Anda di halaman 1dari 65

ISOLASI DAN

IDENTIFIKASI BAKTERI
PENYEBAB INFEKSI
KULIT
KELOMPOK
1
▪ Glory Andya D’Cryta
(1010181231)
▪ Melinda Setiarsih (1010181239)
▪ Monica Reny Budiana
(1010181260)

2
Pendahuluan

▪ Kulit, yang meliputi dan melindungi tubuh, merupakan garis


pertahanan tubuh pertama terhadap patogen.Sebagai barier fisik,
hampir tidak mungkin suatu patogen dapat menembus kulit yang
utuh.Namun demikian mikroba dapat masuk melalui lesi kulit yang
tidak tampak, sehingga beberapa mikroba dapat menembus kulit
tubuh.

3
Cara Infeksi

▪ Dengan kontak langsung yang dapat memasuki sel inang dan


langsung menyebabkan kematian pada sel
▪ Melepaskan racun yang merusak dan mebunuh sel – sel,
melepaskan enzim yang mendegradasi komponen jaringan,
merusak pembuluh darah dan menyebabkan nekrosis iskemik
▪ Menginduksi respon seluler host yang meski ditujukan pada
penginvasi, menyebabkan bertambahnya kerusakan jaringan
biasanya dengan immunemediated mekanisme

4
Impetigo
▪ Impetigo adalah suatu infeksi kulit yang dapat menyebabkan terbentuknya lepuhan
kecil yang berisi nanah /pus.

▪ Dapat berpindah dari orang ke orang lain melalui kontoak langsung, penyakit impetigo
banyak ditemukan pada anak-anak

▪ Disebabkan oleh Streptococcus pyogenes, yang dikenal dengan Streptococcus beta


hemolyticus grup A (GABHS). Kadang – kadang disebabkan oleh bakteri lain seperti
Staphylococcus ureus pada lesi impetigo

▪ Manifestasi klinis : Gatal; kulit melepuh berisi cairan; luka merah dan cepat pecah,
cairan hingga selama beberapa hari; kemudian membentuk kerak yang berwarna coklat
kekuningan; namun dalam kasus yang serius, menyakitkan nanah atau cairan tersebut
penuh luka yang dapat berubah menjadi borok dalam
6
▪ Patofisiologi

Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak langsung, setelah
infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya kerusakan pada kulit. Bentuk lesi
mulai dari makula eritema yang berukuran 2 – 4 mm. Secara cepat berubah menjadi vesikel atau
pustula. Vesikel dapat pecah spontan dalam beberapa jam atau jika digaruk maka akan meninggalkan
krusta yang tebal, karena proses dibawahnya terus berlangsung sehingga akan menimbulkan kesan
seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya kekuning-kuningan. Karena secara klinik lebih sering dilihat
krusta maka disebut impetigo krustosa. Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan tampak kulit
yang erosif.

Impetiogo bulosa mul a-mula beru pa vesikel, l a m a ke l am a an ak an m e m b e s a r


menjadi bula y a n g sifatnya tidak m u d a h pecah, karena di ndi ngnya relatif tebal dari
i mpet i go krustosa. Isinya b erup a cai ran y a n g l a m a k el am a a n akan ber ub ah menjadi
keruh karena invasi leukosit da n ak an m e n ge nd ap

7
Selulitis
▪ Merupakan infeksi bagian terdalam lapisan kulit

▪ Infeksi biasanya dimulai dari bengkak yang lunak, kemerahan di


sekitar luka, kemudian secara bertahap menyebar ke jaringan
terdekat.

▪ Selulitis bisa disebabkan oleh berbagai jenis bakteri yang berbeda,


yang paling sering adalah Streptococcus. Staphylococcus juga bisa
menyebabkan selulitis, tetapi biasanya terbatas di daerah yang lebih
sempit. Selulitis paling sering menyerang wajah dan tungkai bagian
bawah.

9
10
Folikulitis
▪ Follikulitis suatu peradangan pada seluruh akar rambut (folikel).
Folikulitis dapat disebabkan oleh kstaphylococcus aureus

▪ Gejala folikulitis adalah muncul ruam, terasa gatal dan kemerahan,


dan disekitar folikel rambut ,Nampak beruntus-beruntus kecil yang
berisi cairan yang dapat mudah pecah lalu mengering dan membentuk
koreng.

