Anda di halaman 1dari 40

TB KULIT

Disusun oleh:
Esra Tabhita R. Siboro
Famela NS Rumatora
Pembimbing:
dr. Titie Soepraptie, Sp. KK, FINSDV
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
O Tuberkulosis adalah penyakit infeksi granulaomatosa kronis yang
disebakan oleh basil mycobacterium tuberculosis
O Teberkulosis telah dan masih menjadi maslah kesehatan di dunia hingga
saat ini. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang berdefek pada
paru-paru, kelenjar getah bening, tulang dan persendian, kulit, usus dan
organ lainnya
O Seperti halnya tuberkulosis paru, tuberkulosis kutis terutama terdapat di
negeri yang sedang berkembang. Faktor predisposisi terjadinya
tuberkulosis kutis di antaranya adalah kemiskinan, gizi kurang,
penggunaan obat-obatan secara intravena, dan status imunodefesiensi
O Pengobatan tuberkulosis kutis, khemoterapi merupakan pilihan
pengobatan, pengobatan terdiri atas INH, Rimfapisin, Ethambutol atau
Steptomisin dan lama pengobatan paling setikit 6 bulan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI

Infeksi kronis pada kulit yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis (jenis human) atau
Mycobacterium atipik
2.2 EPIDEMIOLOGI

O Tuberkulosis kutis pada umumnya ditemukan pada bayi


dan orang dewasa dengan status imunodefisiensi.
Frekuensi terjadinya penyakit ini pada wanita dan pria
adalah sama
O Di Negara berkembang termasuk Indonesia, tuberkulosis
kutis sering ditemukan.
O Dinegara- Negara barat, frekuensi yang banyak terjadi
adalah bentuk lupus vulgaris. Sedangkan untuk daerah
tropis seperti Indonesia, yang paling sering terjadi adalah
skrofuloderma dan tuberkulosis kutis verukosa
2.3 ETIOLOGI
O Penyebab utama dari Tuberculosis kulit adalah
Mycobacterium tuberculosis, dan kadang disebabkan
M. bovis atau vaksin BCG
Tuberkulosis kutis terjadi saat bakteri mencapat kulit
secara

Eksogen (inokulasi tuberkulosis primer, tuberkulosis kutis


verukosa)

Endogen ( Lupus vulgaris, skrofuloderma, tuberculosis kutis


gumosa, tuberculosis orifisial, tuberculosis miliar akut)

Tuberkulid (Liken skrofulosorum, tuberkulid papulonerotika,


eritema nodosum).
2.4 KLASIFIKASI
1. Tuberculosis Kutis Sejati
O Tuberkulosis Kutis Primer: Inokulasi
tuberkulosis primer (tuberkulous chancre)
O TB kutis primer terjadi karena infeksi eksogen
pada penderita yang belum pernah terpapar
dengan M. tuberculosis dan tidak mempunyai
imunitas terhadap kuman TB.
O Tuberkulosis Kutis Sekunder

Tuberkulosis kutis • Timbul akibat perluasan secara hematogen pada penderita TB yang
mempunyai imunitas jelek
miliaris • Sering pada penderita HIV/AIDS

• Timbulnya akibat penjalaran perkontinuitatum dari organ dibawah kulit


Skofuloderma yang telah diserang penyakit tuberkulosis.
• Sering berasal dari KGB, juga dapat berasal dari sendi dan tulang

Tuberkulosis kutis • Kuman langsung masuk ke dalam kulit


• Predileksinya berada pada tungkai bawah, kaki dan yang tersering yaitu
verukosa di lutut.

Tuberkulosis kutis • Terjadi akibat penjalaran secara hematogen, biasanya dari paru
• Kelainan kulit berupa guma, yakni infiltrat subkutan, sirkumkrip dan kronis,
gumosa • Kemudian melunak dan bersifat destruktif

Tuberkulosis kutis •

Disekitar orifisium
Terjadi akibat kontak lamgsung dengan sputum, feses, urin

orifisialis •

Predileksi: mulut, sekitar anus, genitalia
Akibat kekebalan yang kurang, Berupa ulkus

• Penderita imunitas baik dan pernah terinfeksi kuman tuberkulosis


• Terjadi karena perluasaan limfogen
Lupus vulgaris •

Hematogen dari lesi skofuloderma
Vaksinansi BCG
• Klinis: kelompok nodul eritematosa berupa apple jelly colour
2. Tuberkulid
O Bentuk papul

Lupus Miliaris Tuberkulid


Liken Skofulosorum
Diseminatus Faisei Papulonekrotika
• Menyerang wajah, • simetrik pada bagian • bentuk tuberkuloid
timbulnya secara ekstensor dan anggota dengan erupsi
bergelombang. badan likhenoid.
• Pada diaskopi • Berupa papula atau • Kelainan kulit berupa
memberikan nodul kemerahan beberapa papul miliar,
gambaran apple jelly dengan nekrosis • Warna dapat serupa
colour seperti pada ditengahnya, dengan kulit atau
lupus vulgaris. kemudian menjadi kemerahan
krusta yang melekat (eritematosa).
• Sembuh,
meninggalkan
sikatriks atrofi
dikelilingi
hiperpigmentasi
O Bentuk granuloma dan ulceronodus

Eritema nodusum (EN) Eritema Indulatum (EI)

• Berupa nodus-nodus • Berupa eritema dan nodus-


indolen terutama pada nodus indolen seperti EN
ekstremitas bagian • Tempat predileksinya pada
ekstensor yang diatasnya ekstremitas bagian fleksor
terdapat eritema • Terjadi supurasi
membentuk ulkus
• Kadang tidak mengalami
supurasi tetapi regresi
sehingga terjadi hipotrofi.
2.5 PATOGENESIS
O Cara infeksi dari kuman M. tuberculosis ini ada 6 macam yaitu:

Penjalaran langsung Inokulasi langsung


ke kulit dari organ pada kulit sekitar
Penjalaran secara
dibawah kulit yang orifisium alat dalam
hemtogen
telah dikenai penyakit yang dikenai penyakit
tuberkulosis tuberkulosis

Penjalaran langsung Kuman langsung


dari selaput lendir masuk ke kulit yang Jika ada kerusakan
yang sudah diserang resistensi lokalnya kulit
penyakit tuberkulosis telah menurun
2.6 GEJALA KLINIK
Inokulasi Tuberkulosis Primer
(Tuberculosis chancre)

O kulit dan nodus limfatikus


O terutama pada bayi dan anak-anak.
O Jalan masuk : paru-paru, luka kecil,
kuku yang terbuka, atau luka tusuk.
O Afek primer dapat berbentuk papul ,
pustul atau ulkus indolen, berdinding
terngaung dan disekitarnya lipid.
O Masa inkubasi 2-3 minggu
O Tempat predileksinya : wajah dan
ekstremitas yang berhubungan dengan
limfadenopaty regional
Tuberkulosis Kutis Miliaris

• Biasanya bayi dan anak-anak dengan


imunokompromise
• Fokus infeksi : Paru-paru dan selaput
otak
• Ruam pada eritema berbatas tegs,
papul, vesikel, pustul, skuama atau
purpura yang menyeluruh
• Pada umumnya prognosisnya buruk
Skrofuloderma
• Terjadi : pada anak-anak dan
dewasa muda pada daerah
kulit yang berada diatas nodul
limfatikus dan daerah yang
kelihatan tulangnya
• Infeksi sebuah kelenjar →
peradenitis.
• Kelenjar meradang → kantong
kelejar “klier packet”
• Stadium selanjutnya
membentuk Fistel → ulkus
yang khas
Tuberkulosis kutis verukosa

• Pada orang dewasa , anak-anak dan


induvidu yang resisten terhadap
terjadinya inokulasi eksternal basil
tuberkel.
• Predileksi : tungkai bawah dan
kaki, tempat yang lebih sering
mendapat trauma
• gambaran klinis biasanya berbentuk
bulan sabit akibat penjalaran secara
serpingosa, yang berartii penyakit
menjalar ke satu jurusan diikuti
penyembuhan di jurusan yang lain
• Ruam terdiri atas papul-papul
lentikuler di atas kulit yang
eritematosa. Pada bagian yang
cekung terdapat sikatriks.
Tuberkulosis Kutis Gumosa

• Infeksi : paru.
• Kelainan kulit: infiltrat subkutan, berbatas
tegas yang menahun →melunak dan bersifat
destrukttif
• Awalnya kulit berwarna normal →merah
kebiruan
• Lesi tersebar berbentuk makula dan papul
berukuran kecil atau lesi berwarna kemerahan,
Kadang-kadang vesikuler dan terdapat krusta
Tuberkulosis Kutis Orifisialis

• Jika tuberkulosis paru : ulkus


dimulut, bibir atau sekitarnya.
• Tuberkulosis saluran cerna :
ulkus dapat ditemukan
disekitar anus.
• Tuberkulosis saluran kemih :
ulkus dapat ditemukan
disekitar orifisium uretra
eksternum
• Ulkus berdinding tergaung,
kemerahan, hemoragik,
purulen, dan sekitarnya lipid.
Lupus Vulgaris

• Bagian yang sering terpapar


misalnya pada wajah dan
ekstremitas
• Infeksi :endogen atau eksogen
• Gambaran klinis : kelompok
nodus eritematosa → lebih
kuning pada penekanan (apple
jelly colour)
• Nodus-nodus → plak
(destruktif), sering terjadi ulkus
• Pada waktu terjadi involusi
terbentuk sikatrik
• Bila mengenai muka tulsng
rawan hidung dapat mengalami
kerusakan
Lupus Milliaris
Diseminatus Fasiel
• Mengenai muka,
timbulnya secara
bergelombang
• Ruam berupa papul-
papul bulat, biasa
diameternya tidak
melebihi 5mm,
eritematosa → sikatriks
• Pada diaskopi memberi
gambaran apple jelly
colour seperti lupus
vulgaris.
Tuberkulosis Papulonekrotika

• Terjadi anak-anak dan dewasa yang


menderita Tb eksta paru
• Terjadi reaksi alergi terhadap basil
tuberkel
• secara klinis TB yang tidak aktif pada
saat terjadinya erups
• selain berbentuk papulonekrotika juga
dapat berbentuk papulopustul
• Predileksi : muka, anggota badan
ekstensor, dan badan
• Papul eritematosa (bergelombang)→
membesar → pustul→ krustosa →
jaringan netrotik (8 miinggu)→
menyembuh →sikatriks. kemudian
timbul lesi-lesi baru
• Lama penyakit dapat bertahun-tahun
Liken Skrofulosorum

• Lesi biasanya teradi di daerah leher


pada anak yang menderita
tuberkulosis tulang atau nodus
limfatikus
• Kelainan kulit : beberapa papul miliar,
warna dapat serupa dengan kulit atau
eritematosa
• Mula-mula soliter kemudoian
berkelompok tersusun sirsinar,
kadang-kadang disekitarnya terdapat
skuama halus
• Predileksi : dada, perut, punggung dan
daerah sacrum
• Perjalanan penyakitnya dapat
berbulan-bulan dan residif, jika
sembuh tidak meninggalkan sikatriks
Eritema Nodusum

• Nodus-nodus
indolen (terutama
ekstremitas
bagian ekstensor)
→ Diatasnyya
terdapat eritema
Eritema Induratum
• Eritema induratum : suatu
peradangan kronis dari
pembuluuh darah arteri dan vena
yang bersifat jinak dan disertai
nekrosis lemaK
• Kelainan kulit : nodus-nodus
indolen
• Predileksinya : daerah fleksor.
• Terjadi supurasi → ulkus-ulkus.
• Kadang-kadang regresi →
hipotropi berupa lekukan-lekukan
• Perjalanan penyakit kronik residif
2.6 DIAGNOSIS BANDING
TUBERCULOSIS KUTIS
Tuberkulosis chancre Tuberkulosis Kutis Lupus Vulgaris
• Sindrom Cancriform yaitu Verukosa : • Sarkoidosis, limfositoma,
sifilis primer disertai dengan • Kromomikosis, nevus verukosa, limfoma, lupus eritematous
chancre, penyakit catscracth, frambusia stadium II, veruka kutaneus kronik, sifilis
vulgaris, infeks M.Marium ,
sporotrichosis, ttularemia, pioderma, kromoomikosis, tersier, leprosi, blastomikosis,
infeksi M.marinum. bromoderma, liken planus lesmaniasis lupoid, pioderma.
hipertropik, dermstosis aktinik
hipertropik.

Scrofuloderma Tuberculosis Kutis Tuberkulosis Kutis


• Aktinomikosis, hidradenitis Gumosa : Orifisialis :
suprativa, limfoplatia • Pannikulitis, infeksi jamur • Ulkus aphthous,
venereum, infeksi jamur. infasif, hidradenitis, sifilis histoplasmosis, siphilis.
tersier.
2.7 DIAGNOSIS

Anamnesis
(Riwayat TB)
Pemeriksaan
Fisik
(Efloresensi)
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Bakteriologik
• penting untuk mengetahui penyebabnya.
• Penggunakan bahan pus.
• BTA , kultur dan PCR.
• Pemeriksaan BTA (Zeihl Neelson →± 10.000 basil/mL.
• Pemeriksaan PCR :mendeteksi M.Tuberculosis
• Pemeriksaan kultur ; Lowenstein Jansen), tetapi hasilnya 3-

Pemeriksan Histopatologi
• penting untuk menegakkan diagnosis
• Tampak radang kronik dan juga nekrotik mulai dari lapisan deris sampai subkutis tempat ulkus terbentuk
• Jaringan yang mengalami nekrosis kaseosa oleh sel-sel epitel dan sel-sel Datia Langhan’s.

Tes Tuberkulin (Tes Mantoux)


• Tes tuberkulin (+) → penderita pernah terinfeksi tuberkulosis
• Tidak dapat membedakan apakah infeksi tersebut masih berlangsung aktif atau tidak

LED
• LED↑
• Untuk pengamatan pengobatan
• Darah tepi: LED↑ • Darah tepi: LED ↑ • Darah Tepi: LED ↑
• Tuberkulin: + • Tuberkulin: + • Tuberkulin: +
• Bekteriologik: BTA, PCR, atau • Bakteriologik: BTA, PCR, atau • Bekteriologik: BTA, PCR, atau
kultur (hasilnya :±8 Minggu) kultur (hasilnya : ±8 minggu) kultur (hasilnya : ± 8minggu)
• Histopatologis : bagian tengah • Histopatologis: hiperplasia • Histopatologis: granuloma
lesi tampak nekrosis masif dan pseudoepiteliomatosa, dengan tuberkuloid berupa sel epiteloid,
gambaran tepi abses/dermis infiltrat inflamasi neutrofil dan sel datia Langhans, dan sebukan
terdiri atas granuloma limfosit serta sel datia Langhans limfosit. Dijumpai juga BTA.
tuberkuloid

Tuberkulosis
Skrofuloderma Lupus vulgaris
kutis verukosa

• Tuberkulin : awalnya (-) → (+) • Tuberkulin : (-) • Kultur : +


• Bakteriologik: BTA, PCR, atau • Bakteriologik: BTA, PCR, atau • Tuberkulin : -
kultur (hasilnya : ± 8 minggu) kultur (hasilnya : ± 8 minggu ) • Bakteriologik: BTA, PCR, atau
• Histopatologi : reaksi inflamasi • Histopatologis: granuloma kultur (hasilnya : ± 8 minggu)
neutrofilik akut dan area tuberkuloid dengan nekrosis • Histopatologis: granuloma
nekrosis. Setelah 3-6 minggu dan ulserasi dengan banyak tuberkuloid dengan nekrosis
ditemukan gambaran granuloma ditemukan basil BTA dan ulserasi dengan banyak
dengan giant cells dan ditemukan BTA
penurunan jumlah BTA

Tuberculosis Tuberkulosis Tuberkulosis


chancre milier kutis kutis orifisialis
2.8 PENATALAKSANAAN
Menurut Panduan Praktek Klinis Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia (Perdoksi) 2017 terapi yang diberikan adalah

Terapi Lepasan : 2HRZE (2 bulan Fase Intensif) + 4 HR (Fase lanjutan ) →


diberikan minimal 1 tahun

FDC : R(50 mg)/H(75 mg)/Z(400mg)/E(275 mg) diminum sekali sehari, satu jam
sebelum atau dua jam setelah sarapan pagi (Fase awal) + R (150 mg)/H(150 mg)
( Fase Lanjutan) → diberikan minimal 1 tahun

Topikal: pada bentuk ulkus: kompres dengan larutan antiseptik (povidon iodin
1%)
Tabel 2.8.1 Obat antituberculosis yang ada di indonesis

Nama Obat Dosis Cara Pemberian Efek samping Utama

INH 5-10mg/kgBB Peroral, dosis tunggal Neuritis Perifer

Rifampisin 10mg/KgBB Peroral dosis tunggal, Hepatotoksik


sebelum makan

Pirazinamid 20-35mg/KgBB Peroral, dosis terbagi Hepatotoksik

Etambutol Bulan I/II 25 mg/KgBB Peroral, dosis tunggal Gangguan Nervus


dilanjutkan 15mg/KgBB Cranialis II

Streptomisin 25mg/KgBB Perinjeksi Gangguan Nervus


Cranialis VIII
Tatalaksana untuk Penyakit
Penyerta Lain :
Penyakit Hepar
• Dosis tidak berubah, kecuali jika hepatits karena terapi TB
• Beberapa penulis menyarankan Hindari Pirazinamid →paling
toksik untuk hepar
• Beberapa penulis juga menyarankan : Tes Fungsi hepar monitor
pada penatalaksanaannya
Kehamilan
• Obat-obatan tersebut juga dapat memicu kejadian hepatitis pada
pasien dengan kehamilan dan pada masa nifas
• Hal yang dapat dibertahukan pada pasien adalah sebaiknya
menunda kehamilan hingga terapi tuntas dilakukan
Penyakit Ginjal
• Pasien dengan gangguan ginjal 10-30% akan ↑ resiko tuberkulosis.
• Pasien dengan penyakit ginjal yang mendapayt terapi imunosupresif atau yang akan dilakukan
transpantasi ginjal harus dipertimbangkan untuk mendapat terapi untuk tuberkulosis laten.
• Jika gangguan ginjal ringan :(-)perubahan
• Pada insufisiensi ginjal yang berat (GFR<30) : terapi 2HRZ/4HR digunakan pada pasien dengan
dialisis, obat harus diberikan tiap hari selama fase awal. Pada fase lanjutan, obat diberikan pada
akhir setiap sesi hemodialisis dan obat tidak di berikan pada hari non dialysis

HIV
• Panduan penatalaksaan berdasarkan British Association adalah :
• Jika CD+4 > 200 : terapi HIV ditunda hingga terapi terhadap tuberkulosis terselesaikan (6 bulan)
• Jika CD+4 100-200 : terapi HIV ditunda hingga 2 bulan terapi terhadap tuberkulosis
terselesaikan
• Jika CD+4 <100: paa keadaan ini menjadi tidak begitu jelas dan penatalaksanaan masih menjadi
pertanyaan besar

Epilepsy
• Terapi terhadap tuvberkulosis mampu berinteraksi dengan obat-obatan anti epilepsy dan mampu
meningkatkan kadar obat dalam serum
• Terdapat suatu interaksi yang serius antara rifampisin dan carbamazein, rifampisin dan fenitoin
dan rifampisin dengan asam valproat.
2.9 Prognosis

Quo ad Quo ad
Quo ad vitam
functionam sanactionam
• Bonam • Bonam, • Bonam
kecuali pada
lupus vulgaris
karena dapat
meninggalkan
jaringan parut
Kesimpulan
O Infeksi kronis pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
(jenis human) atau Mycobacterium atipik
O Penyebaranya dapat terjadi pada musim hujan dan diakibatkan karena gizi
yang kurang dan sanitasi yang buruk. Prevalensinya tinggi pada anak-anak
yang mengonsumsi susu yang telah terkotaminasi Mycobacterium bovi.
Tuberkulosis kutis dapat ditularkan melalui inhalasi, ingesti, dan inokulasi
langsung pada kulit dari sumber infeksi. Selain manusia, sumber infeksi
kuman tuberkulosis ini juga adalah anjing, kera, dan kucing
O Klasifikasi tuberkulosis kutis berdasarkan PILLSBURRY : Tuberkulosis
kutis sejati ( tuberkulosis kutis primer : inokulasi tuberkulosis primer;
tuberkulosis kutis sekunder: tuberkulosis miliaris, skrofuloderma,
tuberkulosis kutis gumosa, tuberkulosus kutis orifisialis, lupus furgaris),
bentu papul (lupus miliaris diseminstus fasiei, tuberkuloid papulonekrotika,
liken skrofulosorum), bentuk granuloma dan ulseronodulus (eritema
nodusum, eritema induratum)
O Cara untum menginfeksi : penjalaran langsung ke kulit dari organ dibawah kulit
yang telah di kenai penyakit tuberkulosis, misalnya sklofuloderma. Indokulasi
langsung pada kulit sekitar orifisium alat dalam yang dikenai penyakit
tuberkulosis. Penjalaran secara hematogen, misalnya tuberkulosis kutis miliaris,
penjalaran secara limfogen, misalnya lupus vulgaris. Penjalaran langsung dari
selaput lendir yang sudah diserang penyakit tuberkulosis, misalnya lupus
vulgaris. Kuman langsung masuk kekulit yang resistensi lokalnya telah
menurun atau jika ada kerusakan kulit, contohnya tuberkulosis kutis verukosa
O Gejala Klinis :
 Inokulasi Tuberkulosis Primer (Tuberculosis chancre) : Papul , pustul atau ulkus
indolen, berdinding terngaung dan disekitarnya lipid
 Tuberkulosis Kutis Miliaris : Ruam pada eritema berbatas tegs, papul, vesikel,
pustul, skuama atau purpura yang menyeluruh
 Skrofuloderma : diimulai dengan infeksi sebuah kelenjar yang selanjutnya
menjadi berkembang menjadi peradenitis. Beberapa kelenjar kemudian dapat
meradang, sehingga membentuk suatu kantong kelejar “klier packet”. Pada
stadium selanjutnya terjadi perkejuan dan perlunakan , mencari jalan keluar
dengan menembus kulit diatasnya, dengan demikian terbentuk fistel. Fistel
tersebut kian melebar, membentuk ulkus yang mempunyai sifat-sifat yang khas
 Tuberkulosis kutis verukosa : Ruam terdiri atas papul-papul
lentikuler di atas kulit yang eritematosa. Pada bagian yang
cekung terdapat sikatriks
 Tuberkulosis Kutis Gumosa : Kelainan kulit berupa infiltrat
subkutan, berbatas tegas yang menahun, kemudian melunak
dan bersifat destrukttif. Pada awalnya kulit berwarna normal
dan lama-kelamaan menjadi merah kebiruan. Lesi tersebar
berbentuk makula dan papul berukuran kecil atau lesi berwarna
kemerahan. Kadang-kadang vesikuler dan terdapat krusta
 Tuberkulosis Kutis Orifisialis :. Pada tuberkulosis paru dapat
terjadi ulkus dimulut, bibir atau sekitarnya. Pada tuberkulosis
saluran cerna , ulkus dapat ditemukan disekitar anus. Pada
tuberkulosis saluran kemih, ulkus dapat ditemukan disekitar
orifisium uretra eksternum. Ulkus berdinding tergaung,
kemerahan, hemoragik, purulen, dan sekitarnya lipid
 Lupus Vulgaris : kelompok nodus eritematosa yang berubah warna
menjadi lebih kuning pada penekanan (apple jelly colour). Nodus-
nodus tersebut berkonfluensi berbentuk plak, bersifat destruktif,
sering terjadi ulkus. Pada waktu terjadi involusi terbentuk sikatrik.
Bila mengenai muka tulsng rawan hidung dapat mengalami
kerusakan
 Lupus Milliaris Diseminatus fasiel : Ruam berupa papul-papul
bulat, biasa diameternya tidak melebihi 5mm, eritematosa kemudian
meninggalkan sikatriks. Pada diaskopi memberi gambaran apple
jelly colour seperti lupus vulgaris
 Tuberkulosis Papulonekrotika : Mula-mula terdapat papul
eritematosa yang timbul secara bergelombang, membesar, perlahan-
lahan dan kemudian menjadi pustul, lalu memecah menjadi krustosa
dan membentuk jaringan netrotik dalam waktu 8 miinggu, lalu
menyembuh dan minggalkan sikatriks, kemudian timbul lesi-lesi
baru . lama penyakit dapat bertahun-tahun
 Liken Skrofulosorum : Kelainan kulit terdiri atas beberapa
papul miliar, warna dapat serupa dengan kulit atau eritematosa.
Mula-mula soliter kemudoian berkelompok tersusun sirsinar,
kadang-kadang disekitarnya terdapat skuama halus. Perjalanan
penyakitnya dapat berbulan-bulan dan residif, jika sembuh
tidak meninggalkan sikatriks
 Eritema Nodusum : Kelainan kulit berupa nodus-nodus indolen
terutama pada ekstremitas bagian ekstensor. Diatasnyya
terdapat eritema
 Eritema Induratum : Kelainan kulit berupa nodus-nodus
indolen. Terjadi supurasi sehingga terbentuk ulkus-ulkus.
Kadang-kadang tidak mengalami supurasi, tetapi regresi
sehingga terjadi hipotropi berupa lekukan-lekukan. Perjalanan
penyakit kronik residif.
O Diagnosis Banding :
 Tuberkulosis chancre : Sindrom Cancriform yaitu sifilis primer disertai
dengan chancre, penyakit catscracth, sporotrichosis, ttularemia, infeksi
M.marinum
 Tuberkulosis Kutis Verukosa : Kromomikosis, nevus verukosa, frambusia
stadium II, veruka vulgaris, infeks M.Marium , pioderma, kromoomikosis,
bromoderma, liken planus hipertropik, dermstosis aktinik hipertropik
 Lupus Vulgaris : Sarkoidosis, limfositoma, limfoma, lupus eritematous
kutaneus kronik, sifilis tersier, leprosi, blastomikosis, lesmaniasis lupoid,
pyoderma
 Scrofuloderma : Aktinomikosis, hidradenitis suprativa, limfoplatia
venereum, infeksi jamur
 Tuberculosis Kutis Gumosa : Pannikulitis, infeksi jamur infasif,
hidradenitis, sifilis tersier
 Tuberkulosis Kutis Orifisialis : Ulkus aphthous, histoplasmosis, siphilis
O Diagnosis : Anamnesis Riwayati TB, Pemeriksaan fisik sesuai
gejala klinis, pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan bakteriologik,
Pemeriksan Histopatologi, Tes Tuberkulin (Tes Mantoux) dan
LED
O Pengobatan Menurut Panduan Praktek Klinis Perhimpunan
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoksi) 2017
terapi yang diberikan adalah fase awal diberikan selama 2 bulan
yaitu INH 5mg/KgBB, Rifampisin 10mg/KgBB, Pirazinamid
35mg/KgBB dan Etambutol 15mg/KgBB. Diikuti fase lanjutan
selama 4 bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis
paru dan ekstra paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien
dengan resistensi terhadap INH
O Prognosis : baik apabila pasien bersedia mengikuti terapi dengan
bersungguh-sungguh dan selalu menjaga kebersihan badan serta
lingkungan sekitarnya
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai