Anda di halaman 1dari 35

ULKUS KORNEA

Disusun Oleh :
Natalia Theresia 23010007
Ona Tri Ulina Simbolon 23010026
Saniscaya A.D. Harefa 23010059

PEMBIMBING :
dr. Laszuarni, Sp.M
01
PENDAHULUAN
• Kornea merupakan selaput bening di mata yang dapat ditembus oleh cahaya. Ulkus kornea
adalah suatu kondisi di mana jaringan transparan mati sehingga menyebabkan hilangnya
sebagian permukaan kornea yang melibatkan lapisan epitel hingga stroma.

• Data epidemiologi global World Health Organization (WHO), memperkirakan terjadi 710 kasus
ulkus kornea per 100.000 penduduk setiap tahunnya. Pada tahun 2013 di Indonesia insidens
ulkus kornea sebesar 5,5%. Prevalensi ulkus kornea tertinggi terjadi di provinsi bali (11,0%),
diikuti oleh daerah Yogyakarta (10,2%), dan Sulawesi Selatan (9,4%).

• Ulkus kornea secara etiologi dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme patogen, autoimun,
penyakit sistemik, maupun penyebab lainnya yang belum diketahui (idiopatik).

• Berdasarkan perjalanan penyakitnya, ulkus kornea diawali oleh suatu onset keratitis yang
kemudian mengalami progresivitas dan dapat berakhir pada suatu kondisi kegawatdaruratan mata
berupa perforasi.

• Penegakan diagnosis serta penatalaksanaan yang tepat pada ulkus kornea dapat menurunkan
jumlah penyakit ulkus kornea dan dapat menyelamatkan penglihatan.
02
TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi Kornea
• Kornea adalah selaput bening mata yang
bersifat transparan dan avaskuler yang
merupakan lapisan terluar dari bola mata
sehingga bersifat tembus Cahaya.
• Kornea memiliki indeks bias 1,37 dan 43,25
dioptri.
• Sumber nutrisi kornea pada difusi glukosa dari
aqueus humor dan difusi oksigen melalui
lapisan air mata.
• Kornea dipersarafi oleh saraf ke V yaitu saraf
siliar longus.
Fisiologi Kornea
• Kornea berfungsi sebagai membrane pelindung dan jendela yang dilalui oleh
berkas cahaya saat menuju retina.
• Sifat tembus Cahaya retina disebabkan oleh strukturnya yang uniform,
avascular, dan deturgenens.
• Deturgenens atau keadaan dehidrasi relative jarinagn kornea, dipertahankan
oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel
• Endotel lebih berperan penting dalam menhidrasi dibandingkan dengan epitel
dan kerusakan pada endotel lebih serius dibadningkan dengan epitel
• Ketika epitel terluka, endotel akan mengalami edema lokal sesaau yang akan
menghilang dengan regenerasi sel epitel yang cepat, kemudian terjadi
tekanan hipertonik sehingga air akan di tarik dari stroma untuk
mempertahankan hidrasi
• Penetrasi obat melalui kornea terjadi secara bifasik.
• Obat harus larut-lemak sekaligus larut-air agar dapat melalui kornea karena
substansi larut-lemak dapat menembus epitel utuh dan substansi larut-air
dapat melewati stroma.
Definisi dan Epidemiologi
Definisi
Ulkus kornea adalah suatu kondisi kematian jaringan transparan yang menyebabkan hilangnya
sebagian permukaan kornea. Ulkus kornea juga di definisikan sebagai diskontinuitas jaringan
kornea akibat terjadinya defek epitel. Penderita ulkus kornea akan menjumpai gejala nyeri, mata
berair, fotofobia, blefarospasme dan adanya riwayat trauma.

Epidemiologi
World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 5,1% kebutaan terjadi akibat penyakit
pada kornea, dan merupakan penyebab kebutaan ke-4 setelah katarak, glaukoma dan age-related
macular degeneration. Pada tahun 2013 di Indonesia insidens ulkus kornea sebesar 5,5%.
Prevalensi ulkus kornea tertinggi terjadi di provinsi Bali (11,0%), diikuti oleh daerah
Yogyakarta (10,2%), dan Sulawesi Selatan (9,4%).
Etiologi Infeksius
• Bakteri → Streptokokus alfa hemolitik, Stafilokokus Aureus, Moraxella Likuefasiens,
Pseudomonas Aeruginosa, Nacardia Asteroids, Alcaligenes sp, Streptokokus anerobik,
Bakteri Streptokokus beta hemolitik, Enterobakteri hafniae, Proteus sp, Stafilokokus epidermidis,
infeksi campuran Aerogenes dan Moraxella sp

• Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.


Jamur

• virus herpes simplex


Virus

• Acanthamoeba
protozoa
Etiologi Non-infeksius
• Bahan (asam atau basa)
• Asam → pengendapan protein permukaan. Kerusakan superfisial
• Basa → penghancuran kolagen kornea

• Radiasi atau suhu


• Sindrom Sjorgen → mata kering yang disebabkan difisiensi unsur film mata
(akeus, musin, atau lipid), kelainan permukaan palpebra

• Defisiensi Vitamin A
• Obat-obatan → kortikosteroid
• Neurotik → gangguan saraf V atau ganglion gaseri → mata menjadi anestetik dan
reflex hilang
Etiologi Non-infeksius
• SLE → gangguan autoimun multisistem dengan komplikasi okular di segmen anterior
dan posterior, termasuk keratitis sicca, episkleritis, ulkus kornea, uveitis, dan
vasculitis retina

• Reumatoid Athritis → gangguan vaskulitis sistemik yang paling sering melibatkan


permukaan okular. Pasien dengan RA berat sering hadir dengan ulserasi
progresif indolen dari kornea perifer atau pericentral dengan peradangan
minimal yang pada akhirnya dapat mengakibatkan perforasi kornea
Patofisiologi
Trauma

Defek pada epitel

Penetrasi ke membran descement yang intak

bermultiplikasi

Nekrosis jaringan dan inflamasi


Klasifikasi Ulkus Kornea

• Ulkus kornea bakterialis


Ulkus
Sentral
• Ulkus kornea fungi

• Ulkus kornea virus Ulkus


Perifer
• Ulkus kornea acanthamoeba
• Ulkus Marginal
• Ulkus mooren (ulkus
serpinginosa
kronik/ulkus roden)

• Ulkus cincin (ring ulcer)


Ulkus Sentral
- Infeksi (bakteri, jamur,virus)
- Infeksi terletak di sentral, jauh dari limbus vascular
- Hipopion (tidak selalu) menyertai ulkus
Ulkus Kornea Bakterial
■ Ulkus Streptokokus :
– Ulkus menjalar dari tepi → kornea.
– Bewarna kuning keabu-abuan.
– Ulkus cepat menjalar → perforasi kornea, karena
eksotoksin.

■ Ulkus Stafilokokus :
– Ulkus bewarna putik kekuningan disertai infiltrat
berbatas tegas.
– Apabila tidak diobati → abses kornea yang disertai edema
stroma dan infiltrasi sel leukosit.
Ulkus Pseudomonas
– Lesi di mulai dari sentral menyebar ke samping dan ke dalam
– Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam
– Berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan

– Kadang-kadang bentuk seperti cincin


– Terlihat hipopion
Ulkus kornea Fungi
– Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah.
– Riwayat trauma oleh tumbuh-tumbuhan
– Permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan. Tepi lesi berbatas tegas
irregular.
– Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit
disekitarnya.
– Dapat terjadi neovaskularisasi akibat
rangsangan radang & Terdapat injeksi siliar
– Hipopion kental, permukaan tak rata(ada hifa jamur)
■ Penyebab : candida, fusarium, aspergillus, penicillium, cepalosporium

■ Dengan pewarnaan giemsa terlihat gambaran hifa (jamur non candida)/ bentuk ragi.
■ Perjalanan klinik dapat berlangsung lama karena stroma kornea kurang vaskuler, sehingga
menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi
■ Pada yang imunokompeten ~ sembuh sendiri
■ Pada immunocompromised (steroid) dapat menahun dan merusak

Ulkus ■
E/: virus Herpes Simpleks , Herpes Zooster
Gejala
Kornea ■ Iritasi

Viral ■ Fotofobia
■ Berairmata
■ Gangguan penglihatan
■ Sensibilitas kornea menurun
■ Riwayat lepuh-lepuh demam atau infeksi herpes lain
■ Reaksi hipersensitivitas di sekitarnya
Ulkus Kornea Herpes Zoster

– Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum


timbulnya gejala kulit.
– Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem
palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh
akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma.

– Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang


bentuknya berbeda dengan dendrit herpes
simplex.

– Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor


dengan fluoresin yang lemah.
Ulkus Kornea Herpes Simpleks

– Infeksi primer dapat terjadi tanpa gejala


klinik.

– Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda


injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya
suatu dataran sel di permukaan epitel kornea
disusul dengan bentuk dendrit atau bintang
infiltrasi.
– Hipestesi pada kornea secara lokal 
menyeluruh.
Adanya gangguan penglihatan karena lesi yang timbul pada kornea dalam bentuk bintik-
bintik, bintang (stellate), filamen, dendrit yang bercabang-cabang dan bentuk diskiform.
Ulkus Kornea Acanthamoeba
– Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan fotofobia.
– Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.
Ulkus Kornea Perifer
■ ULKUS MARGINAL
 Bentuk simpel: ulkus superfisial yang berwarna
abu-abu terdapat pada infeksi stafilococcus, toksik
atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza
disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-
lain.
 Bentuk cincin atau multiple dan lateral pada leukemia
akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
ULKUS KORNEA PERIFER
■ ULKUS
MOOREN
A  berjalan progresif dari perifer kornea ke sentral.
 T.u pada usia lanjut.
 Penyebabnya belum diketahui diduga
hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi, autoimun.
B  Sering menyerang seluruh permukaan kornea
dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat
pada bagian yang sentral.

A : Gambaran awal ulkus Mooren,


C
B : Gambaran lanjut Ulkus Mooren,
C: Ulkus Mooren dengan penyebaran lesi ke
tengah
Ring Ulcer
 Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus.

 Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau
dalam, kadang-kadang perforasi.
 Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer.
 Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral.
 Perjalanan penyakitnya menahun.
Penegakan Diagnosa
1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik
- Riwayat trauma - Tes refraksi : visus menurun
- Benda asing - Tes air mata (tes schrimer) : Epifora
- Abrasi - Pemeriksaan slit-lamp : Infiltrat pada kornea, hiponion
- Riwayat penyakit kornea - Keratometri (pengukuran kornea)
- Riwayat pemakaian obat topikal - Respon reflek pupil
- Akibat penyakit sistemik
Pemeriksaan Penunjang
- Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi
- Goresan ulkus untuk Analisa atau kultur (pulasan gram,giemsa atau KOH)
Tatalaksana
Prognosis
● Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan
cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme
penyebab dan ada tidaknya komplikasi yang timbul.
● Apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada
penggunaan antibiotic maka akan meniimbulkan resistensi.
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik
The eyes are the window to the
soul

Anda mungkin juga menyukai