Anda di halaman 1dari 7

Trapping (Penjebakan, Identifikasi dan Penyisiran Tikus)

B. Kegiatan

Alat dan bahan yang disiapkan terdiri dari : Insektisida aerosol,


choloroform, umpan tikus, tikus hidup, kunci identifikasi tikus (genera rattus),
table deskripsi tikus (family muridae), spuit (suntikan), rat trap/cage trap
(perangkap tikus hidup), mistar (penggaris) 50cm dan 30cm, timbangan,
kantong plastik volume 50 gr, kapas, sisir tikus/sikat sepatu.
Dalam melakukan praktikum, hal yang pertama dilakukan ialah
memilih rat trap/cage trap yang masih berfungsi optimal. Setelah memilih,
cuci perangkap tersebut dengan air panas untuk menghilangkan bau khas tikus
sebelumnya. Pasang perangkap tersebut di tempat tinggal masing – masing
mahasiswa kemudian setelah didapat bawa sampel tikus tersebut kedalam
proses praktikum.
Hal yang dilakukan dalam proses identifikasi ialah diawali dengan
dimasukkannya tikus kedalam kantong plastik yang diikat rapat yang
kemudian ditambahkan choloroform kedalam plastik tersebut dengan
menggunakan media kapas. Diamkan tikus tersebut selama 10 menit dan
pastikan tikus tersbut dalam keadaan mati. Setelah mati, sampel dibawa
kedalam laboratorium dan dilakukannya penyisiran dengan sikat terhadap
tikus tersebut. Penyisiran dilakukan secara menyeluruh hingga ditemukannya
ektoparasit yang ada pada tubuh tikus tersebut.
Kemudian ektoparasit tersebut diletakkan di dalam preparat untuk
kemudian di identifikasi ektoparasit menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 4x. Ektoparasit yang ditemukan dapat berupa pinjal, kutu, ataupun
mikroorganisme yang bersifat parasit bagi manusia.
Pemeriksaan dan pengukuran yang dilakukan menggunakan kunci
identifikasi. Namun dapat hanya dilakukan pengukuran terutama terhadap
berat badan (H dan B), ekor (TL), cakar (HF), telinga (E). Kemudian spesies
tikus yang dijadikan sampel dicari ektoparasit kemudian diidentifikasi.
Praktikum identifikasi, dan penyisiran tikus yang kelompok kami
lakukan, dilaksanakan pada tanggal 29 November 2018. Pada proses
pemasangan perangkap yang telah dilakukan, ditemukan tikus got atau Rattus
Norvegicus. Ciri-ciri tikus got yaitu mata yang kecil, telinganya Relatif kecil,
separoh tertutup bulu, jarang lebih dari 20-23 mm, ekornya Lebih pendek dari
kepala+badan,bagian atas lebih tua dan warna muda pada bagian bawahnya
dengan rambut pendek , habitatnya di tempat yang banyak makanan atau sisa-
sisanya Hidup dalam rumah, gudang, diluar rumah, gudang bawah tanah, parit
dan saluran dalam tanah
Dalam proses praktikum, tikus dimatikan dengan menggunakan cairan
chloroform sekitar 10 menit. Selanjutnya tikus dilakukan identifikasi dan
penyisiran. Pada saat dilakukan penimbangan berat badan, tikus memiliki
berat badan 295 gram , panjang telinga yaitu 2cm dan panjang telapak kaki
yaitu 4cm . Adapun panjang ekornya yaitu 17,5 cm sehingga keseluruhan
panjang tikus adalah 38cm. Setelah dilakukan penimbangan, selanjutnya tikus
tersebut dilakukan penyisiran. Penyisiran dilakukan dengan tujuan untuk
menemukan ektoparasit yang terdapat pada bulu tikus. Pada tikus yang di
identifikasi kami menemukan seekor ektoparasit,selanjutnya ektoparasit
dilakukan identifikasi dibawah mikroskop ektoparasit yang ditemukan adalah
Pediculus humanus capitis.
Tikus berperan sebagai hospes perantara untuk beberapa penyakit yang
dikenal Rodent Borne Disease. Penyakit-penyakit yang tergolong dalam
Rodent Borne Disease adalah penyakit pes (Plague), Leptospirosis, Scrub
thypus, Murine thypus, Rat Bite Fever, Lymphocytic choriomeningitis, dan
Rabies. (Maqassary, 2014).
Kutu rambut merupakan parasit yang dapat berkolonisasi pada rambut
kepala manusia dan sejenis parasit penghisap darah yang biasanya hidup di
bagian kepala. Kutu rambut kepala ini mempunyai nama latin ialah Pediculus
humanus capitis. Kutu rambut ini merupakan ektroparasit bagi manusia.
Tempat-tempat yang disukainya adalah rambut bagian belakang kepala, yang
paling sering menggigit pada bagian belakang kepala dan kuduk. Gigitannya
akan menyebabkan iritasi pada kulit yang disebabkan oleh air liur yang
dikeluarkan pada waktu menghisap darah penderita. (Ganda Husada, 1992)
Setelah praktikum ini dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
ektoparasit pada tubuh manusia juga bisa terdapat pada tikus dengan spesies
Bandicota indica. Ektoparasit yang ditemukan ialah Pediculus humanus.
Dengan pengendalian tikus pada lingkungan manusia, manusia dapat
terhindar dari parasit - parasit yang mengganggu manusia seperti kutu kepala.
Pengendalian tikus yang dapat dilakukan ialah memasang lem tikus, menutup
lubang tikus, maupun menggunakan perangkap tikus dirumah. pengendalian
tikus (rodentstop service) :
1. Perbaikan Sanitasi Lingkungan
Tujuan dari perbaikan sanitasi lingkungan adalahn menciptakan
lingkungan yang tidak favourable untuk kehidupan tikus. Dalam
pelaksanaannya dapat ditempuh dengan:
a) Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi ditempat
yang kedap tikus.
b) Menampung sampah dan sisa makanan ditempat sampah yang terbuat
dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan
terpelihara dengan baik.
c) Tempat sampah tersebut hendaknya diletakkan di atas fondasi beton atau
semen, rak atau tonggak.
d) Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehari.
e) Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barang / alat sehingga tidak
dapat dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang.
f) Pembuangan air limbah dari los-los khusus dan air limbah WC harus
disalurkan ke riol atau dibuang ke sungai.
2. Secara Mekanik
a) Rat Proofing
Upaya rat proofing bertujuan untuk mencegah masuk dan keluarnya tikus
dalam ruangan serta mencegah tikus bersarang di bangunan tersebut. Upaya
rat proofing dapat ditempuh dengan jalan (Ristiyanto dan Hadi, 1992) :
- Membuat fondasi, lantai dan dinding bangunan terbuat dari bahan yang
kuat, dan tidak di tembus oleh tikus.
- Lantai hendaknya terbuat dari bahan beton minimal 10 cm.
- Dinding dari batu bata atau beton dengan tidak ada keretakan atau
celah yang dapat di lalui oleh tikus.
- Semua pintu dan dinding yang dapat ditembus oleh tikus (dengan
gigitannya), dilapisi plat logamhingga sekurang-kurangnya 30 cm dari lantai.
Celah antara pintu dan lantai maksimal 6 mm.
- Semua lubang atau celah yang ukurannya lebih dari 6 mm, harus
ditutup dengan adukan semen.
- Lubang ventilasi hendaknya ditutup dengan kawat kasa yang kuat
dengan ukuran lubang maksimal 6 mm.
b) Pemasangan perangkap (trapping)
Macam perangkap tikus yang beredar di pasaran adalah jenissnap/guillotine
dan cage trap. Jenis cage trap digunakan untuk mendapatkantikus hidup, guna
diteliti pinjalnya. Biasanya perangkap diletakkan di tempatjalan tikus atau di
tepi bangunan. Pemasangan perangkap lebih efektifdigunakan setelah
dilakukan poisoning, dimana tikus yang tidak mati karena poisoning, dapat
ditangkapdengan perangkap .
3. Secara Biologi
a. Melibatkan patogen dan parasit (Salmonella typhimurium / Salmonella
enteritidis)
b. Melibatkan predator hewan sasaran
- Kelas Reptilia : piton tikus, kobra raksasa, ular hijau, ular sanca
- Kelas Aves : burung hantu putih, burung hantu coklat, burung alap-
alap tikus
- Kelas Mamalia : musang / luak, kucing, anjing domestik
4. Secara Kimiawi
a. Peracunan (poisoning)
Pada umumnya peracunan dapat dilakukan a[abila tidak
membahayakan manusia ataupun binatang peliharaan. Racun tikus terbagi
menjadi dua golongan, yaitu
• Single Ddose Poison
Merupakan rodentisida yang berdosis akut dan bersifat letal terhadap
tikus. Tikus akan mati sesudah makan rodentisida ini satu kali saja.
• Multiple Ddose Poison
Merupakan tipe pengendalian dengan rodentisida yang memerlukan
pemberian yang berulang selama 3 hari atau lebih. Rodentisida ini memiliki
zat anti koagulan yang dapat menyebabkan pendarahan internal dan kematian
yang lambat dalam waktu 4-10 hari. Pemakaian rodentisida anti koagulan
secara terus menerus akan mengakibatkan tesistensi.
Racun tikus yang baisa digunakan adalah arsen, strychnine, phospor,
zinkphosphide, redsquill, barium karbonat, atau senyawa yang mengandung
salah satu atau lebih dari yang tersebut di atas. Termasuk didalamnya
rodentisidayang relatif lebih baru yaitu1080 (ten eighty), Antu, Warfarin, dan
Pival.

C. Alat dan Bahan


i) Alat
1. Tabel deskripsi tikus ( family muridae)
2. Rat trap/cage trap( perangkap tikus Hidup)
3. Mistar 50 cm dan 30 cm
4. Timbangan
5. Kantung plastik
6. Sisir tikus/ sikat gigi
ii) Bahan
1 Insektisida aerosol
2 Umpan tikus
3 Tikus hidup
D. Tujuan dan manfaat survey dan trapping tikus
1 Tujuan
a. Untuk mengidentifikasi atau mengetahui ciri-ciri khas dari tikus
berdasarkan jenis dan habitatnya.
b. Untuk mengetahui jenis makanan kesukaan tikus, dalam
mempermudah proses trapping.
c. Untuk mengetahui keberadaan atau habitat tikus.
d. Untuk mengetahui keberadaan adanya ektoparasit pada tikus.
2 Manfaat
a) meningkatkan pengetahuan bionomik tikus/rodensia dan
ketrampilan teknis surveitikus/rodensia.
b) Dapat memberikan gambaran tentang biologi, ekologi dan tingkat
masalah yang Ditimbulkannya
E. Foto Kegiatan
Daftar Pustaka

Chandra, Budiman. 2000. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC


Ganda Husada, S. (1992). Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas
Kedokteran.
Kusnoputranto, Haryono. (2000). Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Mukono. 2000. Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Suravaya : Airlangga


University Press.
Priyambodo, Swastiko. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta : Penebar
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai