Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MIKOSIS DALAM
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi
Dosen Pengampu:
Desembra Lisa, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 8:

Cindy Shafira Az Zahra (P21335120008)


Kevin Deva Ameista (P21335120020)
Lina Shabrina (P21335120021)
Riezky Senja Pratama (P21335120033)
Salsabila Fadhilah (P21335120036)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jakarta, 2021
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan

judul “Mikosis Dalam”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas

kelompok mata kuliah Parasitologi semester dua program studi Sarjana Terapan

jurusan Kesehatan Lingkungan yang diberikan oleh dosen mata kuliah Parasitologi

Ibu Desembra Lisa, S.Pd., M.Pd.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai

pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis

sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga segala

bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan ..................................................................................................2
1.4 Manfaat ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Jenis-Jenis ............................................................................................3
2.2 Penyebab ............................................................................................19
2.3 Penyebaran ........................................................................................22
2.4 Penanggulangan ................................................................................23
2.5 Diagnosis ............................................................................................24
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 26
3.1 Kesimpulan ........................................................................................26
3.2 Saran ...................................................................................................27
Daftar Pustaka..................................................................................................... 28

ii
BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Infeksi jamur (mikosis) digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu mikosis

superfisialis, mikosis intermediate, dan mikosis profunda. Mikosis dalam atau bisa

disebut mikosis sistemik/profunda ialah penyakit jamur yang mengenai alat dalam.

Penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam (misalnya

paru), melalui luka, atau menyebar dari permukaan kulit atau alat dalam lain. Jamur

yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan

penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis).

Mikosis dalam terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur

dengan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus

respiratorius, traktusurogenital, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot,

tulang, dan kadang kulit. Mikosis dalam biasanya terlihat dalam klinik sebagai

penyakit kronik dan residif. Manifestasi klinis morfologik dapat berupa tumor,

infiltrasi peradangan vegetatif, fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun

bersamaan. Mengingat banyaknya penyakit yang dapat memenuhi kedua syarat

tersebut, misalnya tuberkulosis, lepra, sifilis, frambusia, keganasan, sarkoidosis,

dan pioderma kronik, maka pemeriksaan tambahan untuk verifikasi sangat

diperlukan.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah makalah ini

adalah:

1. Apa saja jenis-jenis mikosis dalam?

2. Apa saja penyebab dari mikosis dalam?

3. Bagaimana penyebaran, panggulangan dan diagnose mikosis dalam?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis mikosis dalam.

2. Untuk mengetahui penyebab dari mikosis dalam.

3. Untuk mengetahui penyebaran, panggulangan dan diagnose mikosis dalam.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat, yaitu:

1. Dapat mengetahui jenis-jenis mikosis dalam.

2. Dapat mengetahui penyebab dari mikosis dalam.

3. Dapat mengetahui penyebaran, panggulangan dan diagnose mikosis dalam.


BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan menjelaskan pembahasan berdasarkan latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat di bab satu.

2.1 Jenis-Jenis

Ada 2 jenis mikosis dalam, yaitu mikosis primer dan mikosis oportunistik.

Mikosis primer adalah infeksi jamur pada orang yang sehat, dengan daya tahan

tubuh yang normal. Infeksi dapat terjadi apabila terdapat paparan jamur patogen

dalam jumlah yang banyak atau intensitas yang tinggi, misalnya di daerah endemik.

Jamur yang dapat menyebabkan mikosis primer adalah Coccidioides immitis,

Histoplasma capsulatum, Blastomyces dermatitidis, dan Paracoccidioides

brasiliensis.

Berbeda dengan mikosis primer, mikosis oportunistik terjadi pada orang

dengan daya tahan tubuh yang lemah, misalnya karena terapi kanker, menderita

HIV/AIDS, transplantasi organ, atau pasca operasi. Jenis-jenis infeksi jamur yang

masuk dalam kategori ini meliputi kriptokokosis, kandidiasis, aspergilosis,

zigomikosis, phaeohypomycosis, hyalohypomycosis.

3
4

2.1.1 Misetoma

Misetoma ialah sindrom klinis yang disebabkan oleh infeksi jamur,

terdiri atas pembengkakan setempat yang indolen dan membentuk sinus,

menyerang jaringan kutan, subkutan, fasia dan tulang. Trias yang khas pada

kelainan ini adalah pem-bengkakan disertai deformitas, sinus yang mengeluarkan

nanah, dan nanah tersebut berisi butir/granula jamur penyebab. Penyakit ini

ditemukan di daerah tropic yang kering dan jarang hujan.

Infeksi misetoma terjadi melalui trauma, misalnya oleh tusukan duri

yang terkontaminasi jamur (biasanya dari tanah) pada kulit atau jaringan subkutan.

Gejala baru muncul beberapa tahun kemudian sehingga sulit menentukan periode

inkubasi.s,o Pada tempat tusukan, timbul kelainan. Dimulai sebagai tumnor kecil

yang makin lama makin besar, merusak jaringan atau tulang, kemudian membentuk

abses dan fistel (sinus). Dari fistel dapat keluar nanah. Dalam nanah dan jaringan

bawah kulit yang membengkak dapat ditemukan butir-butir jamur. Fistel yang

mengeluarkan granula merupakan gejala karakteristik misetoma. Meskipun

pembeng-kakan cukup besar, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Biasanya

proses ini berlangsung menahun dan perlahan-lahan kelainan menyebar ke jaringan


5

sekitar secara perkontinuitatum. Tidak pernah terjadi penyebaran secara

hematogen.

Misetoma banyak terjadi unilateral terutama pada tungkai bawah. Kaki

adalah lokasi yang sering terkena dan disebut misetoma pedis (79,2%), umumnya

akibat berjalan tanpa alas kaki. Walaupun jarang, kadang-kadang misetoma terjadi

pada tungkai, tangan, bahu atau bagian tubuh yang lain. Terdapat dua bentuk

misetoma:

1. Misetoma aktinomikotik (bacterial mycetoma) yang disebabkan oleh jamur

golongan schizomycophyta, yaitu Actinomadura palletieri, Nocardia

brasiliensis dan Streptomyces somaliensis.

2. Misetoma maduromikotik (fungal mycetoma / eumycetoma) disebabkan oleh

jamur golongan eumycophyta, diantaranya adalah Madurella mycetomatis,

Scedosporium apiospermum (Pseudoallescheria boydii), Madurella grisea,

Leptosphaeria sinegalensis.

2.1.2 Kromomikosis

Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa

adalah penyakit jamur yangdisebabkan bermacam-macam jamur berwarna

(dermatiaceous). Penyakit ini disebabkan oleh jamur golongan dermatiacease, yaitu


6

jamur yang berwarnagelap. Ada beberapa jenis, yaitu: Cladosporium carrionii,

Philaphora verrucosa, Fonsecaeperdrosoi, H. compactum. Penyakit ini ditandai

dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-lahan, sehingga

akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbuhan ini dapat

menjadi ulkus atau tidak, biasanyaada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di

tempat lain pernah ditemukan, misalnya padatangan, muka, telinga, leher, dada, dan

bokong.

Kromomikosis pada umumnya terdapat di daerah tropis dan subtropis,

terutama mengenaiorang dewasa antara 30-50 tahun, pria lebih sering daripada

wanita. Sebagian bear kasusumumnya berhubungan dengan pekerjaan, terutama di

daerah pedesaan seperti petani danpencari kayu di hutan. Sumber penyakit biasanya

dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma.Pernyakit tidak ditularkan dari manusia

ke manusia dan belum pernah dilaporkan terjadi padabinatang. Diseminasi dapat

terjadi melalui autoinokulasi, ada juga kemungkinan penyebaranmelalui saluran

getah bening. Penyebaran melalui darah dengan terserangnya susunan sarafsentral

pernah dilaporkan. Walaupun penyakit jamur ini biasanya terbatas pada kulit,

bilalesinya luas dapat mengganggu kegiatan penderita sehari-hari.Pengobatannya

sulit. Terapi sinar X pernah dilakukan dengan hasil yang berbeda-beda.Kadang-

kadang diperlukan amputasi. Pada kasus lain reseksi lesi mikotik disusul dengan

skingraft memberi hasil yang memuaskan. Obat-obatan biasanya memberikan hasil

yang kurangmemuaskan dan harus diberikan dalam waktu yang lama.


7

2.1.3 Sporotrikosis

Sporotrikosis adalah infeksi jamur kronis pada kutis atau subkutis

dengan ciri khas lesiberupa nodus yang supuratif sepanjang aliran getah bening.

Penyebab penyakit ini adalah Sprotrichum schenkii yang dapat hidup di

tanah, hewan,tumbuh-tumbuhan, dan sayuran yang telah membusuk. Spora jamur

masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka pada kulit dan sangat jarang melalui

inhalasi. Keadaan imunitas seseorang sangat berperan dalam mendapatkan infeksi

sporotrikosis. Penyakit ini dapat mengenai organ lain seperti paru, tulang, sendi,

selaput lendir, dan susunan saraf pusat. Secara klinik ada 3 tipe sporotrikosis:

1. Tipe limfokutan. Bentuk ini paling sering dijumpai. Bentuk klasik dimulai

dengan papula merah muda dan tidak sakit, pustula dan nodus yang kemudian

mengalami ulserasi dengan dasar nekrtis di daerah inokulasi, disebut sebagai

“sporotrichosis chancre”. Infeksi kemudian meluas mengikuti aliran getah

bening secara asenden dan membentuk satu rantai nodus subkutan yang keras

seperti tali dalam waktu beberapa minggu. Pada tipe ini, infeksi terbatas pada

kulit, pembuluh getah bening, dan jaringan subkutan. Bila terjadi penurunan
8

imunitas, akan terjadi infeksi sistemik. Infeksi primer terjadi pada daerah

ekstremitaas dan letaknya unilateral. Bila inokulasi primer terjadi pada daerah

wajah, akan terbentuk nodi satelit akibat penyebaaran melalui pembuluh darah

getah bening yang arahnya berbeda-beda.

2. Fixed cutanesus sprotrichosis. Infeksi hanya terbatas pada daerah inokulasi

dan tidak melibatkan pembuluh getah bening. Gambaran klinis sangat

bervariasi, antara lain dapat berupa krusta tebal yang menutupi ulkus, erosi,

pioderma, papula yang mengalami infiltrasi dan plakat menyerupai sarkoid,

plakat verukosa, plakat psoriaris, dan selulitis muka. Sering dijumpai lesi satelit

kecil-kecil. Daerah yang paling sering terkena infeksi ialah muka, leher, dan

badan.

3. Sporotrikosis desiminata. Bentuk ini jarang dijumpai dan dapat mengenai

tulang, sendi, mukosa, dan susunan saraf pusat.

2.1.4 Zigomikosis

Zigomikosis (zygomycoses) ialah mikosis yang disebabkan oleh jamur

kelas Zygomycetes. Dua ordo yang penting dalam kelas Zygomycetes adalah ordo

Mucorales dan ordo Entomophtorales. Kedua golongan jamur tersebut menyebab-


9

kan penyakit yang secara klinis berbeda. Penyakit yang disebabkan oleh ordo

Mucorales disebut mukormikosis atau zigomikosis dan menyebabkan kelainan

kulit dan infeksi sistemik, sedangkan penyakit yang disebabkan oleh ordo

Entomophthorales disebut entomoftoramikosis yang menimbulkan kelainan

subkutan dan mukokutan. Penamaan penyakit juga diberikan berdasarkan sepseis

jamur penyebab, misalnya. Entomoftoramikosis juga disebut konidiobolomikosis

dan basidiobolomikosis.

2.1.5 Basidiobolomikosis

Jamur ini ditemukan di seluruh dunia namun penyakitna hanya endemis

di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Basidiobolomikosis ditularkan melalui trauma di kulit dan gigitan

serangga. Infeksi B. ranarum umumnya merupakan infeksi subkutan di tubuh,

lengan dan bokong. Gambaran klinis berupa tumor di bawah kulit yang makin lama

makin besar dan dapat sembuh spontan tanpa terapi. Tumor yang terbentuk kenyal,

berbatas jelas, tidak nyeri dan biasanya tanpa tanda-tanda radang. Pada perabaan,

tumor ini dapat digerakkan bebas dari dasarnya. Kulit di atasnya menjadi tegang
10

dan atrofi, pucat atau kehitam-hitaman karena hiperpigmentasi, tetapi tidak

membentuk ulkus. Tidak menjalar ke kelenjar limfe regional atau pembuluh darah,

namun saat ini dilaporkan kasus basidiobolomikosis pada kelenjar limfe. Tumor

tersebut dapat meluas ke satu arah atau beberapa arah dan dapat mengenai dacrah

yang luas seperti seluruh punggung. Penyakit ini sering ditemukan pada anak

dengan keadaan umum baik dan dapat mengenai orang dewasa.

2.1.6 Kriptokokosis

Kriptokokosis adalah infeksi yang disebabkan oleh ragi cryptococcus

neoformans yang berkapsul. Meskipun jalan utamanya melalui inhalasi ke dalam

paru-paru, penyakit ini biasanya menunjukkan tanda-tanda penyebaran ekstra paru

seperti meningitis. Dari paru jamur dapat menyebar ke alat dalam lain, kulit, tulang

dan teruma ke otak, gejala yang ditimbulkan oleh kelainan otak yaitu berupa sakit

kepala yang makin hebat dan makin sering tumbul, kadang-kadang disertai vertigo,

diplopia, strabismus dan muntah. Lesi-lesi kulit dapat terjadi sebagai akibat

perluasan atau jarang melalui inokulasi. Penyakit ini dihubungkan dengan infeksi

HIV.
11

Infeksi terjadi secara inhalasi spora yang diduga berasal dari bentuk

seksual maupun bentuk ascksual. Di dalam paru, jamur menimbulkan kelainan paru

primer pada kelenjar limfe yang seringkali tidak memberi gejala. Pada individu

dengan imunitas terganggu misalnya AIDS dapat timbul gejala paru sekunder. Hal

yang sama juga terjadi pada individu imunokompeten bila jamur terhirup dalam

jumlah besar. Kriptokokosis lebih banyak menyerang laki-laki daripada

perempuan. Agaknya hal itu terjadi karena laki-laki lebih terpajan pada jamur

karena pekerjaannya. Sementara pada perempuan, ditemukan bukti bahwa hormon

estrogen dapat menghambat pertumbuban jamur secara invitro.

Kriptokokosis penyebarannya meliputi seluruh dunia, meskipun tingkat

paparannya kemungkinan sangat berbeda antar satu negara dengan negara yang

lain. C. neoformans mempunyai tiga varian yaitu C. neoformans var. Neoforman

ada di beberapa daerah Eropa dan Afrika, C. neoformans var. Grubii dapat

ditemukan di berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia, dan C. neoformans var.

gattii ditemukan di daerah seperti Australia, California, Papua New Guinea,

Canada.
12

2.1.7 Histoplasmosis

Jamur dari genus histoplasma yang dimorfik menyebabkan sejumlah

infeksi yang berbeda pada binatang dan manusia. Rentangnya mulai dari equine

farcy atau equine histoplasmosis, merupakan infeksi diseminata pada kuda yang

disebabkan oleh Histoplasma farciminosum sampai dua bentuk infeksi pada

manusia yang dikenal classic atau small-form histoplasmosis dan african

histoplasmosis. Infeksi ini disebabkan berturut-turut oleh dua varian dari H.

capsulatum: H. capsulatum var. capsulatum dan H. capsulatum var. duboisii.

Keduanya dapat dibedakan karena pada fase ragi (yeast) memiliki perbedaan dalam

hal ukuran, tipe capsulatum menghasilkan sel-sel dengan diameter 2-5 µm dan tipe

duboisii menghasilkan sel-sel dengan diameter 10-15 µm. Perbedaan lain yang

penting adalah epidemiologinya dan manifestasi klinisnya. Keduanya juga

menunjukkan perbedaan antigen minor yang terlihat pada serodiagnosis namun fase

miselialnya sama. Dua tipe infeksi pada manuasia akan disebut sebagai

histoplasmosis dan african histoplasmosis karena saat ini nomenklatur ini telah

digunakan secara luas.


13

1. Small-form atau Classic Histoplasmosis atau Histoplasmosis Capsulati

Infeksi awal berupa infeksi paru-paru, yang pada sebagian besar individu

bersifat asimtomatik dan dapat sembuh secara spontan, satu-satunya tanda

bahwa telah terjadinya paparan adalah terbentuknya reaksi tes kulit intradermal

yang positif terhadap ekstrak antigenik jamur, histoplasmin. Meskipun

demikian, ada juga yang bersifat simtomatik, seperti penyakit histoplasmosis

paru yang bersifat akut dan kronik, termasuk infeksi diseminata yang dapat

menyebar ke kulit atau membran mukosa. Inokulasi langsung pada kulit dapat

terjadi akibat kecelakaan laboratorium. Penyakit ini dapat terjadi pada banyak

negara dari amerika sampai afrika, india dan timur jauh. Di Amerika serikat,

mississipi dan lembah sungai ohio, merupakan wilayah histoplasmosis

endemik dimana lebih dari 80% populasinya mengalami infeksi yang

asimtomatik.

a. Histoplasmosis Paru Akut

Pada histoplasmosis paru akut, pasien sering terpapar dengan

sejumlah besar spora misalnya saat memasuki gua atau setelah

membersihkan sarang burung. Pasien mengalami batuk, nyeri dada, dan

demam, sering disertai dengan nyeri sendi dan ruam-eritema toksik,

eritema multiforme, atau eritema nodusum. Kejadian ruam pada kulit tidak

sering ditemukan, terjadi pada kurang dari 15% pasien, akan tetapi ruam

dapat dipicu oleh terapi infeksi akut. Pada pemeriksaan x-ray dada, sering

didapatkan mottling yang luas, yang dapat menjadi kalsifikasi seiring

dengan waktu
14

b. Histoplasmosis Paru Kronik

Histoplasmosis paru kronik biasanya terjadi pada orang dewasa dan

menunjukan kavitas dan konsolidasi paru yang menyerupai tuberkulosis.

Keterlibatan kulit tidak ditemukan.

c. Histoplasmosis Diseminata Akut

Terjadi penyebaran diseminata ke organ-organ lain seperti hati dan

limfe, sitem limforetikuler dan sumsum tulang. Pasien mengalami

penurunan berat badan yang progresif dan demam. Bentuk ini adalah tipe

yang paling sering terjadi pada pasien-pasien AIDS yang tidak diobati,

yang mana sering terdapat lesi kulit sebagai manifestasi dari infeksi

diseminata. Terdapat papul, nodul kecil atau lesi kecil menyerupai

muluskum yang selanjutnya dapat berkembang menjadi ulkus yang

dangkal. Lesi kulit ini lebih sering terjadi pada pasien positif HIV

dibandingkan dengan histoplasmosis diseminata lainnya. Mikronoduler

infiltrat paru yang luas juga dapat terjadi. Pasien mengalami penurunan

berat badan yang progresif dan berat, demam, anemia dan

hepatosplenomegali.

Perbedaan antara histoplasmosis diseminata akut dan kronik bersifat

artifisial karena kondisi ini hanya menunjukkan perbedaan kebiasaan yang

ekstrem, dengan progresi yang terjadi lebih dari beberapa bulan pada

bentuk yang akut, dan lebih dari beberapa tahun pada bentuk yang kronik.

Bentuk intermediat dapat mengenai organ-organ lain seperti selaput otak

dan jantung.
15

d. Histoplasmosis Diseminata Kronik

Histoplasmosis diseminata kronik dapat terlihat berbulan-bulan atau

bertahun-tahun setelah pasien meninggalkan area endemik. Gambaran

klinis yang paling sering didapatkan adalah ulkus oral atau faring dan

insufisiensi adrenal (penyakit addison) karena infiltrasi adrenal. Ulkus-

ulkus pada mulut biasanya lebar, ireguler, dan persisten dan dapat

menyerang lidah begitu juga dengan mukosa pipi. Pasien dapat terlihat

sehat, namun penting untuk ditelusuri adanya infeksi di tempat lain

(misalnya dengan CT Scan abdomen). Infeksi adrenal harus dapat

disingkirkan.

e. Histoplasmosis Kulit Primer

Histoplasmosis kulit primer jarang ditemukan dan terjadi setelah

inokulasi dari organisme ke kulit, misalnya setelah kecelakaan labora-

torium atau infeksi didapat dari ruangan postmortem. Lesi primer berupa

nodul atau ulkus yang berindurasi, dan sering didapatkan limfadenopati

lokal.

2. African Histoplasmosis (Large-Form Histoplasmosis atau Histoplasmosis

Duboisii)

African histoplasmosis merupakan infeksi yang sporadik dan jarang pada

pasien-pasien AIDS. Infeksi ini ditemukan mulai dari daerah selatan sahara dan

sebelah utara Sungai Zambezi di afrika. Infeksi yang terdapat di luar afrika

berasal dari afrika. Lokasi yang paling sering terkena secara klinis adalah kulit

dan tulang, meskipun limfonodi dan organ lain, termasuk paru-paru, dapat
16

terkena. Lesi kulit bervariasi mulai dari bentuk papul kecil yang menyerupai

moluskum kontagiosum sampai abses dingin, sinus yang mengeluarkan cairan,

atau ulkus. Masih belum jelas diketahui apakah terdapat bentuk asimtomatis

dari african histoplasmosis seperti yang didapatkan pada classic

histoplasmosis. Diagnosis dikonfirmasi dengan kultur dan mikroskopis

(mikroskopi langsung atau histopatologi). Organisme H. capsulatum var.

duboisii berbeda dengan bentuk capsulatum yang ukurannya lebih kecil.

Organisme ini biasanya mempunyai diameter 10-15µm, sekilas seperti buah

pir, dan berkelompok dalam sel giant. Serologi histoplasma, menggunakan tes

konvensional, sering memberi hasil negatif pada african histoplasmosis.

2.1.8 Blastomikosis

Blastomikosis adalah mikosis kronik yang disebabkan oleh patogen

dimorfik Blastomyces dermatitidis. Tempat utamanya pada paru-paru tetapi bentuk

infeksi yang diseminata dapat mengenai kulit, tulang, CNS dan tempat-tempat lain.

Blastomikosis ditemukan di Amerika Utara dan Kanada. Sebagian

besar kasus diperkirakan berasal dari Regio Great Lakes dan Amerika Serikat
17

bagian selatan. Blastomycosis juga terjadi secara sporadik di Afrika, dengan jumlah

kasus yang paling besar berasal dari Zimbabwe, dan kasus ini juga telah dilaporkan

dari Timur Tengah dan India.

Diperkirakan bahwa habitat alami Blastomikosis berhubungan dengan

serbuk-serbuk kayu dan berada dekat dengan sungai atau danau atau pada daerah-

daerah yang mengalami banjir secara periodik. Walaupun demikian, sulit untuk

mengisolasi bentuk Blastomikosis dari lingkungan alami. Blastomikosis juga dapat

mengenai binatang-binatang peliharaan seperti anjing.

2.1.9 Koksidioidomikosis

Koksidioidomikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur

Coccidioides immitis. Jamur ini menunjukkan bentuk dimorfik yang tidak biasa,

dengan bentuk mold pada suhu ruangan dan terbentuknya struktur mengandung

spora yang lebar, spherules, pada jaringan yang terinfeksi. Seperti mikosis endemik

lainnya, ada bentuk asimtomatik, infeksi paru akut dan kronik serta bentuk yang
18

diseminata. Penyakit dapat mengenai individu yang sehat atau pasien yang

memiliki predisposisi, termasuk pasien AIDS.

