Anda di halaman 1dari 26

Sporotrikosis

Preseptor : dr. M. Mimbar Topik, M.Ked (DV), Sp.DV

Dexel Putra P.S Simbolon (120611033)


Pendahuluan
Sporotrikosis adalah infeksi subkutaneus
dan sistemik yang disebabkan oleh Sporothrix
schenckii yang merupakan jamur dimorfik
yang tumbuh dengan cepat. Infeksi ditandai
dengan adanya pembesaran kelenjar getah
bening serta lesi yang berupa nodul lunak dan
mudah pecah lalu membentuk ulkus yang
indolen.
• Sporotrikosis memiliki sinonim sebagai rose
gardener’s disease.
• Umumnya jamur ini menginfeksi dermis dan
subkutis.
• Selain itu, jamur ini dapat menyebabkan
infeksi sistemik dengan gangguan paru-paru,
arthritis hingga meningitis.
Definisi
• Sporotrichosis adalah infeksi jamur yang
disebabkan oleh jamur dismorfik Sporothrix
schenkii. Umumnya jamur ini menginfeksi
dermis dan subkutis.
• Selain itu, jamur ini dapat menyebabkan
infeksi sistemik dengan gangguan paru-paru,
arthritis hingga meningitis. Dengan kata lain,
jamur ini dapat menyebabkan infeksi lokal
(subkutan) maupun sistemik.
Epidemiologi
• Infeksi sporotrikosis terjadi pada negar-negara
beriklim sedang dan tropis.
• Sporotrikosis dapat ditemukan di negara
Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan, termasuk juga Amerika Serikat bagian
selatan dan Meksiko, juga di negara Afrika,
Mesir, Jepang, dan Australia
Etiologi
Sporothrix
schenkii

Miselial Ragi

Hifa ramping Bentuk


yang bersepta spindle/ oval
Patogenesis
• Sporotrikosis adalah infeksi kronis yag
disebabkan Sporothrix schenkii yang ditandai
dengan pembesaran kelenjar getah bening.
• Kulit dan jaringan subkutis di atas nodus
biasanya lunak dan pecah membentuk ulkus
yang indolen.
• Infeksi dari jamur Sporothrix schenkii menyebar dari
lesi awal ke sepanjang saluran limfatik, membentuk
rantai nodular yang indolen dan lesi ulserasi khas
dari limfokutaneus sporotrikosis.

• Jaringan lain dapat terlibat melalui perluasan


langsung dan melalui hematogen (lebih jarang).
• Tempat infeksi ekstrakutaneus yang paling
sering adalah tulang, sendi, sarung tendon
dan bursae.
• Penyebaran secara hematogen-khususnya
pada orang yang immunocompromised-
menghasilkan infeksi kutaneus dan visceral
yang luas, termasuk meningitis.1
GAMBARAN KLINIS

Limfokutaneus

ekstrakutaneus Fixed cutaneus

Disseminated
Limfokutaneus
• Bentuk yang paling umum.
• Biasanya setelah masa
inkubasi 1-10 minggu atau
lebih, lesi berwarna ungu
kemerahan, nekrotik, lesi
nodular kutaneus mengikuti
jalur limfatik dan biasanya
membentuk ulserasi.

Isolasi pada tempat lesi ini tumbuh baik pada temperatur


35 ºC dan 37 ºC.
Fixed Cutaneous
• Lesi primer berkembang dari
tempat implantasi jamur,
biasanya pada tempat-tempat
yang sering terekpos seperti
tungkai, tangan, dan jari.

•Umumnya pada saat awal lesi


berupa nodul yang tidak nyeri yang
kemudian menjadi lunak dan pecah
menjadi ulkus dengan discharge
yang serous ataupun purulen
Disseminated
• Seperti infeksi sporotrikosis
visceral, osteoartikular,
meningeal, dan sporotrikosis
pulmoner sering terjadi pada
pasien dengan penyakit penyerta
seperti diabetes melitus,
keganasan hematologi,
alkoholisme, penggunaan agen
immunocompromised, penyakit
paru menahun, dan infeksi HIV.
Pemeriksaan Penunjang
• Sumber terbaik dari bahan untuk diagnostik adalah
pulasan eksudat dan biopsi.
• Sporothrix schenkii sangat jarang terlihat pada
pemeriksaan mikroskopis langsung karena raginya
biasanya muncul hanya pada jumlah kecil;
organiseme penyebab dapat diisolasi dengan
membacanya pada agar Saboraud’s.

Jamur Sporothrix schenkii pada media agar Saboraund


• Pada kultur yang pertama kali, jamur tumbuh
sekaligus dan berkembang menjadi jamur
dengan kepadatan dan koloni putih yang
menggelap sesuai usia.

• Secara miroskopis, hifa memproduksi konidia


segitiga atau konidia oval yang kecil yang
keduanya ada pada hifa yang khusus pada
miselium.
Kultur piringan agar SABHI dari Sporothrix Kultur “slant” agar SABHI dari jamu
schenckii tumbuh pada suhu 20°C Sporothrix schenckii tumbuh pada suhu 37
Diagnosis Banding
• Diagnosis banding sporotrikosis dan penyebaran
lesi terlihat luas dan termasuk kelainan lainnya
dari granulomatous, dimana keduanya sama-
sama infeksius dan meradang.

• Kondisi secara umum sulit dibedakan dengan


sporotrikosis adalah mikrobakterial dan infeksi
kutaneus primer Nocardia dan leismaniasis.
Infeksi mikrobakterial non tuberkulosis
disebabkan oleh organisme Marinum (granuloma
fish-tank), mirip limfangitik sporotrikosis.
Penatalaksanaan
• Sebagian besar kasus sporotrikosis adalah infeksi pada
kulit dan jaringan subkutan yang terlokalisir yang tidak
membahayakan hidup dan dapat diobati dengan
pemberian obat anti jamur oral.

• Pada beberapa kasus, infeksi bersifat self limited. Obat-


obat yang diberikan untuk kasus sporotrichosis adalah
potasium iodida, itrakonazol, terbinafin, flukonazol,
dan amfoterisin B. Pilihan didasari pada kondisi klinis
pasien, lesi kulit yang luas, interaksi obat, dan
keterlibatan sistemik
•Wanita hamil yang menderita sporotrikosis
pulmoner tau disseminated dapat menggunakan
amfoterisin B dalam bentuk formulasi lipid dengan
dosis 3-5 mg/kg/hari atau amfoterisin B deoksikolat
dengan dosis 0,7-1 mg/kg/hari; derivat azole harus
dihindari.

•Untuk anak-anak dapat diberikan itrakonazole


6mg/kg dapat ditingkatkan sampai 400 mg/hari
atau SSKI, dengan dosis awal satu tetes tiga kali
sehari sampai maksimum 10 tetes tiga kali sehari.
Pencegahan
• Sarung tangan sebaiknya digunakan selama
menangani atau merawat hewan yang terinfeksi,
khususnya kucing.
• Pakaian pelindung seperti sarung tangan, baju
lengan panjang, dan celana panjang dapat
menurunkan resiko terinfeksi ketika bekerja di
semak mawar, rumput kering, tanaman berduri
atau bagian tanaman lainnya yang dapat
menusuk kulit dimana tanaman ini berkaitan
dengan insidens sporotrikosis.
Prognosis
• Sebagian besar bentuk sporotrikosis pada
manusia adalah bentuk limfokutaneus yang
biasanya terlokalisir pada kulit dan jarang sekali
menyebabkan kematian. Namun, luka parut dan
superinfeksi bakteri mungkin terjadi.

• Selain itu juga ada resiko menjadi disseminated


atau superinfeksi bakteri yang dapat
menyebabkan sepsis. Disseminated sporotrichosis
memiliki prognosis yang buruk dan dapat
mengancam jiwa penderitanya.
Kesimpulan
• Sporotrikosis disebabkan oleh jamur dimorfik
Sporotrix schenckii (bentuk miselium pada suhu
250C dan bentuk ragi pada suhu 370C), yang
diperoleh karena inokulasi trauma atau inhalasi
spora jamur.

• Kelainan kulit akibat inokulasi, berupa papul,


nodus dengan perluasan secara limfogen kutan
yang disebut sebagai sporotrichoid pattern.
• Lesi eritematosa berwarna keunguan dengan
permukaan datar atau verukus dan dapat
terjadi ulserasi.

• Manifestasi ektrakutan berupa osteoartritis,


penyakit paru kronis, dan keterlibatan SSP
yang terjadi akibat penyebaran hematogen
pada pasien imunokompromais.
• Gambaran histopatologik adalah radang
granulomatosa dengan hiperplasia
pseudoepiteliomatosa. Pada perwarnaan PAS
dapat ditemukan spora berbentuk cigar (cerutu)
di dalam granuloma.

• Terapi pilihan pada sporotrikosis kutan adalah


kalium yodida 4-6 ml, 3 kali sehari yang
diteruskan selama 3-4 minggu setelah
tercapainya kesembuhan klinis.
• Pengobatan alternatif adalah itrakonazol
100mg-200mg/hari atau terbinafin 250
mg/hari sedangkan pada yang diseminata
ataupun dengan keterlibatan SSP diberikan
amfoterisin B intravena. Terapi diteruskan
sampai 1 minggu setelah terjadi perbaikan
klinis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai