Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Udara,merupakan salah satu komponen lingkungan merupakan

kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan.

Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat

berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari udara. Selain oksigen

terdapat zat zat lain yang terkandung di udara, yaitu karbon dioksida,

karbon monoksida, formaldehide, jamur, virus dan sebagainya. Zat-zat

tersebut jika masih berada dalam batas-batas tertentu masih dapat di

netralisir. (Fitria, dkk, 2008:77).

Pemerintah Indonesia telah mengatur persyaratan kualitas udara

dalan ruang perkantoran yaitu dengan Keputusan Menteri Kesehatan

RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam keputusan tersebut

dinayatakan bahwa Angka kuman kurang dari 770 koloni/m3 udara,

bebas kuman pathogen (Fitria, dkk, 2008:78).

Udara merupakan pembawa bahan partikel debu dan tetesan

cairan, yang semuanya ini mungkin dimuati oleh mikroba yang

terdapat diudara salah satunya adalah jamur. Banyak jenis jamur


pathogen diantaranya aspergillus, mucor, rhizopus, penicilium,

trihoderma yang tersebar diudara melalui butir-butir debu atau atau

melalui residu tetesan air ludah yang kering. (http://digilib.unimus.ac.id)

Udara dapat dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan

(outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara

dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan manusia, karena

hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan. Sebanyak 400

sampai 500 juta orang khususnya di negara yang sedang

berkembang sedang berhadapan dengan masalah polusi udara dalam

ruangan. (Fitria, dkk, 2008:77)

Iklim di indonesia yang panas dan lembap merupakan habitat yang

sesuai bagi kehidupan mikroorganisme tropis termasuk jamur. Jamur

dapat hidup pada berbagai bentuk ekosistem salah satu penyebaranya

melalui spora yang berterbangan di udara (Aminah, S.T.N., Supraptini.,

2003:299).

Pada umumnya, jamur tumbuh dengan baik di tempat yang lembab

dan beriklim tropis serta dapat menyesuaikan diri dengan

lingkunganya, hal inilah yang menyebabkan pravalensi infeksi jamur

masih cukup tinggi di indonesia. (Harlisa, dkk, 2001).

Jamur merupakan kelompok mikroorganisme yang sangat besar

dan dapat di temukan dihampir semua relung ekologo. Jamur yg

terdapat diudara adalah dalam bentuk spora. Spora biasanya tersebar


dimana-mana dan spora ini akan tumbuh pada media tertentu apabila

lingkunganya memungkinkan. (Roosheroe Gl. 2014)

Jamur sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia. Jamur

adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik, berbentuk

sel atau benang bercabang dan mempunyai dinding sel yang sebagian

besar terdiri atas kitin dan glukan dan sebagian kecil dari selulos atau

kitosan (HUSADA, 2008).

Jamur udara merupakan krlompok jamur yang sporanya tersebar di

udara bebas, biasanya jamur kapang. Spora jamur kapang, musalnya

konidia Aspergillus sp mudah terlepas, berukuran kecil dan ringan

sehingga mudah di terbangkan oleh angin, sporajamur akan jatuh

kebawah dan akan menempel pada benda atau makanan yang berada

diruang tersebut. (Mulyat, 2010:40).

Sejumlah penyakit dapat di sebabkan oleh jamur yang ada diudara.

Penyakit yang di sebabkan oleh jamur disebut mikosis (Ganjar.i.,2014 :

95). Mikosis di kelompokan menjadi tiga yaitu mikosis superfisial,

mikosis subkutan dan mikosis sistemik. Mikosis superfisialis infeksi

jamur yang mengenai bagian permukaan tubuh misalnya kulit, kuku,

dan rambut. Mikosis subkutan adalah infeksi jamur yang menyerang

bagian bawah kulit, misalnya masuknya jamur akibat adanya luka atau

cedera. Mikosis sistemik disebabkan oleh jamurphatogen yang


menghasilkan mikrokonidia atau oleh khamir yang penyebaranya

melalui peredaran darah kejaringan dalam tubuh.

Mikosis didefinisikan sebagai infeksi jamur yang disebabkan

organisme eumycotic yang oportunistik dan patogenik, seperti:

Dermatophytes spp., Candida spp., Aspergillus spp., Feomycetes spp.,

Cryptococcus, dan beberapa spesies fungi lainnya (Kazemi, 2013).

Mikosis terdiri dari mikosis superfisialis, intermedia dan profunda

(Goldsmith, et al., 2012).

Meningkatnya rasio pertumbuhan penduduk usia lanjut yang

berbanding terbalik dengan pertumbuhan penduduk usia produktif di

dunia terutama di negara-negara berkembang seperti di Indonesia,

menyebabkan bertambahnya angka ketergantungan lansia (Buletin

Lansia, 2013). Oleh karena itu Panti sosial menjadi salah satu solusi

untuk menitipkan orang tua yang telah lanjut usia untuk dirawat dan

bersosialisasi dengan sesama teman sebayanya, bahkan ada yang

merupakan keinginan sendiri dengan alasan tidak ingin merepotkan

keluarga atau kerabatnya dan ingin menghabiskan masa tuanya

dengan tenang.

Nama Panti sosial sendiri pada umumnya telah negatif di mata

masyarakat Indonesia. Pandangan negatif ini ditambah dengan

kondisi Panti sosial saat ini masih banyak yang berdiri seadanya tanpa

terlalu memperhatikan kenyamanan serta keselamatan bagi


penghuninya. Sedangkan lansia cenderung mengalami penurunan fisik

dan imunitas dan psikis sehingga para lansia dapat dengan mudah

terkena infeksi mikosis dari segla aspek (Evian Devi 2016:33)

B. Identifikasi masalah

1. Infeksi jamur merupakan penyakit yang sering dijumpai

terutama diNegara tropis dengan udara lembab dan panas

sepanjang tahun.

2. Jamur kontaminan mungkin dapat menjadi patogen dan

berbahaya bagi kesehatan karna menurunnya imunitas pada

lansia.

3. Agent penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalaui

udara, air, makanan baik melalui perantara vektor maupun

secara langsung antar manusia.

4. Udara merupakan pembawa bahan partikel debu dan tetesan

cairan, yang semuanya ini mungkin dimuati oleh mikroba yang

terdapat di udara salah satunya adalah jamur.

5. Dampak yang sering di akibatkan oleh jamur kontaminan

udara ialah batuk, dada sesak, demam menggigil, dan reaksi

alergi.

C. Pembatasan masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada pemeriksaan jamur udara

pada ruangan panti sosial

D. Perumusan masalah

1. Jenis jamur apa saja yang di temukan pada udara didalam

ruangan panti sosial dan bagaimana kepadatan populasi

jamurnya?

2. Jamur apakah yang paling mendominasi kontaminasi pada

ruangan panti sosial tersebut?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan hal diatas, penelitian ini bertujuan:

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui jamur udara di panti sosial

b. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui jenis jenis jamur udara pada panti

sosial

2. Perbedaan kepadatan jamur yang mengkotaminasi

udara dalam ruangan panti sosial


F. Manfaat penelitian

1. Penelitian

a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya di

bidang mikologi.

b. Meningkatkan keterampilan peneltian dalam melakukan

pemeriksaan mikologi udara.

2. Institusi

Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya terhadap

jamur patogen pada udara.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. GAMBARAN UMUM

1.  Panti sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 yang terletak di Jalan

Bina Marga Rt.7/6, Cipayung Jakarta Timur ini sudah berdiri sejak

tahun 1968. Panti ini merupakan milik Pemerintah Daerah (Pemda)

DKI yang dihibahkan dari Kementrian Sosial. Satuan Pelayanan,

terakhir kali bangunan ini direnovasi pada tahun 2011, alasannya

untuk memberikan pelayanan lebih maksimal agar para lansia

nyaman dan betah tinggal di tempat ini. Panti Asuhan ini memang

di khususkan untuk orang yang Lanjut Usia (Lansia).

Saat ini ada 210 orang terdiri dari 120 nenek dan 90 kakek

yang memiliki umur 60 hingga 101 tahun. 99 persen mereka

adalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang


terjaring razia satpol PP di jalanan. Setelah terjaring satpol PP,

mereka ditempatkan di PSBI untuk didata. Jika masih mempunyai

keluarga dikampung akan dipulangkan sedangkan

para lansia yang tidak memiliki keluarga akan diantar ketempat ini.

Namun tidak menutup kemungkinan bagi yang masih memiliki

keluarga tetapi kondisi ekonominya tidak baik dan keluarganya

benar-benar tidak mampu, panti ini siap untuk menampung. lansia

yang ada disini semua adalah orangterlantar dan orang tidak

mampu. Mengurus lansia tidak mudah, salah satu kendalanya

yaitu sifat kakek nenek yang sulit dipahami karena kembali seperti

anak-anak dan sangat sensitif. Karena sebagian besar berasal dari

jalanan, ada beberapa yang mengalami penyakit kulit dan

gangguan jiwa.

 Terdapat kamar dengan kategori yang berbeda. Ada enam

kategori yang bisa ditempati oleh nenek dan kakek disini. Pertama

Wisma bogenvile ditempati oleh 13 orang nenek dan kakek yang

mandiri dalam arti bisa melakukan semua tanpa dibantu. Begitu

juga dengan Wisma Catelia khusus untuk nenek mandiri dan

Wisma Edelweis untuk kakek mandiri. Sedangkan Wisma Dahlia

dikhususkan untuk nenek yang memerlukan pendampingan (total

care) dalam arti semua dibantu oleh petugas. Mulai dari makan,

mandi, mencuci pakaian semuanya didampingi oleh petugas.

Sedangkan untuk kakek ditempatkan di Wisma Flamboyan. Wisma


Cempaka dikhususkan untuk kakek nenek parsial atau semi total

care yang sebagian kegiatannya dapat dilakukan sendiri namun

ada beberapa yang perlu dibantu petugas.

Di tempat ini juga disediakan satu ruang klinik untuk

penanganan awal jika ada yang sakit. Jika kurang maksimal,

mereka dilarikan ke Rumah Sakit yang sudah bekerjasama seperti

Rs.Budhi Asih dan Rs.Pasar Rebo. Sedangkan untuk yang

mengalami gangguan jiwa, Panti Asuhan khusus bekerja sama

dengan Rs.Duren Sawit dan dibawa berobat rutin sebulan sekali

agar diberi obat penenang. Terdapat beberapa kegiatan yang

dapat diikuti oleh kakek dan nenek disini, seperti senam dipagi hari

dan menjalankan kegiatan rohani. Seminggu sekali juga ada

panggung gembira untuk hiburan kakek nenek, mereka bisa nyanyi

dan joget barsama.

2. Jamur udara

Jamur udara dapat membahayakan kesehatan manusia

dengan penyebaran spora di udara dan terhirup melalui proses

inhalasi. Beberapa jenis jamur dapat bersifat patogen dan

menimbulkan efek toksik pada manusia dan vertebrata lainnya

(Robbins, et al., 2000). Paparan material berjamur yang berulang

sampai kuantitas tertentu dapat menyebabkan iritasi saluran

pernafasan atau alergi pada beberapa individu (Bush, et al., 2006).


Kelembaban pada substrat termasuk di udara adalah

merupakan salah satu faktor utama dalam pertumbuhan jamur.

Pada umumnya, sebagian besar jamur dapat tumbuh pada kondisi

lingkungan yang lembab. Air membantu proses difusi dan

pencernaan. Selain itu, air juga mempengaruhi substrat pH dan

osmolaritas dan merupakan sumber dari hidrogen dan oksigen,

yang dibutuhkan selama proses metabolisme. Pertumbuhan suatu

jamur ditentukan oleh water activity (aw), yaitu kandungan air dari

suatu substrat (Quidesat,2009).

Suhu di dalam ruangan dalam rentang 18 – 24 oC adalah

suhu optimal bagi pertumbuhan kebanyakan jamur, meskipun

beberapa jenis jamur dapat hidup juga di rentang suhu yang luas.

Sedikit jamur yang mempunyai temperatur optimal diatas 30 oC

yaitu Aspergillus fumigatus. Jamur di dalam lingkungan tidak

tumbuh jika suhu di atas 30 oC. Spora jamur lebih tahan panas pada

umumnya bertahan lebihlama pada suhu yang lebih luas

rentangnya. (Gutarowska & Piotrowska,2007)

3. Pencemaran jamur dalam udara

Unsur mikroba yang dapat mempengaruhi kualitas udara

adalah jamur. Jamur mempunyai peranan dalam kesehatan atau

disebut mikosis, baik yang bersifat patogen yang dapat


menyebabkan sakit maupunsebagai penyebab alergi. Jamur

merupakan polutan udara yang paling penting dan sedikit

dimengerti oleh kebanyakan orang (brooks, G.F,2005).

Mikroba Pencemar Udara dapat berupa kapang dan khamir.

Khamir: fungi (jamur) bersel satu: berbentuk bulat, oval, atau

silindris; berdiameter 3-5 μm; sebagian berkembang biak dengan

membelah diri, dan sebagian lain berkembang biak dengan

membentuk tunas. Habitat umumnya pada makanan. Kapang: fungi

(jamur) berfilamen. Satu filamen disebut hifa; kelompok hifa yang

tumbuh pada suatu media disebut miselium. Hifa terbentuk dari

spora jamur. Spora berdiameter 3-30 μm.

a. Kapang

Kapang terdiri dari dua bagian yaitumielium dan spora.

Miselium merupakan kumpulan bebrapa filamen yang di

namakan hifa. Hifa lebarnya 5-10 μm. Kapang membetuk koloni

kering dan padat serta tksturnya meyerupai kapas.

b. Khamir

Umunya khamir memiliki panjang 5- 30 μm atau lebih dan

lebarnya bekisaran antara 1-5 μm. Khamir tidak dilengkapi

dengan flagellum atau organ penggerak lainnya. 16 spesies

khamir membentuk koloni bula, cembung, basah dan berwarna

putih kekuningan dan teksturnya halus dan licin.


4. Jenis-jenis jamur udara

jamur udara baru mendapatkan perhatian besar setelah cukup

banyak kasus dilaporkan bahwa pengotoran udara bukan

sajadisebabkan oleh partikel-partikel debu dan asap industri serta

asap rokok. Melaikan juga oleh spora-spora kapang yang ada di

udara. jamur udara yang yang dapat menyebabkan penyakit

diantaranya : (Rosheroe Gl. 2014)

a. Aspergillus sp

Klasifikasi aspergillus menurut Alexopoulus dan Mims

(1979:212) adalah sebagai berikut:

Divisi : Amastigomycota

Subdivisi : Deuteromycota

Kelas : Deuteromyceles

Subkelas : Hypomycetidae

Ordo : Moniliales

Famili : Moniliaceae

Genus : Aspergillus

Aspergillus sp. Terdapat dialam sebagai saprofit. Hampir

semua bahan dapat di tumbuhi jamur tersebut. Terutama

didaerah tropik dengan kelembapan yang tinggi. Mula-mula


berwarna putih seperti kapas dan setelah 2-3 hari berubah

warna menjadi hijau kekuningan .

Kapang aspergillus mudah dikenali dan dibedakan darikapang

marga lain, yaitu memiliki konidiofor yang tegak, tidak bersepta,

tidak bercabang, dan ujung konidiofor membengkak membentuk

vertikal (llyas. M., 2006:218).

1. Aspergillus Niger

Koloni terdiri dari satu lapisan basal yang kompak berwarna

putih hingga kuning dan suatu lapisan konidiofor yang lebat

yang berwarna coklat tua hinga hitam. Kepala konidia berwarna

hitam, berbentuk bulat dan cenderung merekah menjadi kolom-

kolom pada pada koloni berwarna tua. Tangkai konidiofor

berdinding halus, berwarna hialin tetapi dapat juga kecoklatan.

Vesikula berbentuk bulat hingga semi bulat. Fialid terbentuk

pada metula. Metula berwarna hialin hingga coklat seringkali

bersepta. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berwarna

coklat, memiliki omamentasi berupa tonjolan dan duri-duri yang

tidak beraturan (Ganjar,l., 1991 :212)

2. Aspergillus flavus

Koloni berwarna hijau kekuningan karna lebatnya konidiofor

yang terbentuk. Kepla konidia khas terbentuk bulat. Kemudian

merekah menjadi beberapa kolam dan berwarna hijau


kekuningan hingga hijau tua kekuningan. Konidiofor berwarna

hialin, kasar dan dapat mencapai panjang 1,0mm.

b. Penicillium sp

Toksonomi Penicillium sp menurut Alexopoulus dan Mims

(1979:212) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Divisi : Amastigomucota