C. immitis endemik di beberapa daerah semi gurun pasir di Amerika

Serikat bagian Selatan (seperti: California, arizona, New Mexico dan Texas) dan di

beberapa daerah di Meksiko dan Amerika tengah dan selatan. Cuaca pada daerah

endemik ditandai dengan temperatur yang tinggi pada musim panas dan curah hujan

tahunan yang rendah yang ditunjukkan dengan vegetasi yang khas dari kaktus dan

masquet bushes. Tes kulit dengan coccidioidin memperlihatkan bahwa insiden

paparan pada area endemik dapat setinggi 95%. Jamur ditemukan di tanah dan dapat

menyerang binatang lain serta manusia. Paparan dapat didapatkan dari kunjungan

singkat ke daerah endemik, dan cuaca setempat dapat menentukan tingkat paparan.

Misalnya badai debu menyebabkan infeksi pada banyak individu. Jalur infeksi

yang biasa melalu pernafasan, implantasi langsung pada kulit dapat terjadi

walaupun jarang.

2.1.10 Parakoksidioidomikosis

Paracoccidiodes brasiliensis adalah jamur dimorfik yang menyebab-

kan infeksi penafasan dengan kecenderungan menyebar ke membran mukosa dan

kelenjar limfe. Ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah.


19

Mekanismenya diperkirakan berhubungan dengan adanya reseptor

estrogen sitoplasmik pada jamur dan invitro, estradiol menekan perubahan pada

miselium menjadi ragi (yeast). Tempat ekologi yang sesuai untuk organisme ini

tidak diketahui, tetapi kondisi lebih sering didaerah pedesaan; paparan dihubungkan

dengan kedekatan pada air atau daerah dengan kelembaban udara tinggi.

2.2 Penyebab

Seseorang tetap dapat terinfeksi jamur pada organ dalam walaupun tidak

memiliki kondisi penurunan sistem imun atau disebut dengan mikosis primer.

Biasanya mikosis primer terjadi jika tubuh terpapar jamur dalam jumlah banyak

atau dengan intensitas tinggi, misalnya ketika tinggal di daerah yang banyak

penderita infeksi jamur.

Cara masuknya jamur ke dalam tubuh berbeda-beda, tetapi biasanya masuk

melalui sistem pernapasan. Beberapa jenis jamur yang dapat menyebabkan mikosis

primer adalah Coccidioides immitis, Histoplasma capsulatum, Blastomyces

dermatitidis, dan Paracoccidioides brasiliensis.

Pada seseorang yang mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh, infeksi

jamur biasanya menyerang organ paru-paru. Mikosis organ dalam yang menyerang

orang dengan sistem kekbalan tubuh rendah disebut dengan mikosis oportunistik.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan penurunan sistem imun adalah:

menderita HIV/AIDS, menderita diabetes, pasca menerima organ donor, sedang

melakukan kemoterapi untuk pengobatan kanker, mengonsumsi obat-obatan

imunosupresan untuk penyakit autoimun. Selain paru-paru, jamur dapat masuk ke


20

dalam tubuh melalui mulut atau alat-alat medis yang menempel pada tubuh ketika

dirawat di rumah sakit

Berikut adalah klasifikasi penyebab mikosis dalam:

1. Misetoma, disebabkan bakteri Actynomyces dan Nocardia, yang termasuk

Schizomycetes dan Eumycetes atau jamur berfilamin. Gejala klinis biasanya

terdiri atas pembengkakan abses, sinus, dan fistel multipel. Berhubungan

dengan penyebabnya, misetoma yang disebabkan Actynomyces disebut

actinomycotic mycetoma yang disebabkan bakteri disebut botrymycosis dan

yang disebabkan jamur berfilamen disebut maduromycosis.

2. Kromomikosis, penyakit ini disebabkan oleh jamur golongan dermatiacease,

yaitu jamur yang berwarna gelap. Ada beberapa jenis, yaitu; Cladosporium

carrionii, Philaphora verrucosa, Fonsecae perdrosoi, H. compactum.

Pernyakit tidak ditularkan dari manusia ke manusia dan belum pernah

dilaporkan terjadi pada binatang. Diseminasi dapat terjadi melalui

autoinokulasi, ada juga kemungkinan penyebaran melalui saluran getah

bening.

3. Sporotrikosis, penyebab penyakit ini adalah Sprotrichum schenkii yang dapat

hidup di tanah, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sayuran yang telah membusuk.

