkebunan dan persawahan serta dapat ditemukan di Sumatera,

Sulawesi, Papua, Kalimantan dan Jawa terutama jawa bagian barat.

18. Tanah Liat

Tanah liat adalah jenis tanah yang terdiri dari campuran dari aluminium

serta silikat yang memiliki diameter tidak lebih dari 4 mikrometer.

Tanah liat terbentuk dari adanya proses pelapukan batuan silika yang

dilakukan oleh asam karbonat dan sebagian diantaranya dihasilkan dari

aktivitas panas bumi. Karakteristik : Tanah liat tersebar di sebagian

besar wilayah Indonesia secara merata. Biasanya digunakan untuk

membuat kerajinan hingga keperluan lainnya. Tanah liat biasanya

memiliki warna abu abu pekat atau hampir mengarah ke warna hitam,

biasanya terdapat di bagian dalam tanah ataupun di bagian permukaan.

Persebaran : Tanah liat hampir tersebar secara merata di seluruh

wilayah di Indonesia, hanya yang membedakannya adalah kedalaman

tanah tersebut. Selain 18 Jenis tanah ada 10 jenis tanah lainnya yang

ada di Indonesia ataupun di dunia.

2.1.4 Proses Pembentukan Tanah

Tanah terbentuk melalui proses pelapukan baik terhadap batuan organik

maupun batuan anorganik. Ada beberapa jenis pelapukan, diantaranya adalah

pelapukan fisik ( mekanis ) pelapukan kimia dan pelapukan biologis.


14

 Pelapukan Fisik ( Mekanis )

Pelapukan fisik meliputi fragmentasi batuan ( bedrock ) menjadi

butiran-butiran dan akhirnya menjadi tanah. Contoh proses ini adalah

disebabkan oleh pembekuan air diwaktu dini ( malam hari atau saat hujan )

dan mencair nya air saat panas siang hari. Pertumbuhan alar tanaman juga

menyebabkan terjadinya fragmentasi batuan di bawah tanah.

 Pelapuan Kimia

Pelapukan kimia meliputi penghancuran secara kimiawi bahan-bahan

mineral dari batuan akibat fragmentasi batuan akibat reaksi air dan udara

pada batuan. Larutnya batu kapau oleh air merupakan salah satu contoh

pelapukan ini. Yang ,membentuk sebuah stalaktit yang menggantung pada

lubang gua, atau terbentuknya dolina ( cekungan ) dan sungai dabawah

tanah.

 Pelapukan Biologis

Pelapukan ini berupa penghancuran yang dilakukan binatang, seperti

rayap, cacing dan tikus.

2.1.5 Sifat-sifat Tanah

Sifat tanah dibedakan berdasarkan warnanya, strukturnya, tekstur, dan

derajat keasaman tanah.

a. Warna tanah

Warna tanah menentukan kandungan bahan organic maupun kimia,

kandungan mineral, kandungan air, drainase, dan perkembangan tanah,

biasanya warna yang berwarna gelap maka pertanda tanah itu subur.
15

b. Tekstur tanah

Berdasarkan kecilnya butir-butir tanah, tekstur tanah ini dapat dibedakan

menjadi tiga kelas yaitu: tanah pasir, lempung, dan liat

c. Struktur tanah

Susunan butir-butir tanah yang saling mengikat sehingga membentuk

kemantapan struktur. Ada 3 jenis struktur tanah tersebut yaitu :

 Struktur tanah lepas, yaitu jika butir-butir tanah itu saling lepas

 Struktur tanah remah, jika butir-butir tanah itu terikat membentuk

agregrat-agregrat tanah sehingga tanah berpori-pori besar

 Tanah berstruktur gump

d. Konsistensi tanah

Konsistensi tanah dalam reaksi tanah apabila mendapatkan perlakuan

berupa tekanan (kompres). Konsistensi tanah dapat dibedakan menjadi :

1) Tanah gembur/tanah kohesi, adalah tanah yang lepas-lepas

2) Tanah yang sangat gembur, yang dapat dipecah dengan tenaga tangan

yang halus.

3) Tanah gembur, yang dapat dipecahkan tenaga tangan yang lembut

4) Tanah teguh, yang dapat dipecahkan dengan tenaga tangan yang

sedang, terasa ada daya resistensi

5) Tanah sangat teguh, yang dapat dipecahkan dengan tenaga tekanan

yang kuat

6) Ekstrem teguh, hanya dapat dipecahkan dengan tenaga tekanan yang

amat besar dan pecah sedikit demi sedikit.


16

e. Derajat kesamaan tanah

Derajat keasaman tanah, adalah ukuran aktivitas ion hydrogen dalam

larutan air tanah.derajat kesamaan tanah menjadi tiga yaitu sebagai berikut

1. Tanah yang bersifat asam dan pH dibawah 6,5%

2. Tanah bersifat netral dengan pH antara 6,6% - 7,5%

3. Tanah yang bersifat basa dengan pH 7,6 % keatas

2.2 Praktikum

2.2.1 Pengujian Bor Tangan ( Hand Bore Test )

Pemboran auger atau bor tangan ( auger drilling ) adalah suatu cara

pemboran yang dilakukan menggunakan tenaga manusia dengan cara

memutar dan menekan mata bor ke dalam tanah. Metode ini memiliki

beberapa keterbatasan, yaitu kedalaman yang dapat dicapai terbatas

(kurang dari 10 meter),membutuhkan banyak tenaga, waktunya relatif

lama.

2.2.2 Pengujian Kadar Air

Kadar air adalah sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda,

seperti tanah ( yang disebut juga kelembaban tanah ), bebatuan, bahan

pertanian, dan sebagainya. Kadar air digunakan secara luas dalam bidang

ilmiah dan teknik dan diekspresikan dalam rasio, dari 0 ( kering total )

hingga nilai jenuh air di mana semua pori terisi air. Nilainya bisa secara

volumetrik ataupun gravimetrik (massa), basis basah maupun basis kering.


17

2.2.3 Pengujian Berat Jenis ( Specific Gravity Test )

“Berat jenis partikel adalah berat tanah kering per satuan volume partikel

tanah ( tidak termasuk pori )”. ( Handayanto et al, 2009 ).

“Berat jenis adalah berat jenis tanah kering per satuan volume partikel-

partikel ( padat ) tanah ( jadi tidak termasuk volume pori-pori tanah )”. (

Hardjowigeno, 1987 ).

“Berat jenis adalah perbandingan massa total dari partikel padatan dengan

volume total tidak termasuk ruang pori partikel”. (Kurniawan,2007).

2.2.4 Pengujian Batas Cair Tanah ( Liquit Limit Test )

Batas cair tanah adalah suatu keadaan cair dan plastis atau keadaan air

tanah bias diputar 25 kali ketukan dengan alat cassagrande, tanah sudah

dapat merapat ( sebelumnya terpisah dalam jalur yang dibuat dengan solet

).

2.2.5 Pengujian Batas Plastis Tanah ( Plastic Limit )

Batas plastis tanah adalah suatu keadaan kadar air tanah minimum dimana

dalam keadaan plastis atau keadaan diantara plastis dan keadaan

semiplastis.

2.2.6 Pengujian Analisis Butiran ( Grain Size Analysis )

Sifat-sifat tanah sangat tergantung pada ukuran butirannya. Besar butiran

dijadikan dasar untuk pemberian nama dan klasifikasi tanahnya. Oleh


18

karena itu analisa butiran merupakan pengujian yang sangat sering

dilakukan.

Analisa butiran tanah adalah penentua presentase berat butiran pada satu

unit saringan, dengan ukuran diameter lubang saringan tertentu.

2.2.7 Pengujian Pemadatan Tanah di Laboratorium ( Uji Proctor )

Pemadatan tanah merupakan suatu proses mekanis dimana udara dalm pori

tanah dikeluarkan. Proses tersebut dilakukan pada tanah yang digunakan

sebagai bahan timbunan dengan tujuan :

1. Mempertinggi kekuatan tanah

2. Memperkecil pengaruh air pada tanah

3. Memperkecil compressibility dan daya rembes air

4. Kepadatan tanah itu mulai dari berat isi kering tanah ( drydensity ) dan

tergantung pada kadar air tanahnya ( water content ). Pada derajat

kepadatan tinggi.

5. Berat isi maksimum

6. Kadar air tanahnya ( ѡ ) optimum

7. Angka potinya ( e ) minimum

Uji proctor adalah suatu percobaan tanah untuk memeriksa kadar air tanah

dan sifat yang lain. Adapun hasil percobaan ( berupa fisik ) umumnya

dipakai untuk menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada waktu

pekerjaan pemadatan tanah di lapangan.


19

2.2.8 Pengujian Kepadatan Tanah di Lapangan ( Sand Cone )

Percobaan kerucut pasir ( sand cone ) merupakan salah satu jenis

pengujian yang dilakukan di lapangan untuk menentukan berat isi kering (

kepadatan ) tanah asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan yang

dilakukan baik pada tanah kohesif maupun tanah non kohesif.

2.2.9 Pengujian California Bearing Ratio ( CBR )

California bearing ratio ( CBR ) adalah pengujian perbandingan antara

beban penetrasi suatu bahan dengan bahan standar dengan kedalaman dan

kecepatan penetrasi yang sama.

2.2.10 Pengujian Sondir

Sondir disebut juga Dutch Deep Sounding Apparatus, yaitu alat statis yang

berasal dari Belanda. Ujung alat ini langsung ditekan kedalam tanah. Pada

ujung rangkaian pipa sondir ditempatkan alat conus yang berujung lancip

dengan kemiringan kurang lebih 60°. Pipa sondir dimasukan kedalam

tanah dengan bantuan mesin sondir.

2.2.11 Pengujian Kuat Geser Langsung ( Direct Share Test )

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kohesi ( C ), dan sudut

geser dalam tanah ( Ø ) secara cepat atau dengan penjelasan yang lebih

luas alat ini digunakan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian

laboratorium geser dengan cara uji langsung terkonsolidasi dengan

drainase pada uji tanah.


20

2.2.12 Pengujian Dynamic Cone Penetrometer ( DCP )

Penetrasi konus dinamis ( dynamic cone penetrometer ) dalah suatu alat

yang digunakan untuk menguji dengn cepat kekuatan lapisan jalan tanpa

pengikat ( tanah dasar, pondasi bahan berbutir ). Pengujian dilakukan

menerus sampai kedalaman 80 cm, dan bila perlu dapat diperdalam

dengan menyambung tangkal pengukur sampai 120 cm. Hasil pengujian

ini dapat dikorelasikan dengan nilai CBR ( California Bearing Ratio )

sehingga hasilnya dapat digunakan untuk perencanaan tabel perkerasan

Anda mungkin juga menyukai