Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Aprilia Fitriana Susanti P27833318007
2. Waella Septamari Budi P27833318008
3. Eva Hesti Puspa Sari P27833318015
4. Saphire Febrary Priin Putri P27833318029
5. Ogi Rio Putra Pratama P27833318034
6. Dewi Randa S. P27833318057
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN DI INSTITUSI
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I SURABAYA
WILAYAH KERJA PELABUHAN GRESIK
Jalan Harun Thohir No.37, Pulopancikan, Kebungson, Kecamatan Gresik,
Kabupaten Gresik
Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Aprilia Fitriana Susanti P27833318007
2. Waella Septamari Budi P27833318008
3. Eva Hesti Puspa Sari P27833318015
4. Saphire Febrary Priin Putri P27833318029
5. Ogi Rio Putra Pratama P27833318034
6. Dewi Randa S. P27833318057
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022
i
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Akademik
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan kasih-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Institusi yang telah dilaksanakan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Surabaya
Wilayah Kerja Gresik tepat pada waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil
kerja Praktik dan pengumpulan data selama mahasiswa melakukan kegiatan Praktik
Kerja Lapangan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Surabaya Wilayah Kerja
Gresik.
Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) Institusi ini adalah diharapkan agar
mahasiswa/i Kesehatan Lingkungan Surabaya mampu menerapkan teori yang telah
diperoleh pada saat kuliah, sehingga diharapkan mahasiswa/i terampil dalam substansi
sanitasi.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan diselesaikan berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Bapak drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya.
2. Bapak Ferry Kriswandana, SST, MT selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
3. Bapak Hadi Suryono, ST., MPPM selaku Ketua Program Studi Sanitasi
Lingkungan Surabaya.
4. Bapak Slamet Mulsiswanto, selaku Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1
Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk Praktik Kerja
Lapangan (PKL) Institusi di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Surabaya
Wilayah Kerja Gresik.
5. Ibu Devika Martyawati, SKM M.Kes, selaku Penanggung jawab Diklat Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Surabaya yang telah memberikan kesempatan IV
kepada kami untuk Praktik Kerja Lapangan (PKL) Institusi di Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas 1 Surabaya Wilayah Kerja Gresik.
6. Bapak Akhmad Imron, SKM, M.KKK, selaku Kepala Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas 1 Surabaya Wilayah Kerja Gresik yang telah memberikan
iii
kesempatan kepada kami untuk Praktik Kerja Lapangan (PKL) Institusi di
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Surabaya Wilayah Kerja Gresik.
7. Bapak Setiawan, SKM., M.Psi, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan banyak masukan, waktu, dan arahan selama Praktik Kerja
Lapangan (PKL) Institusi di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Surabaya
Wilayah Kerja Gresik.
8. Ibu Nellis Eka Risnita, AMd. KL selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan banyak masukan, waktu, dan arahan selama Praktik Kerja
Lapangan (PKL) Institusi di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Surabaya
Wilayah Kerja Gresik
9. Staff dan karyawan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah
Kerja Pelabuhan Gresik.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran praktik kerja lapangan ini
dan dalam penyelesaian penyusunan laporan
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Kami berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
v
Tabel III. 1 ............................................................................................................ 10
Tabel III. 2 ............................................................................................................ 13
Tabel IV. 1 ........................................................................................................... 19
Tabel IV. 2 ........................................................................................................... 29
Tabel IV. 3 ........................................................................................................... 40
Tabel IV. 4 ........................................................................................................... 42
Tabel IV. 5 ........................................................................................................... 43
Tabel IV. 6 ........................................................................................................... 57
Tabel IV. 7 ........................................................................................................... 58
Tabel IV. 8 ........................................................................................................... 62
Tabel IV. 9 ........................................................................................................... 64
Tabel IV. 10 ......................................................................................................... 66
Tabel IV. 11 ......................................................................................................... 69
Tabel IV. 12 ......................................................................................................... 70
Tabel IV. 13 ......................................................................................................... 70
Tabel IV. 14 ......................................................................................................... 71
Tabel IV. 15 ......................................................................................................... 72
Tabel IV. 16 ......................................................................................................... 75
Tabel IV. 17 ......................................................................................................... 77
Tabel IV. 18 ......................................................................................................... 78
Tabel IV. 19 ......................................................................................................... 79
Tabel IV. 20 ......................................................................................................... 80
Tabel IV. 21 ......................................................................................................... 80
Tabel IV. 22 ......................................................................................................... 81
Tabel IV. 23 ......................................................................................................... 81
Tabel IV. 24 ......................................................................................................... 82
Tabel IV. 25 ......................................................................................................... 82
Tabel IV. 26 ......................................................................................................... 85
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar II. 1 ........................................................................................................... 7
Gambar IV. 1 ........................................................................................................ 42
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan Praktik Kerja Institusi merupakan salah satu Proses Kerja
Mahasiswa yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pembekalan di Kampus
dan kegiatan Praktik Kerja di Institusi. Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja
Institusi sebagai bentuk proses kerja mahasiswa untuk memenuhi standar
kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk capaian pembelajaran (CP) Mata
Kuliah Praktik Kerja Institusi pada Program Studi Sanitasi Lingkungan
Program Sarjana Terapan pada Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya. Praktik Kerja Institusi dengan melaksanakan
Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk mendukung pengembangan
pengetahuan, moralitas, integritas dan kompetensi substansi pengendalian
vektor dan binatang pembawa penyakit serta dapat mengembangkan
kerjasama dan pemberdayaan masyarakat. Mahasiswa Program Studi Sanitasi
Lingkungan Program Sarjana Terapan pada Jurusan Kesehatan Lingkungan
disiapkan sebagai lulusan Sarjana Terapan yang berperan sebagai manajer
dan konsultan bidang kesehatan lingkungan yang aplikasinya adalah mampu
memecahkan masalah kesehatan lingkungan di suatu institusi.
Program Studi Sanitasi Lingkungan Program Sarjana Terapan pada
Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
sebagai salah satu Program Studi yang dapat menghasilkan lulusan Sanitarian
yang memiliki kemampuan intelektual, kompetitif, skill, dan attitude yang
dapat dipertanggungjawabkan secara profesional.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di institusi dapat memberikan
pengalaman kerja bagi peserta didik dalam memecahkan suatu masalah yang
ada berdasarkan data yang diperoleh secara terpadu. Peserta didik juga akan
memperoleh pengalaman, ketrampilan dan keahilan lapangan yang
sesungguhnya ditempat kerja dengan pendekatan secara langsung sesuai
dengan bidang keahlian, serta ikut berperan aktif dalam dunia kerja yang
sesungguhnya. PKL dapat memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan
1
ilmu yang diperoleh saat pembelajaran di kuliah baik secara teori maupun
praktek.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan praktek kerja lapangan institusi di kantor kesehatan
pelabuhan kelas I Wilayah Kerja Gresik dan memberikan kesempatan
kepada mahasiswa dalam memperoleh pengalaman praktik di institusi
sehingga mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh ke dunia kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan bagi mahasiswa secara
langsung ke dunia kerja
b. Mengaplikasikan ketrampilan dan keahlian secara khusus di bidang
ilmu kesehatan lingkungan secara langsung di institusi (tempat kerja),
sehungga diharapkan mengerti ruang lingkup bidang kerja sesuai
dengan kompetensinya.
c. Membentuk sikap dan mental mahasiswa agar mampu dan menghadapi
tantangan dunia kerja.
d. Mahasiswa mampu memahami struktur organisasi dan mekanisme kerja
di tempat praktik kerja lapangan (PKL) KKP Wilayah Kerja Gresik,
dengan rincian sebagai berikut :
1) Melakukan orientasi lapangan (pengorganisasian).
2) Melakukan pendataan (data primer dan sekunder)
3) Melakukan penyusunan rencana pemecahan masalah berdasarkan
data yang diperoleh.
4) Melakukan pelaksanaan kegiatan dan evaluasi pemecahan masalah
5) Melakukan penyusunan laporan.
6) Melakukan presentasi hasil kegiatan di KKP Kelas I Surabaya
Wilayah Kerja Gresik
7) Melakukan seminar di institusi Prodi Sanitasi Lingkungan Program
Sarjana Terapan Surabaya.
2
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami tugas pokok bidang pengendalian
risiko lingkungan dan memahami alur kerja pada bidang-bidang yang lain.
2. Bagi Jurusan Kesehatan Lingkungan
Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan
bermanfaat antara Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya dengan
Jurusan Kesehatan Lingkungan Surabaya.
3. Bagi Intansi Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah Kerja
Gresik dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian
masalah di bidang kesehatan untuk kebutuhan di unit kerja masing-masing.
3
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI DAN TUPOKSI
4
dan mengalami perubahan menjadi Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2021. Dengan perubahan terakhir ini, jumlah
KKP menjadi 51 dengan rincian sebagai berikut :
1. KKP kelas I berjumlah 7 KKP
2. KKP kelas II berjumlah 26 KKP
3. KKP kelas III berjumlah 16 KKP
4. KKP kelas IV berjumlah 2 KKP
5
KKP mempunyai tugas melaksanakan upaya cegah tangkal keluar
atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan di wilayah kerja
pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara.
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, KKP mennyelenggarakan fungsi
antara lain:
a. Penyusunan rencana, kegiatan, dan anggaran
b. Pelaksanaan pengawasan terhadap penyakit dan faktor risiko kesehatan
pada alat angkut, orang, barang, dan/atau lingkungan
c. Pelaksanaan pencegahan terhadap penyakit dan faktor risiko kesehatan
pada alat angkut, orang, barang, dan/atau lingkungan
d. Pelaksanaan respon terhadap penyakit dan faktor risiko kesehatan pada
alat angkut, orang, barang, dan/atau lingkungan
e. Pelaksanaan pelayanan kesehatan pada kegawatdaruratan dan situasi
khusus
f. Pelaksanaan penindakan pelanggaran di bidang kekarantinaan
Kesehatan
g. Pengelolaan data dan informasi di bidang kekarantinaan Kesehatan
h. Pelaksanaan jejaring, koordinasi, dan kerja sama di bidang
kekarantinaan Kesehatan
i. Pelaksanaan bimbingan teknis di bidang kekarantinaan Kesehatan
j. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
kekarantinaan Kesehatan
k. Pelaksanaan urusan administrasi KKP
6
KEPALA KANTOR
Slamet Mulsiswanto
Gambar II. 1
Struktur Organisasi KKP Kelas 1 Surabaya
7
D. Gambaran Umum Kantor Kesehatan Pelabuhan Wilayah Kerja Gresik
1. Lokasi Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah Kerja
Gresik mempunyai luas bangunan seluas 1.102 m3 yang merupakan milik
sendiri. Lokasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah
Kerja Gresik di Jl. Harun Tohir Nomor. 37, Kabupaten Gresik. Memiliki
koordinat : Latitude : -7,156847 Longtitude : 112,659277.
2. Struktur Organisasi KKP Kelas 1 Wilker Gresik
Kepala Wilayah : Akhmad Imron, SKM., M.KKK
a. Substansi Pengendalian Risiko Lingkungan:
1) Eddy Suyanto, SKM.
2) Poegoeh Hartanto
3) Nellis Eka Risnita.
b. Substansi Upaya Kesehatan Dan Lintas Wilayah :
1) dr. Maedy C.B.
2) Agus Hendri, S.Kep.
3) Henif Carry B, AMd.Kep.
4) Arif Deddy, Amd.Kep.
c. Substansi Pengendalian Kesehatan Sanitasi dan Epidemiologi
1) Akhmad Imron, SKM., M.KKK.
2) drg. Dyah Puspita R.
d. Tata Usaha
1) Suyanto
2) Alrizal Nanda
3) Andik
8
BAB III
STRATEGI PENDEKATAN KEGIATAN
A. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan dilakukan selama 4
minggu, mulai dari tanggal 07 Maret – 01 April 2022. Waktu pelaksanaan
kegiatan disesuaikan dengan jam kerja di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
I Surabaya Wilayah Kerja Gresik, dengan rincian sebagai berikut :
1. Senin – Kamis : Pukul 07.30 – 16.00 WIB
2. Jumat : Pukul 07.30 – 16.30 WIB
B. Lokasi Pelaksaan
Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah Kerja Gresik yang berlokasi
di Jalan Harun Thohir No.37, Pulopancikan, Kebungson, Kecamatan Gresik,
Kabupaten Gresik
C. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam laporan praktek kerja lapangan ini sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data primer hasil praktik kerja lapangan di KKP Wilker Gresik
berasal dari informasi langsung mengenai kegiatan yang dilaksanakan
melalaui observasi langsung dan hasil diksusi dengan pembimbing
lapangan dan petugas KKP Kelas 1 Surabaya Wilker Gresik.
Observasi/survey lapangan berupa data sanitasi lingkungan
pelabuhan dan sanitasi kapal yang terdiri dari lokasi, alat-alat
pengoperasian, lingkungan fasilitas sanitasi, dan lingkungan secara
umum di pelabuhan. Kegiatan wawancara diarahkan pada kegitan
meliputi sanitasi lingkungan pada kawasan pelabuhan dan kapal, upaya
sanitasi, layanan sanitasi bagi umum, informasi sumber pencemaran, dan
penanggulangan pencemaran lingkungan.
9
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari dokumen laporan tahunan di KKP
Wilayah Kerja Gresik. Data yang dikumpulkan antara lain adalah hasil
program kegiatan di setiap substansi yang ada di KKP Kelas 1 Surabaya
Wilayah Kerja Gresik, pengelolaan sanitasi lingkungan di pelabuhan,
kriteria sanitasi lingkungan, fasilitas sanitasi lingkungan pelabuhan, data
dan laporan pelaksanaan RKL dan RPL, struktur organisasi KKP, analisa
laporan KKP, analisa laboratorium kesehatan, analisa foto-foto
penyelidikan dan pemantauan sanitasi lingkungan, foto-foto kegiatan
sanitasi, dan fasilitas sanitasi lingkungan di pelabuhan
E. Rencana Kegiatan
Adapun rencana kegiatan yang akan kami lakukan untuk Praktik Kerja
Lapangan di KKP Wilayah Kerja Gresik selama 4 minggu adalah sebagai
berikut :
Tabel III. 1
Rencana Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Di KKP Kelas I Surabaya Wilayah
Kerja Gresik pada Tahun 2022
HARI,
NO URAIAN KEGIATAN
TANGGAL
10
HARI,
NO URAIAN KEGIATAN
TANGGAL
11
HARI,
NO URAIAN KEGIATAN
TANGGAL
20. Jum’at,
J 1 April a. Meminta tanda tangan pengesahan laporan
2022 hasil praktik kerja lapangan
b. Perpisahan
12
F. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilakukan,
berdasarkan pada pelaksanaan program-program di Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah Kerja Gresik. Rincian kegiatan-kegiatan
yang telah dilaksanakan selama 4 minggu sebagai berikut :
Tabel III. 2
Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Wilayah Kerja Gresik Pada
Tahun 2022
NO HARI, TANGGAL URAIAN KEGIATAN
13
NO HARI, TANGGAL URAIAN KEGIATAN
14
NO HARI, TANGGAL URAIAN KEGIATAN
15
NO HARI, TANGGAL URAIAN KEGIATAN
16
NO HARI, TANGGAL URAIAN KEGIATAN
17
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Planning (Perencanaan)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 44
tahun 2014 tentang penyelenggaraan pelabuhan dan bandar udara sehat
ditujukan untuk mewujudkan kondisi Pelabuhan yang dapat mencegah potensi
risiko penyebaran penyakit, gangguan kesehatan, keamanan dan ketertiban yang
dinamis sehingga tercipta Pelabuhan Sehat. Adapun kegiatan perencanaan yang
dilakukan oleh petugas substansi pengendalian risiko lingkungan, meliputi:
18
Tabel IV. 1
Rekapitulasi Kegiatan Substansi Pengendalian Risiko Lingkungan di Wilayah
Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Surabaya Wilayah Kerja Gresik
Tahun 2022
No. Jenis Satuan Target Kegiatan/Bulan
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
A. Pengendalian Kesehatan Lingkungan
1 Pengawasan Penyediaan air bersih
a. Kimia Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Sampel
b. Bakteriologis Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Sampel
2. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan
a. Bakteriologis Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Sampel
b. Usap alat makan Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Sampel
c. Hygiene Sanitasi TPM Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Sampel
d. Organoleptik Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Sampel
3. Pengamatan Larva Aedes Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
aegypty Sampel
4. Pengawasan Hygiene 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Sanitasi Bangunan
Tempat Umum
5. Pengawasan Kualitas Air laut
a. Kimiawi Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Sampel
b. Bakteriologis Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Sampel
6. Pengawasan Sanitasi Kapal
a. Air bersih Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Sampel
b. Fumigasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
c. Penerbitan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Dokumentasi
B. Pengendalian Vektor
7. Pengendalian Aedes 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
8. Pengendalian Anopheles 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
19
No. Jenis Satuan Target Kegiatan/Bulan
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
9. Pengendalian Tikus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
10. Pengendalian Lalat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
11. Pengendalian Kecoa 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
12. Layanan Pengendalian 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Vektor Diare
20
d. Material
Bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel air bersih yaitu
handscone, masker, hair net, kapas, ice cool pad, form inspeksi air bersih,
label/etiket, dan alcohol swab.
e. Method
Pelaksanaan kegiatan sanitasi tempat umum dilakukan secara kimia
dan bakteriologis. Untuk metode secara kimia menerapkan prinsip tidak
ada aerasi, karena untuk menghindari terjadinya oksidasi sehingga
kandungan logam di dalam air bersih tidak berubah. Untuk metode
pengambilan sampel secara bakteriologis menerapkan prinsip harus steril,
karena untuk menghindari terjadinya kontaminasi pada sampel air bersih
yang diambil.
2. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan
a. Pengambilan sampel makanan
Pengambilan sampel makanan merupakan tindak lanjut dalam
sanitasi makanan dan minuman dalam rangka mengetahui kualitas
makanan yang ada di sekitar lingkungan pelabuhan. Hal ini lakukan untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh makanan,
sehingga dilakukan pengambilan sampel makanan. Penerapan
implementasi unsur-unsur manajemen (5M) adalah sebagai berikut:
1) Man
Kegiatan pengambilan sampel makanan di TPM lingkungan
pelabuhan Gresik dilakukan oleh petugas sanitasi di substansi PRL,
yang bertugas berjumlah 3 orang dengan latar belakang pendidikan D-
III Kesehatan Lingkungan.
2) Money
Kegiatan pengambilan sampel makanan membutuhkan adanya
anggaran khusus untuk kegiatan pembelian sampel makanan, serta
biaya untuk pengujian sampel makanan dan usap alat makan di
laboratorium Kesehatan Daerah. Seluruh biaya kegiatan ini berasal
dari subsidi negara yang didapatkan melalui tahap pengajuan DIPA
21
(Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke KKP induk yang kemudian
diteruskan ke Menteri Keuangan.
3) Machine
Proses pengambilan sampel makanan memerlukan beberapa
peralatan antara lain: sendok, alat dokumentasi, Bunsen, plastic clip
dan coolbox.
4) Material
Adapun bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel
makanan, berupa etiket, larutan PZ, cotton swap, alcohol swab,
masker, dan handscoon hairnet.
5) Method
Dalam kegiatan pengambilan sampel makanan pada tempat
pengelolaan makanan di lakukan usap secara representative atau
mewakili setiap bagian yang akan di ambil. Untuk pelaksanaannya
menggunakan metode secara bakteriologis (steril), karena untuk
mengetahui jumlah ALT pada makanan dan peralatan makan.
b. Usap alat makan
Kegiatan usap alat makan merupakan tindak lanjut dalam sanitasi
makanan dan minuman dalam rangka mengetahui kualitas kesehatan
peralatan pangan yang ada di sekitar lingkungan pelabuhan. Hal ini
lakukan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit yang disebabkan
oleh makanan sehingga dilakukan kegiatan usap alat makan. Penerapan
implementasi unsur-unsur manajemen (5M) adalah sebagai berikut:
1) Man
Kegiatan usap alat makan di TPM lingkungan pelabuhan
umum Gresik dilakukan oleh petugas sanitasi di substansi PRL yang
bertugas berjumlah 3 orang dengan latar belakang pendidikan D-III
Kesehatan Lingkungan.
2) Money
Kegiatan usap alat makan membutuhkan adanya anggaran khusus
untuk pengujian usap alat makan di laboratorium Kesehatan Daerah.
Seluruh biaya kegiatan ini berasal dari subsidi negara yang didapatkan
22
melalui tahap pengajuan DIPA (Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke
KKP induk yang kemudian diteruskan ke Menteri Keuangan.
3) Machine
Proses usap alat makan memerlukan beberapa peralatan antara
lain: sendok, garpu, gelas, piring, cobek, bunsen, alat dokumentasi,
dan coolbox.
4) Material
Bahan yang akan digunakan dalam usap alat, berupa etiket,
larutan PZ, cotton swap, alcohol swab, masker, handscoon dan hair
cap
5) Method
Kegiatan usap alat pada tempat pengelolaan makanan di
lakukan usap secara representative atau mewakili setiap bagian yang
akan di ambil. Untuk pelaksanaannya menggunakan metode secara
bakteriologis (steril), karena untuk mengetahui jumlah ALT pada
makanan dan peralatan makan.
c. Hygiene sanitasi TPM
Pengawasan hygiene dan sanitasi TPM merupakan salah satu
bagian yang penting, dalam segala aktivitas kesehatan masyarakat,
mengingat adanya kemungkinan penyakit - penyakit akibat makanan dan
minuman.Pengawasan makanan dan minuman meliputi kegiatan usaha
yang ditujukan kepada kebersihan dan kemurnian makanan dan minuman
agar tidak menimbulkan penyakit. Selain itu, agar tidak menjadi tempat
perindukan vektor pembawa penyakit dan binatang pengganggu lainnya.
Fungsi manajemen pada kegiatan hygiene dan sanitasi TPM yang
dilakukan di KKP Kelas 1 Surabaya di wilayah kerja pelabuhan Gresik
telah memanfaatkan sumber daya dukung yaitu man, money, machine,
material, dan method (5M), adalah sebagai berikut :
1) Man
Kegiatan Hygiene dan sanitasi TPM di KKP Kelas 1 Surabaya di
wilayah kerja pelabuhan Gresik dilakukan oleh petugas sanitasi di
substansi PRL dengan jumlah 2 orang, dengan rincian 1 orang dari
23
petugas KKP di wilayah kerja pelabuhan Gresik dan 1 orang kader
yang telah ditunjuk sebelumnya. Adapun kualifikasi pendidikan
berlatar belakang kesehatan lingkungan dan SLTA/Sederajat.
2) Money
Seluruh biaya yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan ini
berasal dari subsidi Negara yang didapatkan melalui tahap pengajuan
DIPA (Daftar Isi Pengguanaan Anggaran) ke KKP induk yang
kemudian diteruskan kepada Kementerian Keuangan.
3) Machine
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan hygiene dan sanitasi
TPM adalah menggunakan masker, dan handscoon.
4) Material
Adapun bahan yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan
hygiene dan sanitasi TPM meliputi: Alat tulis dan form penilaian
hygiene sanitasi TPM yang telah disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No. 1098 Tahun 2003
Tentang Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.
5) Method
Metode kegiatan inspeksi hygiene dan sanitasi TPM adalah
menilai kondisi bangunan TPM yang disesuaikan dengan form
penilaian yang telah dibuat oleh petugas KKP Wilayah Kerja
Pelabuhan Gresik. Adapun penilaiannya dilakukan dengan observasi
lapangan secara langsung pada setiap TPM yang ada di wilayah
pelabuhan Gresik. Kriteria yang dinilai meliputi: bagian luar
(halaman, tempat pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah),
bagian dalam (lantai dapur, dinding dapur, pembuangan asap dapur,
penyimpanan bahan mentah, penyimpanan bahan makanan jadi di
dapur, pencucian peralatan dan perabot dapur), kebersihan karyawan,
pengendalian serangga, fasilitas sanitasi berupa penyediaan air bersih
dan jamban.
24
d. Organoleptik
Uji organoleptic atau uji fisik makanan merupakan upaya untuk
mengetahui kualitas fisik makanan dengan melakukan pemeriksaan
kualitas fisik, aroma, tektur, dan rasa makanan dengan menggunakan
indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan
terhadap produk. Pengujian organoleptic mempunyai peranan penting
dalam penerapan mutu. Penerapan implementasi unsur-unsur manajemen
(5M) pada program pengambilan sampel makanan di TPM pelabuhan
sebagai berikut:
1) Man
Pengujian organoleptik dilakukan oleh petugas sanitasi di
substansi PRL yang bertugas berjumlah 3 orang dengan latar belakang
pendidikan D-III Kesehatan Lingkungan.
2) Money
Pengujian organoleptik membutuhkan adanya anggaran
khusus untuk membeli makanan yang dijual di TPM Pelabuhan.
Seluruh biaya kegiatan ini berasal dari subsidi negara yang didapatkan
melalui tahap pengajuan DIPA (Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke
KKP induk yang kemudian diteruskan ke Menteri Keuangan.
3) Machine
Pengujian organoleptic memerlukan beberapa peralatan antara
lain: sendok, piring, alat dokumentasi, formulir pengujian.
4) Material
Bahan yang akan digunakan dalam pengujian organoleptik
berupa etiket, tisu, handscoon, sampel makanan berupa nasi, ikan,
sayur, sambal, dan gorengan.
5) Method
Pelaksanaan pengujian organoleptik pada TPM di lakukan
dengan memberikan penilaian kualitas kenampakan fisik sampel,
kualitas bau/aroma sampel, kualitas tekstur/kekenyalan sampel, dan
kualitas rasa pada sampel.
25
Instrumen yang digunakan dalam pengujian ini merupakan
pengembangan dari teori organoleptic dari unsur kenampakan fisik,
aroma, rasa, dan tekstur serta pengembangan dari teori hedonik.
Panelis akan memberikan penilaian berdasarkan interval intepretasi 5
tingkatan, yang sebagai berikut:
a) Kenampakan fisik:
0-1,0 = sangat tidak menggugah selera
1,1 – 2,0 = tidak menggugah selera
2,1- 3,0 = agak menggugah selera
3,1 – 4,0 = menggugah selera
4,1-5,0 = sangat menggugah selera
b) Aroma/bau:
0-1,0 = sangat tidak sedap/wangi
1,1 – 2,0 = tidak sedap/wangi
2,1- 3,0 = agak tidak sedap/wangi
3,1 – 4,0 = sedap/wangi
4,1-5,0 = sangat sedap/wangi
c) Tekstur / kekenyalan
0-1,0 = sangat tidak keras/tidak renyah/tidak empuk
1,1 – 2,0 = tidak keras/tidak renyah/tidak empuk
2,1- 3,0 = agak tidak keras/tidak renyah/tidak empuk
3,1 – 4,0 = lembut/renyah/empuk
4,1-5,0 = sangat lembut/renyah/empuk
d) Rasa
0-1,0 = sangat tidak gurih/ sangat tidak pedas
1,1 – 2,0 = tidak gurih/ sangat tidak pedas
2,1- 3,0 = agak tidak gurih/ sangat tidak pedas
3,1 – 4,0 = gurih/pedas
4,1-5,0 = sangat gurih/ sangat pedas
Panelis melakukan pengujian organoleptic dengan cara
mencicipi dan mengkonsumsi produk dalam jumlah sedikit sebagai
sampel, dengan aturan panelis tidak dalam keadaan kenyang dan
26
lapar, dan setelah mencicipi produk panelis menetralisir panca
pengecap mereka dengan cara meminum sedikit air mineral dan
seterusnya (Chondro, 2018).
3. Pengamatan Larva Aedes aegypty
Pemeriksaan jentik adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam
upaya pemeriksaan jentik berkala (PJB) rumah warga berupa pemeriksaan
tempat penampungan air dan tempat berkembangbiakan nyamuk dan jentik
nyamuk oleh petugas kesehatan dan jumantik (juru pemantau jentik) untuk
mengetahui keberadaan jentik nyamuk di rumah penduduk beserta
lingkugannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui PJB rumah warga yang
telah dilakukan di wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya
Wilayah Kerja Gresik. Tujuan kegiatan pemeriksaan jentik secara berkala
(PJB) di rumah-rumah penduduk oleh kader yaitu sebagai acuan pemeriksaan
jentik oleh kader, dan agar tercipta gambaran angkabebas jentik (ABJ) yang
baik (<95%) di lingkungan perumahan penduduk di wilayah kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah Kerja Gresik
27
negara yang didapatkan melalui tahap pengajuan DIPA (Daftar Isi
Penggunaan Anggaran) ke KKP induk yang kemudian diteruskan ke
Menteri Keuangan. Seluruh biaya tersebut meliputi uang transport untuk
para kader.
c. Machine
Adapun beberapa peralatan yang digunakan untuk survei kepadatan
larva Aedes Aegypti adalah : senter, pipet, gayung, dan vial. Untuk
peralatan identifikasi larva Aedes Aegypti menggunakan : mikroskop
stereo, pipet, pinset, dan preparat.
d. Material
Untuk beberapa bahan yang digunakan pada kegiatan survei
kepadatan larva Aedes Aegypti adalah : formulir survei larva, larvasida,
etiket, dan masker. Untuk kegiatan identifikasi larva Aedes Aegypti bahan
yang digunakan adalah entelan, cover glass, dan preparat.
e. Method
Kegiatan survei kepadatan larva Aedes Aegypti dilakukan dengan
metode Single Larva yang artinya pada setiap kontainer atau tempat
penampungan air yang ditemukan keberadaan larva, maka satu ekor larva
akan diambil untuk identifikasi spesies. Selain itu, kegiatan ini dilakukan
perhitungan Container Index (CI), House Index (HI), dan Breetau Index
(BI). Selanjutnya hasil perhitungan CI, HI, dan BI dicocokkan
menggunakan tabel Density Figure. Berikut rumus dari Container Index
(CI), House Index (HI), dan Breetau Index (BI) :
HI = x 100 %
CI = x 100 %
BI = x 100 %
28
Untuk tabel densitas kepadatan larva Aedes aegypti :
Tabel IV. 2
Densitas Larva Aedes aegypti
Density House Container Breteau
figure Index (HI) Index (CI) Index (BI)
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 > 77 > 41 > 200
Keterangan :
DF : 1 = Kepadatan rendah
DF : 2-5 = Kepadatan sedang
DF : 6-9 = Kepadatan tinggi
4. Pengawasan Hygiene Sanitasi Bangunan Tempat Umum
Sanitasi Tempat – Tempat Umum (STTU) merupakan kegiatan
pengawasan tempat – tempat umum yang berkaitan dengan timbulnya suatu
penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat dicegah. Untuk dapat
melakukan kegiatan STTU secara lengkap, harus dilakukan peninjauan
melalui tiga aspek pendekatan yaitu aspek teknis meliputi persyaratan dan
peraturan mengenai peraturan yang berlaku dan keterkaitan tempat umum
dengan fasilitas sanitasi dasar, aspek sosial meiputi ekonomi dan sosial
budaya serta aspek administrasi dan manajemen dengan baik. Berikut ini
merupakan implementasi unsur-unsur manajemen pada program pengawasan
penyediaan air bersih :
a. Man
Kegiatan pemeliharaan sanitasi di lingkungan pelabuhan domestik
Gresik dilakukan oleh petugas pelabuhan dan dipantau oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan Surabaya di Wilker Gresik. Pegawai KKP Gresik
29
yang bertugas berjumlah 3 orang dengan latar belakang pendidikan D-III
dan D-IV Kesehatan Lingkungan serta Sarjana Kesehatan Masyarakat.
b. Money
Kegiatan ini membutuhkan adanya anggaran khusus untuk kegiatan
pemeliharaan. Petugas yang telah melakukan pemeriksaan dan diperlukan
adanya perbaikan terhadap bangunan tempat – tempat umum, memberikan
rekomendasi terhadap pengelola untuk dapat ditindak lanjuti.
c. Machine
Proses pengawasan dan penilaian dalam kegiatan sanitasi tempat –
tempat umum memerlukan beberapa peralatan sebagai penunjang dalam
melakukan pengukuran, seperti ; kelembapan (hygrometer), suhu udara
ruang (thermometer), pencahayaan (luxmeter), dan kecepatan angin
dengan menggunakan alat multimeter serta pengukuran kebisingan
menggunakan Sound Level Meter (SLM).
d. Material
Adapun material yang direncanakan pihak petugas dalam melakukan
pengukuran terhadap tempat – tempat umum, berupa form penilaian
sanitasi tempat-tempat umum yang telah disusun sebelumnya dan mengacu
berdasarkan peraturan yang telah ada dan alat tulis.
e. Method
Pelaksanaan kegiatan sanitasi tempat umum dilakukan dengan
beberapa metode, antara lain:
1) Pendataan tempat umum berupa: jenis/macam dan jumlah tempat
umum, nama dari setiap jenis tempat umum, nama pemilik.
2) Menentukan titik lokasi kegiatan higiene dan sanitasi tempat umum
dengan mengukur pencahayaan, kelembapan, suhu udara ruang,
kecepatan angin serta kebisingan.
3) Melakukan kegiatan inspeksi higiene dan sanitasi berdasarkan form
penilaian yang telah disusun dan dipersiapkan sebelumnya, dengan
melihat dan mencatat keadaan fasilitas sanitasi yang tersedia.
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan pemeriksaan berdasarkan hasil
inspeksi yang telah dilakukan dari segi kebersihan
30
5) Memberikan saran perbaikan berdasarkan hasil penilaian yang telah
ditemukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
5. Pengawasan Kualitas Air Laut
Pengawasan air laut dilakukan dengan pengambilan sampel air laut
untuk mengetahui kualitas lingkungan pelabuhan yang dapat mewujudkan
lingkungan yang bebas dari pencemaran. Penerapan implementasi unsur-
unsur manajemen (5M) pada program pengambilan sampel air laut secara
kimiawi di KKP Kelas 1 Surabaya Wilker Gresik adalah sebagai berikut :
a. Man
Kegiatan pengambilan sampel air laut di lingkungan pelabuhan
Gresik dilakukan oleh petugas di substansi PRL KKP Gresik dengan
jumlah 3 orang dan memiliki kualifikasi pendidikan D-III kesehatan
lingkungan.
b. Money
Kegiatan pengambilan sampel air laut membutuhkan adanya
anggaran khusus untuk kegiatan penyewaan kapal dan pengujian sampel
air laut di laboratorium Dinas Lingkungan Hidup. Seluruh biaya kegiatan
ini berasal dari subsidi negara yang didapatkan melalui tahap pengajuan
DIPA (Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke KKP induk yang kemudian
diteruskan ke Menteri Keuangan.
c. Machine
Peralatan yang digunakan untuk melakukan pengambilan sampel
air laut antara lain: jirigen sebesar 1 liter, pH meter, thermometer, alat
dokumentasi, dan coolbox.
d. Material
Material yang digunakan dalam melakukan pengambilan sampel air
laut, berupa etiket dan alat tulis.
e. Method
Pelaksanaan kegiatan pengambilan sampel air laut dilakukan secara
kimiawi, dimana tidak boleh terjadi aerasi.
31
Penerapan implementasi unsur-unsur manajemen (5M) pada program
pengambilan sampel air laut secara bakteriologis di KKP Kelas 1 Surabaya
Wilker Gresik adalah sebagai berikut :
a. Man
Kegiatan pengambilan sampel air laut di lingkungan pelabuhan
Gresik dilakukan oleh petugas di Substansi PRL KKP Gresik dengan
jumlah 3 orang dan memiliki kualifikasi pendidikan D-III kesehatan
lingkungan.
b. Money
Kegiatan pengambilan sampel air laut membutuhkan adanya
anggaran khusus untuk kegiatan penyewaan kapal dan pengujian sampel
air laut di laboratorium Dinas Lingkungan Hidup. Seluruh biaya kegiatan
ini berasal dari subsidi negara yang didapatkan melalui tahap pengajuan
DIPA (Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke KKP induk yang kemudian
diteruskan ke Menteri Keuangan.
c. Machine
Peralatan yang digunakan untuk melakukan pengambilan sampel
air laut antara lain: botol tenggalam, botol steril, bunsen, korek api, alat
dokumentasi, alat tulis, ice cool pad, dan coolbox.
d. Material
Material yang digunakan dalam melakukan pengambilan sampel air
laut berupa etiket, handscoon, masker, hair cap, kapas, alcohol swab.
e. Method
Pelaksanaan kegiatan pengambilan sampel air laut dilakukan secara
bakteriologis, dengan metode penerapan prinsip harus steril, karena untuk
menghindari terjadinya kontaminasi pada sampel air laut yang diambil.
6. Pengawasan Sanitasi Kapal
a. Pengawasan Air Bersih di Kapal
Pengawasan penyediaan air bersih di kapal merupakan bentuk
implementasi program kerja substansi pengendalian resiko lingkungan.
Kegiatan ini dilakukan pada setiap kapal yang sandar pada pelabuhan
32
Gresik. Berikut ini merupakan implementasi unsur-unsur manajemen pada
program pengawasan penyediaan air bersih:
1) Man
Kegiatan pengambilan air bersih di kapal dilakukan oleh
petugas sanitasi di KKP Gresik pada substansi Pengendalian Risiko
Lingkungan yang berjumlah 3 orang. Petugas sanitasi yang
mengambil sampel memiliki kualifikasi pendidikan kesehatan
lingkungan.
2) Money
Perencanaan biaya untuk kegiatan pengambilan sampel air
bersih telah dibuat dan disesuaikan dengan memperhitungkan
kebutuhan anggaran dan luasan lokasi. Seluruh biaya kegiatan ini
berasal dari subsidi negara yang didapatkan melalui tahap pengajuan
DIPA (Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke KKP induk yang
kemudian diteruskan ke Menteri Keuangan.
3) Machine
Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel air
bersih pada kapal yaitu water testkit.
4) Material
Bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel air bersih di
kapal yaitu handscone, masker, Cl2-1, Cl2-2, Cl2-3, pH-1.
5) Method
Pelaksanaan kegiatan pengambilan sampel air bersih di kapal
secara kimia dengan parameter pH, dan Chlore. Untuk metode secara
kimia menerapkan prinsip tidak ada aerasi, karena untuk menghindari
terjadinya oksidasi sehingga kandungan logam di dalam air bersih
tidak berubah.
b. Pengawasan Vektor Penyakit (Fumigasi)
1) Man
Kegiatan fumigasi kapal dilakukan oleh pihak badan usaha
swasta (PT. Waringin Internusa Jasa Pratama Gresik) yang telah
bekerjasama dengan perusahaan sedangkan pengawasan fumigasi
33
dilakukan oleh petugas sanitasi di KKP Wilker Gresik. Jumlah
petugas Fumigasi yaitu 3 orang dan pengawas sanitasi berjumlah 2
orang.
b) Money
Perencanaan biaya untuk kegiatan fumigasi dibuat oleh
perusahaan yang menaungi kapal tersebut. Pihak KKP hanya
mengawasi berlangsungnya kegiatan.
c) Machine
Peralatan yang dibutuhkan untuk fumigasi dipersiapkan oleh
badan usaha yang ditunjuk untuk fumigasi. Peralatan yang perlu
dibawa antara lain : polybag hitam, lakban, isolasi putih, spraycan,
tabung gas, selang, T selang, dll
d) Material
Bahan yang digunakan untuk fumigasi yaitu methyl bromide
dan sulfuryl fluoride (gas vikane), masker, dll.
e) Method
Pelaksanaan kegiatan fumigasi dilakukan secara kimia oleh
Badan Usaha Swasta.
7. Pengendalian Aedes vector DBD
Pengendalian vektor DBD adalah kegiatan lanjutan dari hasil survei
kepadatan larva Aedes aegypti, yang bertujuan untuk menurunkan kepadatan
populasi vektor pembawa penyakit DBD. Adapun kegiatan pengendalian
vektor DBD adalah pemberian larvasida dan fogging. Berikut ini merupakan
implementasi unsur-unsur manajemen pada program pengendalian vektor
DBD :
a. Man
Program kegiatan pengendalian vektor DBD dilakukan oleh 3 orang,
1 orang dari petugas di Substansi PRL sebagai pengawas dan 2 orang
kader untuk membantu proses fogging.
b. Money
Perencanaan biaya untuk kegiatan survei kepadatan kecoa telah dibuat
dan disesuaikan dengan memperhitungkan kebutuhan anggaran. Seluruh
34
biaya kegiatan ini berasal dari subsidi negara yang didapatkan melalui
tahap pengajuan DIPA (Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke KKP induk
yang kemudian diteruskan ke Menteri Keuangan.
c. Machine
Peralatan yang digunakan untuk pengedalian vektor DBD adalah
swing fog, corong, dan helm safety.
d. Material
Pada pelaksanaan kegiatan pengendalian vektor DBD bahan yang
digunakan yaitu solar, malathion, masker, dan larvasida.
e. Method
Kegiatan pengendalian vektor DBD dilakukan dengan metode
larvaciding dan fogging. Kegiatan larvaciding dilakukan langsung pada
saat survei larva Aedes aegypti, jika kontainer positif terdapat larva Aedes
aegypti. Untuk kegiatan fogging dilaksanakan setelah mengetahui jumlah
kepadatan larva Aedes aegypti melalui HI dan CI, untuk pelaksanaannya
dilakukan pada wilayah seluas 5 hektar.
8. Pengendalian Anopheles vector malaria
Pada program survei vektor malaria dilaksanakan berupa kegiatan
survei kepadatan larva, identifikasi larva Anopheles sp, dan pengamatan
nyamuk Anopheles sp dengan umpan orang. Berikut ini implementasi unsur-
unsur manajemen pada program survei vektor malaria :
a. Man
Kegiatan survei kepadatan larva Anopheles sp. di KKP Wilker
Gresik dilaksanakan setiap triwulan dalam 1 tahun. Dalam pelaksanaan
kegiatan survei larva Anopheles sp dilakukan oleh 2 orang di substansi
pengendalilan risiko lingkungan dan masing-masing memiliki kualifikasi
pendidikan berlatar belakang kesehatan lingkungan.
b. Money
Perencanaan biaya untuk kegiatan survei kepadatan larva
Anopheles sp telah dibuat dan disesuaikan dengan memperhitungkan
kebutuhan anggaran. Seluruh biaya kegiatan ini berasal dari subsidi negara
yang didapatkan melalui tahap pengajuan DIPA (Daftar Isi Penggunaan
35
Anggaran) ke KKP induk yang kemudian diteruskan ke Menteri
Keuangan.
c. Machine
Adapun beberapa peralatan yang digunakan untuk survei larva
Anopheles sp adalah : senter, pipet, gayung, dan vial. Untuk peralatan
identifikasi larva Anopheles sp menggunakan : mikroskop stereo, pipet,
buku kunci identifikasi larva Anopheles sp, alat dokumentasi, pinset, dan
preparat.
d. Material
Untuk beberapa bahan yang digunakan pada kegiatan survei larva
Anopheles sp adalah : formulir survei larva, masker, dan etiket. Untuk
kegiatan identifikasi larva Anopheles sp bahan yang digunakan adalah
entelan, cover glass, dan preparat.
e. Method
Kegiatan pengendalian nyamuk Anopheles sp dimulai dari kegiatan
pengamatan larva untuk menentukan lokasi potensial perindukkan nyamuk
Anopheles sp, kegiatan ini disebut dengan Dipper Index yaitu menciduk air
dengan gayung dari lokasi yang dianggap merupakan tempat perindukan
nyamuk Anopheles sp sebanyak 10 kali. Kemudian larva yang ditemukan
diidentifikasi apakah positif Anopheles sp atau tidak. Berikut ini
merupakan rumus kepadatan jentik Anopheles sp :
MBR =
MHD =
36
9. Pengendalian Tikus
Pada program kegiatan survei vektor penyakit Pes terdapat beberapa
kegiatan yaitu : trapping tikus di beberapa tempat yang ada di pelabuhan,
identifikasi jenis tikus, identifikasi jenis pinjal, dan menghitung jumlah
indeks pinjal. Berikut ini merupakan implementasi unsur-unsur manajemen
pada program survei vektor penyakit Pes :
a. Man
Pada kegiatan survei vektor Pes yaitu trapping tikus dilakukan oleh
petugas sanitasi di Substansi PRL KKP Wilayah Kerja Gresik dan kader
berjumlah 3 orang, 2 orang merupakan kader yang ditunjuk sebelumnya
untuk membantu pemasangan trapping sedangkan 1 orang merupakan
pengawas dari petugas sanitasi di KKP Wilker Gresik.
b. Money
Perencanaan biaya untuk kegiatan survei kepadatan kecoa telah dibuat
dan disesuaikan dengan memperhitungkan kebutuhan anggaran. Seluruh
biaya kegiatan ini berasal dari subsidi negara yang didapatkan melalui
tahap pengajuan DIPA (Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke KKP induk
yang kemudian diteruskan ke Menteri Keuangan.
c. Machine
Adapun beberapa peralatan yang digunakan untuk trapping tikus,
identifikasi jenis tikus, dan identifikasi jenis pinjal meliputi: perangkap
tikus, baskom, sisir, timbangan, mikroskop, petridish, pipet, cuvet,
penggaris, alat tulis, alat dokumentasi, miskroskop stereo, dan buku kunci
identifikasi tikus dan pinjal.
d. Material
Adapun beberapa bahan yang dibutuhkan dan digunakan dalam
trapping tikus, identifikasi jenis tikus, dan identifikasi jenis pinjal meliputi
: umpan untuk perangkap tikus berupa ikan asin, alkohol, chloroform,
Lysol, air, handscoon, masker, formulir identifikasi tikus dan pinjal, object
glass, cover glass, dan kapas.
37
e. Method
Pada kegiatan survei penyakit Pes dilakukan rutin oleh petugas KKP
di Substansi PRL setiap 40 hari sekali, hal ini berdasarkan siklus hidup
berkembangnya tikus. Untuk pemasangan trapping tikus dilakukan selama
5 hari berturut – turut. Setelah mendapatkan tikus, tikus tersebut
diidentifikasi jenisnya dan dicari pinjal yang ada di tubuh tikus. Kemudian
menghitung jumlah indeks pinjal umum dan mengidenfitikasi spesies dan
jenis kelamin pinjal yang ditemukan. Berikut ini merupakan rumus indeks
pinjal umum :
38
c. Machine
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan survei kepadatan lalat
yaitu fly grill, counter, stopwatch, alat tulis, dan alat dokumentasi.
d. Material
Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan survei kepadatan lalat yaitu
formulir survei kepadatan lalat.
e. Method
Menghitung tingkat kepadatan lalat selanjutnya tulis ke dalam laporan
dan diinterpretasikan tingkat kepadatan, kemudian dari hasil pengukuran
yang dilakukan diambil 5 nilai tertinggi lalu dijumlahkan kemudian dibagi
dengan jumlah pengukuran menggunakan rumus berikut :
39
c. Machine
Adapun beberapa peralatan yang digunakan untuk survei kepadatan
kecoa adalah : senter, counter, dan alat dokumentasi.
d. Material
Untuk bahan yang digunakan pada kegiatan survei kepadatan kecoa
adalah formulir survei kepadatan kecoa dan masker.
e. Method
Kegiatan survei kepadatan kecoa menggunakan metode observasi
dengan melihat tanda-tanda keberadaan kecoa melalui keberadaan kotoran,
kapsul kecoa, serta kecoa mati (hidup atau mati) di setiap sudut ruangan.
Kemudian dilakukan perhitungan kepadatan kecoa dengan cara
menghitung jumlah temuan kecoa dalam kurun waktu tertentu, lalu hasil
perhitungan tersebut diinterpretasikan ke dalam tabel indikator kepadatan
kecoa per spesies (Direktorat Jenderal PP dan PL, 2014).
Tabel IV. 3
Indikator Kepadatan Kecoa Per Spesies
Kategori B.germanica P.branca B.orientalis P.americana
40
a. Man
Program kegiatan pengendalian spraying pada tempat-tempat
perindukan lalat dilakukan oleh 3 orang, 1 orang dari petugas di Substansi
PRL sebagai pengawas dan 2 orang kader untuk membantu proses
spraying.
b. Money
Perencanaan biaya untuk kegiatan pengendalian lalat telah dibuat dan
disesuaikan dengan memperhitungkan kebutuhan anggaran. Seluruh biaya
kegiatan ini berasal dari subsidi negara yang didapatkan melalui tahap
pengajuan DIPA (Daftar Isi Penggunaan Anggaran) ke KKP induk yang
kemudian diteruskan ke Menteri Keuangan.
c. Machine
Untuk pelaksanaan kegiatan program pengendalian lalat
menggunakan alat spray can atau mist blower, batang pengaduk untuk
mengaduk insektisida di dalam air, saringan, dan helm safety.
d. Material
Untuk bahan yang digunakan pada kegiatan pengendalian vektor diare
adalah insektisida merk “ICON”, masker, dan air bersih.
e. Method
Upaya pengendalian kepadatan vektor penyakit diare dilakukan
setelah mengetahui hasil survei kepadatan lalat. Metode yang dilakukan
untuk pengendalian yaitu berupa penyemprotan menggunakan insektisida,
pengawasan tempat perkembangbiakan seperti sampah dan tempat
pembuangannya, selain itu dilakukan penyuluhan kepada pengelola
pelabuhan untuk distribusi sampah sampai ke TPA tidak melebihi 1 x 24
jam.
41
ORGANIZING (PENGORGANISASIAN)
Penerapan pengorganisasian pada unsur-unsur manajemen pada
Substansi pengendalian risiko lingkungan telah memanfaatkan sumber daya
adalah sebagai berikut:
Pada Substansi pengendalian risiko lingkungan di KKP Wilker Gresik
dilaksanakan oleh 3 orang petugas pelaksana, antara lain:
Gambar IV. 1
Gambar IV. 1
Pelaksana Substansi PRL di KKP Wilker Gresik
Substansi pengendalian risiko lingkungan di KKP Wilker Gresik,
terdiri dari 1 orang penanggung jawab dan 2 orang anggota pelaksana.
Masing-masing petugas pelaksanan memiliki kualifikasi pendidikan dan
keterampilan berlatar belakang kesehatan lingkungan dan kesehatan
masyarakat.
Tabel IV. 4
Prasana Alat di Substansi Pengendalian Risiko Lingkungan Subsubstansi
Sanitasi Dan Vektor
VEKTOR
1 Thermal Fogger 6 buah
2 ULV 2 buah
3 ULV Cold Fogger/Electric 5 buah
4 Lampu Alat 1 buah
5 Mist Blower 4 buah
6 Spray can 5 buah
7 Hand Sprayer 1 buah
8 Stereo Microskop 2 buah
42
NO NAMA BARANG JUMLAH
Tabel IV. 5
Prasana Bahan di Substansi Pengendalian Risiko Lingkungan
Subsubstansi Sanitasi Dan Vektor
No Nama Bahan No Nama Bahan
1. Desinfektan 10. Masker
2. Chloroform 11. Handscoon
3. Alkohol 70% 12. Form inspeksi kecoa
4. NaCl 13. Form inspeksi lalat
Insektisida Merk 14. Form inspeksi tempat pengolahan
5.
Icon makanan
6. Plastik clip 15. Form inspeksi perpipaan
7. Flygrad 16. Form inspeksi air bersih
8. Agita 17. Form inspeksi terminal
18. Form inspeksi tempat-tempat
9. Larvasida
umum
43
Sumber : Substansi PRL KKP Wilayah Kerja Gresik, 2022
A. ACTUATING (PELAKSANAAN)
Upaya pelaksanaan sanitasi pelabuhan domestik Gresik dilakukan oleh
petugas KKP wilayah kerja Gresik. Substansi Pengendalian Risiko Lingkungan
mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta
penyusunan laporan. Substansi Pengendalian Risiko Lingkungan memiliki
program kerja yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Pengawasan Penyediaan Air Bersih Secara Mikrobiologis
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari, Tanggal : Selasa, 15 Maret 2022
2) Pukul : 09.00 WIB - Selesai
3) Lokasi Pengambilan : PTM Pelabuhan Umum
b. Standar Operasional Prosedur :
1) Persiapan pelaksanaan kegiatan diantaranya pengurusan surat izin
serta menyiapkan alat dan bahan.
2) Menggunakan APD berupa handscoon dan masker.
3) Membuka kran dan mengalirkan air kran selama 5 menit.
4) Mengusap bibir kran, apabila kran terbuat dari plastik maka
menggunakan kapas alkohol dan jika kran terbuat dari logam maka
pada bibir kran dilakukan flambir.
5) Melakukan flambir pada mulut botol sampel dan mengisi botol
dengan air kran hingga penuh.
6) Membuang 1/3 volume air dalam botol.
7) Melakukan flambir pada mulut botol dan menutupnya menggunakan
kapas.
8) Membungkus botol dan memberikan etiket atau label.
9) Memasukkan sampel yang telah diambil kedalam coolbox.
10) Mengirim air bersih yang telah diambil ke Labkesda Kabupaten
Gresik.
44
2. Pelaksanaan Pengambilan Sampel Makanan
a. Pelaksaan Kegiatan :
1) Hari, Tanggal : Senin, 14 Maret 2022
2) Pukul : 08.00 WIB - Selesai
3) Lokasi : TPM Pelabuhan Umum
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Menentukan lokasi titik sampel.
2) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
3) Mengambil plastic klip sampel steril
4) Menyiapkan sampel makanan yang akan diambil.
5) Usap alat yang digunakan untuk mengambil sampel dengan alkohol
swab
6) Memasukkan sampel makanan sebesar 100 gram sedikit demi sedikit
ke plastic klip sampel steril.
7) Tutup pengait plastic hingga tertutup rapat.
8) Memberi etiket pada botol sampel dan memasukkan sampel ke
coolbox.
9) Mengirim sampel ke Laboratorium Kesehatan Daerah.
3. Pelaksanaan Usap Alat Makan
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari, Tanggal : Selasa, 15 Maret 2022
2) Pukul : 08.00 WIB - Selesai
3) Lokasi Pengambilan : TPM Pelabuhan Umum
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Menentukan lokasi titik sampel.
2) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
3) Mengambil botol sampel berisi PZ yang telah di sterilisasi.
4) Menyiapkan alat makan yang akan di usap.
5) Menflambir mulut botol yang berisi PZ kemudian masukkkan cotton
swap.
6) Untuk sendok, oleskan pada seluruh permukaan sendok secara
menyeluruh sambil memutar cotton swap.
45
7) Untuk gelas, oleskan memutar 0,6 mm dari permukaan mulut gelas.
8) Untuk piring, buat jendela usap kemudian usap dalam jendela usap
secara menyeluruh.
9) Setiap setelah mengusap masukkan cottonusap kedalam botol yang
berisi cairan PZ.
10) Memflambir mulut botol sebelum menutup botol.
11) Memasukkan botol yang telah terisi sampel kedalam coolbox.
12) Mengirim sampel ke Laboratorium Kesehatan Daerah.
4. Pengawasan Hygiene Sanitasi TPM
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari, Tanggal : Senin, 14 Maret 2022
2) Pukul : 08.00 WIB - Selesai
3) Lokasi Pengambilan : TPM Pelabuhan Umum
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Menyiapkan alat dan bahan, dan menentukan lokasi kegiatan inspeksi
2) Menuju lokasi TPM yang akan di inspeksi
3) Meminta ijin kepada pemilik warung dan memperkenalkan diri
4) Melakukan penilaian dan observasi di lapangan sesui dengan form
yang telah disiapkan oleh pihak KKP
5) Menganalisis hasil inspeksi
5. Pelaksanan Pengujian Organoleptik
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari, Tanggal : Senin, 14 Maret 2022
2) Pukul : 12.00 WIB - Selesai
3) Lokasi Pengambilan : TPM Pelabuhan Umum
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Panelis mencuci tangan menggunakan sabun, lalu memakai jas lab dan
handscoon
2) Menyiapkan sampel makanan yang akan dinilai kualitas fisiknya
3) Sampel diletakkan di dalam piring yang telah disiapkan lalu
diletakkan di atas meja
4) Menyiapkan alat tulis dan formulir penelitian
46
5) Masing – masing anggota kelompok memeriksa dan menilai kualitas
fisik dari bahan makanan dan makanan yang telah disiapkan
6) Untuk penilaian kenampakan fisik, sampel bahan makanan dan
makanan dilakukan dengan cara melihat dan mengamati sampel
meliputi tampak fisik atau tampilan sampel seperti warna, kesegaran,
dan kebersihan
7) Memberi nilai dan mencatat hasil pengamatan kenampakan fisik
sampel bahan makanan dan makanan di formulir penilaian yang telah
disiapkan
8) Untuk penilaian aroma atau bau bahan makanan dilakukan dengan
cara mencium sampel bahan makanan. Penilaian meliputi aroma atau
bau bahan makanan atau makanan apakah masih segar atau sudah
mengalami proses pembusukan, mengalami pencemaran atau
terkontaminasi, atau terjadi pemalsuan makanan
9) Memberi nilai dan mencatat hasil penilaian uji aroma atau bau sampel
bahan makanan di formulir penilaian yang telah disiapkan
10) Untuk penilaian kekenyalan atau konsistensi atau tekstur bahan
makanan dilakukan dengan cara menekan makanan atau bahan
makanan menggunakan ujung jari yang telah menggunakan
handscoon.
11) Memberi nilai dan mencatat hasil penilaian uji kekenyalan atau
konsistensi atau tekstur sampel bahan makanan di formulir penilaian
yang telah disiapkan
12) Untuk penilaian rasa (taste/flavor) pada makanan yang siap saji atau
siap dimakan (Ready to eat) dilakukan dengan mencicipi sampel
makanan siap saji. Penilaian meliputi apakah rasa makanan
menggunakan pemanis alami atau buatan, terdapat rasa getir, atau rasa
gurih yang sangat kuat.
13) Memberi nilai dan mencatat hasil penelitian uji rasa (taste/flavor) di
formulir penilaian yang telah disiapkan
47
14) Membuat range penilaian untuk menentukan kriteria kualitas makanan
(Kurang, Sedang, Tinggi) guna menentukan bahan makanan dan
makanan layak dikonsumsi atau tidak
15) Menghitung rata – rata penilaian dari seluruh anggota kelompok
16) Menentukan kriteria dan mengambil kesimpulan
6. Pengawasan Larva Aedes aegypty
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari, Tanggal : Rabu, 16 Maret 2022
2) Pukul : 09.00 WIB - Selesai
3) Lokasi Pengambilan : Jl. Harun Thohir, Pulopancikan, Kebungson,
Kec. Gresik Kabupaten Gresik
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Persiapan pelaksanaan kegiatan diantaranya pengurusan surat izin
serta menyiapkan alat dan bahan.
2) Menggunakan APD.
3) Memeriksa semua kontainer atau tempat penampungan air di dalam
ruang maupun di luar ruangan apakah terdapat larva dengan
menggunakan senter.
4) Jika ada larva maka didokumentasikan di formulir survei larva.
7. Pengawasan Hygiene Sanitasi Bangunan Tempat Umum
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari, Tanggal : Senin, 21 Maret 2022
2) Pukul : 09.00 WIB - Selesai
3) Lokasi Pengambilan : Masjid Nurul Bahari Pelabuhan Gresik.
Kabupaten Gresik.
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan berupa perizinan kegiatan
inspeksi dan melakukan persiapan alat dan bahan.
2) Melakukan penilaian terhadap sanitasi gedung dan bangunan yang
meliputi lingkungan luar halaman, ruang bangunan, penyehatan air,
penyehatan udara ruang, pengelolaan ruang, pencahayaan, kebisingan,
48
pengendalian vektor penyakit, getaran, instalasi, pemeliharaan jamban
dan kamar mandi.
3) Melakukan dokumentasi berupa foto dan video
4) Melaporkan hasil penilaian inspeksi sanitasi gedung/bangunan TTU
8. Pengawasan Kualitas Air Laut
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari, Tanggal : Rabu, 23 Maret 2022
2) Pukul : 09.00 WIB - Selesai
3) Lokasi Pengambilan : Pelabuhan Umum (Penumpang), Pelabuhan
Petrokimia Gresik, Pelabuhan Smelting. Kabupaten Gresik.
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) SOP Pengambilan Sampel Air Laut Secara Kimiawi
a) Siapkan wadah sampel yang bebas kontaminan
b) Ambil contoh uji pada titik pengambilan yang telah ditentukan
c) Masukkan contoh uji ke dalam wadah sesuai parameter
d) Catat kondisi lapangan dan titik koordinat sesuai formulir data
lapangan
e) Beri label pada wadah sampel
f) Mengirim sampel ke BTKL Surabaya.
2) SOP Pengambilan Sampel Air Laut Secara Mikrobiologi
a) Pengambilan sampel secara tegak (vertikal). Selama pengambilan
contoh uji ini dalam keadaan diam. Ketika rantai diturunkan pada
kedalaman yang diinginkan dengan pemberat diikat dibawahnya,
setelah itu rantai ditarik dengan kecepatan konstan.
b) Flambir mulut botol sampel dengan korek api atau bunsen
c) Masukkan sampel air kedalam botol sampel secara perlahan dan
hindari dari aerasi
d) Flambir kembali mulut botol dan ditutup rapat dengan kertas steril
serta kapas, diikat dengan tali
e) Catat kondisi lapangan dan titik koordinat sesuai formulir data
lapangan
f) Beri label pada botol sampel
49
9. Pengawasan Sanitasi Kapal
a. Pengawasan Air Bersih
1) Pelaksanaan Kegiatan :
a) Hari/Tanggal :Senin, 21 Maret 2022
b) Pukul :11.00 WIB - selesai
c) Lokasi : Kapal TB. Buma Camelian
2) Standar Operasional Prosedur (SOP)
a) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Menggunakan APD berupa masker, helm dan handscoon.
c) Memulai pengujian air menggunakan water test kit
(1) Pengujian parameter chlor, teteskan larutan chlor sebanyak 5
tetes ke dalam water test kit kemudian isi dengan air yang akan
diuji sampai dengan batas yang ditentukan, selanjutnya
homogenkan dan lihat hasilnya.
(2) Pengujian parameter pH, isi water test kit dengan air yang akan
diuji sampai dengan batas yang ditentukan, lalu teteskan
larutan pH sebanyak 4 tetes, setelah itu homogenkan dan lihat
hasilnya.
b. Pengawasan Vektor (Fumigasi)
1) Pelaksanaan Kegiatan :
a) Hari/Tanggal :Senin, 28 Maret 2022
b) Pukul :13.00 WIB – selesai
c) Lokasi : KM. Taruna Putra VIII
2) Standar Operasional Prosedur (SOP)
a) Menghubungi Agen
b) Mempersiapkan APD berupa pelampung, masker dan helmet
c) Berangkat menuju kapal yang akan di fumigasi bersama agen kapal
dan badan usaha swasta fumigator.
d) Melakukan pengawasan terhadap proses fumigasi.
c. Penerbitan Dokumen Kapal
1) Standar Operasional Prosedur (SOP) :
a) Agen datang ke kantor untuk mengonfirmasi datangnya kapal
50
b) Kemudian mmenyerahkan surat permohonan dokumen kapal
c) Setelah itu, agen mendaftar di kantor untuk pengajuan penerbitan
dokumen kapal (PHQC, COP, SSCEC/SSCC, MHD, dan Air
Bersih)
d) Selanjutnya pihak kantor melakukan pengecekan ke kapal dan
melakukan analisis apakah perlu penerbitan dokumen kapal
tersebut.
10. Pengendalian Aedes aegypty
Pada saat kegiatan pengendalian vektor DBD tidak dilaksanakan kegiatan
fogging, melainkan kami hanya melakukan kegiatan cara pengoperasian
mesin swing fog.
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari/Tanggal : Kamis, 24 Maret 2022
2) Pukul : 13.00 WIB – 15.00 WIB
3) Lokasi : KKP Kelas 1 Surabaya Wilker Gresik
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Menggunakan APD berupa masker dan handscoon.
3) Membuat larutan malathion dengan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Ket :
C : Konsentrasi insektisida yang akan diencerkan (%)
Q : Banyak pestisida yang akan diencerkan (ml atau l)
A : Konsentrasi yang diinginkan (%)
S : Banyaknya larutan yang akan dibuat (ml atau l)
4) Mengisi tanki bahan bakar dengan solar kurang lebih sebanyak 1,4
liter. Kemudian mengisi tanki insektisida kurang lebih sebanyak 2
liter.
5) Menyalakan swing fog dengan cara katub bahan bakar diputar
perlahan dengan dipompa, sampai swing fog berbunyi.
51
6) Selanjutnya melakukan pengaturan stabilitas swing fog dengan cara
mengatur katub bahan bakar sampai bunyi swing fog yang dihasilkan
stabil.
7) Memutar katub insektisida untuk mengeluarkan asap.
8) Untuk mematikan swing fog dilakukan dengan cara memutar katub
insektisida, setelah itu menekan tombol Stop pada katub bahan bakar
9) Persiapan pelaksanaan kegiatan diantaranya pengurusan surat izin
serta menyiapkan alat dan bahan.
10) Menggunakan APD.
11) Memeriksa semua kontainer atau tempat penampungan air di dalam
ruang maupun di luar ruangan apakah terdapat larva dengan
menggunakan senter.
12) Jika ada larva maka didokumentasikan di formulir survei larva.
11. Pengendalian Anopheles
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari/Tanggal : Senin, 14 Maret 2022
2) Pukul : 19.00 WIB
3) Lokasi : Terminal Maulana Malik Ibrahim Kabupaten Gresik
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Didalam Bangunan:
a) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Untuk jumlah
penangkap nyamuk minimal sebanyak 2 orang.
b) Waktu penangkapan dilakukan pukul 18.00-24.00 WIB atau 18.00-
06.00 WIB sesuai kebutuhan.
c) Durasi penangkapan untuk umpan badan selama 40 menit,
sedangkan durasi penangkapan untuk nyamuk yang hinggap didalam
rumah selama 10 menit. Untuk durasi waktu pengiriman ke lokasi
identifikasi selama 10 menit, sehingga total keseluruhan waktu yang
dibutuhkan 60 menit.
d) Nyamuk yang menggigit pada umpan badan, dimasukkan kedalam
papper cup UOD (Umpan Orang Dalam), sedangkan nyamuk yang
52
tertangkap pada saat istirahat di dinding dalam bangunan
dimasukkan kedalam papper cup DD (Dinding Dalam).
e) Selanjutnya dilakukan identifikasi nyamuk, dengan cara mematikan
nyamuk menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan clorofoam.
Kemudian meletakkan diatas papper cup dan menutupnya dengan
petridish.
2) Diluar Bangunan
a) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Untuk jumlah
penangkap nyamuk minimal sebanyak 2 orang.
b) Waktu penangkapan dilakukan pukul 18.00-24.00 WIB atau 18.00-
06.00 WIB sesuai kebutuhan.
c) Durasi penangkapan untuk umpan badan selama 40 menit,
sedangkan durasi penangkapan untuk nyamuk yang hinggap didalam
rumah selama 10 menit. Untuk durasi waktu pengiriman ke lokasi
identifikasi selama 10 menit, sehingga total keseluruhan waktu yang
dibutuhkan 60 menit.
d) Nyamuk yang menggigit pada umpan badan, dimasukkan kedalam
papper cup UOL (Umpan Orang Luar), sedangkan nyamuk yang
tertangkap pada saat istirahat di dinding luar bangunan dimasukkan
kedalam papper cup DL (Dinding Luar).
e) Selanjutnya dilakukan identifikasi nyamuk, dengan cara mematikan
nyamuk menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan clorofoam.
Kemudian meletakkan diatas papper cup dan menutupnya dengan
kasa.
12. Pengendalian Tikus
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari/Tanggal : Selasa-Jum’at, 15-18 Maret 2022
2) Pukul : 08.00 WIB – Selesai
3) Lokasi : Wilayah Kerja Pelabuhan Umum Gresik
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Pemasangan Trapping Tikus
a) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
53
b) Menggunakan APD berupa masker, helm dan sarung tangan.
c) Membersihkan perangkap tikus dengan cara disiram menggunakan
air bersih.
d) Memasang umpan ikan asin ke dalam pengait perangkap.
e) Memasang perangkap di tempat sebagai berikut: untuk bangunan
tertutup ditempat yang terdapat tanda-tanda keberadaan tikus,
diletakkan didekat dinding. Untuk bangunan terbuka: pinggir saluran
air, taman, kolam, semak-semak, TPS, tumpukan barang bekas
f) Melakukan pengecekan pada perangkap setiap pagi sampai tiga
malam. Perangkap yang telah berisi tikus diganti dengan perangkap
cadangan.
g) Melakukan identifikasi jenis tikus dan melakukan penyisiran untuk
menghitung indeks pinjal.
2) Identifikasi Tikus dan Pinjal
a) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Menggunakan APD berupa masker, handscoon, dan hairnet.
c) Membius tikus dengan cara memasukkan perangkap yang berisi
tikus kedalam polybag, kemudian menuangkan chlorofoam kedalam
polybag hingga tikus mati.
d) Menimbang berat badan tikus menggunakan timbangan.
e) Mengidentifikasi jenis tikus dengan cara mengukur bagian tubuh
tikus sesuai denga form indentifikasi tikus menggunakan penggaris.
f) Menuangkan desinfektan ke baskom dan dicampur dengan air
hingga terlarut.
g) Menyisir tubuh tikus diatas baskom yang berisi larutan desinfektn,
agar pinjal yang berada pada tubuh tikus jatuh diatas larutan tersebut.
h) Mengambil pinjal yang ada di dalam larutan desinfektan
menggunakan pinset dan memasukkan kedalam cuvet berisi alkohol
70%.
i) Melakukan penghitungan indeks pinjal yang didapat.
j) Mengidentifikasi jenis pinjal dengan menggunakan mikroskop
stereo.
54
13. Pengendalian Lalat (Survey Kepadatan Lalat)
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari/Tanggal : Kamis, 17 Maret 2022
2) Pukul : 14.00 WIB – Selesai
3) Lokasi : TPS di Wilayah Kerja KKP Kelas 1 Wilker Gresik
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Menentukan lokasi pengukuran.
3) Menentukan 10 titik pengukuran pada lokasi tersebut, setiap titik diukur
selama 30 detik, lalat yang hinggap pada fly grill dihitung dan dicatat.
4) Mengukur masing-masing 10 titik tersebut dengan cara, meletakkan
secara bersamaan antara peletakan fly grill dengan menghitung waktu
menggunakan stopwatch, lalu setiap lalat yang hinggap dihitung dengan
counter.
5) Menulis hasil pengukuran pada form kepadatan lalat, kemudian
menghitung dengan cara 5 data tertinggi dari data 10 titik tersebut
dirata-rata. Hasil rata-rata dicocokkan dengan indikator untuk
menentukan tingkat kepadatan lalat.
6) Mengukur suhu, kelembaban, dan kecepatan angin di lokasi kegiatan.
14. Pengendalian Kecoa (Survey Kepadatan Kecoa)
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari/Tanggal : Kamis, 17 Maret 2022
2) Pukul : 14.00 WIB – Selesai
3) Lokasi : TPS di Wilayah Kerja KKP Kelas 1 Surabaya Wilker
Gresik
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2) Menggunakan APD berupa masker dan handscoon.
3) Mengamati tanda-tanda keberadaan kecoa melaui : kotoran, kapsul telur
kecoa, dan kecoa mati/hidup menggunakan senter.
4) Kemudian menghitung kepadatan survei kecoa menggunakan counter.
5) Mencatat hasil survei kecoa ke dalam form inspeksi kepadatan kecoa.
55
15. Layanan Pengendalian Vektor Diare
a. Pelaksanaan Kegiatan :
1) Hari, Tanggal : Jumat, 18 Maret 2022
2) Pukul : 15.00 WIB – Selesai
3) Lokasi : TPM dan TPS di Area Pelabuhan Umum
Gresik
b. Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Menggunakan APD berupa masker dan handscoon.
3) Memasukkan air sebanyak ± 4 liter kedalam wadah dan diaduk, setelah
itu larutkan insektisida merk “ICON” sebanyak 100 ml kemudian
diaduk hingga homogen.
4) Menyaring larutan tersebut dan memasukkannya kedalam tanki
sprycan.
5) Memompa spry can hingga tarikannya menjadi berat.
6) Menyemprotkan larutan insektisida ke beberapa tempat yang menjadi
perindukan lalat misalnya TPS dan beberapa TPM hingga rata.
B. Controlling (Pengawasan)
1. Pengawasan Penyediaan Air Bersih
a. Hasil Pemeriksaan
Untuk hasil pemeriksaan sampel air bersih belum bisa dianalisis,
karena hasil pemeriksaan sampel air bersih dari Laboratorium Kesehatan
Daerah Kabupaten Gresik membutuhkan jangka waktu minimal 2 minggu.
Hasil pemeriksaan sampel air bersih untuk parameter kimia dibandingkan
dengan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No.32 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus
Per Aqua, dan Pemandian Umum. Untuk parameter mikrobiologi
dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/
PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.
56
b. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian pemeriksaan sampel air bersih dilakukan
apabila ada beberapa parameter mikrobiologi yang melebihi baku mutu.
Petugas sanitasi di Substansi PRL KKP Gresik akan menganalisis hasil
pemeriksaan dan mencari sumber pencemaran untuk dilakukan evaluasi.
Hasil pemeriksaan akan diberikan kepada instansi yang bersangkutan atau
kepada tempat/lokasi yang dijadikan tempat pengambilan sampel, apabila
terdapat hasil yang tidak memenuhi syarat Petugas di Substansi PRL KKP
Gresik akan menindaklanjuti dengan memberikan masukan dan saran sesuai
dengan masalah atau parameter yang tidak memenuhi syarat.
2. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan dan minuman
a. Sampel Makanan
1) Hasil Pemeriksaan :
a) Hasil Pemeriksaan Sampel Makanan
Tabel IV. 6
Hasil Pemeriksaan Sampel Makanan di TPM Pelabuhan
Umum
57
1096/MENKES/per/VI/2011,tentang persyaratan Hygiene Sanitasi
Jasa Boga.
Warung Bu Tidak
1. Cobek 100
Sum Solo Memenuhi
Irus 0 Memenuhi
Tidak
Baskom 248
Memenuhi
Sendok 0 Memenuhi
Warung Bu
2.
Yati
Garpu 0 Memenuhi
Tidak
Mangkok 45
Memenuhi
Piring 0 Memenuhi
Tidak
Lepek 1
Memenuhi
Warung Bu Tidak
3. Garpu 2
Maryati Memenuhi
Tidak
Sendok 7
Memenuhi
Sendok
0 Memenuhi
Warung Bu Makan
4.
Pasmi Centong Tidak
64
Nasi Memenuhi
58
No. Nama Alat yang Hasil Keterangan
Warung Diperiksa Pemeriksaan
(CFU/cm2)
Tidak
Piring 22
Memenuhi
Tidak
Cobek 9,3
Memenuhi
Warung Bu Tidak
1. Mangkok 9,2
Sum Solo Memenuhi
59
Hasil
Nama Alat yang
No. Pemeriksaan Keterangan
Warung Diperiksa
(MPN/cm2)
Yati Memenuhi
Tidak
Irus 3,0
Memenuhi
Warung Bu Centong
3. < 3,0 Memenuhi
Rosnawan Nasi
61
2) Kegiatan Pengendalian
Hasil pemeriksaan ALT dan E. Coli usap alat makan yang tidak
memenuhi pesyaratan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan dan Restoran, maka petugas sanitasi di bagian PRL KKP
Wilker Gresik akan melakukan tindak lanjut berupa penyuluhan tentang
penerapan 5 kunci keamanan pangan dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) terhadap warung-warung tersebut. Selanjutnya untuk
kegiatan pengendaliannya dilakukan monitoring pada TPM yang sudah
diberikan penyuluhan. Hasil evaluasi dan monitoring selanjutnya
dilaporkan ke KKP induk tiap pelaksanaan kegiatan dan dibuat dalam
bentuk rekapitulasi laporan per triwulan dan per tahun.
b. Higiene dan Sanitasi TPM
1) Hasil Pemeriksaan
Berikut merupakan hasil dari penilaian hygiene sanitasi yang telah
dilakukan, antara lain:
Tabel IV. 8
Hasil Penilaian Inspeksi Sanitasi Hygiene dan Sanitasi TPM
Pelabuhan Gresik pada Tahun 2022
Hasil
Kegiatan
No. Nama TPM Keterangan
Inspeksi
MS TMS
1. Warung Bu Sum -
62
Hasil
Kegiatan
No. Nama TPM Keterangan
Inspeksi
MS TMS
63
c. Organoleptik
1) Hasil Pemeriksaan
Tabel IV. 9
Hasil Pengujian Organoleptik 5 Panelis
No Jenis
Makanan Uji Organoleptik Total Rata-rata
1 Kualitas Kenampakan fisik sampel 20 4
Kualitas Bau/Aroma Sampel 21 4.2
Nasi
Kualitas Tekstur /Kekenyalan Sampel 23 4.6
Kualitas Rasa 23 4.6
2 Kualitas Kenampakan fisik sampel 19 3.8
Kualitas Bau/Aroma Sampel 19 3.8
Ikan
Kualitas Tekstur /Kekenyalan Sampel 22 4.4
Kualitas Rasa 20 4
3 Kualitas Kenampakan fisik sampel 20 4
Kualitas Bau/Aroma Sampel 20 4
Sayur
Kualitas Tekstur /Kekenyalan Sampel 22 4.4
Kualitas Rasa 23 4.6
4 Kualitas Kenampakan fisik sampel 20 4
Kualitas Bau/Aroma Sampel 18 3.6
Sambal
Kualitas Tekstur /Kekenyalan Sampel 21 4.2
Kualitas Rasa 21 4.2
5 Kualitas Kenampakan fisik sampel 21 4.2
Kualitas Bau/Aroma Sampel 22 4.4
Gorengan
Kualitas Tekstur /Kekenyalan Sampel 21 4.2
Kualitas Rasa 23 4.6
Keterangan :
1. Nilai 0-2 : Kurang Baik
2. Nilai 3 : Baik
3. Nilai 4-5 : Sangat Baik
64
TPM adalah usaha pengelolaan makanan yang meliputi rumah
makan dan restoran, jasa boga atau katering dan sarana makanan
jajanan. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) memiliki potensi yang
cukup besar untuk menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit
bahkan keracunan akibat pangan (Kemenkes, 2020).
65
panelis semi terlatih. Pengujian organoleptic setiap panelis melakukan
uji organoleptic yaitu dengan uji kualitas fisik sampel, uji bau atau
aroma sampel, uji kualitas tekstur atau kekenyalan sampel, dan uji
kualitas rasa. Pengujian organoleptic dilakukan menggunakan metode
scoring dengan skala 1-5, dimana nilai tertinggi yaitu 5, dan nilai
terendah yaitu 1. Hasil rata-rata pengujian organoleptic dikategorikan
baik dan sangat baik.
2) Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian yang dilakukan monitoring kepada para
pengelola TPM yang sudah diberikan penyuluhan. Hasil evaluasi dan
monitoring selanjutnya dilaporkan secara online langsung ke KKP
induk tiap pelaksanaan kegiatan dan dibuat dalam bentuk rekapitulasi
laporan per triwulan dan per tahun.
3. Pengamatan Larva Aedes Aegypti
a. Hasil Pemeriksaan
1)
2)
3)
Tabel IV. 10
Density Figure Larva Aedes aegypti
House Container Breteau
Density figure
Index (HI) Index (CI) Index (BI)
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
66
House Container Breteau
Density figure
Index (HI) Index (CI) Index (BI)
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 > 77 > 41 > 200
Keterangan :
DF : 1 = Kepadatan rendah
DF : 2-5 = Kepadatan sedang
DF : 6-9 = Kepadatan tinggi
Menurut SOP Nasional Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan di
Pintu Masuk Negara Tahun 2009, persyaratan HI larva Aedes aegypti
untuk wilayah perimeter adalah 0 % dan untuk wilayah buffer adalah
< 1%. Untuk hasil perhitungan HI yang didapatkan nilai 12,17%
sehingga tidak memenuhi persyaratan. Untuk hasil tabel DF
mendapatkan nilai 2 yang termasuk dalam kategori “Sedang”.
Dari data yang diperoleh didapatkan indeks entomologi di
wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan dengan hasil perhitung House
Index (HI) sebesar 12,17 %, Container Index (CI) sebesar 13,11 %,
Breteau Index (BI) sebesar 13,19% Container Index (CI)
menggambarkan banyaknya jumlah penampungan air yang positif
ditemukan larva. Nilai CI menunjukan lebih tinggi dari standar WHO
(<5%). Hal ini menunjukkan bahwa banyak terdapat container sebagai
tempat perkembangbiakan. House index (HI) lebih menggambarkan
penyebaran nyamuk disuatu wilayah, suatu daerah dianggap berisiko
tinggi terhadap penyebaran penyakit DBD apabila HI>10%,
sedangkan berisiko rendah HI<1% .breteaux index (BI) merupakan
index yang paling baik untuk memperkirakan kepadatan vector karena
BI mengkombinasikan baik rumah maupun container, nilai BI
berdasarkan parameter entomologis lebih rendah dari standar WHO.
Keberadaan larva nyamuk di rumah warga dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
67
kebersihan lingkungan, sehingga masih banyak ditemukannya larva di
tempat-tempat penampungan air rumah warga. Jentik yang kita
temukan kemudian dilakukan identifikasi untuk mengetahui spesies
larva.
b. Kegiatan Pengendalian
Berdasarkan hasil perhitungan CI, HI, dan BI yang sudah dilakukan
termasuk ke dalam kategori “Sedang”, maka kegiatan pengendalian yang
dilakukan oleh petugas sanitasi di Substansi PRL KKP Wilker Gresik yaitu
pengawasan terhadap tempat penampungan air yang bisa berpotensi
sebagai tempat perkembangbiakan larva Aedes aegypti berupa
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Selain itu kegiatan yang dilakukan adalah pemberian larvasida kepada
beberapa pihak yang ditemukan positif jentik. Jika tingkat kepadatan larva
Aedes aegypti tinggi, maka akan dilakukan kegiatan memutus mata rantai
penularan berupa fogging.
4. Pengawasan Hygiene Sanitasi Bangunan dan Tempat Umum (STTU)
a. Hasil Pemeriksaan
Berdasarkan hasil perhitungan penilaian STTU yang telah dilakukan
di Masjid Nurul Bahari Pelabuhan Umum Gresik didapati skor sebesar 856
atau memenuhi syarat penilaian. (Lampiran 3. Pengawasan Hygiene
Sanitasi Bangunan). Secara umum, bangunan Masjid Bahari Pelabuhan
Gresik cukup baik. Konstruksi bangunan Masjid Nurul Bahari Pelabuhan
Umum Gresik memenuhi persyaratan bangunan, antara lain: bangunan
kokoh, dinding dicat dengan warna terang sehingga tampak bersih.
Pada bagian halaman, bersih dan tidak terdapat tempat sampah
berserakan dan tidak ada genangan air. Tersedia tempat pengumpul
sampah yang tertututp rapat, kedap air dan mudah dibersihkan, mudah
diangkat, serta memiliki jumlah dan kapasitas yang sesuai kebutuhan yang
ada.
Air mengalir dengan lancar, saluran bersambung dengan saluran
pembuangan air kotor umum yang kedap air, Persediaan air bersih untuk
wudhu dan toilet selalu tersedia dan untuk air wudhu keluar melalui kran –
68
kran khusus. Lokasi toilet dan wudhu tidak berdekatan dengan tempat
ibadah. Untuk alat sholat bersih dan bebas dari vektor, lantai masjid
mudah dibersihkan, memiliki ventilasi buatan berupa AC dan Kipas Angin
dinding serta ventilasi yang sengaja ditutup. Pencahayaan dalam ruang
tidak menyilaukan dan terang. Tersedia tempat sandal dan sepatu. Pada
saat melakukan usap debu pada lemari kecil yang ada didalam masjid,
terdapat cukup banyak debu, namun hal ini segera diberitahukan kepada
pegawai yang ada untuk segera dibersihkan.
b. Kegiatan Pengendalian
Upaya pengawasan Sanitasi Masjid dilakukan Petugas KKP Kelas I
Surabaya Wilker Gresik secara periodik. Kegiatan pengawasan dilakukan
dengan datang ke lokasi masjid untuk melakukan observasi dan melakukan
inspeksi di lingkungan luar halaman, ruang bangunan, penyehatan air,
penyehatan udara ruang, pengelolaan ruang, pencahayaan, kebisingan,
pengendalian vektor penyakit, dan lainnya. Kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh KKP Kelas I Surabaya Wilker Gresik sangat membantu
pihak pengelola masjid dalam upayanya menjaga sanitasi masjid.
5. Pengawasan Kualitas Air Laut
a. Hasil Pemeriksaan
1) Kimiawi
Tabel IV. 11
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Laut Secara Kimiawi
No Pelabuhan Keterangan
1 Umum Penumpang -
2 Petrokimia -
3 Smelting -
69
2) Bakteriologis
Tabel IV. 12
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Laut Secara Mikrobiologi
No Pelabuhan Keterangan
1 Umum Penumpang -
2 Petrokimia -
3 Smelting -
Hasil pemeriksaan sampel air laut belum bisa dianalisis,
karena hasil pemeriksaan sampel air laut dari Dinas Lingkungan
Hidup membutuhkan waktu 3 minggu. Hasil pemeriksaan sampel air
laut mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51
Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.
b. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian dilakukan apabila hasil laboratorium sampel
air laut menunjukkan bahwa air laut melebihi kadar yang ditentukan, maka
pihak KKP Wilker Gresik akan melakukan inspeksi lebih lanjut untuk
menemukan sumber pencemaran dan memberikan rekomendasi kepada
pemilik perusahaan yang berada pada wilayah kerja KKP Gresik sebagai
bentuk tindaklanjut terhadap program pengawasan pencemaran air.
Tabel IV. 13
Hasil Pengambilan Air Bersih di Kapal
70
memiliki pH diantara 6,5-8,5 dan berada diantara 0-0,4 ppm.
Berdasarkan observasi pada seluruh kapal memiliki volume kebutuhan
air yang mencukupi yaitu > 2,5 liter untuk setiap orang. Jadi, pada
variabel air bersih seluruh kapal yang diperiksa telah sesuai persyaratan.
Tabel IV. 14
Hasil Fumigasi di Kapal
71
Bagian penyimpanan Banyaknya kecoa Fumigasi 10,53 kg sulfur
makanan dan tikus mati florida. 0,5 L
Amarilis
72
Jumlah
Jumlah nyamuk
nyamuk
Jam Penangkapan yang tertangkap
tertangkap
UOD UOL DD KD
1:00 - 1:40
8
1:41 - 1:50
2:00 - 2:40
9
2:41 - 2:50
3:00 - 3:40
10
3:41 - 3:50
4:00 - 4:40
11
4:41 - 4:50
5:00 - 5:40
12
5:41 - 5:50
2 3 0 0
TOTAL
5 0
Berikut ini merupakan hasil perhitungan MBR dan MHD :
MBR =
= 0,125
MHD
= 0,1875
b. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian yang dapat dilakukan petugas sanitasi di
bidang PRL terhadap nyamuk Anopheles sp. adalah kegiatan larvaciding
dan penyemprotan rumah atau bangunan menggunakan insektisida
74
8. Pengendalian Tikus
a. Hasil Pemeriksaan
Tabel IV. 16
Hasil Kegiatan Trapping Tikus Substansi PRL KKP Kelas 1 Surabaya Wilker Gresik Bulan Maret Tahun 2022
Panjang Panjang Panjang Panjang Berat
Panjang Jumlah Jenis
No Tgl Lokasi Ekor Kaki Telinga Badan Badan Warna Bulu Spesies
Total (mm) Mame Kelamin
(mm) (mm) (mm) (mm) (gr)
Abu-abu
1 TPM I 360 170 30 15 180 - Jantan 320 R. Tanezumi
Kecoklatan
Abu-Abu
2 Parkiran Bea Cukai 490 220 40 10 245 12 Betina 450 Kecoklatan R. Norvegicus
Hitam
Abu-abu
3 Kantor Bea Cukai 440 225 35 15 215 - Jantan 417 Kecoklatan R.Norvegicus
Hitam
Hitam Abu-
16/03/2022
4 Kantor Pertamina 380 190 30 15 200 12 Betina 300 abu R. Tanezumi
Kecoklatan
Hitam Abu-
5 TPM 2 300 145 35 15 155 - Jantan 133 abu Mus musculus
Kecoklatan
Hitam abu-
6 Kantor Pelindo 255 135 25 15 130 - Jantan 100 R.Exulans
abu
Coklat
7 TPM 3 255 125 20 10 130 - Jantan 100 R. Whiteadi
hitam
Coklat
110 25 10 130 - Jantan 55 Hitam Abu- R. Whiteadi
8 TPM 4 240
17/03/2022 abu
Pelabuhan Coklat
9 370 110 40 10 190 12 Betina 205 R.Argentiventer
Penumpang Hitam Abu-
75
Panjang Panjang Panjang Panjang Berat
Panjang Jumlah Jenis
No Tgl Lokasi Ekor Kaki Telinga Badan Badan Warna Bulu Spesies
Total (mm) Mame Kelamin
(mm) (mm) (mm) (mm) (gr)
abu
Coklat
10 TPM 5 360 170 43 16 190 - Jantan 174 Hitam Abu- R.Argentiventer
abu
Abu-abu
11 Damkar 265 135 35 15 130 - Jantan 64 R. Exulans
gelap
12 Kantor Pelindo 274 134 40 20 140 12 Betina 69 Putih Hitam R.Whiteadi
18/03/2022 Coklat
13 Polsek 380 195 40 25 185 - Jantan 175 Hitam R. Tanezumi
Kelabu
Berdasarkan hasil survei trapping tikus yang dipasang sebanyak 100 buah perangkap, jumlah perangkap yang terdapat
tikus adalah 13 perangkap, namun jumlah tikus yang hidup adalah 13 tikus. Hasil tangkapan tikus tersebut kemudian
diidentifikasi jenis spesiesnya. Untuk tikus jenis R.Norvegicus mendapatkan 2 ekor, R. Tanezumi 3 ekor, r. Whieteadi 3
ekor, R.Argentiventer 2 ekor, R.Exulans 2 ekor, dan Mus musculus 1 ekor. Setelah dilakukan identifikasi tikus, maka
dilakukan identifikasi pinjal yang telah ditemukan.
76
Berikut ini merupakan hasil identifikasi pinjal yang telah kami
lakukan :
Tabel IV. 17
Hasil Kegiatan Identifikasi Pinjal Substansi PRL KKP Gresik Tahun
2022
Jumlah Spesies yang
Tanggal Spesies Pinjal yang ditemukan
ditemukan
R.Whiteheadi 3 Xenopsylla cheopis
17/03/2022
R. Argentiventer 2 Xenopsylla cheopis
Total 5
= 1,25
77
Kegiatan pengendalian survei penyakit Pes yang dilakukan petugas
sanitasi di Substansi PRL KKP Gresik adalah pemasangan perangkap dan
menghilangkan tempat perindukan atau sarang tikus dengan cara menjaga
kebersihan lingkungan.
9. Pelayanan Survei dan Pengendalian Vektor Diare
a. Survei Kepadatan Lalat
1) Hasil Pemeriksaan
Berikut ini merupakan hasil kegiatan survei laat di TPS area
Pelabuhan Gresik yang sudah kami lakukan :
a) Waktunya dan tempat pelaksanaan
(1) Hari/Tanggal : Kamis, 17 Maret 2022
(2) Waktu : 14.55 WIB
(3) Tempat : TPS Polsek Gresik
b) Lingkungan Fisik
(1) Temperatur : 33°C
(2) Jenis sampah : Domestik
Tabel IV. 18
Hasil Pengamatan Di 10 Titik TPS Polsek Gresik
PERIODE
JUMLAH LALAT
WAKTU
TOTAL
Titik Titik
Titik 1 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Titik 9
30 DETIK 2 10
17 5 19 13 21 15 2 15 12 15 134
78
Tabel IV. 19
Hasil Pengamatan Di 5 Titik Yang Tertinggi TPS Polsek Gresik
TITIK 1 2 3 4 5 TOTAL
(N)
JUMLAH 21 19 17 15 15 87
LALAT
79
Tabel IV. 20
Hasil Pengamatan Di 10 Titik TPS Ds. Lumpur
PERIODE
JUMLAH LALAT
WAKTU
TOTAL
Titik Titik
Titik 1 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Titik 9
30 DETIK 2 10
5 1 2 4 8 11 11 7 23 11 86
Tabel IV. 21
Hasil Pengamatan Di 5 Titik Yang Tertinggi TPS Ds. Lumpur
TITIK 1 2 3 4 5 TOTAL
(N)
JUMLAH 23 11 11 11 8 64
LALAT
80
(1) Waktunya dan tempat pelaksanaan
(a) Hari/Tanggal : Kamis, 17 Maret 2022
(b) Waktu : 15.21 WIB
(c) Tempat : TPS Ds lumpur 2
(2) Lingkungan Fisik
(a) Temperatur : 33°C
(b) Jenis sampah : Domestik
Tabel IV. 22
Hasil Pengamatan Di 10 Titik TPS Ds. Lumpur 2
PERIODE
JUMLAH LALAT
WAKTU
TOTAL
Titik Titik
Titik 1 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Titik 9
30 DETIK 2 10
7 10 8 2 15 0 29 7 1 8 87
Tabel IV. 23
Hasil Pengamatan Di 5 Titik Yang Tertinggi TPS Ds. Lumpur 2
TITIK 1 2 3 4 5 TOTAL
(N)
JUMLAH 29 15 10 8 8 70
LALAT
81
tempat-tempat biakan lalat. Bila mungkin direncanakan upaya
pengendaliannya. Selain itu di wilayang lingkungan TPS di
pengaruhi oleh beberapa factor yang dapat menentukan kualitas
lingkungan tersebut dan jarak pemukiman dengan TPS sampah
tentunya merupakan factor tingkat kepadatan lalat.
Tabel IV. 24
Hasil Pengamatan Di 10 Titik TPS Samping DPU Stasiun Pompa Banjir
PERIODE
JUMLAH LALAT
WAKTU
TOTAL
Titik Titik
Titik 1 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Titik 9
30 DETIK 2 10
16 15 28 9 10 4 21 8 2 5 118
Tabel IV. 25
Hasil Pengamatan Di 5 Titik Yang Tertinggi TPS Samping DPU Stasiun Pompa
Banjir
TITIK 1 2 3 4 5 TOTAL
(N)
82
JUMLAH 28 21 16 15 10 90
LALAT
83
Kepadatan lalat di area TPS di pengaruhi oleh masyarakat
sekitar yang membiarkan sampah berserakan, tidak di pilah-pilah
dalam meletakkan sampah . lalat berperan dalam penularan agen
pembawa penyakit pada manusia hal ini dikarenakan kebiasaan
berkembangbiak lalat berkembangbiak pada media berupa tinja
atau feses, sampah dan limbah buangan banyak mengandung
penyakit masalah tersebut bisa diatasi dngan perbaikan hygiene dan
sanitasi lingkungan (menghilangkan tempat perindukan lalat)
tindakan pengendalian lalat dilakukan untuk mengurangi populasi
lalat yang ada dilingkungan. Adapun cara pengendalian dilakukan
dengan memperbaiki/hygiene dan sanitasi lingkungan salah satunya
yaitu menghilangkan tempat perindukan dengan cara
membersihkan tempat tersebut agar tidak mengundang kerumbunan
lalat.
2) Kegiatan Pengendalian
Tindakan pengendalian yang dilakukan oleh petugas sanitasi
di Substansi PRL KKP Gresik adalah dengan cara penyemprotan
metoda residual spraying. Residual spraying merupakan
penyemprotan menggunakan insektisida yang memberikan efek residu
dengan menggunakan alat spraycan atau mist blower.
Selain itu tindakan pengendalian yang dilakukan adalah
memberikan rekomendasi dan saran ke PT.Pelindo 3 Cabang Gresik
sebagai pengelola di area Pelabuhan Gresik untuk selalu menyediakan
TPS yang tertutup, pembersihan TPS secara rutin, dan sistem
pengangkutan sampah di TPS tidak boleh lebih dari 1x24 jam.
b. Survei Kepadatan Kecoa
1) Hasil Pemeriksaan
Berikut ini merupakan hasil pemeriksaan survei kepadatan
kecoa yang telah dilakukan :
84
Tabel IV. 26
Hasil Kegiatan Survei Kepadatan Kecoa di TPS Area Pelabuhan Gresik Unit
Pengendalian Risiko Lingkungan pada Tahun 2022
Hasil Pengamatan Angka
Interpre- Ket.
No Lokasi Total Kepadatan
SPAL TPS Toilet Kantin tasi
Kecoa
1 Tidak
TPS. Polsek
0 0 0 0 0 0 Rendah menjadi
Gresik
masalah
2 Tidak
TPS Ds.
0 0 0 0 0 0 Rendah menjadi
Lumpur
masalah
3 Tidak
TPS Ds.
0 0 0 0 0 0 Rendah menjadi
Lumpur 2
masalah
4 TPS
samping Tidak
DPUStasiun 0 0 0 0 0 0 Rendah menjadi
Pompa masalah
Banjir
85
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan Praktik Belajar
Lapangan di Institusi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah
Kerja Gresik diantaranya sebagai berikut :
1. Pada substansi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi telah
menerapkan fungsi manajemen (Planning, Organizing, Actuating, dan
Controling) dan unsur-unsur manajemen (Man, Money, Material, Machine,
dan Method) sudah cukup baik, pada setiap program kerja diantaranya
penerbitan PHQC, COP, dan SSCEC/SSCC. Akan tetapi, untuk unsur
manajemen pada segi bagian orang (Man) perlu dilakukan penambahan
pegawai, karena pada substansi tersebut membutuhkan pegawai tambahan
untuk kegiatan pemeriksaan sanitasi kapal.
2. Pada substansi Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL) penerapan fungsi
manajemen (Planning, Organizing, Actuating, dan Controling) dan unsur-
unsur manajemen (Man, Money, Material, Machine, dan Method) pada setiap
program kerja sudah cukup baik. Akan tetapi, untuk unsur manajemen pada
segi bagian orang (Man) perlu dilakukan pengkajian kembali, karena pada
substansi PRL membutuhkan pegawai sanitasi tambahan agar dapat mencapai
semua program kerja secara optimal. Berikut ini merupakan kesimpulan dari
kegiatan magang di substansi PRL :
3. Telah dilaksanakan program kerja pengawasan penyediaan air bersih berupa
kegiatan pengambilan air bersih secara kimiawi dan bakteriologis. Untuk
hasil sampel air bersih belum bisa dianalisis karena masih dalam proses
pemeriksaan laboratorium.
4. Telah dilaksanakan program kerja pengawasan TPM berupa hygiene sanitasi
bangunan TPM, pengambilan sampel makanan, dan usap alat makan. Untuk
hasil sampel makanan telah memenuhi persyaratan, usap alat makanan
terdapat 3 alat makan yang belum memenuhi persyaratan hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor, sedangkan untuk hasil sanitasi bangunan
86
TPM terdapat 3 yang belum memenuhi persyaratan dan 1 telah memenuhi
persyaratan.
5. Belum dilaksanakannya kegiatan secara keseluruhan program kerja
pengawasan kualitas lingkungan di pelabuhan, seperti pemeriksaan udara
ruang dan badan air, dikarenakan terkendalanya waktu dan peralatan. Untuk
kegiatan yang sudah dilakukan adalah pengambilan sampel air laut dan
inspeksi sanitasi bangunan tempat-tempat umum. Untuk hasil sampel air laut
belum dilakukan analisa dikarenakan hasil belum keluar sedangkan untuk
Sanitasi Tempat-tempat Umum berupa masjid telah memenuhi persyaratan.
6. Telah dilaksanakannya program kerja survei vektor Tikus di wilayah
perimeter, mendapatkan hasil spesies tikus yang paling banyak ditangkap
adalah R.Tanezumidan R. Whiteheadi yaitu masing-masing tikus sebanyak 3
ekor dan angka indeks pinjal sebesar 1,25. Hasil indeks pinjal tersebut
melebihi nilai persyaratan sebesar ≤ 1.
7. Telah dilaksanakannya program kerja survei vektor diare, hasil survei
kepadatan lalat menunjukkan dari 4 TPS yang diperiksa memiliki angka
kepadatan lalat “sangat tinggi”, sehingga harus dilakukan tindakan
pengendalian. Sedangkan untuk hasil survei kepadatan kecoa, tidak
ditemukannya kecoa di sekitar TPS sehingga termasuk dalam kategori
“Rendah”.
8. Telah dilaksanakannya program pengendalian vektor diare (spraying) pada
tempat-tempat perindukan lalat di TPS dan TPM, sebagai bentuk kegiatan
tindak lanjut hasil survei kepadatan lalat yang sangat tinggi.
9. Telah terlaksana kegiatan survei vektor DBD, mendapatkan hasil angka
Container Index (CI) sebesar 13,11%, House Index (HI) sebesar 12,17%,
Breteau Index (BI) sebesar 13,91%, dan Density figure tergolong kategori
“Sedang”.
10. Telah terlaksana program pengendalian vector DBD berupa
pemberian bubuk pestisida atau abate kepada setiap warga.
11. Telah terlaksana program kerja survei vektor malaria untuk hasil
survei nyamuk Anopheles sp. di dalam bangunan (Man Bitting Rate/MBR)
87
sebesar 0,375 dan diluar bangunan (Man Hour Density/MHD) sebesar
0,1875.
12. Telah terlaksana pengawasan alat angkut yaitu meliputi pengawasan
sanitasi kapal dan ditemukannya tikus dan binatang lain kemudian dilakukan
fumigasi. Selain itu untuk air bersih di kapal sudah memenuhi persyaratan.
13. Pada substansi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah telah
menerapkan fungsi manajemen (Planning, Organizing, Actuating, dan
Controling) dan unsur-unsur manajemen (Man, Money, Material, Machine,
dan Method) dengan baik, pada setiap program kerja diantaranya Pengawasan
dan Pemeriksaan Persediaan Obat/P3K serta Pelaksanaan Vaksinasi dan
Penerbitan Sertifikat Vaksinasi.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan kepada guna meningkatkan kualitas
pelayanan dan kinerja pegawai di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya
Wilayah Kerja Gresik adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan kegiatan pengendalian pada program kerja survei PES berupa
trapping tikus secara rutin dan melakukan kerja sama lintas sektor, agar
tujuan untuk meminimalisir angka indeks pinjal di lingkungan pelabuhan
Gresik dapat tercapai sesuai nilai yang telah ditetapkan di wilayah perimeter
yaitu sebesar ≤ 1.
2. Sebaiknya perlu dilakukan pelatihan kepada para pengelola makanan di TPM
area pelabuhan umum tentang penerapan higiene dan sanitasi perorangan,
serta cara mengolah pangan yang aman dan baik.
3. Perlu dilakukan kerja sama lintas sektor bersama PT.Pelindo 3 Cabang Gresik
untuk kegiatan proses pengelolaan sampah di wilayah Pelabuhan Gresik,
terutama pada kondisi Tempat Penampungan Sampah (TPS) meliputi
pembersihan sampah yang berserakan di sekitar TPS, penyediaan TPS yang
tertutup, dan proses pengangkutan sampah yang tidak boleh lebih dari 1 x 24
jam.
88
4. Melakukan pengawasan dan pengendalian pada tempat-tempat perindukan
nyamuk Aedes ae. yang ada di wilayah Pelabuhan Gresik, agar angka
kepadatan jentik dapat diminimalisir. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan pemberian larva
89
DAFTAR PUSTAKA
Mukaromah, H., & Lailiyah, S. (2019). Higiene Sanitasi Kapal Dalam Negeri dan
Luar Negeri. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN: Jurnal dan Aplikasi
Teknik Kesehatan Lingkungan, 15(2), 605-614.
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian
Kesehatan.
90
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 tentang
Pelayanan dan Penerbitan Sertifikat Vaksinasi Internasional.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1098 Tahun 2003 Tentang Hygiene Sanitasi
Rumah Makan dan Restoran.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum.
91
LAMPIRAN
92
2. Usap Alat Makan
4. Organoleptik
93
C. Pengamatan Larva Aedes aegypty
94
E. Pengawasan Kualitas Air Laut
F. Pengendalian Aedes
95
G. Pengendalian Anopheles
H. Pengendalian Tikus
96
I. Pengendalian Lalat
J. Pengendalian Kecoa
97
K. Inspeksi Sanitasi Kapal
98