Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum

Parasitologi
Tentang
PEMERIKSAAN TELUR CACING
NEMATODA USUS PADA TINJA

Disusun oleh:
Kelompok A Kelas A (S1)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Cristofel I Tibe
Diana Kamasaan
Grace Cristy
Juniati lahai
Ismar Kharim
Tri Hendra Rasubala
Marcelino moningka

Kementrian Kesehatan RI
Poltekkes Kemenkes Manado
Jurusan Kesehatan Lingkungan
2013
LEMBAR PERSETUJUAN

Hasil praktek parasitologi tentang Nematoda Usus Pada Sampel Tinja laporan ini telah
diperiksa dan disetujui oleh :

MENGETAHUI
DOSEN PEMBIMBING

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa atas kuasanyalah kami kelompok dapat
menyusun laporan praktikum parasitologi mengenai Nematoda Usus .
Disadari bahwa penyusunan laporan praktikum ini terdapat banyak kekurangan-kekurangan
sehingga dimohonkan kritik dan saran yang membangun dari bapak/ibu pembimbing praktikum
perbaikan dikemudian hari.

MANADO, 2 April 2014

PENULIS
Kelompok A

ii

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan...........................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................iii
BAB 1.................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. TUJUAN...................................................................................................1
C. LOKASI DAN WAKTU...............................................................................1
BAB 2..................................................................................................................2
DASAR TEORI.....................................................................................................2-5
BAB 3..................................................................................................................
ISI LAPORAN.......................................................................................................
A. Alat dan bahan..............................................................
B. Prosedur kerja.............................................................................................
C. Hasil praktek..
BAB 4..................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................
A. KESIMPULAN........................................................................................
B. SARAN.................................................................................................
Daftar Pustaka....................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Spesies nematoda usus yang ditemukan pada manusia adalah Ascaris lumbricoides,
Trichuris Trichura, Oxyuris Vermiescularis, Ancilustoma. Umumnya manusia merupakan hospes
definitif. Tiap spesies nematoda usus memiliki morfologi yang berbeda-beda. Cacing betina
ukurannya lebih besar dari pada jantan.
Tiap larva spesies nematoda usus berada dalam sirkulasi darah (siklus paru), kecuali
Trichuris Trichura. Gejala krinis dipengaruhi oleh tingkat infeksi (jumlah cacing) , jenis parasit ,
stadium parasit (larva/dewasa), lokalisasi menemukan telur dalam tinja , bilasan duodenum larva
dalam jaringan melalui teknik jaringan tekan atau diwarnai uji introdermal, uji serologis.
pengobatan penyakit ini harus disertai dengan upaya peningkatan sanitasi. Infeksi
umumnya melalui media tanah yang terkontambinasi tinja yang mengandung telur cacing .
dalam siklus hidupnya, cacing nematoda usus membutuhkan kondisi lingkungan yang
mempunyai temperatur dan kelembaban yang sesuai. Lingkungan y6ang dibutuhkan archaris
lumbricoides sama dengan trichuris trichura.
Upaya pencegahan dengan melakukan pengobatan secara individu atau masal,
menghindari kontak debu, tidak disembarang tempat, memasak sayuran hingga matang,
memakai alas kaki.

B. Tujuan Praktek
Mengidentifikasi keberadaan telur cacing nematoda usus pada tinja.

C. Tempat Dan Waktu


Tempat
: Laboratorium Parasitologi
Waktu
: 08:00 11:00 wita
Hari/Tanggal : Rabu, 26 maret 2014

1
BAB II

DASAR TEORI
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tinggi prevelansinya terutama pada
penduduk di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan masalah yang cukup besar bagi
bidang kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan Indonesia berada dalam kondisi geografis
dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai, sehingga kehidupan cacing ditunjang oleh
proses daur hidup dan cara penularannya.
Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam membedakan sifat sebagai
spesies, parasit, kista, telur, larva, dan juga memerlukan pengetahuan tentang berbagai bentuk
pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu parasit. Identifikasi parasit juga bergantung
pada persiapan bahan yang baik untuk pemeriksaan baik dalam keadaan hidup maupun sediaan
yang telah di pulas. Bahan yang akan di periksa tergantung dari jenis parasitnya, untuk cacing
atau protozoa usus maka bahan yang akan di periksa adalah tinja atau feses, sedangkan parasit
darah dan jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit maupun imunologis.
Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun larva yang
infektif. Pemeriksaan feses ini juga di maksudkan untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing
parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya.
Pemeriksaan feces dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif
dilakukan dengan metode natif, metode apung, metode harada mori, dan Metode kato. Metode
ini digunakan untuk mengetahui jenis parasit usus, sedangkan secara kuantitatif dilakukan
dengan metode kato untuk menentukan jumlah cacing yang ada didalam usus.
Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah riwayat yang cermat dari pasien. Teknik
diagnostik merupakan salah satu aspek yang penting untuk mengetahui adanya infeksi penyakit
cacing, yang dapat ditegakkan dengan cara melacak dan mengenal stadium parasit yang
ditemukan. Sebagian besar infeksi dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan
gejala ringan. Oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karena diagnosis yang
hanya berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan. Misalnya, infeksi yang
disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Infeksi ini lebih bamyak ditemukan pada
anak-anak yang sering bermain di tanah yang telah terkontaminasi, sehingga mereka lebih
mudah terinfeksi oleh cacain-cacing tersebut. Biasanya hal ini terjadi pada daerah di mana
penduduknya sering membuang tinja sembarangan sehingga lebih mudah terjadi penularan.
Pengalaman dalam hal membedakan sifat berbagai spesies parasit , kista, telur, larva, dan juga
pengetahuan tentang bentuk pseudoparasit dan artefak yang dikira parasit, sangat dibutuhkan
dalam pengidentifikasian suatu parasit.
1. Mendiagnosa adanya infeksi cacing parasit pada orang yang diperiksa fecesnya.
2. Mengetahui tingkat infeksi cacing yang diderita orang yang diperiksa pecesnya.
3. Mengetahui teknik pemeriksaan telur pada tinja anak-anak.
4. Mengetahui bentuk-bentuk dari cacing parasit, bentuk telur maupun larva agar kita
mudah untuk mengenali dan melakukan tindakan efektif baik untuk pencegahan maupun
pengobatan terhadap infeksi caing parasit kepada pasien yang diperiksa.

2
A.MACAM-MACAM METODA PEMERIKSAAN FESES
Penularan penyakit parasit disebabkan oleh tiga faktor yaitu sumber infeksi, cara penularan dan
adanya hospes yang ditulari. Efek gabungan dari faktor ini menentukan penyebaran dan
menetapnya parasit pada waktu dan tempat tertentu. Penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat
bersifat menahun disertai dengan sedikit atau tanpa gejala.
Pemeriksaan telur-telur cacing dari tinja terdiri dari dua macam cara pemeriksaan, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode natif,
metode apung, dan metode harada mori. Sedangkan pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan metode kato.
1. 1. Pemeriksaan Kualitatif
Metode Natif
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi
untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini menggunakan
larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih
jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya.
Maksud : Menemukan telur cacing parasit pada feces yang diperiksa.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit pada seseorang yang diperiksa fecesnya.
Dasar teori : eosin memberikan latar belakang merah terhadap telur yang berwarna kekuningkuningan dan untuk lebih jelas memisahkan feces dengan kotoran yang ada.
Kekurangan : dilakukan hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit terditeksi.
Kelebihan : mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing semua spesies, biaya yang di
perlukan sedikit, peralatan yang di gunakan sedikit.
Metode Apung (Flotation method)
Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh yang
didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati.
Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya
didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan
dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan
ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang
berpori-pori dari famili Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun telur Ascaris yang infertil.
Maksud : Mengetahui adanya telur cacing parasit usus untuk infeksi ringan.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit usus pada seseorang yang diperiksa fecesnya.
Dasar teori : Berat jenis NaCl jenuh lebih berat dari berat jenis telur.
Kekurangan : penggunaan feses banyak dan memerlukan waktu yang lama, perlu ketelitian
tinggi agar telur di permukaan larutan tidak turun lagi
Kelebihan : dapat di gunakan untuk infeksi ringan dan berat, telur dapat terlihat jelas.

Metode Harada Mori


Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma
Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus yang
didapatkan dari feses yang diperiksa. Teknin ini memungkinkan telur cacing dapat berkembang
menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva ini
akan ditemukan didalam air yang terdapat pada ujung kantong plastik.
Maksud : Mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus,
Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus spatau mencari larva cacing-cacing parasit usus
yang menetas diluar tubuh hospes
Tujuan : Mengetahuia adanya infeksi cacing tambang
Dasar teori : Hanya cacing-cacing yang menetas di luar tubuh hospes akan menetas 7 hari
menjadi larva dengan kelembaban yang cukup.
Kekurangan : Dilakukan hanya untuk identifikasi infeksi cacing tambang, waktu yang
dibutuhkan lama dan memerlukan peralatan yang banyak.
Kelebihan : lebih mudah dilakukan karena hanya umtuk mengidentifikasi larva infektif
mengingat bentuik larva jauh lebih besar di bandingkan dengan telur.
1. 2. Pemeriksaan Kuantitatif
Metode Kato
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut teknik Kato.
Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong cellahane tape. Teknik ini lebih
banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan
untuk Pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur cacing
cukup jelas untuk membuat diagnosa.
Maksud : Menemukan adanya telur cacing parasit dan menghitung jumlah telur
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit dan untuk mengetahui berat ringannya
infeksi cacing parasit usus
Dasar teori : Dengan penambahan melachite green untuk memberi latar belakang hijau. Anakanak mengeluarkan tinja kurang lebih 100 gram/hari, dewasa mengeluarkan tinja kurang lebih
150 gram/hari. Jadi, misalnya dalam 1 gram feces mengandung 100 telur maka 150 gram tinja
mengandung 150.000 telur.
Kekurangan : Bahan feses yang di gunakan banyak.
Kelebihan : Dapat mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita berdasar jumlah telur dan
cacing, baik di kerjakan di lapangan, dapat digunakan untuk pemeriksaan tinja masal karena
murah dan sederhana, cukup jelas untuk melihat morfologi sehingga dapat di diagnosis.

Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi
untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini menggunakan
larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih
jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya.
Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh yang
didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati.
Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya
didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan
dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan
ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang
berpori-pori dari famili Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun telur Ascaris yang infertil.
Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma
Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus yang
didapatkan dari feses yang diperiksa. Teknin ini memungkinkan telur cacing dapat berkembang
menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva ini
akan ditemukan didalam air yang terdapat pada ujung kantong plastik.
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut teknik Kato.
Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong cellahane tape. Teknik ini lebih
banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan
untuk Pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur cacing
cukup jelas untuk membuat diagnosa.

BAB III
ISI LAPORAN

A. Alat Dan Bahan


Alat :
1.
2.
3.
4.
5.

Lidi/stik ice cream


Coven glass
Mikroskop Binokuler
Objek glass
Pipet tetes

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Alkohol 95%
Aquadesh
Kapas
Tinja
Tissue
Eosin 2%

Bahan :

B. Prosedur Kerja
1. Objek glass yang akan digunakan dilihat terlebih dahulu, jika sudah bekas dipakai
bersihkan dengan alkohol 95% sampai kering. Sedangkan jika objek glass yang
digunakan bersih bisa langsung dipakai
2. Sampel tinja/feses diambil dengan menggunakan lidi/stik ice cream kemudian
dihapus diobjek glass secara merata
3. Hapus tinja dalam bentuk lingkaran/persegi yang pada prinsipnya hapusan
tersebut harus lebih kecil dari kaca penutup (deck glass)
4. Sampel tinja kemudia diberi 1 tetesan eosin 2% pada objek glass
5. Setelah selesai tutup dengan menggunakan penutup (deck glass)
6. Periksa dibawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran 10x40

6
C. Hasil Praktek

Hasil dari sampel tinja yang telah diperiksa , tidak terdapat telur cacing atau larva (-) , melainkan
hanya terdapat gelembung yang dilakukan oleh hapusan yang kurang merata. Tinja yang diamati
memiliki bau menyengat dan sedikit keras.

1. Ascaris Lumbicoides :
Bentuknya oval , kulit luyar tebal dan bergerigi
Antara kulit luar dan sel telur dibatasi dengan
Didalam telur terdapat sel telur/larva jika sudah dibuahi/infektif

2. Trichuris Trichura

Bentuknya lonjong asimetris


Kedua kutup atas dan bawah mempunyai tonjolan yang didalmanya
terdapat cairan
Kulit luar tebal warnanya tengguli
Didalam telur terdapat sel atau larva jika sudah dibuahi

3. Oxyuris Vermicularis :

Bentuknya lonjong asimetris/bentuk huruf D/bentuk biji merah


Kulit telur bagian luar tipis
Tidak mempunyai batas antara kulit telur dengan sel telur
Didalam sel telur terdapat sel; atayu larva jika sudah dibuahi

4. Ancylostoma Deudenole :

Bentuknya lonjong simetris


Kulit bagian luar tipis
Antara kulit luar dan sel telur terdapat cairan yang bening
Didalam telur terdapat sel telur 6-8 sel yang warnanya kehijauan

BAB IV
PENUTUP

A . Kesimpulan
Nematoda usus merupakan cacing yang menjadikan manusia sabagai inangnya. Ciri-ciri
pada cacing nematoda usus adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Simetris bilateral, tripoblastit, tidak memiliki appendges


Memiliki coelom yang disebut pseudocoelomata
Belum memiliki organ peredaran darah, respirasi dan permukaan tubuh
Alat pencernaan lengkap
Cincin saraf yang mengelilingi esofagus merupakan pusat sistem saraf

Dan hasil pengamatan dibawah mikroskop, pada sampel feses yang diamati tidak
terdapat telurt cacing maupun larva. Namun pada pengamatan preparat yang telah disiapkan oleh
instruktur terdapat tiga spesies telur cacing yaitu ascaris lumbricoides, trichuris trichura, oxyuris
vermicularis.

B . Saran
Untuk mencegah infeksi cacing nematoda usus adalah langkah-langkah yang perlu
dilakukan :
1. Pendidikan kesehatan pribadi dan lingkungan
2. Menjaga kebersihan lingkungan
3. Menjaga kebersihan makanan atau memasak makanna dengan baik
4. Membuang tinja/feses pada tempatnya
5. Memakai alas kaki bila telanjang dibawah tanah

Daftar Pustaka
ulfakanra.wordpress.com/2012/12/26/nematodausus
kesmas.unseud.info/2010/09/nematodausus
mikrobiologobakteri.2010.erlangga.jakarta

Anda mungkin juga menyukai