12
Furunkel
▪ Furunkel atau dikenal dengan nama bisul atau borok merupakan
peradangan yang disertai pembengkakan dan menyakitkan Infeksi ini
lebih sering dijumpai di daerah wajah, leher, ketiak dan anus

▪ Penyebab : Staphylococcus aureus

▪ Staphylococcus aureus menginvasi bagian dalam dari folikel rambut.

14
Karbunkel
▪ Karbunkel merupakan peradangan dibawah kulit yaitu kumpulan
peradangan yang terikat satu dengan yang lain di bawah kulit.
Karbunkel sering ditemukan di bagian belakang leher dan lebih
banyak dijumpai pada pria dibandingkan pada wanita

▪ Karbunkel disebabkan oleh Staphylococcus aureus

16
Erispelas
▪ Erispelas menyebabkan kulit merah luas dengan batas tegas yang
disebabkan oleh Streptococcus pyogenes

▪ Gejala erisipelas secara khas meliputi : Demam, menggigil, rasa tidak


enak badan, pola lesi di kulit yang merah, bengkak, dan nyeri dengan
tepi berbatas tegas dan menebal, area kulit yang terkena mengkilap,
dan pembesaran kelenjar

18
Fasitis nekrotik
▪ Fasitis nekrotik disebabkan oleh Streptococcus pyogenes

▪ Penyakit ini pada awalnya diawali hanya sebagai selulitis. Kulit


tersebut bisa terlihat pucat pada awalnya, tetapi cepat menjadi merah
atau merah tua, panas bila disentuh, dan kadangkala menjadi
bengkak. Kemudian, kulit menjadi violet, seringkali dengan
terbentuknya lepuhan besar yang berisi cairan (bullae). Cairan yang
berasal dari lepuhan ini berwarna coklat, berair, dan kadangkala
berbau tidak sedap. Daerah pada kulit yang mati menjadi hitam
(ganggren).

20
Dermatitis
▪ Penyebab : Pseudomonas aeruginosa

▪ Penyakit yang biasanya dapat sembuh sendiri ini sering kali


berjangkit di anatara perenang yang menggunakan kolam renang
yang terkontaminasi oleh Pseudomonas aeruginosa.

▪ Dermatitis pseudomonas juga sering dialami oleh bayi atau orang tua
yang menggunakan pembalut (diaper)

22
Infeksi Luka Bakar
▪ Penyebab : Pseudomonas aeruginosa

▪ Merupakan bakteri oportunistik yang sering ditemukan pada


penderita luka bakar, khusunya luka bakar yang sangat parah

▪ Biasanya terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh


yang menurun

24
Otitis Eksterna
▪ Penyebab : Pseudomonas aeruginosa

▪ Sering terjadi pada perenang melalui air kolam renang yang terkontaminasi oleh pseudomonas
aeruginosa

▪ Otitis eksterna merupakan peradangan saluran telinga bagian luar (lubang telinga luar sampai
gendang telinga) dengan gejala utama berupa bengkak, kemerahan, nyeri, dan seperti ada tekanan
dari dalam telinga.

▪ Menyebabkan telinga terasa gatal, berair, kulit di sekitar saluran tampak bersisik dan kadang
disertai pengelupasan, pendengaran berkurang akibat stenosis atau pembentukan kulit tebal dan
kering di dalam saluran telinga, munculnya tekstur menyerupai jerawat apabila infeksi mengenai
folikel rambut di dalam telinga.

26
Jerawat
▪ Penyebab : Propionibacterium acnes

▪ Terjadi bila saluran ke permukaan kulit untuk mengeluarkan sebum yang diproduksi
oleh kelenjar minyak rambut pada lapisan dermis tersumbat sehingga dapat membentuk
komedo ,kemudian komedo berkembang menjadi inflamasi apabila terinfeksi oleh
propionibacterium acnes dan menggunakan gliserol dalam sebum sebagai sumber
nutrisi.dan membentuk asam lemak bebas dari sebum ,yang menyebabkan sel-sel
neutrofil menunjukkan respons untuk mengeluarkan enzim yg dapat merusak dinding
folikel rambut.

▪ Keadaan ini dapat menyebabkan inflamasi sehingga timbul pustula dan papula pada
kulit

28
Lepra
▪ Penyebab : Mycobacterium leprae
▪ penyakit infeksi progresif lambat yang mengenai kulit dan saraf
perifer
▪ Memiliki 2 pola penyakit (tergantung pada respon imun)

Lepra tuberkuloid Lepra lepromatosa

Tampak lesi kulit yang kering,berisisik dan tak Tampak penebalan kulit dan pembentukan
kentara ,Yang disertai gangguan sensibilitas nodul yang menimbulkan cacat tubuh dengan
dan lesi saraf perifer yang asimetrik disertai kerusakan pada sistem saraf akibat
invasi mycobacterium kedalam sel-sel
makrofag perineural dan sel-sel schwan

30
CARA PENGAMBILAN
SPESIMEN (PRA
ANALITIK)
Kriteria

▪ Pengambilan menurut indikasi yang tepat dan pada waktu yang tepat
▪ Lokasi bagian peradangan yang diambil tempatnya terwakili dan jumlahnya cukup
▪ Pengambilan tanpa cemaran dengan cara desinfeksi dahulu. Bahan dikirim secepatnya
ke laboratorium melalui media transport untuk menjaga adanya pengaruh keadaan
lingkungan
▪ Label yang mencantumkan identitas , waktu dan lokasi pengambilan serta keterangan
klinis yang menunjang
▪ Pengiriman dalam waktu < 2 jam , bila terjadi penundaan , spesimen diterima dlm
transpor yang sesuai
▪ Untuk bakteri anaerob ,spesimen dikirim dalam medium cair tioglikolat yang
dimasukkan dalam wadah khusus dengan suasana anaerob
32
Cara Pengambilan Sampel Luka (Kulit)

▪ Setiap waktu boleh diambil. Idealnya sebelum penderita mendapatkan pengobatan dengan antibiotika
▪ Menyiapkan cotton bud steril.
▪ Menghapuskan luka atau kulit yang akan diambil sampelnya dengan cotton bud. Hindari cotton bud
kontak dengan sekeliling luka atau kulit yang akan diambil sampelnya
▪ Pemilihan spesimen yang tepat ialah bila diambil dari tepi luka/ lesi
▪ Dua sampai tiga batang cottun bud yang sudah dioleskan pada luka atau kulit tersebut dimasukkan ke
dalam media transport.
▪ Cotton bud berisi sampel dapat langsung digunakan untuk pemeriksaan atau apabila dimasukkan ke
dalam media transport, media Carry and Blair sebagai media transport dan tempat steril untuk
menyimpannya.dapat disimpan pada suhu kamar selama 3 jam, sedangkan jika disimpan dalam
lemari es dapat mencapai 15 hari.

33
Cara Pengambilan Sampel Aspirat

- Bersihkan daerah pengambilan dengan antiseptic


- Aspirasi spesimen secara aseptik menggunakan spuit steril
- Spesimen untuk pemeriksaan dimasukkan kedalam media transport(thioglikolat)
- Kirin ke laboratorium < 2 jam

34
Cara Pengambilan Sampel Kerokan Kulit

▪ Bersihkan daerah pengambilan dengan antiseptic


▪ Kerok tepi lesi yang aktif menggunakan tepi tumpul scalpel atau tepi gelas obyek yang steril
▪ Tempatkan spesimen ke dalam cawan petri steril/bocal steril
▪ Kirim ke laboratorium mikrobiologi dalam suhu ruang.

35
Cara Pengambilan Sampel Lepra
- Pakai APD
- Ambil Objek glass dan beri identitas pasien pada bagian pinggir
- Bersihkan lokasi kulit tempat pengambilan Skin Smear dengan kapas alkohol 70% dan biarkan mengering
- Jepit kulit dengan erat menggunakan telunjuk dan ibu jari sampai pucat
- Buat irisan / insisi pada kulit dengan panjang ±5mm dan kedalaman 2mm, kulit tetap di jepit agar darah tidak
keluar, jika darah keluar ,usap dengan kapas
- Keroklah kulit tersebut 1-2 kali menggunakan aesculap guna mengumpulkan cairan dan bubur jaringan
- Jangan ada darah pada spesimen karena dapat mengganggu pewarnaan dan pembacaan
- Kerokan tersebut langsung di usapkan pada objek glass berbentuk lingkaran 5-8mm.
- Lepas jepitan pada kulit dan bersihkan dengan alkohol lalu tutup bagian kulit tersebut dengan plester

36
PENGERJAAN SAMPEL
(ANALITIK)
Cara Pengambilan Sampel Lepra

38
Cara Pengambilan Sampel Lepra

39
Cara Kerja Uji Katalase
▪ Sediakan objek glass.
▪ Ambil bahan dari koloni menggunakan ose, oleskan
pada objek glass.
▪ Teteskan satu tetes H2O2

▪ Hasil + : terbentuk gelembung / buih


▪ Hasil - : tidak terbentuk gelembung / buih

40
Cara Kerja Uji Koagulase

Cara tabung :
Cara slide :

▪ Siapkan tabung reaksi.


▪ Siapkan objek glass.
▪ Masukan 0.5 ml plasma citrat kedalam tabung.
▪ Tuangkan satu tetes plasma citrat.
▪ Tambahkan 0.5 ml suspensi bakteri kedalam tabung.
▪ Tambahkan 1 ose koloni bakteri.
▪ Inkubasi 24 jam.
▪ Tutup dengan deck glass
▪ Hasil + : Plasma beku
▪ Amati dengan mikroskop pada perbesaran 10x40.
▪ Hasil - : Plasma tetap cair
▪ Hasil + : Plasma menggumpal
▪ Hasil - : Plasma tidak menggumpal

41
Cara Kerja Manitol
▪ Siapkan media manitol
▪ Ambil bahan dari koloni menggunakan ose, masukan kedalam media manitol.
▪ Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam
▪ Hasil + : media berubah warna menjadi kuning
▪ Hasil - : terjadi kekeruhan pada media tetapi media tetap berwarna merah

42
Interpretasi Hasil Bakteri Gram Positif

▪ Staphylococcus sp. ▪ Streptococcus sp.

▪ Bergerombol seperti anggur ▪ Berderet seperti rantai

43
Interpretasi Hasil Gram Positif (Staphylococcus sp)
▪ Staphylococcus
Ciri-ciri koloni pada media :
- Koloni bulat diameter ± 0,8 - 1µm
- Warna : keruh (BA), kekuningan (MSA)
- Cembung
- Smooth
- Basah

44
Interpretasi Hasil Gram Positif (Staphylococcus sp)
▪ Pada uji manitol

Manitol (+) Manitol (-)

Staphylococcus aureus; Staphylococcus Staphylococcus saprophyticus


epidermidis
▪ Pada uji koagulase

Koagulase (+) Koagulase (-)

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis; Staphylococcus


saprophyticus
▪ Pada uji terhadap novobiocin

Novobiocin (+) Novobiocin (-)

Staphylococcus epidermidis Staphylococcus aureus; Staphylococcus


saprophyticus 45
Interpretasi Hasil Gram Positif (Streptococcus sp)
▪ Pada media
▪ Streptococcus pyogenes
- Terjadi hemolisis total pada agar darah
- Koloni kecil-kecil diameter 0,5-1,0mm

46
Interpretasi Hasil Gram Positif (Streptococcus sp)
▪ Pada uji bacitracin

Bacitracin (+) Bacitracin (-)

Streptococcus pyogenes Streptococcus b-haemolyticus

47
Uji Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)

▪ Prinsip : untuk mendeteksi adanya sifat resistensi bakteri


Staphylococcus aureus terhadap antibiotik golongan beta
lactam (penicillin dan sepalosporin).sifat resistensi tersebut
diperankan oleh gen mecA
▪ Galur MRSA merupakan penyebab utama infeksi nosokomial
yang bersifat multiresisten terhadap antibiotik, bahkan telah
resisten terhadap antiseptik golongan amonium kuartener
sehingga dapat bertahan hidup di lingkungan rumah sakit.
▪ Metode : untuk deteksi MRSA , salah satu uji yang digunakan
adalah uji kepekaan metode difusi agar dengan disk
cefoxitin.uji cefoxitin dianggap resisten apabila diameter
zona hambat < 21mm

48
Alur Pemeriksaan MRSA

49
Alur Pemeriksaan Bakteri Gram Negatif

50
Interpretasi Hasil Bakteri Gram Negatif (Pseudomonas aeruginosa)

▪ Pada pewarnaan Gram


▪ Batang Gram negatif dengan ukuran 0,6 x 2mm
▪ Susunan single, berpasangan atau membentuk rantai pendek
▪ Pada nutrient agar:
Koloni bulat halus
Menghasilkan bau grape-like odor/corn taco-like odor
Menghasilkan warna hijau karena pigmen pyocyanin dan pyoverdi

51
Interpretasi Hasil Bakteri Gram Negatif (Pseudomonas aeruginosa)
Pseudomonas aeruginoosa on Mac Conkey Agar

52
Interpretasi Hasil Bakteri Gram Negatif (Pseudomonas aeruginosa)

53
Kultur Anaerob
▪ Spesimen yang digunakan untuk
kultur bakteri anaerob adalah yang
diperoleh dengan aspirat
▪ Lalu dimasukkan pada medium
transport thioglikolat

54
Uji Kepekaan Antibiotik

▪ Metode uji kepekaan antibiotik ini dapat dipakai


untuk mengukur kemampuan suatu agen
antibiotik dalam menghambat pertumbuhan
bakteri secara in vitro

▪ Uji kepekaan metode difusi cakram merupakan


pemeriksaan kualitatif untuk menentukan apakah
isolat bakteri dari pasien infeksi masih sensitif ,
intermediate, atau sudah resisten terhadap suatu
antibiotik dengan mencocokan menggunakan
tabel standar CLSI (Clinical Laboratory
Standard Institute)

55
Cara Kerja (Isolasi)
▪ Keluarkan media Brucella (BR), Brucella Kanamycin (BRK) dan Thyoglicolat dari lemari pendingin sampai
mencapai suhu kamar
▪ Lakukan Inokulasi spesimen pada agar BR dan BRK
▪ Pada Pertemuan goresan letakan disk Metroidazol
▪ Lakukan inokulasi pada media Thyoglicolat
▪ Media yang sudah diinokulasi kemudian dimasukan dalam anaerojar
▪ Letakan anaerob indikator dalam anaerojar
▪ Buka sachet anaerogen dan masukan dalam anaerojar, tutup segera. Tunggu ± 5 menit untuk memastikan apakah
anaerogen bereaksi :
Tidak bereaksi : Tidak terlihat embun pada dinding anaerojar di sekitar anaerogen. Ganti anaerogen
dengan yang baru.
Bereaksi : Terlihat Embun Pada dinding Anaerojar disekitar anaerogen.
▪ Bila anaerogen sudah bereaksi, Inkubasi anaerojar yang berisi media dalam inkobator 35-37°C selama 48 jam. 56
Cara Kerja (Pengamatan)
▪ Kendurkan baut pada tutup anaerojar agar tidak vakum, kemudian buka pengaitnya.
▪ Keluarkan media dari dalam anaerojar, amati ada tidaknya pertumbukan.
▪ Bila belum ada pertumbuhan , inkubasi secara anaerob lagi pada suhu 35-37°C selama 48 jam lagi. Bila tetap tidak ada
pertumbuhan, Lanjutkan ke Prosedur E.
▪ Bila ada pertumbuhan, amati zona hambatan pada disk Metronidazol, dan catat jumlah jenis koloni kuman, reaksi
hemolisa, ada tidaknya pigmen, ada tidaknya fluorescen dengan sinar UV, dan besar kecilnya koloni.
▪ Lakukan pewarnaan Gram pada koloni tersangka dan tanam pada media agar darah. Inkubasi secara anaerob pada suhu 35-
37°C 1x24 jam untuk mengetahui apakah koloni tersebut anaerob mutlak atau anaerob fakultatif.
Anaerob mutlak: Pada inkubasi anaerob ada petumbuhan sedangkan pada agar darah yang diinkubasi aerob tidak tumbuh
kuman.
Anaerob fakultatif : Pada Inkubasi anaerob dan pada Agardarah yang diinkubasi aerob ada pertumbuhan.
▪ Untu kanaerob mutlak, lakukan identifikasi uji cepat biokimia dan uji sensitifitas kuman terhadap antibiotik.
▪ Untuk coccus Gram positif tidak perlu dilakukan uji biokimia. Tetapi dilihar formasi kumannya bila berderet disebut
Peptostreptococcus dan jika bergerombol disebut peptococcus.
57
Cara Kerja (Identifikasi)
▪ Koloni murni dari kuman tersangka batang Gram negatif atau batang Gram positif Diidentifikasi
menggunakan uji cepat biokimia.
▪ Pembacaan hasil uji biokimia 4-6 jam setelah inkubasi pada suhu 35-37°C
▪ Hasil Uji biokimia dicatat pada lembar yang sudah tersedia

58
Cara Kerja (Uji Sensitifitas)

▪ Koloni murni dimasukan dalam air kaldu sampai kekeruhan 0.5 skala Mc. Farland.
▪ Dengan kapas lidi steril ambil suspensi kuman tersebut, buang kelebihan suspensi
pada kapas dengan menekan pada dinding tabung.
▪ Oleskan pada dua buah media BRK ang telah mencapai suhu kamar, biarkan sebentar
( ± 15 menit)
▪ Letakan Cakram antibiotik pada media tersebut kemudian inkubasikan secara anaerob
pada suhu 35-37°C selama 24 jam.
▪ Setelah 24 jam baca zona hambatan antibiotik, dalam milimeter.
▪ Catat pada lembar resistensi.

59
Mycobacterium leprae
▪ Karakteristik Mycobacterium leprae mirip dengan Mycobacterium
tuberculosis yang bersifat tahan asam, sehingga pada pewarnaan ziehl
nelsen akan tampak berwarna merah, dan sering membentuk globus
(seperti irisan puntung rokok).

▪ Spesimen untuk pemeriksaan laboratorium Mikrobiologi klinik antara


lain : Kerokan lesi anestesi pada kulit; reitz serum pada cuping telinga;
scraping mukosa septum nasi atau cuping hidung

▪ Dan sampel tersebut dilakukan pewarnaan ziehl nelsen

▪ MI (morfologi index) adalah jumlah Mycobacterium leprae yang


berbentuk utuh atau solid per 100 lapangan pandang. Mycobacterium
leprae yang siolid atau utuh dianggap kuman yang hidup, sedangkan
yang fregmented atau nonsolid dianggap kuman yang telah mati.
60
Pewarnaan BTA

61
TAHAP PASCA
ANALITIK
Hasil Uji Resitensi Antibiotik
Staphylococcus
Pengobatan parenteral dengan injeksi nafsilin atau oksasilin dianjurkan untuk infeksi staphylococcus
yg berat dan sistemik .untuk yang alergi, dapat diganti dengan vancomycin atau sefalosporin.
Streptococcus pyogenes
Sensitif terhadap penisilin dan eritromisin
Pseudomonas aeruginosa
Bakteri ini biasanya peka terhadap amikacin, gentamycin, tobramycin, dan kolistin.kombinasi antara
gentamycin dan karbenisilin sering digunakan untuk mengobati infeksi pseudomonas aeruginosa
yang berat. 

63
Hasil Uji Resitensi Antibiotik
Propionibacterium acnes
Jerawat yang disertai peradangan dapat diobati dengan antibiotik yang dapat menghilangkan atau
menghambat pertumbuhan bakteri propionibacterium acnes , antara lain eritromisin dan
benzimisin.beberapa sediaan topikal juga sering digunakan , yaitu salep yang mengandung benzoil
peroksida atau tretinoin
Mycobacterium leprae
Kombinasi terapi jangka panjang dengan antibiotika misalnya dapson, rifampin, dan klofazimin
mungkin diperlukan untuk mrngobati lepra dengan tepat.individu yang terpajan perlu menerima
kemoprofilaksis

64
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai