Disusun oleh:
Esra Tabhita R. Siboro
Famela NS Rumatora
Pembimbing:
dr. Titie Soepraptie, Sp. KK, FINSDV
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
O Tuberkulosis adalah penyakit infeksi granulaomatosa kronis yang
disebakan oleh basil mycobacterium tuberculosis
O Teberkulosis telah dan masih menjadi maslah kesehatan di dunia hingga
saat ini. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang berdefek pada
paru-paru, kelenjar getah bening, tulang dan persendian, kulit, usus dan
organ lainnya
O Seperti halnya tuberkulosis paru, tuberkulosis kutis terutama terdapat di
negeri yang sedang berkembang. Faktor predisposisi terjadinya
tuberkulosis kutis di antaranya adalah kemiskinan, gizi kurang,
penggunaan obat-obatan secara intravena, dan status imunodefesiensi
O Pengobatan tuberkulosis kutis, khemoterapi merupakan pilihan
pengobatan, pengobatan terdiri atas INH, Rimfapisin, Ethambutol atau
Steptomisin dan lama pengobatan paling setikit 6 bulan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Tuberkulosis kutis • Timbul akibat perluasan secara hematogen pada penderita TB yang
mempunyai imunitas jelek
miliaris • Sering pada penderita HIV/AIDS
Tuberkulosis kutis • Terjadi akibat penjalaran secara hematogen, biasanya dari paru
• Kelainan kulit berupa guma, yakni infiltrat subkutan, sirkumkrip dan kronis,
gumosa • Kemudian melunak dan bersifat destruktif
Tuberkulosis kutis •
•
Disekitar orifisium
Terjadi akibat kontak lamgsung dengan sputum, feses, urin
orifisialis •
•
Predileksi: mulut, sekitar anus, genitalia
Akibat kekebalan yang kurang, Berupa ulkus
• Infeksi : paru.
• Kelainan kulit: infiltrat subkutan, berbatas
tegas yang menahun →melunak dan bersifat
destrukttif
• Awalnya kulit berwarna normal →merah
kebiruan
• Lesi tersebar berbentuk makula dan papul
berukuran kecil atau lesi berwarna kemerahan,
Kadang-kadang vesikuler dan terdapat krusta
Tuberkulosis Kutis Orifisialis
• Nodus-nodus
indolen (terutama
ekstremitas
bagian ekstensor)
→ Diatasnyya
terdapat eritema
Eritema Induratum
• Eritema induratum : suatu
peradangan kronis dari
pembuluuh darah arteri dan vena
yang bersifat jinak dan disertai
nekrosis lemaK
• Kelainan kulit : nodus-nodus
indolen
• Predileksinya : daerah fleksor.
• Terjadi supurasi → ulkus-ulkus.
• Kadang-kadang regresi →
hipotropi berupa lekukan-lekukan
• Perjalanan penyakit kronik residif
2.6 DIAGNOSIS BANDING
TUBERCULOSIS KUTIS
Tuberkulosis chancre Tuberkulosis Kutis Lupus Vulgaris
• Sindrom Cancriform yaitu Verukosa : • Sarkoidosis, limfositoma,
sifilis primer disertai dengan • Kromomikosis, nevus verukosa, limfoma, lupus eritematous
chancre, penyakit catscracth, frambusia stadium II, veruka kutaneus kronik, sifilis
vulgaris, infeks M.Marium ,
sporotrichosis, ttularemia, pioderma, kromoomikosis, tersier, leprosi, blastomikosis,
infeksi M.marinum. bromoderma, liken planus lesmaniasis lupoid, pioderma.
hipertropik, dermstosis aktinik
hipertropik.
Anamnesis
(Riwayat TB)
Pemeriksaan
Fisik
(Efloresensi)
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Bakteriologik
• penting untuk mengetahui penyebabnya.
• Penggunakan bahan pus.
• BTA , kultur dan PCR.
• Pemeriksaan BTA (Zeihl Neelson →± 10.000 basil/mL.
• Pemeriksaan PCR :mendeteksi M.Tuberculosis
• Pemeriksaan kultur ; Lowenstein Jansen), tetapi hasilnya 3-
Pemeriksan Histopatologi
• penting untuk menegakkan diagnosis
• Tampak radang kronik dan juga nekrotik mulai dari lapisan deris sampai subkutis tempat ulkus terbentuk
• Jaringan yang mengalami nekrosis kaseosa oleh sel-sel epitel dan sel-sel Datia Langhan’s.
LED
• LED↑
• Untuk pengamatan pengobatan
• Darah tepi: LED↑ • Darah tepi: LED ↑ • Darah Tepi: LED ↑
• Tuberkulin: + • Tuberkulin: + • Tuberkulin: +
• Bekteriologik: BTA, PCR, atau • Bakteriologik: BTA, PCR, atau • Bekteriologik: BTA, PCR, atau
kultur (hasilnya :±8 Minggu) kultur (hasilnya : ±8 minggu) kultur (hasilnya : ± 8minggu)
• Histopatologis : bagian tengah • Histopatologis: hiperplasia • Histopatologis: granuloma
lesi tampak nekrosis masif dan pseudoepiteliomatosa, dengan tuberkuloid berupa sel epiteloid,
gambaran tepi abses/dermis infiltrat inflamasi neutrofil dan sel datia Langhans, dan sebukan
terdiri atas granuloma limfosit serta sel datia Langhans limfosit. Dijumpai juga BTA.
tuberkuloid
Tuberkulosis
Skrofuloderma Lupus vulgaris
kutis verukosa
FDC : R(50 mg)/H(75 mg)/Z(400mg)/E(275 mg) diminum sekali sehari, satu jam
sebelum atau dua jam setelah sarapan pagi (Fase awal) + R (150 mg)/H(150 mg)
( Fase Lanjutan) → diberikan minimal 1 tahun
Topikal: pada bentuk ulkus: kompres dengan larutan antiseptik (povidon iodin
1%)
Tabel 2.8.1 Obat antituberculosis yang ada di indonesis
HIV
• Panduan penatalaksaan berdasarkan British Association adalah :
• Jika CD+4 > 200 : terapi HIV ditunda hingga terapi terhadap tuberkulosis terselesaikan (6 bulan)
• Jika CD+4 100-200 : terapi HIV ditunda hingga 2 bulan terapi terhadap tuberkulosis
terselesaikan
• Jika CD+4 <100: paa keadaan ini menjadi tidak begitu jelas dan penatalaksanaan masih menjadi
pertanyaan besar
Epilepsy
• Terapi terhadap tuvberkulosis mampu berinteraksi dengan obat-obatan anti epilepsy dan mampu
meningkatkan kadar obat dalam serum
• Terdapat suatu interaksi yang serius antara rifampisin dan carbamazein, rifampisin dan fenitoin
dan rifampisin dengan asam valproat.
2.9 Prognosis
Quo ad Quo ad
Quo ad vitam
functionam sanactionam
• Bonam • Bonam, • Bonam
kecuali pada
lupus vulgaris
karena dapat
meninggalkan
jaringan parut
Kesimpulan
O Infeksi kronis pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
(jenis human) atau Mycobacterium atipik
O Penyebaranya dapat terjadi pada musim hujan dan diakibatkan karena gizi
yang kurang dan sanitasi yang buruk. Prevalensinya tinggi pada anak-anak
yang mengonsumsi susu yang telah terkotaminasi Mycobacterium bovi.
Tuberkulosis kutis dapat ditularkan melalui inhalasi, ingesti, dan inokulasi
langsung pada kulit dari sumber infeksi. Selain manusia, sumber infeksi
kuman tuberkulosis ini juga adalah anjing, kera, dan kucing
O Klasifikasi tuberkulosis kutis berdasarkan PILLSBURRY : Tuberkulosis
kutis sejati ( tuberkulosis kutis primer : inokulasi tuberkulosis primer;
tuberkulosis kutis sekunder: tuberkulosis miliaris, skrofuloderma,
tuberkulosis kutis gumosa, tuberkulosus kutis orifisialis, lupus furgaris),
bentu papul (lupus miliaris diseminstus fasiei, tuberkuloid papulonekrotika,
liken skrofulosorum), bentuk granuloma dan ulseronodulus (eritema
nodusum, eritema induratum)
O Cara untum menginfeksi : penjalaran langsung ke kulit dari organ dibawah kulit
yang telah di kenai penyakit tuberkulosis, misalnya sklofuloderma. Indokulasi
langsung pada kulit sekitar orifisium alat dalam yang dikenai penyakit
tuberkulosis. Penjalaran secara hematogen, misalnya tuberkulosis kutis miliaris,
penjalaran secara limfogen, misalnya lupus vulgaris. Penjalaran langsung dari
selaput lendir yang sudah diserang penyakit tuberkulosis, misalnya lupus
vulgaris. Kuman langsung masuk kekulit yang resistensi lokalnya telah
menurun atau jika ada kerusakan kulit, contohnya tuberkulosis kutis verukosa
O Gejala Klinis :
Inokulasi Tuberkulosis Primer (Tuberculosis chancre) : Papul , pustul atau ulkus
indolen, berdinding terngaung dan disekitarnya lipid
Tuberkulosis Kutis Miliaris : Ruam pada eritema berbatas tegs, papul, vesikel,
pustul, skuama atau purpura yang menyeluruh
Skrofuloderma : diimulai dengan infeksi sebuah kelenjar yang selanjutnya
menjadi berkembang menjadi peradenitis. Beberapa kelenjar kemudian dapat
meradang, sehingga membentuk suatu kantong kelejar “klier packet”. Pada
stadium selanjutnya terjadi perkejuan dan perlunakan , mencari jalan keluar
dengan menembus kulit diatasnya, dengan demikian terbentuk fistel. Fistel
tersebut kian melebar, membentuk ulkus yang mempunyai sifat-sifat yang khas
Tuberkulosis kutis verukosa : Ruam terdiri atas papul-papul
lentikuler di atas kulit yang eritematosa. Pada bagian yang
cekung terdapat sikatriks
Tuberkulosis Kutis Gumosa : Kelainan kulit berupa infiltrat
subkutan, berbatas tegas yang menahun, kemudian melunak
dan bersifat destrukttif. Pada awalnya kulit berwarna normal
dan lama-kelamaan menjadi merah kebiruan. Lesi tersebar
berbentuk makula dan papul berukuran kecil atau lesi berwarna
kemerahan. Kadang-kadang vesikuler dan terdapat krusta
Tuberkulosis Kutis Orifisialis :. Pada tuberkulosis paru dapat
terjadi ulkus dimulut, bibir atau sekitarnya. Pada tuberkulosis
saluran cerna , ulkus dapat ditemukan disekitar anus. Pada
tuberkulosis saluran kemih, ulkus dapat ditemukan disekitar
orifisium uretra eksternum. Ulkus berdinding tergaung,
kemerahan, hemoragik, purulen, dan sekitarnya lipid
Lupus Vulgaris : kelompok nodus eritematosa yang berubah warna
menjadi lebih kuning pada penekanan (apple jelly colour). Nodus-
nodus tersebut berkonfluensi berbentuk plak, bersifat destruktif,
sering terjadi ulkus. Pada waktu terjadi involusi terbentuk sikatrik.
Bila mengenai muka tulsng rawan hidung dapat mengalami
kerusakan
Lupus Milliaris Diseminatus fasiel : Ruam berupa papul-papul
bulat, biasa diameternya tidak melebihi 5mm, eritematosa kemudian
meninggalkan sikatriks. Pada diaskopi memberi gambaran apple
jelly colour seperti lupus vulgaris
Tuberkulosis Papulonekrotika : Mula-mula terdapat papul
eritematosa yang timbul secara bergelombang, membesar, perlahan-
lahan dan kemudian menjadi pustul, lalu memecah menjadi krustosa
dan membentuk jaringan netrotik dalam waktu 8 miinggu, lalu
menyembuh dan minggalkan sikatriks, kemudian timbul lesi-lesi
baru . lama penyakit dapat bertahun-tahun
Liken Skrofulosorum : Kelainan kulit terdiri atas beberapa
papul miliar, warna dapat serupa dengan kulit atau eritematosa.
Mula-mula soliter kemudoian berkelompok tersusun sirsinar,
kadang-kadang disekitarnya terdapat skuama halus. Perjalanan
penyakitnya dapat berbulan-bulan dan residif, jika sembuh
tidak meninggalkan sikatriks
Eritema Nodusum : Kelainan kulit berupa nodus-nodus indolen
terutama pada ekstremitas bagian ekstensor. Diatasnyya
terdapat eritema
Eritema Induratum : Kelainan kulit berupa nodus-nodus
indolen. Terjadi supurasi sehingga terbentuk ulkus-ulkus.
Kadang-kadang tidak mengalami supurasi, tetapi regresi
sehingga terjadi hipotropi berupa lekukan-lekukan. Perjalanan
penyakit kronik residif.
O Diagnosis Banding :
Tuberkulosis chancre : Sindrom Cancriform yaitu sifilis primer disertai
dengan chancre, penyakit catscracth, sporotrichosis, ttularemia, infeksi
M.marinum
Tuberkulosis Kutis Verukosa : Kromomikosis, nevus verukosa, frambusia
stadium II, veruka vulgaris, infeks M.Marium , pioderma, kromoomikosis,
bromoderma, liken planus hipertropik, dermstosis aktinik hipertropik
Lupus Vulgaris : Sarkoidosis, limfositoma, limfoma, lupus eritematous
kutaneus kronik, sifilis tersier, leprosi, blastomikosis, lesmaniasis lupoid,
pyoderma
Scrofuloderma : Aktinomikosis, hidradenitis suprativa, limfoplatia
venereum, infeksi jamur
Tuberculosis Kutis Gumosa : Pannikulitis, infeksi jamur infasif,
hidradenitis, sifilis tersier
Tuberkulosis Kutis Orifisialis : Ulkus aphthous, histoplasmosis, siphilis
O Diagnosis : Anamnesis Riwayati TB, Pemeriksaan fisik sesuai
gejala klinis, pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan bakteriologik,
Pemeriksan Histopatologi, Tes Tuberkulin (Tes Mantoux) dan
LED
O Pengobatan Menurut Panduan Praktek Klinis Perhimpunan
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoksi) 2017
terapi yang diberikan adalah fase awal diberikan selama 2 bulan
yaitu INH 5mg/KgBB, Rifampisin 10mg/KgBB, Pirazinamid
35mg/KgBB dan Etambutol 15mg/KgBB. Diikuti fase lanjutan
selama 4 bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis
paru dan ekstra paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien
dengan resistensi terhadap INH
O Prognosis : baik apabila pasien bersedia mengikuti terapi dengan
bersungguh-sungguh dan selalu menjaga kebersihan badan serta
lingkungan sekitarnya
TERIMA
KASIH