Anda di halaman 1dari 65

KERATITIS

AD E AY U NING SIH U TAM I


2 01 7 401 1 03 0
FISIOLOGI KORNEA
 Kornea  bagian selaput mata yang tembus cahaya, bersifat transparan, avaskular
seperti arloji agak elips, 12,66 mm horizontal dan 11,77 mm vertikal, dg jari2
kelengkungan depan 7,84 mm, belakang 7 mm, tebal 0,6-1 mm. Indeks bias kornea
1,376 dengan kekuatan pembiasan 80%.

 Kerusakan sel-sel endotel jauh  sifat transparan hilang dan edema kornea,
sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat karena akan
menghilang seiring dengan regenerasi epitel.

 Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 42.25 dioptri.
Jika kornea oedem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma
yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.
 Kornea bersifat avaskuler, maka sumber-sumber nutrisi
kornea berasal dari pembuluh-pembuluh darah limbus, humor
aquaeus dan air mata.

 Kornea dipersarafi oleh banyak serat saraf sensorik yang


didapat dari percabangan pertama (oftalmika) dari nervus
kranialis v yang berjalan supra koroid, masuk kedalam stroma
kornea, menembus membran bowman dan melepaskan
selubung schwannya. Bulbus krause untuk sensasi dingin
ditemukan didaerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah
dipotong didaerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
DEFINISI
Keratitis adalah Suatu inflamasi pada kornea atau infiltrasi sel radang pada
kornea akibat infeksi mikroorganisme maupun non-infeksi karena proses
autoimun yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam
penglihatan (visus) menurun bersifat permarnen.
Data WHO 1995-2011, kebutaan akibat penyakit di kornea penyebab kebutaan
kelima di dunia setelah Katarak, Glaukoma, Degenerasi makula, Kelainan refraksi.
Sedangkan di Indonesia 1993-1996, kelainan kornea menempati urutan kelima
sebagai penyebab kebutaan seelah Katarak, Glaukoma, Kelainan refraksi serta
Retina.
Menurut Murillo Lopez (2006), sekitar 25000 orang Amerika terkena keratitis
bakteri per tahun.
Di salah satu RS, yaitu RSUD dr.Soedarso Pontianak dilakukan penelitian 2010-2012
didapatkan peningkatan insidensi sebanyak 0.62% pada keratitis numularis
ETIOLOGI
Virus
Bakteri
Jamur
Mata kering
Benda asing
Iritasi (lensa kontak)
Sinar ultraviolet
Alergi
PATOFISIOLOGI
Pada proses radang, mula-mula pembuluh darah berdilatasi lalu terjadi
kebocoran serum dan elemen darah masuk ke ekstraseluler, yaitu
makrofag, leukosit PMN, limfosit, protein c-reaktif imunoglobulin
membentuk garis pertahanan pertama.

Rangsangan vaskularisasi timbul oleh adanya jaringan nekrosis karena


adanya toksin, protease atau mikroorganisme. Bila terjadi vaskularisasi
juga terjadi pertumbuhan pembuluh limfe dilapisi sel.

Sel-sel ini bergerak ke arah sumber antigen di kornea dan dapat


menimbulkan reaksi imun di tepi kornea
Injeksi Konjungtiva
Pelebaran pada pembuluh darah arteri konjungtiva posterior, oleh
karena pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan
konjungtiva.

• Mudah digerakkan dari dasarnya


• Daerah peradangan/merah utama pada bagian forniks
• Semakin ke perifer pembuluh darah terlihat lebih besar
• Merah segar
• Dapat hilang sementara dengan tetesan adrenalin 1:1000
• Gatal, tidak ada fotobia
• Ukuran dan reaksi pupil normal
Injeksi Siliar
Pelebaran pada pembuluh darah arteri siliar anterior (kornea) atau injeksi siliar atau
injeksi perikornea. Penyebabnya bisa karena perdangan/infeksi pada kornea, tukak
kornea, benda asing, radang pada uvea, glaukoma, endoftalmitis ataupun
panoftalmitis.
Warnanya lebih ungu

•Pembuluh darah tidak tampak

•Tidak ikut bergerak bila konjungtiva digerakkan

•Ukurannya halus disekitar kornea dan jarang


didaerah forniks (berkurang)

•Tidak menciut dengan tetesan adrenalin 1:1000

•Fotofobia

•Berair

•Sakit bila ditekan

•Pupil iregular kecil (iritis) dan lebar (glaukoma)


Berdasarkan •keratitis pungtata superfisialis dan subepitel
•keratitis marginal
tempatnya •keratitis interstitial.

•keratitis bakterialis
Berdasarkan •keratitis fungal
•keratitis viral
penyebabnya •keratitis akibat alergi
•Keratitis Acanthamoeba

Berdasarkan •keratitis sika


•keratitis flikten
bentuk •keratitis nurmularis
klinisnya •keratitis neuroparalitik
KLASIFIKASI
Keratitis Pungtata

Lapisan yang
Keratitis Marginal
terkena

Keratitis Interstisial
1. KERATITIS PUNGTATA

• Lokasi : daerah permukaan kornea dan


M. Bowmen

• Lesi : Infiltrat kecil multiple, bercak-


bercak halus di permukaan

• Etiologi :
• Bakteri (chlamydial, staphylococcal)
• Virus herpes
• Trauma
• UV
• Blefaritis
• Lensa kontak
• Sindrom dry eye, etc
Keratitis Pungtata
•Penyebab keratitis pungtata tidak spesifik, dapat terjadi pada
moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes simpleks, herpes
zoster, blefaritis neuroparalitik, infeksi virus, vaksinia, trakoma, dan
trauma radiasi, dry eyes, trauma, lagoftalmus, keracunan obat seperti
neomisin, tobramisin dan bahan pengawet lainnya.
Keratitis Pungtata Superfisial

• Gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea.

• Merupakan cacat halus pada kornea superfisialis

• Dengan pewarnaan flouresensi berwarna hijau.

• Keluhan berupa mata sakit, silau, mata merah, rasa kelilipan.

• Terapi dengan air mata buatan, tobramisin tetes mata, dan sikloplegik.
Keratitis Pungtata Subepitel

• di daerah Membran Bowman

•Keratitis pungtata biasanya bilateral dan berjalan kronis tanpa


terlihatnya gejala kelainan konjungtiva, ataupun tanda akut yang terjadi
pada dewasa muda  keratitis pungtata subepitel
2. KERATITIS MARGINAL

• Lokasi : tepi kornea sejajar dengan


limbus
• Lesi : Infiltrat di tepi kornea
• Etiologi :
• Reaksi Hipersensitivitas
eksotoksin stafilokokus
• Bila tidak diobati dengan baik 
TUKAK KORNEA
• Sifatnya : Rekuren
Keratitis Marginal
• Penyakit infeksi lokal konjungtiva dapat mengakibatkan keratitis kataral
atau keratitis marginal.

• Biasanya pada pasien setengah baya dengan adanya blefarokonjungtivis.

• Keluhan berupa mata sakit, seperti kelilipan, lakrimasi, fotofobia berat.

• Pada mata akan terlihat blefarospasme pada satu mata, injeksi konjungtiva,
infiltrat atau ulkus yang memanjang, dangkal unilateral dapat tunggal atau
multiple, sering disertai neovaskularisasi dari arah limbus.
Pengobatan
•Antibiotik yang sesuai dengan penyebab infeksi lokalnya dan steroid
dosis ringan.

•Pada pasien dapat diberikan vitamin B dan C dosis tinggi.

•Pada kelainan indolen dapat dilakukan kauterisasi dengan listrik


ataupun AgNO3 di pembuluh darahnya atau dilakukan fleb
konjungtiva yang kecil.
3. KERATITIS INTERSTITIAL
• Lokasi : Lapisan lebih dalam dari
kornea
• Sering ditemukan pada usia 5-20
tahun
• Lesi : Lapisan difus keruh non
supuratif profunda

• Etiologi :
• Reaksi Alergi
• Infeksi ke dalam stroma, bisa
oleh TB
• Bakteri, Virus, Jamur
• Trauma
Keluhan bertahan seumur hidup
• Keratitis interstisial merupakan keratitis nonsupuratif profunda disertai dengan

neovaskularisasi.

• Keratitis ini juga disebut keratitis parenkimatosa.

• Keluhan berupa fotofobia, lakrimasi, penurunan visus.

• Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat.

• Terdapat injeksi siliar disertai dengan serbukan pembuluh ke dalam sehingga memberikan
gambaran merah kusam “ Salmon Patch”. Seluruh kornea dapat berwarna merah cerah.

•Pengobatan dengan sulfas atropin tetes mata untuk mencegah sinekia akibat terjadinya uveitis
dan kortikosteroid tetes mata.
Keratitis
Bakteri
Keratitis
Jamur
Keratitis
Virus Keratitis Infeksi
Herpes Zoster
Keratitis Keratitis
Herpetik Dendritik
Penyebab Keratitis Infeksi
Herpes Simplek
Keratitis
Disiformis
Keratokonjungtivitis

Keratokonjungtivitis
epidemi

Tukak atau ulkus


Keratitis Alergi
fliktenular

Keratitis
fasikularis

Keratokonjungtivitis
vernal
KERATITIS BAKTERI
FAKTOR RESIKO
• Penggunaan lensa kontak

• Trauma

• Ocularsurface disease seperti herpetic keratitis, bullous keratopathy,


dry eye, chronic blepharitis, trichiasis, exposure, severe allergic eye
disease and corneal anaesthesia.

• Topical or systemic immunosuppression, diabetes, vitamin A deficiency


and measles.
Diagnosis
1. Gejala  nyeri, photofobia, pandangan kabur, sekret. Onsetnya
cepat. Destruksi kornea bisa terjadi 24-48 jam.
2. Faktor Risiko dan Riwayat Penyakit
3. Tanda :
 Defek epitelial dengan adanya infiltrat di sekitar margin dan adanya
injeksi korneal.
 Pelebaran infiltrat karena adanya stromal edema dan hipopion kecil
 Infiltrasi yang berat karena melebarnya hipopion.
 Ulserasi yang dapat menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmus
 Skleritis disertai dengan infeksi pada limbus.
• Fotofobia
• Merah • Perikornea hiperemis
• Berair • Blefarospasme
• Nyeri • Kornea edema
• Visus turun • Infiltrasi kornea
• Sekret
KERATITIS JAMUR
Jamur berfilamen
Jamur ragi (yeast) yaitu jamur
(filamentous fungi) Bersifat
uniseluler dengan pseudohifa
multiseluler dengan cabang-
dan tunas :
cabang hifa, terdiri dari:
•Jamur bersepta: Furasium sp, •Candida albicans,
Acremonium sp, Aspergillus sp, •Cryptococcus sp,
Cladosporium sp, Penicillium sp, •Rodotolura sp
Paecilomyces sp, Phialophora
sp, Curvularia sp, Altenaria sp.
•Jamur tidak bersepta: Mucor sp,
Rhizopus sp, Absidia sp.
Biasa nya didahului trauma pada KELUHAN
kornea oleh ranting pohon, daun,
bagian lain tumbuhan • Sakit yang hebat
• Berair dan silau
Timbul 5 hari - 3 minggu kemudian • Visus turun
• Fotofobia
Pada masa sekarang akibat Efek • Infiltrat kelabu
samping pemakaian antibiotik dan • Hipopion
kortikosteroid yang tidak tepat • Ulcer superficial
maupun penggunaan lensa kontak
KERATITIS ACANTHAMOEBA

• Protozoa yang hidup bebas dan


tumbuh subur di air yg
mengandung bakteri dan materi
organik
• Berkaitan dg : Pemakaian lensa
kotak atau paparan terhadap air
atau tanah yg terkontaminasi
• Keluhan : nyeri hebat sampai
kepala, mata merah dan fotofobia.
KHAS : ulkus kornea indolent,
infiltrat perineural (+), stromal ring
infiltate
• Diagnosis : kultur pada media non
nutrien yang dilapisi oleh E.coli
KERATITIS VIRUS
• Terdiri dari : Keratitis Herpes Simplex dan Varicella Zooster
• Herpes Simpleks Virus dibagi menjadi infeksi primer dan rekuren
• Infeksi primer  Herpes Labialis (HSV tipe 1)  pada anak/rmaja
blefarokonjungtivitis dengan gambaran vesikel pada kulit kelopak
• Rekuren  teraktivasinya virus yang laten di ganglion siliaris masuk ke
akson di saraf perifer di kornea
• Rekuren sendiri terbagi menjadi 2 (Berdasarkan lokasi)
a. Epitelial
b. Stromal
• Keratitis Epitelial Rekuren  Ulkus dendritik/geografik  lesi linier
bercabang dengan bulbus terminal dan batas epitel membengkak serta
mengandung virus hidup  meluas ke lap membran basal (Ulkus
geografik)
• Keratitis Stromal Rekuren disebabkan oleh infeksi/imunologi  edema
stroma tanpa adanya infiltrat
• Pemeriksaan Penunjang : Keroka lesi  Multinucleated giant cells dan
menggunakan PCR
KERATITIS VIRUS
Epitelial  Dendritik Stromal  Diskiformis

Replikasi sel di epitel Reaksi imun di stroma


KERATITIS VIRUS
• VZV terbagi menjadi : Primer (Varicella) dan Rekuren (Zooster)
• Lebih sering pada Herpes Zooster  HZO
• Pada Varicella, lesi ditemukan berupa bintik di palpebra dan margo
palpebra
• HZO  lesi kulit dermatomal (makula, papul, vesikel, pustul, krusta) di
area sebaran nervus trigemnius  tanda Hutchinson terlihat sebagai
lesi kulit di ujung, samping, atau pangkal hidung.
• Keterlibatan kornea pada zooster oftalmika terjadi jika erupsi kulit
berasal dari canang nasosoliaris, dan biasanya berupa keratouveitis.
• Lesi kornea dapat berupa defek epitel, penurunan sensitivitas
kornea/inflamasi okular di lap kornea manapun.
• Keratitis VZV biasanya diawali sb lesi di epitel  menyerang stroma dan
uvea anterior  edema dan infiltrasi seluler ringan  kekeruhan
stroma
• Gambaran yang muncul : Hilangnya sensasi kornea yang bertahan dari
bbrp minggu-bulan
• Sklerokeratitis dapat terjadi pada VSV Berat
Herpes Zoster Oftalmikus
KERATITIS ALERGI
Etiologi

• Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua


mata,

• Biasanya penderita sering menunjukkan gejala


alergi terhadap tepung sari rumput-rumputan
Manifestasi Klinis
•Bentuk palpebra: cobble stone (pertumbuhan papil yang besar), diliputi
sekret mukoid.

•Bentuk limbus: tantras dot (penonjolan berwarna abu-abu, seperti lilin)

•Gatal

•Fotofobia

•Sensasi benda asing

•Mata berair dan blefarospasme


TERAPI
◦ Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati
◦ Steroid topikal dan sistemik
◦ Kompres dingin
◦ Obat vasokonstriktor
◦ Cromolyn sodium topikal
◦ Koagulasi cryo CO2.
◦ Pembedahan kecil (eksisi).
◦ Antihistamin umumnya tidak efektif
◦ Kontraindikasi untuk pemasangan lensa kontak
Infiltrat dan
Ulkus Marginal

Ulkus Mooren

Keratokonjungtivitis
Penyebab Non Infeksi Fliktenular

Keratitis
neurotopik

Exposure
keratitis
Infiltrat dan Ulkus Marginal

• Komplikasi sekunder dari konjungtivitis bakteri akut atau kronik, khususnya


blefarokonjungtivitis Staphylococus dan konjungtivitis Koch-Weeks (Haemophilus
aegyptius)
• Muncul akibat proses sensitisasi terhadap toksin bakteri yang menyebabkan
antibodi dari PD limbus bereaksi dengan antigen yang telah tersebar di epitel
kornea.
• Infiltrat ulkus marginal berawal sb infiltrat oval atau linear yg terletak di tepi
kornea dan terpisah dari limbus oleh sebuah area transparan/bening  Lucid
interval  berkembang menjadi ulkus dan neovakularisasi
• Ulkus marginal disertai blefarokonjungtivitis umumnya berulang
• Merupakan Self limiting
Ulkus Mooren

Akibat proses autoimun


Terjadi ulserasi bagian perifer kornea, 60-80% terjadi unilateral ditandai denga
rasa nyeri, penggaungan limbus serta kornea perifer yang berjalan secara
progresif sehingga berisiko untuk terjadi perforasi kornea
Paling sering terjadi pada usia tua dan tidak berkaitan dengan penyakit
sistemik
Laki-laki lebih sering
Tatalaksana : Steroid topikal / siklosporin 1,0%
Keratokunjungtivitis Fliktenular
• Flikten  akumulasi limfosit, monosit, makrofag dan neutrofil yang
terlokalisasi di konjungtiva, limbus atau kornea
• Kondisi ini pertama kali muncul di Limbus, tetapi jika berulang dapat
melibatkan konjungtiva bulbi dan kornea.
• Unilateral dan kaya akan vaskularisasi.
• Merupakan respon hipersensitivitas tipe lambat terhadap antigen
Staphylococcus aureus, penyakit TB dan Helminthiasis.
• Flikten yang tidak diterapi akan sembuh spontan setelah 10-14 hari
• Kortikosteroid topikal  mengurangi inflamasi dan durasi penyakit serta
mengurangi pembentukan vaskularisasi dan jaringan parut di kornea
Keratokunjungtivitis Fliktenular
Keratitis Neurotopik
• Gangguan atau kerusakan pada n.trigeminus di perifer akibat trauma,
pembedahan, tumor, inflamasi  anestesi kornea disertai hilangnya
refleks berkedip.

• Tahap Awal terdapat edema epitel difus yang kemudian mengalami


kematian  Ulkus

• Tatalaksana : menjaga agar mata tetap tertutup dengan eyelid tapping


atau dengan melakukan tarsorafi atau menginduksi ptosis dengan
memberikan injeksi.

• Jika terjadi infeksi sekunder  terapi antibiotik yang sesuai.


Exposure Keratitis
• Terjadi pada kornea yang tidak terjaga kelembabannya dengan baik dan
tidak tertutup sempurna oleh palpebra, seperi misal pada eksoftalmus,
ekstropion, floppy lid syndrome, hilangnya palpebra kr trauma,
ketidakmampuan menutup mata pada Bell’s Palsy

• Bagian kornea yang tidak tertutupi kelopak akan kering selama tidur 
ulkus berbentuk pada sepertiga inferior kornea

• Sifatnya steril kecuali jika terjadi infeksi sekunder

•Tatalaksana : untuk melindungi dan melembabkan seluruh permukaan


kornea dan mencegah terjadinya infeksi.
Keratitis Flikten

Keratokonjungtivitis
sika
Bentuk
klinis
Keratitis
Neuroparalitik

Keratitis Numularis
KERATOKONJUNGTIVITIS FLIKTEN

Keratokonjungtivitis flikten merupakan radang kornea dan konjungtivitis


yang merupakan reaksi imun yang mungkin sel mediated pada jaringan yang
sudah sensitif terhadap antigen.
 Pada benjolan terdapat penimbunan sel limfoid. Secara histopatologik
ditemukan sel eosinofil dan tidak pernah ditemukan basil tuberkulosis.
 terdapat daerah keputihan yang merupakan degenerasi hialin. Terjadi
pengelupasan sel tanduk epitel kornea.
 gejala berupa lakrimasi dan fotofobia juga rasa sakit.
 konjungtiva hiperemis, kurangnya air mata, menebalnya epitel kornea,
perasaan panas disertai gatal dan tajam penglihatan yang berkurang.
Pada limbus didapatkan benjolan putih kemerahan dikelilingi daerah
konjungtiva yang hiperemis. Bila terjadi penyembuhan akan terjadi jaringan
parut dengan neovaskularisasi pada kornea.
KERATOKONJUNGTIVITIS FLIKTEN

Flikten merupakan benjolan


diameter 1-3 mm warna abu-abu
pada lapisan superfisial kornea.
Epitel diatasnya mudah pecah dan
membentuk ulkus.
Radang karena reaksi imun cell
mediated

M. Klinis

• Terbentuknya papul/pustule pda


kornea / konjungtiva
• (+) flikten berupa benjolan batas
tegas putih keabuan dgn -+
neovaskularisasi
Terapi

 Pengobatan keratokonjungtivitis flikten adalah dengan memberi


steroid maupun sistemik.

 Flikten kornea dapat menghilang tanpa bekas tetapi kalau telah


terjadi ulkus akibat infeksi sekunder dapat terjadi parut kornea.

 Dalam keadaan berat dapat terjadi perforasi kornea.


KERATOKONJUNGTIVITIS SIKA

Peradangan konjungtiva dan


kornea karena keringnya
permukaan kornea dan
konjungtiva

ETIOLOGI
• Defisiensi komp. Lemak
Mata gatal, berpasir, silau, visus turun. Sekret
lengket, mata kering.
air mata
• Def. Kelenjar air mata
konjungtiva bulbi edema, hiperemi, menebal, • Def. Komp. Musin
kering, tak mengkilat, warnanya mengkilat. • Penguapan berlebihan
Terdapat infiltrat-infiltrat kecil, letak epiteleal, tes • Parut kornea
fluoresen (+).
Terdapat juga benang-benang (filamen) yang
sebenarnya sekret yang menempel, karena itu,
disebut juga keratitis filamentosa.
Tes Pemeriksaan
1) Tes Schirmer  bila resapan air mata pada kertas Schirmer < 10
mm dalam 5 menit dianggap abnormal (dry eyes)

2) Tes zat warna Rose Bengal konjungtiva  pada pemeriksaan ini


terlihat konjungtiva berwarna titik merah karena jaringan
konjungtiva yang mati menyerap zat warna.

3) Tear film break up time  waktu antara kedip lengkap sampai


timbulnya bercak kering sesudah mata dibuka minimal terjadi
sesudah 15-20 detik, tidak pernah < 10 detik.
TERAPI
 Pemberian air mata tiruan bila kurang komponen air mata

 Pemberian lensa kontak jika komponen mukus yang berkurang

 Penutupan pungtum lakrimal bila terjadi penguapan yang


berlebihan.

 Penyulit keratokonjungtivitis sikka adalah ulkus kornea, kornea


tipis, infeksi sekunder oleh bakteri dan kekeruhan dan
neovaskularisasi kornea.
KERATITIS NUMULARIS

 Diduga karena virus

 Terdapat infiltrat bulat-bulat subepitelial di kornea, dimana


tengahnya lebih jernih, disebut halo (diduga terjadi karena resorpsi
dari infiltrat yang dimulai di tengah).

Tes fluoresen (-). Keratitis ini kalau sembuh meninggalkan sikatrik


yang ringan.
KERATITIS NEUROPARALITIK

Akibat kelainan saraf trigeminus,


sehingga terdapat kekeruhan kornea
yang tidak sensitif + kekeringan
kornea

Etiologi : herpes zoster , peradangan


, tumor fosa posterior dan keadaan
lainnya  anestetis  pertahanan
kornea turun

Visus turun, silau , tdk nyeri, jarang Pengobatan untuk mencegah infeksi
berkedip karena hilangnya refleks sekunder, berupa pengobatan
mengedip, injeksi siliar, permukaan keratitis, torsorafi, penutupan
kornea keruh, infiltrat dan vesikel pada pungtum lakrimal.
kornea. Air Mata buatan / salep
Komplikasi
1. Gangguan refraksi
2. Jaringan parut permanent
3. Ulkus kornea
4. Perforasi kornea
5. Glaukoma sekunder
PROGNOSIS
Keratitis dapat •ditangani dengan tepat
•tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan
sembuh dengan ulkus yang akan menjadi sikatriks dan dapat
baik mengakibatkan hilang penglihatan selamanya.

Prognosis visual
•Virulensi organisme
tergantung pada •Luas dan lokasi keratitis
beberapa faktor, •Hasil vaskularisasi dan atau deposisi kolagen
tergantung dari:
WASSALAMU’ALAIKUM WR WB

Anda mungkin juga menyukai