Spora jamur masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka pada kulit dan sangat

jarang melalui inhalasi. Keadaan imunitas seseorang sangat berperan dalam

mendapatkan infeksi sporotrikosis. Penyakit ini dapat mengenai organ lain

seperti paru, tulang, sendi, selaput lendir, dan susunan saraf pusat.
21

4. Zigomikosis, disebabkan oleh jamur zygomycetes seperti Rhizomucor,

Absidia dan Rhizopus, Cunninghamdla berthollettiae dan Saksanea Vasifornis

adalah penyebab yang jarang. Zygomycetes menyebabkan penyakit pada

pasien-pasien dengan kontrol diabetes yang jelek, netropeni, atau penyakit

ginjal. Telah dilaporkan adanya invasi langsung melalui abrasi setelah

terjadinya trauma karena bencana alam (seperti, tanah longsor atau tsunami).

Penyakit ini dapat menyerang daerah-daerah nekrotik yang terbakar atau kulit

wajah secara sekunder pada infeksi invasif pada sinus paranasal.

5. Basidiobolomikosis, jamur subkutan tropis langka yang ditandai oleh benjolan

bengkak. Organisme penyebabnya Basidiobolus ranarum (B.haptosporus) dan

Coronatus conidiobolus.

6. Kriptokokosis, infeksi yang disebabkan oleh ragi cryptococcus neoformans

yang berkapsul. Varian neoformans dan grubii dapat diisolasi dari ekskreta

burung merpati dan lebih sering didapatkan pada penderita AIDS, varian gattii

ditemukan pada debris dari pohon eucalyptus tertentu di daerah tropis dan

California, tetapi jarang diisolasi dari pasien AIDS

7. Histoplasmosis, Infeksi ini disebabkan berturut-turut oleh dua varian dari H.

capsulatum; H. capsulatum var. capsulatum dan H. capsulatum var. duboisii.

8. Blastomikosis, disebabkan oleh patogen dimorfik Blastomyces dermatitidis.

Diperkirakan bahwa habitat alami Blastomyces berhubungan dengan serbuk-

serbuk kayu dan berada dekat dengan sungai atau danau atau pada daerah-

daerah yang mengalami banjir secara periodik. Walaupun demikian, sulit untuk
22

mengisolasi bentuk Blastomyces dari lingkungan alami. Blastomycosis juga

dapat mengenai binatang-binatang peliharaan seperti anjing.

9. Koksidioidomikosis, disebabkan oleh jamur Coccidioides immitis. Jamur ini

menunjukkan bentuk dimorfik yang tidak biasa, dengan bentuk mold pada suhu

ruangan dan terbentuknya struktur mengandung spora yang lebar, spherules,

pada jaringan yang terinfeksi. Seperti mikosis endemik lainnya, ada bentuk

asimtomatik, infeksi paru akut dan kronik serta bentuk yang diseminata.

Penyakit dapat mengenai individu yang sehat atau pasien yang memiliki

predisposisi, termasuk pasien AIDS.

10. Parakoksidioidomikosis, disebabkan oleh Paracoccidioides brasiliensis agen

fungi parakoksidioidomikosis yang sesuai perubahan suhu bersifat dimorfik

(blastomikosis Amerika Selatan), yang berbatasan dengan daerah endemik di

Amerika Tengah dan Selatan. P. brasiliensis masuk melalui inhalasi dan lesi

awalnya muncul di paru. Setelah periode dormansi yang dapat beriangsung

selama beberapa dekade, granuloma paru menjadi aktif, sehingga terjadi

penyakit paru kronik progresif atau diseminata.

2.3 Penyebaran

Penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam

(misalnya paru), melalui luka, atau menyebar dari permukaan kulit atau alat dalam

lain. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau

menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis). Mikosis sistemik

terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan gejala klinis

tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius,


23

traktusurogenital, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan

kadang kulit.

2.4 Penanggulangan

Beberapa kasus mikosis organ dalam merupakan kondisi yang serius. Jika tidak

ditangani, kondisi tersebut dapat menyebabkan kerusakan organ permanen hingga

kematian. Segera ke dokter bila mengalami gejala mikosis pada organ dalam,

terutama pada seseorang dengan kekebalan tubuh yang rendah, misalnya penderita

HIV/AIDS dan diabetes. Kontrol rutin ke dokter juga perlu dilakukan oleh

seseorang yang memiliki penurunan sistem kekebalan tubuh. Pemeriksaan

bertujuan untuk memantau perkembangan penyakit serta mencegah munculnya

komplikasi. Untuk mikosis organ dalam, pengobatan yang digunakan berupa obat-

obatan antijamur yang diminum atau disuntikan.

Jika diperlukan, prosedur operasi juga dapat dilakukan untuk mengangkat

jaringan yang rusak akibat infeksi jamur. Pemberian pengobatan dan penanganan

lain dapat dipertimbangkan sesuai keadaan penderita. Jamur senang tumbuh di

lingkungan dan bagian tubuh yang lembab. Oleh karena itu beberapa langkah di

bawah ini dapat mencegah mikosis akibat tubuh yang lembab, di antaranya:

1. Hindari menggunakan pakaian yang ketat

2. Hindari penggunaan pakaian secara berulang, termasuk pakaian dalam.

3. Saat pakaian sudah basah akibat keringat, segera ganti dengan pakaian yang

kering.

4. Selalu gunakan kaus kaki yang kering dan bersih.

5. Kebersihan sepatu perlu diperhatikan dengan mencucinya secara rutin.


24

Karena beberapa jenis mikosis dapat ditularkan, sebaiknya jangan gunakan

barang-barang pribadi, seperti handuk dan sisir, bersama-sama dengan orang lain.

Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter juga dapat menjadi salah satu langkah

pencegahan yang tepat bagi seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh

rendah untuk menghindari terjadinya mikosis. Lalu cara penanggulangan mikosis

organ dalam, yaitu:

1. Gunakan obat-obatan sesuai aturan pakai dan anjuran dokter, termasuk dosis

serta durasi pemakaian.

2. Kontrol rutin ke dokter juga perlu dilakukan oleh seseorang yang memiliki

penurunan sistem kekebalan tubuh

3. Gunakan bedak khusus yang dapat mencegah tumbuhnya jamur.

4. Jika sudah terlalu parah, maka prosedur operasi juga dapat dilakukan untuk

mengangkat jaringan yang rusak akibat infeksi jamur.

2.5 Diagnosis

Dokter akan menentukan diagnosis mikosis atau infeksi jamur dari wawancara

medis mengenai gejala dan pemeriksaan fisik. Pada infeksi jamur kulit, tampilan

kelainan kulit dapat menentukan diagnosis.

Terkadang dibutuhkan pemeriksaan tambahan seperti kultur usapan kulit atau

cairan vagina. Pemeriksaan kultur darah juga kadang dibutuhkan untuk mengetahui

adanya sepsis.

Berikut adalah beberapa diagnosis mikosis sistemik endemik dan oportunistik:

1. Saat pasien telah mengalami infeksi ini, penting untuk mengkoreksi diagnosis.
25

2. Penelusuran riwayat yang relevan dengan cermat dari kondisi penyakit yang

melatarbelakanginya dan terapinya sangat penting.

3. Biopsi kulit penting untuk menegakkan diagnosis.

4. Kultur jamur yang positif harus diinterpretasikan dengan hati-hati, karena

identifikasi organisme menyerupai lokasi kolonisasi.

5. Peringatkan laboratorium apabila anda mengirimkan material dari kasus

mikosis endemik yang dicurigai untuk dilakukan kultur, karena ini merupakan

patogen yang berbahaya dan membutuhkan fasilitas kontainmen.

6. Pengobatan biasanya membutuhkan terapi jangka panjang biasanya dengan

obat-obat intravena seperti amfoterisin B, variconazol atau caspofungin.


BAB III PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap

pembahasan di atas.

3.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diambil kesimpulan,

yaitu:

. Mikosis dalam atau bisa disebut mikosis sistemik/profunda ialah penyakit

jamur yang mengenai alat dalam. Penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung

masuk ke alat dalam (misalnya paru), melalui luka, atau menyebar dari permukaan

kulit atau alat dalam lain. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat

atau menyebabkan penyakit sistemik. Beberapa jenis mikosis dalam yang

disebutkan di makalah yaitu; Misetoma disebabkan bakteri Actynomyces dan

Nocardia, Kromomikosis disebabkan oleh jamur golongan dermatiacease

(Cladosporium carrionii, Philaphora verrucosa, Fonsecae perdrosoi, H.

compactum), Sporotrikosis disebabkan oleh jamur Sprotrichum schenkii,

Zigomikosis disebabkan oleh jamur zygomycetes, Basidiobolomikosis disebabkan

oleh Basidiobolus ranarum (B.haptosporus) dan Coronatus conidiobolus,

Kriptokokosis disebabkan oleh ragi cryptococcus neoformans, Histoplasmosis

disebabkan oleh H. capsulatum; H. capsulatum var. capsulatum dan H. capsulatum

var. duboisii, Blastomikosis disebabkan oleh patogen dimorfik Blastomyces

dermatitidis, Koksidioidomikosis disebabkan oleh jamur Coccidioides immitis,

Parakoksidioidomikosis disebabkan oleh Paracoccidioides brasiliensis.

26
27

3.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diambil saran, yaitu;

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan

dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki

makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan

nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang

pembahasan makalah diatas.


Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/

https://id.scribd.com/

https://fdokumen.com/

https://e-journal.unair.ac.id/

https://www.alodokter.com/

https://www.sehatq.com/

https://rennyambar.wordpress.com/

28

Anda mungkin juga menyukai