MIKOSIS DALAM
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi
Dosen Pengampu:
Desembra Lisa, S.Pd., M.Pd.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Mikosis Dalam”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Parasitologi semester dua program studi Sarjana Terapan
jurusan Kesehatan Lingkungan yang diberikan oleh dosen mata kuliah Parasitologi
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga segala
Jakarta, 2021
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan ..................................................................................................2
1.4 Manfaat ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Jenis-Jenis ............................................................................................3
2.2 Penyebab ............................................................................................19
2.3 Penyebaran ........................................................................................22
2.4 Penanggulangan ................................................................................23
2.5 Diagnosis ............................................................................................24
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 26
3.1 Kesimpulan ........................................................................................26
3.2 Saran ...................................................................................................27
Daftar Pustaka..................................................................................................... 28
ii
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan
superfisialis, mikosis intermediate, dan mikosis profunda. Mikosis dalam atau bisa
disebut mikosis sistemik/profunda ialah penyakit jamur yang mengenai alat dalam.
Penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam (misalnya
paru), melalui luka, atau menyebar dari permukaan kulit atau alat dalam lain. Jamur
yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan
Mikosis dalam terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur
dengan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus
tulang, dan kadang kulit. Mikosis dalam biasanya terlihat dalam klinik sebagai
penyakit kronik dan residif. Manifestasi klinis morfologik dapat berupa tumor,
diperlukan.
1
2
adalah:
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2.1 Jenis-Jenis
Ada 2 jenis mikosis dalam, yaitu mikosis primer dan mikosis oportunistik.
Mikosis primer adalah infeksi jamur pada orang yang sehat, dengan daya tahan
tubuh yang normal. Infeksi dapat terjadi apabila terdapat paparan jamur patogen
dalam jumlah yang banyak atau intensitas yang tinggi, misalnya di daerah endemik.
brasiliensis.
dengan daya tahan tubuh yang lemah, misalnya karena terapi kanker, menderita
HIV/AIDS, transplantasi organ, atau pasca operasi. Jenis-jenis infeksi jamur yang
3
4
2.1.1 Misetoma
menyerang jaringan kutan, subkutan, fasia dan tulang. Trias yang khas pada
nanah, dan nanah tersebut berisi butir/granula jamur penyebab. Penyakit ini
yang terkontaminasi jamur (biasanya dari tanah) pada kulit atau jaringan subkutan.
Gejala baru muncul beberapa tahun kemudian sehingga sulit menentukan periode
inkubasi.s,o Pada tempat tusukan, timbul kelainan. Dimulai sebagai tumnor kecil
yang makin lama makin besar, merusak jaringan atau tulang, kemudian membentuk
abses dan fistel (sinus). Dari fistel dapat keluar nanah. Dalam nanah dan jaringan
bawah kulit yang membengkak dapat ditemukan butir-butir jamur. Fistel yang
hematogen.
adalah lokasi yang sering terkena dan disebut misetoma pedis (79,2%), umumnya
akibat berjalan tanpa alas kaki. Walaupun jarang, kadang-kadang misetoma terjadi
pada tungkai, tangan, bahu atau bagian tubuh yang lain. Terdapat dua bentuk
misetoma:
Leptosphaeria sinegalensis.
2.1.2 Kromomikosis
menjadi ulkus atau tidak, biasanyaada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di
tempat lain pernah ditemukan, misalnya padatangan, muka, telinga, leher, dada, dan
bokong.
terutama mengenaiorang dewasa antara 30-50 tahun, pria lebih sering daripada
daerah pedesaan seperti petani danpencari kayu di hutan. Sumber penyakit biasanya
dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma.Pernyakit tidak ditularkan dari manusia
pernah dilaporkan. Walaupun penyakit jamur ini biasanya terbatas pada kulit,
kadang diperlukan amputasi. Pada kasus lain reseksi lesi mikotik disusul dengan
2.1.3 Sporotrikosis
dengan ciri khas lesiberupa nodus yang supuratif sepanjang aliran getah bening.
masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka pada kulit dan sangat jarang melalui
sporotrikosis. Penyakit ini dapat mengenai organ lain seperti paru, tulang, sendi,
selaput lendir, dan susunan saraf pusat. Secara klinik ada 3 tipe sporotrikosis:
1. Tipe limfokutan. Bentuk ini paling sering dijumpai. Bentuk klasik dimulai
dengan papula merah muda dan tidak sakit, pustula dan nodus yang kemudian
bening secara asenden dan membentuk satu rantai nodus subkutan yang keras
seperti tali dalam waktu beberapa minggu. Pada tipe ini, infeksi terbatas pada
kulit, pembuluh getah bening, dan jaringan subkutan. Bila terjadi penurunan
8
imunitas, akan terjadi infeksi sistemik. Infeksi primer terjadi pada daerah
ekstremitaas dan letaknya unilateral. Bila inokulasi primer terjadi pada daerah
wajah, akan terbentuk nodi satelit akibat penyebaaran melalui pembuluh darah
bervariasi, antara lain dapat berupa krusta tebal yang menutupi ulkus, erosi,
plakat verukosa, plakat psoriaris, dan selulitis muka. Sering dijumpai lesi satelit
kecil-kecil. Daerah yang paling sering terkena infeksi ialah muka, leher, dan
badan.
2.1.4 Zigomikosis
kelas Zygomycetes. Dua ordo yang penting dalam kelas Zygomycetes adalah ordo
kan penyakit yang secara klinis berbeda. Penyakit yang disebabkan oleh ordo
kulit dan infeksi sistemik, sedangkan penyakit yang disebabkan oleh ordo
dan basidiobolomikosis.
2.1.5 Basidiobolomikosis
di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
lengan dan bokong. Gambaran klinis berupa tumor di bawah kulit yang makin lama
makin besar dan dapat sembuh spontan tanpa terapi. Tumor yang terbentuk kenyal,
berbatas jelas, tidak nyeri dan biasanya tanpa tanda-tanda radang. Pada perabaan,
tumor ini dapat digerakkan bebas dari dasarnya. Kulit di atasnya menjadi tegang
10
membentuk ulkus. Tidak menjalar ke kelenjar limfe regional atau pembuluh darah,
namun saat ini dilaporkan kasus basidiobolomikosis pada kelenjar limfe. Tumor
tersebut dapat meluas ke satu arah atau beberapa arah dan dapat mengenai dacrah
yang luas seperti seluruh punggung. Penyakit ini sering ditemukan pada anak
2.1.6 Kriptokokosis
seperti meningitis. Dari paru jamur dapat menyebar ke alat dalam lain, kulit, tulang
dan teruma ke otak, gejala yang ditimbulkan oleh kelainan otak yaitu berupa sakit
kepala yang makin hebat dan makin sering tumbul, kadang-kadang disertai vertigo,
diplopia, strabismus dan muntah. Lesi-lesi kulit dapat terjadi sebagai akibat
perluasan atau jarang melalui inokulasi. Penyakit ini dihubungkan dengan infeksi
HIV.
11
Infeksi terjadi secara inhalasi spora yang diduga berasal dari bentuk
seksual maupun bentuk ascksual. Di dalam paru, jamur menimbulkan kelainan paru
primer pada kelenjar limfe yang seringkali tidak memberi gejala. Pada individu
dengan imunitas terganggu misalnya AIDS dapat timbul gejala paru sekunder. Hal
yang sama juga terjadi pada individu imunokompeten bila jamur terhirup dalam
perempuan. Agaknya hal itu terjadi karena laki-laki lebih terpajan pada jamur
paparannya kemungkinan sangat berbeda antar satu negara dengan negara yang
ada di beberapa daerah Eropa dan Afrika, C. neoformans var. Grubii dapat
Canada.
12
2.1.7 Histoplasmosis
infeksi yang berbeda pada binatang dan manusia. Rentangnya mulai dari equine
farcy atau equine histoplasmosis, merupakan infeksi diseminata pada kuda yang
Keduanya dapat dibedakan karena pada fase ragi (yeast) memiliki perbedaan dalam
hal ukuran, tipe capsulatum menghasilkan sel-sel dengan diameter 2-5 µm dan tipe
duboisii menghasilkan sel-sel dengan diameter 10-15 µm. Perbedaan lain yang
menunjukkan perbedaan antigen minor yang terlihat pada serodiagnosis namun fase
miselialnya sama. Dua tipe infeksi pada manuasia akan disebut sebagai
histoplasmosis dan african histoplasmosis karena saat ini nomenklatur ini telah
Infeksi awal berupa infeksi paru-paru, yang pada sebagian besar individu
bahwa telah terjadinya paparan adalah terbentuknya reaksi tes kulit intradermal
paru yang bersifat akut dan kronik, termasuk infeksi diseminata yang dapat
menyebar ke kulit atau membran mukosa. Inokulasi langsung pada kulit dapat
terjadi akibat kecelakaan laboratorium. Penyakit ini dapat terjadi pada banyak
negara dari amerika sampai afrika, india dan timur jauh. Di Amerika serikat,
asimtomatik.
eritema multiforme, atau eritema nodusum. Kejadian ruam pada kulit tidak
sering ditemukan, terjadi pada kurang dari 15% pasien, akan tetapi ruam
dapat dipicu oleh terapi infeksi akut. Pada pemeriksaan x-ray dada, sering
dengan waktu
14
penurunan berat badan yang progresif dan demam. Bentuk ini adalah tipe
yang paling sering terjadi pada pasien-pasien AIDS yang tidak diobati,
yang mana sering terdapat lesi kulit sebagai manifestasi dari infeksi
dangkal. Lesi kulit ini lebih sering terjadi pada pasien positif HIV
infiltrat paru yang luas juga dapat terjadi. Pasien mengalami penurunan
hepatosplenomegali.
ekstrem, dengan progresi yang terjadi lebih dari beberapa bulan pada
bentuk yang akut, dan lebih dari beberapa tahun pada bentuk yang kronik.
dan jantung.
15
klinis yang paling sering didapatkan adalah ulkus oral atau faring dan
ulkus pada mulut biasanya lebar, ireguler, dan persisten dan dapat
menyerang lidah begitu juga dengan mukosa pipi. Pasien dapat terlihat
disingkirkan.
torium atau infeksi didapat dari ruangan postmortem. Lesi primer berupa
lokal.
Duboisii)
pasien-pasien AIDS. Infeksi ini ditemukan mulai dari daerah selatan sahara dan
sebelah utara Sungai Zambezi di afrika. Infeksi yang terdapat di luar afrika
berasal dari afrika. Lokasi yang paling sering terkena secara klinis adalah kulit
dan tulang, meskipun limfonodi dan organ lain, termasuk paru-paru, dapat
16
terkena. Lesi kulit bervariasi mulai dari bentuk papul kecil yang menyerupai
atau ulkus. Masih belum jelas diketahui apakah terdapat bentuk asimtomatis
pir, dan berkelompok dalam sel giant. Serologi histoplasma, menggunakan tes
2.1.8 Blastomikosis
infeksi yang diseminata dapat mengenai kulit, tulang, CNS dan tempat-tempat lain.
besar kasus diperkirakan berasal dari Regio Great Lakes dan Amerika Serikat
17
bagian selatan. Blastomycosis juga terjadi secara sporadik di Afrika, dengan jumlah
kasus yang paling besar berasal dari Zimbabwe, dan kasus ini juga telah dilaporkan
serbuk-serbuk kayu dan berada dekat dengan sungai atau danau atau pada daerah-
daerah yang mengalami banjir secara periodik. Walaupun demikian, sulit untuk
2.1.9 Koksidioidomikosis
Coccidioides immitis. Jamur ini menunjukkan bentuk dimorfik yang tidak biasa,
dengan bentuk mold pada suhu ruangan dan terbentuknya struktur mengandung
spora yang lebar, spherules, pada jaringan yang terinfeksi. Seperti mikosis endemik
lainnya, ada bentuk asimtomatik, infeksi paru akut dan kronik serta bentuk yang
18
diseminata. Penyakit dapat mengenai individu yang sehat atau pasien yang
Serikat bagian Selatan (seperti: California, arizona, New Mexico dan Texas) dan di
beberapa daerah di Meksiko dan Amerika tengah dan selatan. Cuaca pada daerah
endemik ditandai dengan temperatur yang tinggi pada musim panas dan curah hujan
tahunan yang rendah yang ditunjukkan dengan vegetasi yang khas dari kaktus dan
paparan pada area endemik dapat setinggi 95%. Jamur ditemukan di tanah dan dapat
menyerang binatang lain serta manusia. Paparan dapat didapatkan dari kunjungan
singkat ke daerah endemik, dan cuaca setempat dapat menentukan tingkat paparan.
Misalnya badai debu menyebabkan infeksi pada banyak individu. Jalur infeksi
yang biasa melalu pernafasan, implantasi langsung pada kulit dapat terjadi
walaupun jarang.
2.1.10 Parakoksidioidomikosis
estrogen sitoplasmik pada jamur dan invitro, estradiol menekan perubahan pada
miselium menjadi ragi (yeast). Tempat ekologi yang sesuai untuk organisme ini
tidak diketahui, tetapi kondisi lebih sering didaerah pedesaan; paparan dihubungkan
dengan kedekatan pada air atau daerah dengan kelembaban udara tinggi.
2.2 Penyebab
Seseorang tetap dapat terinfeksi jamur pada organ dalam walaupun tidak
memiliki kondisi penurunan sistem imun atau disebut dengan mikosis primer.
Biasanya mikosis primer terjadi jika tubuh terpapar jamur dalam jumlah banyak
atau dengan intensitas tinggi, misalnya ketika tinggal di daerah yang banyak
melalui sistem pernapasan. Beberapa jenis jamur yang dapat menyebabkan mikosis
jamur biasanya menyerang organ paru-paru. Mikosis organ dalam yang menyerang
orang dengan sistem kekbalan tubuh rendah disebut dengan mikosis oportunistik.
dalam tubuh melalui mulut atau alat-alat medis yang menempel pada tubuh ketika
yaitu jamur yang berwarna gelap. Ada beberapa jenis, yaitu; Cladosporium
bening.
Spora jamur masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka pada kulit dan sangat
seperti paru, tulang, sendi, selaput lendir, dan susunan saraf pusat.
21
terjadinya trauma karena bencana alam (seperti, tanah longsor atau tsunami).
Penyakit ini dapat menyerang daerah-daerah nekrotik yang terbakar atau kulit
Coronatus conidiobolus.
yang berkapsul. Varian neoformans dan grubii dapat diisolasi dari ekskreta
burung merpati dan lebih sering didapatkan pada penderita AIDS, varian gattii
ditemukan pada debris dari pohon eucalyptus tertentu di daerah tropis dan
serbuk kayu dan berada dekat dengan sungai atau danau atau pada daerah-
daerah yang mengalami banjir secara periodik. Walaupun demikian, sulit untuk
22
menunjukkan bentuk dimorfik yang tidak biasa, dengan bentuk mold pada suhu
pada jaringan yang terinfeksi. Seperti mikosis endemik lainnya, ada bentuk
asimtomatik, infeksi paru akut dan kronik serta bentuk yang diseminata.
Penyakit dapat mengenai individu yang sehat atau pasien yang memiliki
Amerika Tengah dan Selatan. P. brasiliensis masuk melalui inhalasi dan lesi
2.3 Penyebaran
Penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam
(misalnya paru), melalui luka, atau menyebar dari permukaan kulit atau alat dalam
lain. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau
terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan gejala klinis
kadang kulit.
2.4 Penanggulangan
Beberapa kasus mikosis organ dalam merupakan kondisi yang serius. Jika tidak
kematian. Segera ke dokter bila mengalami gejala mikosis pada organ dalam,
terutama pada seseorang dengan kekebalan tubuh yang rendah, misalnya penderita
HIV/AIDS dan diabetes. Kontrol rutin ke dokter juga perlu dilakukan oleh
komplikasi. Untuk mikosis organ dalam, pengobatan yang digunakan berupa obat-
jaringan yang rusak akibat infeksi jamur. Pemberian pengobatan dan penanganan
lingkungan dan bagian tubuh yang lembab. Oleh karena itu beberapa langkah di
bawah ini dapat mencegah mikosis akibat tubuh yang lembab, di antaranya:
3. Saat pakaian sudah basah akibat keringat, segera ganti dengan pakaian yang
kering.
barang-barang pribadi, seperti handuk dan sisir, bersama-sama dengan orang lain.
Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter juga dapat menjadi salah satu langkah
pencegahan yang tepat bagi seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh
1. Gunakan obat-obatan sesuai aturan pakai dan anjuran dokter, termasuk dosis
2. Kontrol rutin ke dokter juga perlu dilakukan oleh seseorang yang memiliki
4. Jika sudah terlalu parah, maka prosedur operasi juga dapat dilakukan untuk
2.5 Diagnosis
Dokter akan menentukan diagnosis mikosis atau infeksi jamur dari wawancara
medis mengenai gejala dan pemeriksaan fisik. Pada infeksi jamur kulit, tampilan
cairan vagina. Pemeriksaan kultur darah juga kadang dibutuhkan untuk mengetahui
adanya sepsis.
1. Saat pasien telah mengalami infeksi ini, penting untuk mengkoreksi diagnosis.
25
2. Penelusuran riwayat yang relevan dengan cermat dari kondisi penyakit yang
mikosis endemik yang dicurigai untuk dilakukan kultur, karena ini merupakan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap
pembahasan di atas.
3.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diambil kesimpulan,
yaitu:
jamur yang mengenai alat dalam. Penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung
masuk ke alat dalam (misalnya paru), melalui luka, atau menyebar dari permukaan
kulit atau alat dalam lain. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat
26
27
3.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diambil saran, yaitu;
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
https://www.academia.edu/
https://id.scribd.com/
https://fdokumen.com/
https://e-journal.unair.ac.id/
https://www.alodokter.com/
https://www.sehatq.com/
https://rennyambar.wordpress.com/
28