Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

“UJI BIO ASSAY”

Dosen Pembimbing:
Zainal Muslim, S.KM., M.Kes

Hesi Nirva Diana 2013351007


Rizka Refi Marlia 2013351011
Dwi Pusparani 2013351022
Heldi Dwi Novida 2013351025
Nur Hajijah Komala Tungga 2013351035
Rizki Salsabila 2013351040
Wahyu Widhi Astuti 2013351045

POLITEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG JURUSAN


KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI SARJANA
TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum uji bio assay ini diajukan sebagai persyaratan mengikuti mata
kuliah Pengendalian Vektor Binatang Penganggu Program Studi Sarjana Terapan
Sanitasi Lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang Tahun Ajaran 2022

Bandar Lampung, 07November 2022

Menyetujui;

Penanggung Jawab Penanggung Jawab


Mata Kuliah Pengendalian Vektor Binatang Koor. Penunjang Pendidikan
Penganggu

Zainal Muslim, SKM.M.Kes Dr. Ferizal Masra, SKM, M.Kes


NIP : 196106171983031002 NIP : 196412071987031001
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktikum uji bio assay ini diajukan sebagai persyaratan mengikuti mata
kuliah Pengendalian Vektor Binatang Penganggu Program Studi Sarjana Terapan
Sanitasi Lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang Tahun Ajaran 2022

Bandar Lampung, 07 November 2022

Menyetujui;

Pembimbing Praktikum Pembimbing Praktikum

Prihantoro, SKM.,M.Kes Bayu Permadi Utomo, A.Md KL


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya. Penyusun dapat menyelesaikan Laporan
praktikum ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
penyusun berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Pengendalian Vekor Binatang
Penganggu Politeknik Kesehatan Negeri Tanjungkarang yang telah memberikan
tugas ini kepada penyusun.

Penyusun sangat berharap laporan praktikum ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai laporan praktikum
Pengendalian Vektor Binatang Penganggu penyusun juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam laporan praktikum ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna. Semoga laporan praktikum sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan praktikum yang telah disusun dapat berguna bagi penyusun
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan laporan ini di waktu
yang akan datang.

Bandar Lampung, 07 November 2022

Kelompok 5
LAPORAN PRAKTIKUM

“UJI BIO ASSAY KECOA”

Hari/Tanggal : Senin, 19 September 2022

Waktu : 08.00 – 12.00

Tempat : Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur metode Bio Assay

2. Untuk mengetahui efektivitas dan daya tahan racun serangga

I. TINJAUAN PUSTAKA
Kecoa (Periplaneta americana) merupakan salah satu vector yang
berada di lingkungan rumah yang seringkali menganggu kenyamanan dan
estetika karena menimbulkan bau, pencetus alergi, membawa bakteri serta
parasit, dan meninggalkan noda pada dinding, lantai, dan perabot rumah.
Kecoa dapat menularkan penyakit kepada manusia baik secara mekanis
maupun secara biologis. Kecoa termasuk jenis insecta yang berperan
sebagai vektor mekanis beberapa penyakit, Penyakit yang dapat ditularkan
melalui kecoa diantaranya typus, toksoplasma, asma, TBC, dan kolera.
(WHO, 2019)
Berikut merupakan taksonomi dari kecoa Periplaneta americana :
1. Kecoa Periplaneta americana
a. Taksonomi Kecoa Periplaneta Americana (Erviana, 2014)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthopoda
Class : Insecta
Ordo : Blattodea
Family : Blattidae
Genus : Periplaneta
Species : Periplneta Americana

b. Morfologi Kecoa Periplaneta americana


Kecoa rumah adalah serangga dengan bentuk tubuh oval,
pipih dorso-ventral. Kepalanya tersembunyi di bawah pronotum
yang dilengkapi dengan sepasang mata majemuk dan satu mata
tunggal, antena panjang, sayap dua pasang, dan tiga pasang kaki.
Pronotum dan sayap licin, tidak berambut dan tidak bersisik,
berwarna coklat sampai coklat tua (Robby, 2012). Kecoa memiliki
3 bagian tubuh utama yaitu caput (kepala), thorax (dada) dan
abdomen (perut). Pada segmen thorak terdapat 3 pasang kaki dengan
tipe alat kaki yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama dimana
tipe alat kaki seperti ini digunakan untuk berlari sedangkan tipe
mulut kecoa adalah menggigit dan mengunyah. Kecoa Periplaneta
americana memiliki panjang sekitar 3,81 cm, berwarna coklat
kemerahan, memiliki tanda di dada, dan memiliki sayap sempurna.
Kecoa betina mampu menghasilkan kapsul telur yang panjangnya
79 cm dan lebarnya 46 cm setiap minggunya. Kecoa rumah betina
biasanya membawa sebuah kapsul telur sekitar sehari lalu kemudian
disimpan di tempat yang aman. Masa inkubasi berlangsung selama
1-2 bulan. Nimfa Periplaneta americana dengan nimfa Blatta
orientalis sulit dibedakan. Namun nimfa Periplaneta americana lebih
kecil, berwarna coklat kemerahan dan belum memiliki sayap
sempurna (Ramsay dan Thomasson, 2009). Kecoa memiliki 3
bagian tubuh utama yang terdiri dari :
a) Caput (Kepala) Pada bagian kepala terdapat mulut yang
digunakan untuk mengunyah, terdapat sepasang mata majemuk
yang dapat membedakan gelap dan terang. Di kepala terdapat
sepasang antena yang panjang alat indra yang dapat mendeteksi
bau-bauan dan vibrasi di udara. Dalam keadaan istirahat
kepalanya ditundukkan kebawah pronotum yang berbentuk
seperti perisai.
b) Thorax (Dada) Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki dan
sepasang sayap yang dapat menyebabkan kecoa bisa terbang dan
berlari dengan cepat. Terdapat struktur seperti lempengan besar
yang berfungsi menutupi dasar kepala dan sayap, dibelakang
kepala disebut pronotum
c) Abdomen (Perut) Badan atau perut kecoa merupakan bangunan
dan sistem reproduksi, kecoa akan mengandung telur-telurnya
sampai telurtelurnya siap untuk menetas. Dari ujung abdomen
terdapat sepasang cerci yang berperan sebagai alat indra. Cerci
berhubungan langsung dengan kaki melalui ganglia saraf
abdomen (otak sekunder) yang paling penting dalam adaptasi
pertahanan. Apabila kecoa merasakan adanya gangguan pada
cerci maka kakinya akan bergerak lari sebelum otak menerima
tanda atau sinyal (Rokhmah, 2016).

c. Siklus Hidup Kecoa Periplaneta americana


Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap,
hanya melalui tiga stadia (tingkatan perkembangan), yaitu stadium
telur, stadium nimfa, dan stadium dewasa yang dapat dibedakan
jenis jantan dan betinanya. Stadium telur kecoa membutuhkan
waktu 30-40 hari untuk menetas. Telur kecoa tidak diletakkan
sendiri-sendiri melainkan secara berkelompok. Kelompok telur ini
dilindungi oleh selaput keras yang disebut kapsul telur atau ootheca.
Kapsul telur dihasilkan oleh kecoa betina dan diletakkan pada
tempat tersembunyi atau pada sudut-sudut dan pemukaan sekatan
kayu hingga menetas dalam waktu tertentu yang disebut sebagai
masa inkubasi kapsul telur, tetapi pada spesies kecoa lainnya kapsul
telur tetap menempel pada ujung abdomen hingga menetas. Jumlah
telur maupun masa inkubasinya tiap kapsul telur berbeda menurut
spesiesnya (Depkes, 2009).
Kapsul telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi nimfa yang
hidup bebas dan bergerak aktif. Nimfa yang baru keluar dari kapsul
telur berwarna putih seperti butiran beras, kemudian berangsur-
angsur berubah menjadi berwarna coklat dan tidak bersayap. Nimfa
tersebut berkembang melalui beberapa instar (1-6 instar) sebelum
mencapai stadium dewasa, lamanya stadium nimfa berkisar 5-6
bulan. Periplanetta americana dewasa dapat diketahui dengan
adanya dua pasang sayap baik pada kecoa jantan maupun kecoa
betina (Depkes, 2009).

d. Pola Hidup Kecoa Periplaneta americana


1) Tempat Perindukan
Serangga penggangu di alam memiliki tingkat adaptasi yang
sangat baik, meskipun keberadaanya tetap dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan seperti perubahan suhu, kelembaban
dan sumber makanan. Pengaruh berbagai faktor tersebut dapat
menyebabkan perubahan jumlah populasi suatu serangga, ada
yang semakin sedikit jumlahnya (Lestari 2017).
Periplaneta americana biasanya menyukai tempat yang gelap dan
lembab seperti kamar mandi/wc, gudang, tempat sampah,
selokan, kandang binatang dll. Sebagian besar bekembang biak
pada iklim yang dingin, Periplaneta americana ketika tropis dan
keadaan temperatur yang hangat mereka berpindah tempat
melalui saluran-saluran air kotor, tangki septik, kakus umum dan
tempat sampah.
2) Kebiasaan Makan
Kecoa memakan hampir segala macam makanan yang
mengandung zat tepung dan gula. Selain makanan yang
mengandung zat tepung dan gula Kecoa (Periplaneta americana)
juga menyukai makanan yang bukan merupakan bahan makanan
bagi manusia seperti pinggiran buku, bagian dalam tapak sepatu,
serangga mati, kulit mereka sendiri yang sudah mati dan usang,
darah kering, kotoran badan dll. (Syarief Nurhakim, 2014).
Menurut (Amalia & Harahap, 2010) pada pengujian dengan
metode tanpa pilihan pada kondisi terang, selai stroberi dan
campuran selai kacang tanah - selai stroberi -telur ayam lebih
disukai oleh nimfa kecoa amerika dibandingkan umpan lain,
sedangkan pada kondisi selai stroberi dan selai stroberitelur ayam
yang lebih disukai oleh nimfa. Nimfa lebih menyukai makanan
yang bertekstur lunak dan berbentuk cair, oleh karena itu nimfa
lebih menyukai selai stroberi dan selai stroberi-telur ayam. Selain
itu nimfa juga menyukai campuran selai kacang tanah-selai
stroberi-telur ayam, karena kandungan nutrisinya yang lengkap,
sehingga mampu menunjang pertumbuhan dan
perkembangannya. Sedangakan untuk Kecoa (Periplaneta
americana) lebih menyukai selai stroberi karena memiliki
kandungan nutrisi yang lengkap sehingga cukup efektif untuk
umpan kecoa.
3) Kebiasaan Terbang
Menurut (Oktarina, 2012)“Mempunyai sepasang sayap
terluar yang sempit, tebal dan keras, sedangkan sepasang sayap
seperti membran dan seperti lipatan kipas. Sayap tersebut
digunakan untuk terbang pada jarak pendek, tetapi kecoa
lebihdikenal suka berlari dan dapat bergerak dengan cepat dengan
kaki panjang yang berkambang biak”

e. Perilaku Kecoa rumah (Periplaneta americana)


Biasanya hidup dekat dengan kehidupan manusia. Kecoa
rumah (Periplaneta americana) cenderung hidup di daerah tropis
namun jika di daerah dingin, kebanyakan kecoa rumah (Periplaneta
americana) hidup di bagian rumah atau gedung yang hangat, lembab
dan terdapat banyak makanan. Kecoa (Periplaneta americana)
biasanya hidup berkelompok. Mereka termasuk hewan nokturnal,
yaitu hewan yang aktif pada malam hari dan suka bersembunyi di
balik retakan dinding atau lemari, di dekat saluran
air, di kamar mandi, di dalam alat-alat elektronik, dan kendang
hewan, serta banyak lagi yang lainnya. Kecoa rumah juga
menyukai tempat-tempat yang gelap. Kecoa rumah
(Periplaneta americana) memakan banyak jenis makanan
termasuk segala makanan yang biasanya dikonsumsi oleh
manusia. Namun, mereka lebih suka makanan yang
mengandung gula, kecoa rumah (Periplaneta americana) suka
memakan susu, keju, daging, selai kacang, kelapa bakar dan
coklat yang manis. Jenis makanan yang paling disukai oleh
kecoa rumah (Periplaneta americana) yaitu selai kacang dan
kelapa bakar (Lestari, 2017).
Periplaneta americana biasanya menyukai tempat yang gelap
dan lembab seperti kamar mandi/wc, gudang, tempat sampah,
selokan, kandang binatang dll. Sebagian besar bekembang
biak pada iklim yang dingin, Periplaneta americana ketika
tropis dan keadaan temperatur yang hangat mereka berpindah
tempat melalui saluran-saluran air kotor, tangki septik, kakus
umum dan tempat sampah.

f. Penciuman
Kecoa rumah (Periplaneta americana) memiliki indera
penciuman yang sangat baik. Indera penciuman ini berasal dari
sepasang antenna yang berada di bagian caput (kepala) dimana
antena berfungsi untuk menemukan sumber makanan,
memandu jalan, mendeteksi cahaya dan pada kecoa rumah
(Periplaneta americana) betina yang mengeluarkan pheromone
sex untuk melakukan perkawinan. Selain itu, pheromone
berfungsi untuk mempertahankan suatu koloni kecoa rumah
(Periplaneta americana) untuk selalu tetap bersama-sama .
2. Hubungan Kecoa dengan Kesehatan
Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan
penyakit. Peranan tersebut antara lain :

a. Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.

b. Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.

c. Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis,


gatal-gatal dan pembengkakan kelopak mata.

Kecoa dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen


antara lain, Streptococcus, Salmonella dan lain-lain, sehingga mereka
berperan dalam penyebaran penyakit antara lain Disentri, Diare, Cholera,
Virus Hepatitis A, Polio pada anak-anak. Penularan penyakit dapat
terjadi melalui organisme patogen sebagai bibit penyakit yang terdapat
pada sampah atau sisa makanan, dimana organisme tersebut terbawa oleh
kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh
kecoa, organisme sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi
makanan (Ridwan, 2014).
Banyak spesies kecoa yang telah dikenal di seluruh dunia, beberapa di
antaranya Gromphadorhina portentosa, Periplaneta australasiae, Supella
longipalpa dan yang sering di temukan dalam rumah adalah Periplaneta
americana dan Blattella germanica. Diketahui bahwa setiap kecoa rata-
rata dapat menghasilkan 16 telur dalam setiap kapsul telur hal ini
menimbulkan rasa kekhawatiran terhadap dampak negative yang
ditimbulkan kecoa (Soekirno, 2016).Penanggulangan penyakit yang
ditularkan oleh vektor ini selain dengan pengobatan terhadap penderita,
juga dilakukan upaya-upaya pengendalian vektor termasuk upaya
mencegah kontak dengan vektor guna mencegah penularan penyakit.
Satu di antaranya adalah cara pengendalian vektor dengan menggunakan
insektisida (Kemenkes RI, 2012).
Uji Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu
insektisida terhadap vektor penyakit. Ada 3 jenis Uji Bioassay yaitu :
1. Uji bioassay kontak langsung (residu)
2. Uji bioassay kontak tidak langsung (air bioassay) (residu)
3. Uji bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV)
Kegiatan bioassay dilakukan agar mengetahui efektivitas dari insektisida
yang digunakan. Uji bioassay adalah suatu uji untuk mengetahui
kekuatan atau daya bunuh insektisida baik terhadap nyamuk dewasa
maupun jentik(Sugeng Abdullah, 2003).

II. ALAT DAN BAHAN


A. Alat

No. Nama Gambar Fungsi


1. Box Digunakan
untuk wadah
sampel yang
telah
diberikan
perlakuan dan
control.
2. Botol Sebagai
Bekas wadah untuk
kecoa.

4. Cup Alat untuk


Bekas menangkap
kecoa.
5. stop Alat yang
wach digunakan
untuk
mengukur
waktu

6. alat alat tulis,


tulis untuk
mencatat

B. Bahan

No. Nama Nama gambar Fungsi


1. Kecoa Sebagai
sampel yang
akan di uji.

2. Tisue Untuk
Perantara
insektisida
3. One Sebagai
Push insektisida
Vape yang akan
diuji, dengan
bahan aktif
Transflutrin
21,3%, Bahan
tambahan
78,7%.

III. PROSEDUR KERJA


a. Siapkan Alat dan bahan
b. Pisahkan kecoa ke 2 tempat, dengan masing-masing tempat berisi 10
kecoa
c. Salah satu tempat yang berisi kecoa disemprotkan 10 ml larutan
insektisida (One Push Vape)
d. Kemudian amati selama 30 menit dengan menggunakan timer
e. Kemudian pindahkan kedua perlakuan tersebut ke box baru
f. Tunggu selama 4-8 jam (Proses Observasi)
g. Hitung kematian kecoa pada perlakuan dan kontrol
Jika kematian Kecoa pada pembanding (kontrol) :
o < 5 %, maka angka kematian dapat digunakan
o 5 %-20 %, maka kematian harus dikoreksi dengan rumus :
Abbo’s: Kematian perlakuan (%) – Kematian Kontrol (%) X 100%
100 % - Kematian kontrol (%)
o 20 % kematian kontrol uji bioassay harus diulang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Dari hasil praktikum uji bio assay pada kecoa didapatkan hasil pada
perlakuan di dapatkan jentik yang mati sebanyak 10 ekor (mati semua)
sedangkan pada control tidak ada yang mati.
JUMLAH JENTIK JUMLAH JENTIK %
NO PENGUJIAN WAKTU KEMATIAN
YANG HIDUP YANG MATI

1 Box Kontrol 4 jam 10 ekor 0 ekor 0%

2 Box Perlakuan 4 jam 0 ekor 10 ekor 100 %

TOTAL 10 ekor 10 ekor

Jadi perhitungannya:
o Kontrol : 10 Kecoa, 10 Hidup, 0 Mati
o Perlakuan : 10 Kecoa, 0 Hidup, 10 Mati
Adapun hasil perhitungan % yaitu sebagai berikut:
• % Kematian Kontrol = Jumlah kecoa yang mati x 100
%
Jumlah Kecoa Keseluruhan
= 0 x 100 %
10
= 0%
• % Kematian Perlakuan = Jumlah kecoa yang mati x 100
%
Jumlah Kecoa Keseluruhan
= 10 x 100 %
10
= 100 %
Jadi, % kematian control yaitu 0% maka jika kematian control <5%
maka tidak dimasukkan di rumus abbo’s karena angka kematian
sudah dapat digunakan.
B. Pembahasan
Bioassay merupakan metode untuk mendeteksi dan mengetahui
karakter resistensi insektisida pada populasi vektor tertentu. Uji
bioassay ini memiliki prinsip yang sama dengan kertas uji kerentanan
WHO yaitu dengan memaparkan insektisida dengan konsentrasi
tertentu dalam beberapa waktu .Selain itu, uji ini juga dapat dilakukan
untuk mengukur efikasi formula insektisida (Brogdon, 2014).
Berdasarkan metode, jenis uji bioassay terbagi menjadi dua yaitu uji
bioassay dengan metode WHO dan uji bioassay dengan metode botol
bioassay. Namun yang paling banyak digunakan di berbagai negara
adalah uji bioassay dengan metode WHO (Aizounet al , 2013).
Dari hasil praktikum tersebut, diperoleh data bahwa kematian
kecoa tersebut dipengaruhi oleh daya bunuh dari insektisida tersebut.
Pada awal kecoa diletakkan pada box yang diberi insektida sebanyak
10ml, kecoa tersebut langsung menghindari bagian yang mengandung
insektisida. Kecoa tersebut mengetahui adanya insektisida di tisue
karena pada bagian kakinya terdapat syaraf yang peka terhadap adanya
zat kimia sehingga begitu serangga diletakkan pada lantai yang
mengandung insektisida, kecoa langsung berlari ke atas dinding-
dinding box plastic, kemudian menghindarkan dirinya terkena
insektisida. Begitu bangian tubuhnya terkena insektida, perlahan kecoa
tersebut gerakannya melemah dan perlahan-lahan pingsan. Akhirnya
pada menit-menit menjelang menit ke 30, kecoa tersebut mati karena
telah terpapar oleh insektisida yang diberikan tadi.

V. KESIMPULAN
1. Cara menguji efektivitas insektisida adalah menggunakan uji Bio Assay
pada media kecoa dengan menggunakan insektisida jenis One Push
Vape yang memiliki kandungan bahan aktif Transflutrin 21,3% bahan
tambahan 78,7% dapat disimpulkan bahwa, kematian kecoa dengna
metode Bio Assay pada control yaitu 0 ekor, pada perlakuan 10 ekor.
Dan % kematian yang didapatkan pada control 0% sedangkan pada
perlakuan 100% sehingga tidak dapat dilanjutkan menggunakan rumus
abbo’s karena angka kematian sudah bisa digunakan jika <5%, sehingga
itu dikatakan uji bagus dan angka kematian tersebut sudah bisa
digunakan.
2. Dan dinyatakan bahwa Insektisida merk One Push Vape 100% Efektif
dengan bahan aktif Transflutrin 21,3% bahan tambahan 78,7%.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmi, Safitriani. 2014, Laporan Praktikum Uji Bio Assay. http://rahmisafitriani.


blogspotco.id/2014/11/laporan-praktikum-uji-bio-assay.html (diakses pada
02 November 2022)

Tito, N. (2019). RESISTENSI DAN AKTIVITAS ENZIM


ASETILKOLINESTERASE (AChE) PADA Blattella germanica
L.(Dictyoptera: Blattellidae) TERHADAP BAHAN AKTIF PROPOKSUR
(Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Susanti, L., & Boesri, H. (2011). Aplikasi Insektisida Portafog 3, 8pl (Allethrin 3,
8%) Terhadap Serangga Pengganggu Rumah Tangga Dan Vektor Penyakit.
Vektora: Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit, 3(1), 1-11

Kamil̍, M. (2018). HUBUNGAN PEMAKAIAN INSEKTISIDA TERHADAP


KEPADATAN KECOA PADA KAPAL PENUMPANG
PENYEBERANGAN LEMBAR-PADANGBAI WILAYAH KERJA
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II MATARAM
(Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
LAMPIRAN

Proses Memasukkan Kecoa 1 Proses Memasukkan Kecoa 2 Kecoa Hidup 1

Kecoa Mati 1 Proses Observasi 1 Kecoa Perlakuan dan Kecoa Kontrol 1


LAPORAN PRAKTIKUM

“UJI BIO ASSAY MENCIT”

Hari/Tanggal : Kamis, 22 September 2022

Waktu : 08.00 – 12.00

Tempat : Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur metode Bio Assay

2. Untuk mengetahui efektivitas dan daya tahan racun Kovinplus


terhadap Mencit

3. Dapat mengetahui keefektifan pemakaian beberapa formulas


insektisida terhadap Mencit

I. TINJAUAN PUSTAKA

Tikus adalah mamalia termasuk ordo rodentia dan suku muridae. spesies
tikus yang ditemukan di seluruh negara adalah (mus SPP) dan tikus got
rattus norvegicus indraswari 2018
Tikus adalah hewan yang sangat menguasai permukaan bumi setelah
manusia. Tikus (Rodentia) adalah ordo terbesar (40%) dari kelas mamalia
dengan jumlah spesies terbanyak. Namun demikian hanya 9 spesies saja
yang menjadi. Dari 9 spesies tersebut hanya rattus norvegicus (tikus riul)
rattus rattus diardi (tikus rumah) dan Mus musculus (mencit rumah) yang
bersifat kosmopolit( Dr swastiko Priambodo 2020).
Tikus adalah binatang pengerat yang merugikan manusia karena hartanya
merusak Makanan tanam-tanaman, barang-barang dan lain-lain benda.
Kehidupan tikus disebut juga komersial yaitu makan, tinggal dari dekat
kehidupan manusia. Tikus dapat pula sebagai berbagai faktor penyakit
penyakit bakterial, penyakit penyakit virus penyakit-penyakit spirochaeta
dan penyakit cacing dilihat dan sudut estetika dan pelayanan umum tikus
dapat menimbulkan Citra yang kurang baik karena dengan sektor
pariwisata. (Depkes RI 2007).
Tikus merupakan vektor penyakit per dan leplospirosis, Penyakit ini
merupakan penyakit zoonoris tcritama pada tikus dan hewan pengerat Lain
yang dapat ditularkan kepada manusia. Pes juga mcrupakan penyakit yang
bersifat akut yang disebabkan olch bakteri Yersinia pcstis. Pes dikenal yaitu
pes bubo yang ditandai
dengan demam tinggi, tubub (Aziz M, 2011).

A. Karakteristik Morfologi Dari Jenis - Jenis Tikus

Karakteristik morfologi tikus menurut (Adi Hermanto, 2021)

1. Tikus Rumah (Rattus tanezumi)

Tikus ini mempunyai panjang yjung kepala sampai ujung ckor 220-
370 mm, ckor 101- 180 mm, kaki belakang 20-39 mm, ukuran telinga
13-23 mm, sedangkan rumus mamae 243=10. Warna rambut badan
atas coklat tua dan rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu.
Yaing terrnasuk dalam jenis tikus rumah (rattus rattus) yaitu tikus atap
(roof ral, tikus kapal (ship rat, dan black rat. Umur tikus rumah rata-
rata satu tabun dan mencapai dewasa siap kawin pada umur 2-3 bulan
baik pada tikus jantan maupun betina.

2. Tikus Got (Rattus norvegicus)


Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampii ckor 300-400
mm, panjang ekornya 1 70-230 mm, kaki belakang 42-47 mnm,
tclinga 18-22 mm dan mempunyai rumus mamae 3+3=12. Warna
rambut bagian atas coklat kelabu,rambut bagian perut kelabu.
3. Tikus Ladang (Rattus exulans)
Tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai ckor 139-365
mm panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang 24-35 nm dan ukuran
telinga 11-28 mn dan mempunyai rumus mamae 2+2=8. Warra
rambut badan atas coklat kelabu rambut bagian perut putih kelabu.
4. Tikus Sawah (Rattus Argentiveter)
Panjang tikus sawah dari ujung kepala sampai ujung ekor 270-370
mm. panjang ekor 130-192 mm, dan panjang kaki belakang 32-39
mm, telinga 18-21 mm sedangkan rumus mamue 3+3-12. Warna
rambut badan atas coklat muda berbintik-bintik putih, rambut bagian
perut putih aiau coklat pucat Tanda karakteristik binatang pengctat
dicntukan dari giginya. Gigi seri berkembang sepasang dan
membengkok, permukaan gigi seperti pahat. Selain itu terdapat
diastema (bagian lebar tidak bergigi yang memisahkan gigi seri
dengan geraham), serta tidak mempunyai turing. Gigi lainnya berada
di bagian pipi terdiri dari I gerahum awal (premolar) dan 3 gcraham
atau harya 3 geraham.
5. Tikus Wirok (Bandicota indica)
Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kcpala sampai ckor 400-580
mm,panjang ckomya 160-315 mm, kaki belakang 47-53 mm, telinga
29-32 mm scangkan rumus mamac 3+3-12. Warna rambut badan atas
dan rambut bagian perut coklat hitam, rambutnya agak jarang dan
rambut di pangkal ekor kaku seperti ijuk.
6. Mencit (Mus musculus)
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ckor kurang dar
175 mm, ekor 81-108 mm, kaki bclakang 12-18 mm, sedangkan
telinga 8-12 mm, sedangkan rumus mamac 3+2=10. Wama rumbut
badan atas dan bawah coklat kelabu.
B. Tanda Adanya Tikus di Dalam Rumah
1. Kotoran
Jika ada tikus berada di dalam rumah, ada kotoran scgar berwarna
gelap dan lembap. Seiring bertambahnya usia, kotoran mengering
dan menjadi tua serta abu-abu dan akan mudah hancur jika disentuh.
Kotoran paling mungkin ditemukan di dekat paket makanan, di laci
atau lemari, di bawah wastafel, di area tcrsembunyi, dan di
sepanjang jalur tikus. Berbeda dengan kotorin, bekas gigitan yang
lebih baru akan berwama Iebih terung dan menjadi lebih geiap
sciring bertumbahrya usit. Ini ukin sering diemukun paida kemasan
makanan atau struktur rumah itu sendiri. Sailah sati cara untuk
menentukan usia adalab dengan membandingkan bckus eeian yang
baru saja Anda perhatikan dengan tanda pada bahan serupa yang
Anda kctahui lbih tua Jika tanda yung baro ditemukan warnanya
lcbih terang. iu bia menjadi indikasi infestasi berkelarjutan Tanda
tersehu juga di ujung menunjukan jika bekas sigitan lebih besar,
dihasikan oleh tikus yang lebih.

2. Bekas gigitan
Berbeda dengan kotoran bekas gigitan yang lebih baru akan
berwarna lebih terang dan menjadi lebih gelap seiring
bertambahnya usia. Ini akan sering ditemukan pada kemasan
makanan atau struktur rumah itu sendiri salah satu cara untuk
menentukan usia adalah dengan membandingkan bekas gigitan
yang baru saja anda perhatikan dengan tanda pada bahan serupa
yang anda ketahui lebih tua. Jika tanda yang baru ditemukan
warnanya lebih terang, itu bisa menjadi indikasi investasi
berkelanjutan titik tanda tersebut juga dapat menunjukkan jika
bekas gigitan lebih besar dihasilkan oleh tikus yang lebih besar juga.
3. Bau
Kucing dan anjing dapat menjadi aktif dan bersemangat di area
yang terdapat hewan pengerat ini. Ini adalah akibat dari bau tikus
dan kemungkinan besar terjadi saat hewan pengerat baru saja
inemasuki suatu bangunan. Jika Anda melihat hewan peliharaan
Anda mengais di area yang sebelumnya tidak diminati, ambil senter
dan periksa apakah ada tikus atau tikus di area tersebut. Jika
infesiasi besar, Anda juga dapat mendetcksi bau apak yang terus
berlanjut yang berasal dari area tersembunyi, yang menunjukkan
infestasi aktif.
4. Jalur
Jika hewan pengerat saat ini aktif di atau di sekitar rumah Anda,
jalumya cenderung berbeda, dan semakin redup seiring berjalannya
waktu. Anda mungkin melihat noda noda, jcjak kaki, noda urin, atau
kotoran. Jika Anda snencurigai suatu daerah sering dikujungi
hewan pengerat, coba taruh sclapis tipis tepung atau bedak bayi di
sana. Jika hewan pengerat akif, kemungkinan besar Anda akan
melibat jejaknya di bubuk.
5. Sarang
Hewan pengerat akan menggunukan bahan seperti kertas robek,
kain, atau bahan tanaman kering untuk membuat sarangnya. Jika
area ini diterukan dan memiliki salah satu ianda kehadiran lninnya
(kotoran segar, mcnggerogoti, bau,tau jejak), kemungkinan masih
ada infestasi di rumah Anda. (kompas. 2014)

C. Penyakit Yang Di Scbabkan Olch Tikus


1. Hantavirus
Penyakit dari hewan pengerat yang satu ini menular ketika Anda
menghirup partikel dari urine, kotoran, atau air Jiur tikus yung ada di
udara. Anda juga bisa ferinfeksi jika mcnyentuh atau menakan
sesuatu yang bersentulan dengan scsuatu yung pemah terkena tikus.
Digigit tilkus juga bisa berakibat terkena penyakit ini, meskipun
kasusnya jarang
2. Hemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS)
HFRS tcmasuk penyakit scperti demam berdarah, demam berdarh
epidemnik, dan cpidemi nephropathia. Penyebaran penyakit yang
disebabkan oleh tikus ini serupa dengan penyakit hantavirus.
3. Penyakit pes
Penyakit pes disebabkan oleh bakteri Yersinia pestisida yang
ditularkan oleh tikus dan hewan pengerat Jainnya. Bakteri penyebab
penyakit pes ini dibawa olch kutu yang tertular dari hewan pengernt,
sehingga kutu kemudian akan menyebarkan bakieri terscbut saat
menggigit tubuh anda.
4. Lymphorytic chorio-meningitis (LCH)
Lymphocyic clorio-meningitis (LCM) adalah penyakit dari tikus
yang disebabkan oleh virus choriomeningiis limfosik (LCM/), turnan
virus Arenaviridae. LCM bisa dibawa oleh hewan pengerat yang
biasanya ada di rumah-rumah. Sclain itu, virus ini juga bisa
disebarkan oleh hewan pengerat peliharan scperti hamster. Jika Anda
tergigit atau terkena air liur dan air kencing hewan tersebut, Anda
berisiko tinggi mengalami penyakit infeksi ini S. Rat bite Sever
(RBF) RBF adalahi panyakit yang discbabkan olch gigitan tikus.
Gigitan tersebut dapat mengakibatkan infeksi yang discbabkan oleh
bakteri Spirillum minus stau Streptobacitlus moniliformis. Ketika
seseorung terserung RBF, maka akan muncul berbagai gejala yang
tidak biast.
5. Leptospirasis
Leptospirosis adaluh infeksi bakterl yang ditularkan olch tikus ketika
sescorang memiliki luka terbuka. Kemungkinan, infeksi terjadi saat
luka terbuka yang belum sembuh tersebut bersettuhan atau terkena
langsung dengan perantaro, misalnya air atau tanah, yung sudah
tercemar olch unine hewan pengerat ini (Nurin, Fajarina. 2021
Kemampuan insektisida membunuh serangga bergantung pada bentuk,
cara masuk kedalam tubuh serangga, macam bahan kimia, konsentrasi dan
jumlah (dosis) insektisida. Selain itu juga harus memperhatikan faktor-
faktor yaitu spesies serangga yang akan diberantas, ukuran stadium, sistem
pernapasan dan bentuk mulut, penting juga mengetahui habitat dan
perilaku serangga dewasa termasuk kebiasaan makannya. Untuk
mengetahui efektif atau tidaknya ainsektisida yang digunakan dalam
program pengendalian vektor perlu di lakukan bioassay.
Kegiatan bioassay dilakukan agar mengetahui efektivitas dari insektisida
yang digunakan. Uji bioassay adalah suatu uji untuk mengetahui kekuatan
atau daya bunuh insektisida baik terhadap nyamuk dewasa maupun
jentik(Sugeng Abdullah, 2003).
Uji Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu
insektisida terhadap vektor penyakit. Ada 3 jenis Uji Bioassay yaitu :

1. Uji bioassay kontak langsung (residu)


2. Uji bioassay kontak tidak langsung (air bioassay) (residu)
3. Uji bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV)

Kegiatan bioassay dilakukan agar mengetahui efektivitas dari insektisida


yang digunakan.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat

No. Nama Gambar Fungsi


1. Kandang Digunakan untuk
wadah mencit.

2. Stop Wach Alat yang


digunakan untuk
mengukur waktu

3.. Alat Tulis alat tulis, untuk


mencatat
B. Bahan

No. Nama Gambar Fungsi


1. Mencit Sebagai vektor
yang akan di
uji.

2. Biscuit Untuk
perantara
insektisida

3. Racun Racun
tikus Kovinplus
Sebagai
insektisida
yang akan diuji
dengan bahan
aktif seng
fosfida 80%
III. PROSEDUR KERJA
a. Siapkan Alat dan bahan
b. Pisahkan mencit ke 2 tempat, dengan masing-masing tempat berisi 8
mencit
c. Salah satu tempat yang berisi mencit diberi insektisida (racun tikus
Kovinplus )
d. Kemudian hitung angka kematian mencit pada menit/ jam berapa,
e. Tunggu selama 4-8 jam
f. Hitung kematian mencit pada perlakuan dan kontrol
Jika kematian Jentik pada pembanding (kontrol) :
o < 5 %, maka angka kematian dapat digunakan
o 5 %-20 %, maka kematian harus dikoreksi dengan rumus :
Abbo’s: Kematian perlakuan (%) – Kematian Kontrol (%) X 100%
100 % - Kematian kontrol (%)
o 20 % kematian kontrol uji bioassay harus diulang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Dari hasil praktikum uji bio assay pada mencit didapatkan hasil pada
perlakuan di dapatkan mencit yang mati sebanyak 8 ekor (mati semua),
dengan rincian waktu mati sebagai berikut:
• Tikus pertama, mati di jam kedua menit 13
• Tikus ke dua, mati di jam kedua menit ke 27
• Tikus ke tiga, mati di jam kedua menit ke 30
• Tikus ke empat, mati di jam kedua menit ke 37
• Tikus ke lima, mati di jam ke dua menit ke 42
• Tikus ke enam mati di jam ke tiga menit ke 1
• Tikus ke tujuh mati di jam ke tiga menit ke 8
• Tikus ke delapan, mati di jam ke tiga menit ke 15
sedangkan pada control tidak ada yang mati.
JUMLAH
JUMLAH MENCIT %
NO PENGUJIAN WAKTU MENCIT YANG KEMATIAN
YANG MATI
HIDUP

1 Kandang Kontrol 4 jam 8 ekor 0 ekor 0%

Kandang 100 %
2 4 jam 0 ekor 8 ekor
Perlakuan

TOTAL 8 ekor 8 ekor

Jadi perhitungannya:
o Kontrol : 8 mencit, 8 Hidup, 0 Mati
o Perlakuan : 8 mencit, 0 Hidup, 8 Mati
Adapun hasil perhitungan % yaitu sebagai berikut:
• % Kematian Kontrol = Jumlah mencit yang mati x 100
%
Jumlah mencit Keseluruhan
= 0 x 100 %
10
= 0%
• % Kematian Perlakuan = Jumlah mencit yang mati x 100
%
Jumlah mencit Keseluruhan
= 8 x 100 %
8
= 100 %
Jadi, % kematian control yaitu 0% maka jika kematian control <5%
maka tidak dimasukkan di rumus abbo’s karena angka kematian
sudah dapat digunakan.
B. Pembahasan
Tikus baik disadari atau tidak, kenyataanya telah menjadi saingan
bagi manusia. Lebih dari itu tikus, pada dasarnya dapat mempengaruhi
bahkan mengganggu kehidupan manusia dengan berbagai cara. Dalam
hal jumlah kehidupan yang terlibat dalam gangguan tersebut, erat
kaitanya dengan kejadian penularan penyakit.hal demikian dapat dilihat
dari pola penularan penyakit pest yang melibatkan empat faktor
kehidupan, yakni Manusia, pinjal, kuman dan tikus. Beranjak dari pola
tersebut, upaya untuk mempelajari kehidupan tikus menjadi sangat
relefan. Salah satunya adalah mengetahui jenis atau spesies tikus yang
ada, melalui identifikasi maupun deskripsi. Untuk keperluan ini
dibutuhkan kunci identifikasi tikus atau tabel deskripsi tikus, yang
memuat ciri-ciri morfologi masing-masing jenis tikus. Ciri-ciri
morfologi tikus yang lazim dipakai untuk keperluan tersebut di
antaranya adalah: berat badan (BB ). panjang kepala ditambah badan
(H&B), ekor (T), cakar (HF), telinga (E), tengkorak (SK) dan susunan
susu (M). Disamping itu, lazim pula untuk diketahui bentuk moncong.
warna bulu, macam bulu ekor, kulit ekor. gigi dan lain-lain. Insect atau
ektoparasit yang menginfestasi tikus penting untuk diketahui, berkaitan
dengan penentuan jenis vektor yang berperan dalam penularan penyakit
yang tergolong rat borne deseases.
Dari hasil praktikum tersebut, diperoleh data bahwa kematian
mencit tersebut dipengaruhi oleh daya bunuh dari insektisida tersebut.
Pada awal tikus diletakkan pada kandang yang diberi racun sebanyak 2
gr yang dicampur dengan biskuit, mencit tersebut pertama tama
mencium dan mengendus biscuit tersebut. Mencit tersebut tidak
mengetahui adanya racun di biskuit. Begitu mencit memakan biscuit
yang mengandung racun tersebut, perlahan mencit tersebut gerakannya
melemah dan perlahan-lahan pingsan. Akhirnya pada waktu menjelang
jam ke dua , mencit tersebut mati karena telah terpapar oleh racun yang
telah dicampur dengan biskuit tadi.
V. KESIMPULAN
Dari praktikum uji bio assay pada mencit yang dilakukan di lab
vektor dapat disimpulkan bahwa, kematian mencit pada control yaitu 0
ekor, pada perlakuan 8 ekor. Dan % kematian yang didapatkan pada control
0% sedangkan pada perlakuan 100% sehingga tidak dapat dilanjutkan
menggunakan rumus abbo’s karena angka kematian sudah bisa digunakan
jika <5%. Hal tersebut terjadi karena pada kandang control tidak diberikan
insektisida sedangkan pada kandang perlakuan diberikan insektisida (racun
tikus Kovinplus) . Uji bio assay pada mencit ini dilakukan dalam waktu 4-
8 jam. Perhitungan pada mencit tidak dilanjutkan menggunakan rumus
abbo’s karena % kematian control 0% dan berada di <5% sehingga itu
dikatakan uji bagus dan angka kematian tersebut sudah bisa digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmi, Safitriani. 2014, Laporan Praktikum Uji Bio Assay. http://rahmisafitriani.


blogspotco.id/2014/11/laporan-praktikum-uji-bio-assay.html (diakses pada
02 November 2022)

Kholis, N., & Hadi, F. (2010). Pengujian bioassay biskuit balita yang
disuplementasi konsentrat protein daun kelor (Moringa oleifera) pada model
tikus malnutrisi. Jurnal Teknologi Pertanian, 11(3), 144-151.

Marsono, Y., Triwitono, P., & Kanoni, S. (2005). Indeks Glisemik Kacang Buncis
(Phaseolus vulgaris) dan Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis) serta Uji
Efek Hipoglisemiknya pada Tikus Sprague Dawley. Biota: Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Hayati, 183-191.
LAMPIRAN

Proses Observasi 2 Mencit Memakan Biskuit 1

Proses Observasi 3 Mencit Memakan Biskuit 1

Proses Observasi 4 Proses Memasukkan Mencit keDalam Kandang 1

Anda mungkin juga menyukai