Subdivisi : Deuteromycota

Kelas : Deuteromycetes

Subkelas : Hypomycetidae

Ordo : Moniliales

Genus : penicillium

Kapang penicillium secra mikroskopis memiliki bentuk

konidiofor yang khas. Konidiofor muncul tegak dari miselium,

sering membentuk sinnemata, dan bercabang mendekati

ujungnya ujung konidiofor memiliki sekumpulan fialid konidia

terbentuk globus atau ovoid, tersusun membentuk rantai

basipetal (llyas, M., 2006:218) kebanyakan spesies yang

ditemukan pada makanan, penisilinya terbentuk kompleks dan


tidak simetris salah satu contoh spesies membentuk koremia

dan tidak simetris yaitu seberkas konidiofor yang kompak,

misalnya pada p. Expansum. Spesies ini sporanya berwarna

hijau biru dan sering menyebabkan busuk lunak pada buah-

buahan (Fardiz., S., 1992 : 206)

c. Fusarium sp.

Toksonomi Fusarium sp menurut Figuers. M.J dan Gene,

J.,(1995 : 5) adalah sebagai berikut:

Divisi : Ascomycots

Kelas : Euascomycetes

Ordo : Hypocreales

Family : Hypocreaceae

Genus : Fusarium

Secara makroskopis, kapang fusarium memiliki bentuk

miselium seperti kapas. Miseliumnya tumbuh dengan bercak-

bercak berwarna merah muda, abu-abu, atau kuning. Dibawah

mikroskop, konidiofor fusarium tampak bervariasi, bercabang

atau tidak bercabang. Beberapa jenis fusarium memiliki dua

bentuk dasar konidia yaitu mikrokonidia dan makrokonidia,

konidia berwarna trasparan, dan bersepta. Secara mikroskopis

marga tersebut dapat dikenali dari bentuk sporanya


(makrokonidia) yang melengkung sepertibulan sabit dan

memiliki sel kaki (pedicellata). (llyas, M., 2006 : 218)

d. Rhizopus sp.

Toksonomi Rhizopus sp menurut Waluyo, L., (2004 : 253)

adalah sebagai berikut:

Filum : Eumycophyta

Kelas : Phycomycetes

Sub kelas : Zygomycetes

Ordo : Mucorales

Famili : Mucoraceae

Genus : Rhizopus

Koloni tumbuh dengan cepat, dengan stolon, rhizoid yang

berwarna dan sporangiospora. Spora ngium mengandung

banyak spora, biasanya berukuran besar, berwarna agak putuh

ketika masih muda, menjadi coklat sampai hitam sesuai umur,

kolumela berwarna coklat berbentuk bola atau stengah bola.

Spora pendek, biasanya dengan sudut yang tidak berturan,

jarang timbul garis menonjol. (samson, R.A 1988 : 116)


5. Faktor predisposisi

Infeksi candida dapat terjadi, apabil ada faktor predisposisi baik

endogen maupun eksogen.

a. Faktor endogen

1) Kegemukan, karena banyak keringat

2) Umur: orang tua bayi lebih mudah terkena infeksi karena

status imunologiknya tidak sempurna.

b. Faktor eksogen

1) Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi

meningkat

2) Kebersihan kamar panti

3) Tidak menutup mulut ketika bersin dan batuk

4) Kontak dengan penderita mikosis

6. Hubungan jamur udara dengan ruangan panti sosial

Kontaminasi udara pada ruangan panti sosial dapat berasal

dari udara di sekitar panti dengan jumlah penghuni yang padat

dapat mempengaruhi jumlah polutan dalam ruangan panti

sosial. Kondisi yang cukup padat di sekitaran panti sosial juga

sangan mempengaruhi polusi udara yang masuk kedalam

ruangan panti melalui sirkulasi udara dan pintu. Pencemaran

udara juga bersumber dari aktivitas didalam ruangan, keluar


masuknya penghuni, srikulasi udara yang kurang baik, dan

suhu, kelembapan yg kurang baik.

Dipanti sosial tidak menggunakan AC sehinngga udara di

dalam panti tidak di saring sehingga potulan yang terdapat

banyak, dan dapat membhayakan bagi penghuni panti dan juga

penghuni panti seluruhnya lansia yang imunitasnya rendah

sehingga lansia dapat dengan mudah terjanggkit mikosis,

melalui kontak langsung dengan penderita atau secara tidak

langsung dengan mengirup udara di ruangan yang

terkontaminasai.

Perilaku penghuni juga sangat mempengaruhi kontaminasi

mikroorganisme dalam panti. Perilaku yang buruk dapat

meningkatkan jumlah polutan dalam ruangan panti. Perilaku

buruk tersebut dapat berupa membuangsampah sembarangan,

keluar masuk ruangan tidak menggunakan alas kaki, tidak

menutup mulut ketika bersin atau batuk.


B. KERANGKA BERFIKIR

Jamur kontaminan yang


biasa di temukan di udara

1. Aspergillus sp
2. Penicillium sp
3. Rhizopus sp
4. Mucor sp

Faktor predisposisi:
Hygiene
1. imunitas
2. lingkungan yang kotor Ruang panti sosial
3. Suhu

Pengambilan sampel udara dengan media


Agar Sabouraud Dextrosa (SDA)

Pemeriksaan laboratorium

Makroskopi Mikroskopi

Pengamatan
koloni (warna, Sporulasi
bentuk, dan jamur
permukaan)

Keterangan : Genus

: Tidak diteliti

: Yang diteliti
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

1. Panti sosial merupakan lembaga pelayanan kesejahtraan sosial

yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan dan fungsi

kualitas sumber daya daya manusia dan memberdayakan

penyandung masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan

normatif secara fisik, mental dan sosial.

2. Kondisi ruangan adalah gambaran keadaan suatu ruangan yang

meliputi luas ruangan, suhu, ventilasi.

3. Sistem suhu dan kelembaban didesain sedemikian rupa

sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban yang

sesuai.

4. Pencahayaan yang harus terang, sehingga dapat menekan

pertumbuhan jamur.

5. Ventilasi di ruang panti sosial harus ventilasi tersaring dan

terkontrol. Sehingga memberikan udara yang segar.

6. Jamur merupakan alat reproduksi, baik seksual maupun

aseksual. Contoh jenis jenis jamur yang mudah di temukan di

udara adalah Aspergillus sp., Humicola sp., Curvularis sp.,

Penicillium sp., cladosporium sp., Stachybotrys sp.,

Rhizopus sp., Neurospora sp., Trichoderma sp., Mucor sp.,


pestalotiopsis sp., syncephalastrum sp., Chaetomium sp.,

eurotium chevalieri.,

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas MH. Thamrin

Jakarta Timur pada bulan Mei-Juni 2019

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ruangan yang ada di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1, Jalan Bina Marga Rt.7/6, Cipayung

Jakarta Timur .

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pengambilan sampel sopir angkot

yang berada di terminal dengan kebiasaan merokok dengan tahap :

1. Melakukan survei di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1,

Jalan Bina Marga Rt.7/6, Cipayung Jakarta Timur .

2. Melakukan perizinan kepada kepala pengurus panti .

3. Pengambilan specimen dengan menggunakan media

perbenihan agar plate SDA (+).

4. Melakukan uji laboratorium terhadap adanya jamur udara di

dalam ruangan.

5. Data hasil pemeriksaan laboratorium ditampilkan dalam table.


E. Instrument Penelitian

1. Alat-alat

a. Autoclave

b. Batang pengaduk

c. Bunsen

d. Cawan Petri

e. Kaca Objek

f. Kaca Tutup

g. Kapas

h. Kompor listrik

i. Korek api

j. Labu Erlenmeyer

k. Mikroskop

l. Ose Jarum

m. Oven

n. Pinset

o. Pipet tetes
2. Bahan Pemeriksaan

a. Alkohol 70%

b. Akuades steril

c. Lactophenol Cotton Blue (LPCB)

d. Medium agar saboraud dekstrosa (SDA(+))

e. Jamur yang diisolasi

3. Prosedur kerja

a. Sterilisasi Alat

Semua alat yang dipakai dicuci bersih dan dibiarkan hingga kering,

kemudian dibungkus kertas dan dimasukkan kedalam oven.

Disterilisasi selama 1 jam pada suhu 120oc.

b. Pembuatan Media

Media yang dipakai untuk mengisolasi jamur udara adalah Medium

Saboraud Dekstrosa Agar (SDA) dengan kloramphenikol (SDA (+))

dengan komposisi sebagai berikut :

Dekstrosa atau glukosa : 40 gr

Pepton : 10 gr

Agar : 15 gr

Akuadest : 1000 ml

Kloramphenikol : 500 mg
Semua bahan dilarutkan dan didihkan di atas api dalam labu

Erlenmeyer. Setelah mendidih ditambah 500 mg Kloramphenikol

dan diaduk-aduk hingga merata. Kemudian media yang telah jadi

ditutup dengan kapas dan disterilkan dalam Autoclave selama 15

menit pada suhu 121oc dengan tekanan 1 atm. Kloramphenikol ini

berguna untuk menekan pertumbuhan bakteri. Medium SDA (+)

yang sudah disterilkan dimasukkan ke dalam cawan petri bersih

dan steril sebanyak 20 ml lalu ditutup dan dibiarkan sampai

membeku sehingga terbentuk media agar plate.

c. Pembuatan Lacthopenol Cotton Blue (LPCB)

Komposisi :

Kristal fenol : 20 g, dilarutkan dalam penangas

Asam laktat : 20 ml

Gliserol : 20 ml

Akuades : 20 ml

Semua bahan dicampurkan di atas uap air panas dengan

hati-hati, kemudian ditambahkan 0,05 g bubuk Cotton Blue,

dicampur sampai merata.


d. Pengambilan specimen

Cara pengambilan specimen atau cara mengisolasi jamur

udara seperti yang dituliskan oleh Mulyati, (2010:41) dalam

buku penuntun praktikum mikologi, sebagai berikut:

1) Disiapkan media agar plate SDA (+)

2) Letakkan agar plate SDA (+) diatas benda (meja) atau

dilantai setiap ruangan dan diberi 1 buah media agar

plate SDA (+) pada masing-masing ruangan.

3) Dibuka tutup cawan petri yang berisi media dan biarkan

selama 15 menit. Kemudian cawan petri ditutup kembali

dan diinkubasi pada suhu kamar selama 2-7 hari.

4) Diamati pertumbuhan jamur setiap hari dan dihitung

kepadatan jamur yang tumbuh di setiapp cawan petri.

5) Diperiksa secara makroskopis dan mikroskopis

e. Makroskopis

Mengamati bentuk kapang atau khamirdan

permukaan serta warna koloni yang tumbuh.

f. Mikroskopis.

Koloni yang tumbuh pada media SDA (+) kemudian

diperiksa dengan cara langsung menggunakan larutan LPCB


untuk memberikan warna dan dengan penambahan alcohol

70% untuk menghilangkan gelembung udara.

1) Disiapkan kaca objek yang bersih

2) Ditentukan koloni tersangka, kemudian menggunakan

ose jarum yang telah dipanaskan terlebih dahulu diambil

koloni tersangka dan diletakkan di atas kaca objek

tersebut.

3) Ditambahkan 1 tetes alcohol 70% kemudian koloni

diuraikan atau dihancurkan menggunakan ose jarum.

Sebelum alcohol mengering di tambahkan 1 tetes larutan

LPCB dan proses penghancuran koloni dilanjutkan

sampai penghancuran setipis mungkin kemudian ditutup

dengan kaca tutup secara hati-hati.

4) Jarum yang telah dipakai untuk mengambil koloni jamur

dibakar kembali di atas api Bunsen.

5) Sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan

pembesaran 10x10 (Untuk mencari lokasi koloni jamur)

setelah di dapat kemudian diperiksa dengan pembesaran

10x40 untuk mengidentifikasi sporulasi yang terbentuk.

F. Teknik Analisa Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan

teknik persentase dari jumlah sampel yang diperiksa dengan hasil

positif dan jumlah seluruh sampel. Rumus perhitungannya sebagai

berikut :

%=Jumlah sampel ¿ ¿
IDENTIFIKASI JAMUR UDARA DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA BUDI MULIA 1, CIPAYUNG

JAKARTA TIMUR

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat


Ujian Akhir Program Pendidikan Tinggi
Diploma III Analis kesehatan

Oleh :

HANDIKA ISWAHYUDI

1010161028

PRODI D III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai