X-RAY
OLEH :
Fahira giyanti 2013551005
Faradilla maharani 2013351006
Hesi nirva diana 2013351007
Laila Atika Hsb 2013351008
PENDAHULUA
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengoperasian instrumen
difraksi sinar – X PHYWE dalam karakterisasi bahan dan menentukan ukuran
butir (grain size) kristal Lif dengan prinsip sinar-X.
BAB II
TINJAUAN
2.1 Dasar
Teori PUSTAKA
(chorkendroff,2003).
Salah satu cara untuk membangkitkan sinar-x adalah dengan cara
menembakan elektron yang berenergi kinetik (berkecepatan) tinggi pada
suatu target (anoda).
Pembangkit (sumber) sinar-x jenis ini berdasarkan keadaan target (anoda) dapat
dibedakan menjadi dua jenis sumber sinar-x, yaitu sumber sinar-x yang beranoda
diam (fixed anode x- ray source) dan sumber sinar-x dengan anoda berputar
(rotating anode x-ray source). Pada waktu suatu material dikenai sinar-X, maka
intensitas sinar yang ditransmisikan lebih rendah dari intensitas sinar datang. Hal
ini disebabkan adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh
atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar-X yang dihamburkan tersebut ada
yang saling menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada juga yang saling
menguatkan karena fasanya sama. Hukum Bragg merupakan perumusan
matematika tentang persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar-X yang
dihamburkan tersebut merupakan berkas difraksi. Sinar-X dihasilkan dari tumbukan
antara elektron kecepatan tinggi dengan logam target (Kittel,1991).
2.1.2 Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
n = orde (0,1,2,3,
…..) λ = panjang
gelombang
METODOLGI
Pada praktikum ini digunakan beberapa alat dan bahan. Bahan yang digunakan
adalah padatan kristal LIF. Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain sebuah
instrumen diffraksi sinar-X PHYWE dan 3 jenis Kolimator yaitu kolimator kecil,
kolimator sedang dan kolimator bear.
3.2 Tata Laksana Percobaan
20
30
40
50
60
10
15
20
25
30
0
5
0
20 20
21,4 21,4
22,8 22,8
24,2 24,2
25,6 25,6
27 27
28,4 28,4
BAB IV
35,4 35,4
36,8 36,8
38,2 38,2
39,6 39,6
41 41
42,4 42,4
43,8 43,8
45,2 45,2
46,6 46,6
48 48
49,4 49,4
50,8 50,8
52,2 52,2
53,6 53,6
55 55
56,4 56,4
57,8 57,8
59,2 59,2
4.1.3 Kolimator Besar
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
36
52
20
21,6
23,2
24,8
26,4
28
29,6
31,2
32,8
34,4
37,6
39,2
40,8
42,4
44
45,6
47,2
48,8
50,4
53,6
55,2
56,8
58,4
60
4.2 Perhitunga
n θ = θ2 –
θ1
λ = 54.18
pm k = 0,94
𝑘𝜆
𝐵=
𝐿
𝐿= 𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑘𝜆
𝐵 𝑐𝑜𝑠𝜃
4.2.1 kolimator Kecil
θ = (39,6-38,2)o = 1,4o
B = 39,35-38,55 = 0,8o = 0,8° × (𝜋/180)𝑟𝑎𝑑 = 0,013968253 rad
𝑘𝜆
𝐿 = 𝐵 𝑐𝑜𝑠𝜃
0,94 𝑥 54,18
= 0,013968253 = 3647,16 pm
cos (1,4)
Puncak 1
θ = (38-37)o = 1o
B = 37,8-37,2 = 0,6o = 0,6° × (𝜋/180)𝑟𝑎𝑑 = 0,01047619 rad
𝑘𝜆
𝐿 = 𝐵 𝑐𝑜𝑠𝜃
0,94 𝑥
=
54,18 = 4862,16 pm
0,01047619
cos (1)
Puncak 2
θ = (39,8-38,1)o = 1,7o
B = 39,7-38,3 = 1,4o = 1,4° × (𝜋/180)𝑟𝑎𝑑 = 0,02444444 rad
𝑘𝜆
𝐿 = 𝐵 𝑐𝑜𝑠𝜃
0.94 𝑥
=
54.18 = 2084,385 pm
0,02444444
cos (1,7)
4.2.3 Kolimator Besar
Puncak 1
θ = (39,2-38,1)o = 1,1o
B = 38,9 – 38,4 = 0,5o = 0,5° × (𝜋/180)𝑟𝑎𝑑 = 0,00873016 rad
𝑘𝜆
𝐿 = 𝐵 𝑐𝑜𝑠 𝜃
0,94 𝑥
=
54,18 = 5834,78 pm
0.00873016
cos (1,1)
Puncak 2
θ = (39,6-38,1)o = 1,5o
B = 39,4-38,5 = 0.9o = 0,9° × (𝜋/180)𝑟𝑎𝑑 = 0,015714285 rad
𝑘𝜆
𝐿 = 𝐵 𝑐𝑜𝑠𝜃
0.94 𝑥 54.18
= 0,015714285 = 3242,06 pm
cos (1,5)
4.3 Pembahasan
Pada percobaan kali ini digunakan instrumen diffraksi sinar-X PHYWE untuk
menentukan ukuran butir kristal LIF menggunakan prinsip sinar-X. Digunakan tiga
jenis kolimator yaitu kolimator kecil, kolimator sedang dan kolimator besar.
Penggunaan tiga jenis kolimator ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh ukuran kolimator yang digunakan terhadap hasil pengukuran ukuran butir
kristal yang diperoleh. Setelah dipasang sampel (padatan kristal LIF) dan kolimator
selanjutnya sebelum percobaan dimulai, jendela harus ditutup dengan rapat.
Perlakuan ini bertujuan agar tidak terjadi radiasi sumber sinar- X ke bagian luar
ketika XRD dijalankan. Selain itu jika jendela tidak ditutup rapat maka
instrumen tidak akan bekerja memindai sampel. Kemudian diatur sudut sampel
pada 20°. Perlakuan ini bertujuan agar sinar-X yang ditembakkan dapat mengenai
sampel karena jika sudut sampel 0° maka sinar-X akan lewat tanpa mengenai
sampel. Dan pada stopping angel detektor diatur pada sudut 60°, ini menunjukkan
bahwa proses pengukuran akan berhenti pada saat detektor dalam posisi 60° , agar
tidak terlalu lama. Digunakan kenaikan sudut 0.2°, artinya setiap sampel diputar
0.2° maka dilakukan pengukuran sampai detektor dalam posisi 60°. Saat detektor
dalam posisi 60° maka pengukuran akan berhenti.
4.3.2 Analisa Hasil
Berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan, dapat dilihat pada masing
masing jenis kolimator terdapat perbedaan baik secara grafik maupun
perhitungan. Berdasarkan grafik yang diperoleh, kolimator kecil menghasilkan
grafik yang mempunyai perbedaan cukup signifikan dari grafik kolimator sedang
dan kolimator besar. Pada kolimator kecil, jarak antara puncak (paling tinggi)
dengan puncak lainnya berdekatan, tidak ada puncak kecil ditengahnya sehingga
setelah dilakukan smooting hanya terdapat satu puncak saja yang paling tinggi.
Sedangkan pada kolimator sedang dan kolimator besar, terdapat jarak antara
puncak (paling tinggi) satu dengan puncak paling tinggi lainnya. Diantara kedua
puncak tersebut terdapat puncak kecil. Setelah dilakukan smooting terdapat dua
puncak paling tinggi.
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel
kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang
gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang dibiaskan
akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak
difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin kuat
intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD
mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga
dimensi.
Berdasarkan hasil perhitungan untuk kolimator kecil hanya ada satu puncak
dan diperoleh nilai ukuran butir kristal 3647,16 pm. Sedangkan untuk kolimator
sedang pada puncak pertama nilai ukuran butir kristal 4862,16 pm dan untuk
puncak ke dua diperoleh 2084,385 pm. Untuk kolimator besar, pada puncak
pertama diperoleh nilai ukuran butir kristal 5834,78 pm dan pada puncak ke dua
diperoleh 3242,06 pm. Ukuran butir kristal yang diperoleh ini mungkin berbeda
dari analisa masing masing individu karena penarikan garis yang dilakukan tiap
individu pasti berbeda.
Penggunaan kolimator kecil akan menyebabkan intensitas berkas sinar-X
yang diterima detektor akan semakin rendah sehingga diperlukan waktu yang
lebih lama untuk mendapatkan data yang baik dibandingkan jika menggunakan
kolimator sedang atau besar intensitas berkas sinar-X yang diperoleh detektor akan
semakin tinggi namun semakin besar kemungkinan mengalami hamburan saat
sinar-X ditembakkan, sehingga tingkat keakurasian data yang diperoleh kurang
baik. Oleh karena itu disarankan menggunakan kolimator kecil dalam pengukuran
menentukan ukuran butir kristal
Lithium Fluoride (LiF) adalah bahan dengan transmisi UV paling tinggi
dari bahan apapun dan digunakan untuk optik UV khusus. Lithium fluoride
dapat mentransmisikan secara signifikan ke wilayah VUV di garis hidrogen
Lyman-alpha (121nm). Lithium fluoride juga digunakan untuk X-ray piring
monokromator dimana jarak kisi yang membuat analisis kristal paling berguna.
Lithium fluoride merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia LiF.
Senyawa ini berwarna bening, strukturnya padat, transisinya menjadi berwarna
putih dengan
mengurangi ukuran kristalnya. Meskipun tidak berbau, lithium fluoride memiliki
rasa pahit-garam. Strukturnya analog dengan natrium klorida, tetapi jauh lebih
sedikit larut dalam air. Hal ini terutama digunakan sebagai komponen dari garam
cair. Pembentukan LiF melepaskan salah satu energi tertinggi per massa reaktan.
Lithium Fluoride (LiF) memiliki indeks bias terendah dari semua bahan
inframerah pada umumnya. LiF juga memiliki transmisi UV tertinggi dari bahan
apapun. LiF sedikit larut dalam air, sementara larut dalam HDF dan asam lainnya.
Properti dari Lithium Fluoride (Lif)
Sifat Nilai
Kerapatan (g/𝑐𝑚3) 6.51
Titik Lebur (°C) 2310
Co-Efisien Ekspansi termal
(x10−6/°C) 37
Konstanta Dielektrik (Gpa)
9.1
Modulus Young 64.8
Indeks bias pada 1.0μm
1.3871
1
Lithium fluoride yang paling banyak digunakan sebagai fluks dalam produksi
keramik, seperti enamel, gelas dan glasir. Demikian juga digunakan dalam mematri
dan pengelasan fluks dan kimia garam cair dalam metalurgi. LiF juga digunakan
untuk X-Ray monokromator piring sebagai analisis kristal, bahan Panas sink dan
jendela transmisi UV.
BAB V
KESIMPULA
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
C, Kittel.1991. Introduction to Solid State Physics, 6th ed., John Wiley & Sons, Inc:New
York. French, D.N. 1983.Metallurgical Faikures in Fossil Fired Boilers. John Wiley &