Anda di halaman 1dari 5

SPOROTRIKOSIS

Sporotrikosis adalah infeksi kronik jamur subkutan atau sistemik yang disebabkan oleh
Sporothrix schenckii. Tanda-tanda infeksi termasuk nodul subkutan supuratif yang berkembang
secara proksimal sepanjang aliran limfatik (limfokutaneus sporotrikosis). Sporotrikosis
berkembang lambat, dengan gejala pertama muncul dalam 1- 12 pekan (rata-rata 3 pekan) setelah
pemaparan pertama oleh jamur.
Tipe Sporotrikosis:
1. Tipe subkutaneus
- Bentuk ini paling sering dijumpai.
- Mencakup 2 bentuk utama yaitu infeksi limfatik dan fixed infection.
- Bentuk limfatik lebih sering dan umumnya terjadi pada area kulit yang terekspos seperti
tangan dan kaki.
- Tanda pertama infeksi berupa nodul di kulit yang selanjutnya pecah menjadi ulkuskecil
- Aliran limfe menjadi membengkak dan meradang, dan terbentuk rantai ke nodul sekunder
sepanjang aliran limfe.
- Aliran ini juga dapat pecah dan mengalami ulserasi
2. Tipe Sporotrikosis sistemik
- Bentuk ini jarang dijumpai dan lesi dapat mengenai tulang, sendi, mukosa (mulut,
hidung, mata), susunan saraf pusat (meningen), ginjal, hati, usus dan genitalia.
- Nodul paru kronik dengan kavitasi, artritis, dan meningitis merupakan yang tersering
dijumpai. Kondisi ini dapat juga disertai dengan kelainan kulit
Morfologi

 Sporothrix schenckii adalah jamur dimorfik termal yang sering ditemukan di semak-semak
bunga mawar, barberi, lumut sfagnum dan jerami. tumbuhan.
 Pada suhu kamar 25 ° C, tumbuh sebagai jamur, menghasilkan percabangan, hifa septate
sekitar 3-5μm dan konidia, dan dalam jaringan atau in vitro pada 35-37 ° C sebagai ragi
kecil yang mulai tumbuh memiliki panjang sekitar 1-3x3-10 µm .
 Koloni berbentuk cetakan dimulai sebagai bintik-bintik putih, yang kemudian membesar dan
menjadi konsistensi el astis atau membran putih keabu-abuan tanpa miselium udara.
 Kemudian mereka berubah coklat gelap menjadi hitam seiring bertambahnya usia, karena
konidia menghasilkan melanin. Akhirnya mereka terlihat basah dan keriput.
Siklus Hidup
Sporothrix schenckii adalah suatu jamur dimorfik yang hidup pada tumbuh-tumbuhan atau
kayu. Dimorfik adalah suatu bentuk perkembangbiakan dari jamur, dimana terjadi dua fase
sekaligus (generatif ataupun vegetatif).
1. Pertama-tama konidia sederhana berbentuk ovoid terdapat berkelompok pada ujung
konidiofor yang ramping dan panjang (menyerupai bunga aster).
2. Pada suhu 37◦ C akan menghasilkan sel-sel bertunas berbentuk sferis sampai ovoid.
3. Koloni-koloni mudanya kadang berwarna putih pada suhu 25° C atau ketika diinkubasi
pada suhu 37° C untuk menghasilkan fase ragi sebagai bentuk dimorfiknya. Bentuk ragi
dalam jaringan dapat diwarnai dengan metenamin Gomori dan pewarna jamur lainnya
(walau seringkali tidak terlihat).
4. Sedangkan koloni-koloni yang lebih tua akan menjadi berwarna hitam untuk
memproduksi konidia hitam yang nantinya akan muncul langsung dari hifa. Demikanlah
proses tersebut terus berjalan hingga terbentuk lagi generasi berikutnya.
Gejala Klinis
Sporotrikosis dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu:
1. limfokutaneus, adalah  bentuk yang paling umum. Biasanya setelah masa inkubasi 1-
10 minggu atau lebih, lesi berwarna ungu kemerahan, nekrotik, lesi nodular kutaneus
mengikuti jalur limfatik dan biasanya membentuk ulserasi. Tidak dijumpai adanya
gejala sistemik.
2.  fixed cutaneus, lesi primer berkembang dari tempat implantasi jamur, biasanya pada
tempat-tempat yang sering terekpos seperti tungkai, tangan, dan jari. Pada saat awal
lesi berupa nodul yang tidak nyeri kemudian menjadi lunak dan pecah menjadi ulkus
dengan discharge yang serous ataupun purulen.
3. disseminated, seperti infeksi sporotrikosis visceral, osteoartikular, meningeal, dan
sporotrikosis pulmoner sering terjadi pada pasien dengan penyakit penyerta seperti
diabetes melitus, keganasan hematologi, alkoholisme, penggunaan agen
immunocompromised, penyakit paru menahun, dan infeksi HIV.
4. Ekstrakutaneus, jarang terjadi dan bentuk ini biasanyua berasal dari inhalasi konidia
atau penyebaran secara hetogen yang berasal dari inokulasi yang dalam. Penyakit
osteoartikular dengan monoartritis atau tenosinovitis sering ditenukan pada
sporotrikosis ekstrakutaneus.
Pemeriksaan
Pemeriksaan mikroskopis
Sampel dapat diwarnai dengan Gomori-Grocott, PAS, haematoxylin-eosin atau Gram,
untuk dapat mengamati ragi secara khas dalam bentuk tembakau ekstra atau
intraseluler. Yang bernoda.
Kultur
Sampel dapat ditaburkan di Sabouraud dextrose agar hanya jika lesi ditutup, atau
mengandung kloramfenikol atau sikloheksimida dalam lesi terbuka pada suhu 28 ° C
dan diinkubasi selama 4 hingga 6 hari. Pada akhir waktu ini koloni kapang akan
berkembang.
Untuk mendemonstrasikan dimorfisme, bentuk filamen dapat ditaburkan di agar
jantung otak yang dilengkapi dengan darah pada suhu 37 ° C, dengan permukaan
lembab dan 5% CO2, untuk mendapatkan fase ragi. Proses ini mungkin membutuhkan
beberapa gemuruh untuk berhasil.
Teknik biologi molekuler
Teknik reaksi rantai polimerase (PCR) dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit.
MISETOMA

Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif dan granulomatosa yang dapat disebabkan
jamur (Eumycetoma) atau bakteri Actinomycetes aerobic (actinomycetoma). Pada beberapa
kasus, misetoma mempunyai beberapa sinonim, yaitu Madura foot, maduromisetoma dan
maduromycosis.
Misetoma merupakan suatu syndrome yang diidentikkan dengan tumor dan sinus yang
mengeluarkan pus (nanah). Perubahan yang ditunjukkan berupa pembengkakan, granulomata,
dan kekeringan pada sinus. Sinus akan mengeluarkan suatu granule/ grains atau seperti butiran
pasir yang mengandung fungi.
Jenis-jenis fungi penyebab misetoma:
1. Eumycotic misetoma (granule color)
2. Acremonium falci forme (white)
3. Acremonium recifei (white)
4. Aspergillus nidulans (white)
5. Exophiala jeanselmei (black)
6. Leptosphaeria senegalensis (black)
7. Madurella grisea (black)
8. Madurella misetomatis (black)
9. Neotestudina rosatii (white)
10. Pseudallesheria boydii (white to yellow)
Morfologi
 Hifa2 jamur GRANUL yang merupakan koloni dalam jaringan abses.
 Granul-granul tersebut berwarna tergantung dari spesies penyebab (putih, kekuningan,
tengguli hitam dll.)
Siklus Hidup
Gejala Klinis
Biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, sinus, dan fistel multiple. Di dalam sinus
ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat.
Berhubungan dengan penyebabnya, misetoma yang disebabkan Actinomyces
disebut  Actinomycotic mycetoma yang disebabkan bakteri botryomycosis dan yang disebabkan
jamur berfilamen dinamakan maduromycosis. Biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip
dengan pembengkakan seperti tumor jinak dan harus disertai butir-butir. Inflamasi dapat
menjalar dari permukaan sampai ke bagian dalam dapat menyerang subkutis, fasia, otot, dan
tulang. Sering berbentuk fistel yang mengeluarkan eksudat.
Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan kulit:
Lokalisasi :terutama kaki, tangan, dada dan bokong.
 Pemeriksaan Histopatogi :
Tampak granuloma dengan serbukan sel ± sel radang berupa
Polimorfonuklear,Eosinofil dan makrofag. Pada bagian tengah infiltrate terlihat sel ± sel
epiteloid dansel datia Lagerhans.
 Isolasi
Sample yang mengandung fungi diinokulasikan ke dalam Inhibitory Mould
agar  atauBHI agar dengan kandungan darah kambing sebesar 10% yang kemudian
diinkubasi pada suhu 30°C. Skleotia harus dicuci dengan air steril atau dalam larutan
antibiotic.Beberapa fungi peka terhadap cycloheximide, seperti IMA dan SDA
 Diagnosa Banding
o Skofuloderma:
Lokasi biasanya di leher atau ketiak. Timbul ulkus dengan pinggir livide dan
ada jembatan ± jembatan kulit.
o Osteomielitis :
Biasanya berupa benjolan akut berwarna merah, sekresinya pustulosa.
 Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan secret secara langsung dengann K  OH 10% sulit menemukan
elemen jamur.
o Biakan granula sulfur dalam agar Sabauraud ; sesudah 1 -2 minggu
tampak  pertumbuhan koloni berwarna krem sampai coklat.
o Pemeriksaan Radiologi untuk menilai derajat kerusaka

Anda mungkin juga menyukai