Anda di halaman 1dari 12

MATA KULIAH

: EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

NAMA

: Grifky Lasatira

SEMESTER

: III

TINGKAT

: II

PRODI

: S1

Soal!
1. Definisi Epidemiologi Lingkungan
2. Definisi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan
3. Sejarah Perkembangan Epidemiologi Lingkungan
4. Teori Simpul Prof. Umar
5. Peraturan Terbaru Tentang Kesehatan Lingkungan No. 66 Tahun 2014
Jawaban!
1. Istilah epidemiologi lingkungan mengacu pada studi tentang penyakit dan kondisi
kesehatan (yang terjadi pada populasi / masyarakat ) yang dikaitkan dengan faktor-faktor
lingkungan.
a. Pengertian Epidemiologi Menurut Asal Kata
Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti pada atau tentang, demos yang berati
penduduk dan kata terakhir adalah logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi
epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan dalam
pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah : Ilmu yang mempelajari
tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan
pada sekelompok orang/ masyarakat serta Determinannya (Faktor factor yang
Mempengaruhinya). Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan,
dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga
saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja,
melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa,

kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah
menjangkau hal tersebut.

Berikut Beberapa Pengertian Epidemiologi Lingkungan:


-

Epidemiologi Lingkungan adalah studi tentang distribusi dan faktor-faktor


penentu kesehatan dan penyakit, morbiditas, cedera, cacat, dan kematian pada
populasi atau ilmu yang menganalisis hubungan agent di lingkungan dengan
dampak kesehatan padamasyarakat, yang mempelajari distribusi(penyebaran)
dan determinan (faktor resiko) penyakit dalam kelompok masyarakat.

Epidemiologi Lingkungan adalah Ilmu yang mempelajari efek dari faktor


fisika, biologi dan kimia di lingkungan eksternal terhadap kesehatan manusia,
dalam artian luas.

Ilmu yang menganalisa dan mengukur efek-efek kesehatan dari faktor-faktor


lingkungan dan menilai keefektifan strategi-strategi pengawasan (WHO,
1989).

Ilmu dan seni yang mempelajari dan menilai (mengukur dan analisis) kejadian
penyakit atau ganggguan kesehatan dan potensi bahaya faktor penyebab
(bahan, kekuatan, kondisi) akibat perubahan keseimbanganlingkungan serta
menilai upaya-upaya pengendaliannya (Pentaloka Epidemiologi Lingkungan,
Ciloto, 28 Oktober dan 2 November 1991).

2. Berikut pengertian dari epidemiologi kesehatan lingkungan :


Ilmu yang menganalisa dan mengukur efek-efek kesehatan dari faktor-faktor
lingkungan dan menilai keefektifan dan strategi-strategi pengawasan (WHO, 1989)
Ilmu dan seni yang mempelajari dan menilai (mengukur dan analisis) kejadian
penyakit

atau

gangguan

kesehatan

dan

potensi

bahaya

faktor

penyebab

(bahan,kekuatan, kondisi) akibat perubahan keseimbangan lingkungan serta menilai

upaya-upaya pengendaliannya (Pentaloka Epidemiologi Lingkungan, Ciloto, 28


Oktober dan 2 November 1991)
Studi tentang faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit,
dengan cara mempelajari dan mengukur dinamika hubbungan interaktif antara
penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya pada suatu waktu dan
kawasan tertentu, untuk upaya promotif (Achmadi, 1991)

3. Sejarah Perkembangan Epidemiologi


Epidemiologi pada mulanya diibaratkan sebagai studi tentang epidemi. Hkan
disiplin ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular
saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakitpenyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epideiologi dapat diartikan sebagai studi
tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.
Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinandeterminan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epideiologi adalah ilmu yang
mempelajari

tentang

penyebaran

penyakit

serta

determinan-determinan

yang

mempengaruhi penyakit tersebut.


Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada
zaman dahulu kala dan bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena
kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan
program pencegahan dan pemberantasan penyakit butuh ilmu kedokteran seperti ilmu
faal, biokimia, patologi, mikrobiologi dan genetika.
Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada acara
penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada kelompok indvidu.
Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran, epidemiologi juga membutuhkan
disiplin ilmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan
fisik, ekonomi, budaya dan statiska.
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena
belum semua ahli bidang kedokteran setuju metode yang digunakan pada epidemiologi.
Hal ini disebabkan karena perbedaan paradigma dalam menngani masalah kesehatan

antara ahli pengobatan dengan meode epidemiologi terutama pada saat berlakunya
paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Kebehasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para
ilmuwan terkenal dikala itu. Seperti sekitar 1000 SM China dan India telah mengenalkan
variolasi, abad ke-5 SM muncul hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,
water and places, selanjutnya Galen melengkapi dengan atmosfir, factor internal serta
factor predisposisi. Abad 14 dan 15 terjadi karantina berbagai penyakit yang dipelopori
oleh V. fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 Jhone Graunt
memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatat kematian PES dan data metriologi. Pada
tahun 1839 William Farr mengembangkan analisi statistic, matematik dalam
epidemiologi dengan mengembangkan system dalam pengumpulan data rutin tentang
jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang
menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya di Inggris. Upaya
yang telah dilakukan untuk mengembangkan system pengamatan pnyakit secara terusmenerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program telah
mengangkat nama William Farr sebagai The Founder Of Modern Epidemiology.
Selanjutnya pada tahun 1848, Jhons Snow menggunakan metode epidemilogi
dalam menjawab epidemi colera di London, kemudian berkembang usaha vaksinasi,
analisis wabah, terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan
kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia ke II disusul
perkembangan epidemiologi khusus. Hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik pada
tahun 1892 yaitu melakukan riset tentang masalah sanitasi di Inggris, serta Jacob Henle,
Robert Koch, pastur mengembangkan teori tentang kontak penularan.
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi
yang masih berlaku hingga saat ini.Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3. Penularan penyakit
4. Eksprimen pada manusia

Sejarah perkembangan epidemiologi dapat dibedakan menjadi 4 tahap, yaitu :


1. Tahap pengamatan
Cara awal untuk mengetahui frekwensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan
serta faktor-faktor yang mempengaruhi ini dilakukan dengan pengamatan (observasi).
Dari hasil pengamatan tersebut Hippocrates (ahli epidemiologi pertama/460-377SM)
lebih kurang 2400 tahun yang lalu berhasil menyimpulkan adanya hubungan antara
timbul atau tidaknya penyakit dengan lingkungan. Pendapt ini dituliskannya dalam
bukunya yang terkenal yakni : Udara, Air, dan Tempat. Sekalipun Hippocrates tidak
berhasil membuktikan pendapatnya tersebut, karena memang pengetahuan untuk itu
belum berkembang, tetapi dari apa yang dikemukakan oleh Bapak Ilmu Kedokteran
ini di pandang telah merupakan landasan perkembangan selanjutnya dari
epidemiologi. Tahap perkembangan awal epidemiologi yang seperti ini dikenal
dengan nama Tahap Penyakit dan Lingkungan.

2. Tahap perhitungan
Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut dengan tahap
perhitungan. Pada tahap ini upaya untuk mengukur frekwensi dan penyebaran suatu
masalah kesehatan, dilakukan dengan bantuan ilmu hitung. Ilmu hitung masuk ke
epidemiologi adalah berkat jasa Jonh Graunt (1662) melakukan pencatatan dan
perhitungan terhadap angka kematian yang terjadi di kota London. John Graunt tidak
melanjutkan penelitiannya dalam epidemiologi, tetapi beralih kepada peristiwaperistiwa kehidupan. John Graunt lebih dikenal dengan sebutan Bapak Statistik
Kehidupan. Tahap kedua perkembangan epidemiologi yang seperti ini dikenal dengan
nama Tahap Menghitung dan Mengukur.
3. Tahap pengkajian
John graunt memang berhasil memberikan gambaran tetang frekwensi dan
penyebaran

masalah

kesehatan,

tetapi

belum

untuk

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya. Karena ktidak puasan terhadap hasil yang diperoleh, maka


dikembangkan teknik yang lain yang dikenal sebagai teknik pengkajian.

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh William Farr (1839) yang melakukan
pengkajian data. Dari pengkajian ini dibuktikan adanya hubungan statistik antara
peristiwa kehidupan dengan keadaan kesehatan masyarakat, seperti : adanya
hubungan status pendidikan dengan tingkat sosial ekonomi penduduk.
Cara kerja yang sama juga dilakukan secara terpisah oleh John Snow(1849) yang
menemukan adanya hubungan antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air
minum penduduk. John Snow menganalisa pada dua perusahaan air minum di
London yakni Lambeth Company dan Southwark & Vauxhall Company.
Pekerjaan yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan
pengkajian data yang telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan dari
data hasil percobaan. Karena pengkajian data alamiah inilah, maka tahap
perkembangan epidemiologi pada waktu itu dikenal dengan nama Tahap
Eksperimental Alamiah.
4. Tahap uji coba
Cara kerja uji coba tidak sekedar mengkaji data alamiah saja, tetapi mengkaji data
yang diperoleh dari suatu uji coba yang dengan sengaja dilakukan. Uji coba ini telah
lama dikenal di kalangan kedokteran, misalnya yang dilakukan oleh Lind (1774) yang
melakukan pengobatan kekurangan Vitamin C dengan pemberian jeruk. Atau yang
dilakukan oleh Jenner (1796) yang melakukan uji coba vaksin cacar pada manusia.

Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurangkurangnya 3 elemen, yakni :


1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun
penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi),

kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di
negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
2. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakitpenyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi
penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
3. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan
lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang
dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari
manusia dan total lingkungannya.
Seperti halnya ilmu kedokteran, ilmu epidemiologi lahir dari asumsi bahwa
penyakit pada populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak, namun
ada faktor penyebab dan usaha preventif yang dilakukan. Perkembangan ilmu
epidemiologi tidak terlepas dari tokoh tokoh yang berjasa dalam perkembangan ilmu
kedokteran. Tokoh tokoh tersebut antara lain :
1. Hipocrates (abad ke 5 SM) Hipocrates yang dinobatkan sebagai bapak kedokteran,
mengemukakan teorinya tentang penyakit yang dimuat dalam bukunya yang berjudul
On Air, Waters and Places yaitu bahwa penyakit terjadi karena adanya kontak
dengan jasad hidup serta berhubungan dengan lingkungan internal dan eksternal
seseorang, seperti : tempat tinggal, musim, angin, udara, jenis tanah, air minum,
perilaku manusia, dan jenis pekerjaannya. Beliau juga yang memperkenalkan istilah
epidemik dan endemik.
2. Veronese fracastoro (1483-1553) dan Thomas Sydenham (1624-1689) Kedua tokoh
ini menyatakan teori bahwa kontak dengan penyakit hidup menjadi penyebab
penyakit menular. Teori ini didasari pada fenomena yang terjadi di eropa yaitu adanya
epidemi cacar, sampar dan demam tifus pada abad 14 15. Kegiatan kegiatan anti
epidemic seperti karantina dan lainnya mulai diterapkan, setelah keefektifannya
dikonfirmasikan melalui penelitian dan pengalaman praktek.

3. Edward Jenner (1749-1823) Menemukan metode pencegahan cacar melalui vaksinasi


(vaksin cowpox).
4. Louis Pasteur (1822-1895), Robet Koch (1843-1910), Ilyamechniko (1845-1916),
Antonio van Lauwenhock, Igmatz Semmelweis (1818-1865) Adanya berbagai
penemuan di bidang mikrobiologi dan parasitologi, dimana para ilmuwan tersebut
berhasil membuktikan bahwa mikroba sebagai etiologi penyakit infeksi.
5. William Far (1839) Tokoh ini mengembangkan sistem pengumpulan data rutin
tentang jumlah dan penyebab kematian, serta penerapan data statistik vital untuk
mengevaluasi problem problem kesehatan masyarakat. Dalam teori miasma (udara
buruk) beliau mengemukakan bahwa di dataran rendah insiden kolera tinggi, karena
adanya polusi udara. Ide ide kreatifnya tersebut yang membuat beliau dinobatkan
sebagai Bapak Surveilens.
6. John Snow (1849) Beliau mengembangkan metoda investigasi wabah yang dapat
mengantarkan penyelidikan ke arah penyebab. Ia menyelidiki dan menganalisis
kejadian kematian karena wabah kolera dengan langkah mengembangkan metode
investigasi, menyusun hipotesis, dan membuktikan hipotesis tersebut. Dengan
melanjutkan teori analisa dari William Far, ia membuat postulat bahwa kolera
ditularkan oleh air yang terkontaminasi. Ia mengamati kenaikan angka kematian di
daerah London, yang mendapat pasokan air minum dari perusahaan Lambert
Company dan Southwark Company. Kedua perusahaan tersebut menggunakan
sumber air dari sungai Themes bagian hilir yang sudah mengalami pencemaran
limbah yang berat. Sekitar tahun 1834-1854, Lambert Company mengganti sumber
airnya dari hulu sungai Themes yang bebas pencemaran, dan hasilnya terdapat
penurunan kematian karena kolera pada masyarakat yang menerima pasokan air
minum dari Lambert Company. Dari berbagai kajian yang dilakukannya, John Snow
akhirnya di nobatkan sebagai Bapak Epidemiologi.
7. Graunt (1939) Tokoh ini berperan dalam perkembangan epidemiologi pada aspek
analisis kuantitatif morbiditas dan mortalitas. Karyanya yang berjudul Political
Observations Made Upon the Bills of Mortality membahas tentang analisa yang
dilakukan dari laporan mingguan kelahiran dan kematian di kota London, dan untuk
pertama kalinya mengkuantifikasikan pola penyakit pada populasi.

8. Framingham

(1949) Tokoh ini mengembangkan epidemiologi secara sistematik

untuk keperluan desain, pelaksanaan dan analisis penelitian epidemiologi. Hasil


penelitiannya tentang kardiovascular telah merangsang berkembangnya analisis
multivariat dengan analisis regresi logistik.
9. Doll dan Hill (1950) Doll dan Hill berperan dalam riset riset epidemiologi dan
pendemonstrasian efektifitas dan efisiensi studi dengan desain kasus control.

4. Teori Simpul
PSIKM, seyogyanya memilki pemahaman yang memadai/eduquate tentang
dinamika perubahan-perubahan lingkungan yang berpotensi membahayakan kesehatan
masyarakat mulai dari simpul A s/d simpul D yang pada akhirnya dapat menjadi simpulsimpul pengamatan, pengukuran dan pengendalian Lingkungan.
Simpul A
Pengamatan, pengukuran dan pengendalian bahan polutan/toksik (agent) pada
sumbernya, contoh :
-

Pencemaran udara

: Kendaraan bermotor, industry

Pencemaran air

: Rumah tangga, industry

Sumber pada MC (Peny. Menular)

: DHF, Malaria

Simpul B
Pengamatan, pengukuran dan pengendalian bila bahan polutan/toksik (agent) sudah
berada disekitar manusia, contoh :
-

Pengukuran konsentrasi bahan polutan atau bahan pencemar udara dijalan-jalan


raya, pada lingkungn perumahan dan pemukiman.

Kadar residu pestisida pada sayuran dan buah

Bakteri E. Coli pada air bersih/minum

Simpul C
Pengamatan, pengukuran dan pengendalian bila bahan polutan/toksik (agent) sudah
berada pada tubuh manusia atau terpapar, contoh :

Pengukuran kadar Pb dalam darah

Kadar merkuri dalam rambut

Kadar COHb (Carboxy Haemoglobin) dalam darah

Plasmodium spp dalam darah malaria, dsb.

Simpul D
Pengamatan, pengukuran dan pengendalian bila sudah berdampak pada kesehatan
manusia, contoh :
-

Perhitungan prevalensi dan insidensi rate kasus/kejadian penyakit DBD, Malaria


dsb.

Prevalensi penyakit kanker paru

Insidensi keracunan malaria dsb.

5. PP NO.66 tahun 2014


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Lingkungan. Sebagaimana kita ketahui, telah diterbitkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Lingkungan. Pada Peraturan ini antara lain diatur tentang Tanggung jawab dan
wewenang pemerintah, standar baku mutu kesehatan lingkungan, persyaratan
kesehatan, Penyelenggaraan kesehatan lingkungan, Proses Pengolahan Limbah,
Pengawasan Limbah, juga Pengendalian dan Penyelenggara Kesehatan Lingkungan.
Pada Peraturan Pemerintah ini, pengertian Kesehatan Lingkungan merupakan
upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko
lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik,
kimia, biologi, maupun sosial. Sedangkan Pengaturan Kesehatan Lingkungan
bertujuan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik dari aspek fisik,
kimia, biologi, maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pada pasar 8 PP ini disebutkan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan ditetapkan pada media lingkungan yang meliputi:
air;udara;tana;pangan;sarana dan bangunan; dan vektor dan binatang pembawa
penyakit. Sedangkan Media lingkungan yang ditetapkan Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan sebagaimana berada pada
lingkungan Permukiman;Tempat Kerja;tempat rekreasi; dan tempat dan fasilitas
umum.

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk


media air (Pasal 9). meliputi standar baku mutu dan Persyaratan Kesehatan air
minum; standar baku mutu dan Persyaratan Kesehatan air untuk keperluan higiene
dan sanitasi; dan standar baku mutu dan Persyaratan Kesehatan air untuk kolam
renang,
solus
per
aqua,
dan
pemandian
umum.
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk media
udara (pasal 16), terdiri atas standar baku mutu dan Persyaratan Kesehatan udara
dalam ruang dan udara ambien yang memajan langsung pada manusia.
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media tanah (pasal 19), terdiri atas
unsur: fisik;kimia;biologi; dan radioaktif alam. Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk media pangan (pasal 21), disusun untuk mempertahankan kondisi
pangan yang sehat dan higienis yang bebas dari bahaya cemaran biologis, kimia, dan
benda lain.
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media sarana dan bangunan
(Pasal 23), berupa kadar maksimum yang diperbolehkan paling sedikit bagi: debu
total;asbes bebas; dan timah hitam (Pb) untuk bahan bangunan.
Pada pasal 30 disebutkan bahwa Kesehatan Lingkungan diselenggarakan melalui
upaya Penyehatan, Pengamanan, dan Pengendalian. Upaya Penyehatan, Pengamanan,
dan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk
memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar,Azrul.1988. Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara . Jakarta Barat
Bustan,
M.N.
2006.
Pengantar
Epidemiologi.
Rineka
Cipta
.
Jakarta.
Effendy, Nasrul.1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku
Kedokteran
.
Jakarta
Murti, Bhisma.1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Rinekacipta . Jakarta
Noor,Nasri.2000.
Dasar
Epidemiologi.
Rineka
Cipta
.
Jakarta.
Notoatmodjo,Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
http://Epidemiolog.Wordpress.com./2008/11/08/Ruang-Lingkup
Epidemiologi.
diakses
tanggal
3
September
2009.
http://Epidemiolog.Wordpress.com
/2008/05/11/Sejarah
Epidemiologi
-2.
Diakses
tanggal
3
September
2009.
http://Epidemiolog.Wordpress.com./2008/05/11
Dasar
epidemiologi
.
Diakses tanggal 3 September 2009.

Anda mungkin juga menyukai