Anda di halaman 1dari 51

ULKUS KORNEA

Emir Rasyid Hafiz, S. Ked


712016047

Pembimbing
Dr. Hj. Ratna Juwita, Sp.M
Latar Belakang

Ulkus Kornea dapat terjadi akibat trauma di


Ulkus Kornea  Hilangnya sebagian
daerah mata ataupun oleh benda asing dan
permukaan kornea akibat kematian jaringan
infeksi dari bakteri, jamur, virus ataupun reaksi
kornea
alergi dan penyakit autoimun

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan Data WHO tahun 2011, saat ini di negara
penyebab kebutaan nomor dua. Kekeruhan ini berkembang terjadi 285 juta orang menderita
disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus. Jika
gangguan pengelihatan yang menyebabkan
terlambat di tatalaksana akan meningalkan jaringan
parut yang luas. Insiden Ulkus Kornea di Indonesia kebutaan.
tahun 1993 adalah 5,3 juta/100.000 penduduk Jumlah ulkus kornea setiap tahunnya
Indonesia berjumlah 1-1,5 juta.
Tinjauan Pustaka
■ Anatomi Kornea

Kornea  jaringan transparan, yang


ukurannya sebanding dengan kristal sebuah
jarum jam tangan kecil Kornea ini disisipkan
ke sklera di limbus, lengkung melingkar
pada persambungan ini disebut sulkus
skleraris. Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 0,52 mm di tengah, sekitar
0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 12,5
mm dari anterior ke posterior.

Kornea merupakan lensa cembung dengan


kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau
kornea oedema  kornea bertindak sebagai
prisma  menguraikan sinar  melihat
halo.
Tinjauan Pustaka
Ulkus Kornea

■ Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea


akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea
mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk
oleh sel epitel baru dan sel radang

■ Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh


adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung,
diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan
cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi
berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.
Epidemiologi

■ Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di
Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi
karena trauma, pemakaian lensa kontak, infeksi dan kadang-kadang tidak di
ketahui penyebabnya.
■ Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22
beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari
ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan
kebutaan.
■ Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus
kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di
India Utara ditemukan 61% laki-laki.
Etiologi
• Bakteri  Streptokokus alfa hemolitik, Stafilokokus Aureus, Moraxella Likuefasiens,
Pseudomonas Aeruginosa, Nacardia Asteroids, Alcaligenes sp, Streptokokus anerobik,
Streptokokus beta hemolitik, Enterobakteri hafniae, Proteus sp, Stafilokokus epidermidis,
Bakteri infeksi campuran Aerogenes dan Moraxella sp

• Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.


Jamur

• virus herpes simplex


Virus
Etiologi
• Bahan (asam atau basa)
• Asam  pengendapan protein permukaan. Kerusakan superfisial
• Basa  penghancuran kolagen kornea

• Radiasi atau suhu


• Sindrom Sjorgen  mata kering yang disebabkan difisiensi unsur film mata (akeus,
musin, atau lipid), kelainan permukaan palpebra

• Defisiensi Vitamin A
• Obat-obatan  kortikosteroid
• Neurotik  gangguan saraf V atau ganglion gaseri  mata menjadi anestetik dan reflex
hilang
Etiologi
• SLE  gangguan autoimun multisistem dengan komplikasi
okular di segmen anterior dan posterior, termasuk keratitis sicca,
episkleritis, ulkus kornea, uveitis, dan vasculitis retina

• Reumatoid Athritis  gangguan vaskulitis sistemik yang paling


sering melibatkan permukaan okular. Pasien dengan RA berat
sering hadir dengan ulserasi progresif indolen dari kornea perifer
atau pericentral dengan peradangan minimal yang pada akhirnya
dapat mengakibatkan perforasi kornea
PATOGENESIS
Kornea avaskuler, Respon imun seluler tidak segera
datang

Badan kornea, dan sel-sel lain yang terdapat dalam


stroma kornea, bekerja sebagai makrofag

Selanjutnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel


mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear
(PMN),

Selanjutnya terjadinya pembentukan infiltrat, yang


tampak sebagai bercak berwarna kelabu.

Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan


timbullah ulkus kornea.
PATOFISIOLOGI

Trauma

Defek pada epitel

Penetrasi ke membran descement yang intak

bermultiplikasi

Nekrosis jaringan dan inflamasi


MANIFESTASI KLINIS
GEJALA SUBJEKTIF GEJALA OBJEKTIF

Eritema Palpebrae dan Injeksi siliar


konjungtiva
Hilangnya sebagian jaringan kornea,
Sekret mukopurulent dan adanya infiltrat
Merasa ada benda asing
dimata Hipopion

Pandangan kabur

Lakrimasi

Bintik putih pada kornea,


sesuai lokasi ulkus

Silau

Nyeri
Kokus gram (+), staf aureus dan Pseudomonas jamur virus
treptokok pnemoni.

Tukak yang terbatas, Tukak akan melebar Infiltrat akan berwarna abu- Bila tukak berbentuk
Berbentuk bulat atau lonjong, dengan cepat, bahan abu dikelilingi infiltrat dendrit akan terdapat
  purulen berwarna kuning halus disekitarnya hipestesi pada kornea.
Berwarna putih abu-abu pada anak hijau terlihat melekat pada (fenomena satelit).  
tukak yang supuratif. permukaan tukak.  

jamur dan bakteri virus


akan terdapat defek epitel yang akan terlihat reaksi hipersensitivitas
dikelilingi leukosit polimorfnuklear. disekitarnya.
Klasifikasi Ulkus Kornea

Ulkus Ulkus kornea bakterialis


Ulkus kornea fungi
Kornea Ulkus kornea virus
Sentral Ulkus kornea acanthamoeba

Ulkus Ulkus marginal


Ulkus mooren (ulkus serpinginosa
Kornea kronik/ulkus roden)
Perifer Ulkus cincin (ring ulcer)
Ulkus Sentral

Infeksi (bakteri, jamur, virus)

Lesi terletak di sentral, jauh dari


limbus vaskular

Hipopion (tidak selalu) menyertai


ulkus
ULKUS KORNEA
BAKTERIAL
■ Ulkus Streptokokus :
– Ulkus menjalar dari tepi kornea.
– Bewarna kuning keabu-abuan.
– Ulkus cepat menjalar  perforasi kornea, karena
eksotoksin.

■ Ulkus Stafilokokus :
– Ulkus bewarna putik kekuningan disertai infiltrat berbatas
tegas.
– Apabila tidak diobati  abses kornea yang disertai edema
stroma dan infiltrasi sel leukosit.
Ulkus Pseudomonas

– Lesi di mulai dari sentral menyebar


ke samping dan ke dalam
– Penyerbukan ke dalam dapat
mengakibatkan perforasi kornea
dalam waktu 48 jam
– Berwarna abu-abu dengan kotoran
yang dikeluarkan berwarna
kehijauan
– Kadang-kadang bentuk seperti cincin
– Terlihat hipopion
Ulkus Kornea Fungi

– Mata dapat tidak memberikan gejala selama


beberapa hari sampai beberapa minggu
sesudah.
– Riwayat trauma oleh tumbuh-tumbuhan
– Permukaan lesi terlihat bercak putih dengan
warna keabu-abuan. Tepi lesi berbatas tegas
irregular.
– Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran
di bagian sentral sehingga terdapat satelit-
satelit disekitarnya.
– Dapat terjadi neovaskularisasi akibat
rangsangan radang & Terdapat injeksi siliar
– Hipopion kental, permukaan tak rata(ada hifa
jamur)
■ Penyebab : candida, fusarium, aspergillus, penicillium, cepalosporium
■ Dengan pewarnaan giemsa terlihat gambaran hifa (jamur non candida)/
bentuk ragi.
ULKUS KORNEA VIRAL
■ Perjalanan klinik dapat berlangsung lama karena stroma kornea kurang vaskuler, sehingga
menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi
■ Pada yang imunokompeten ~ sembuh sendiri
■ Pada immunocompromised (steroid) dapat menahun dan merusak
■ E/: virus Herpes Simpleks , Herpes Zooster
■ Gejala
■ Iritasi
■ Fotofobia
■ Berairmata
■ Gangguan penglihatan
■ Sensibilitas kornea menurun
■ Riwayat lepuh-lepuh demam atau infeksi herpes lain
■ Reaksi hipersensitivitas di sekitarnya
ULKUS KORNEA HERPES
ZOSTER

– Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum


timbulnya gejala kulit.
– Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem
palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh
akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma.
– Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya
berbeda dengan dendrit herpes simplex.
– Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor
dengan fluoresin yang lemah.
Ulkus Kornea Herpes
simplex

– Infeksi primer dapat terjadi tanpa gejala klinik.


– Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat
disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea
disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.
– Hipestesi pada kornea secara lokal  menyeluruh.
Adanya gangguan penglihatan karena lesi yang timbul pada
kornea dalam bentuk bintik-bintik, bintang (stellate), filamen,
dendrit yang bercabang-cabang dan bentuk diskiform.
Ulkus Kornea Acanthamoeba

– Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan


temuan kliniknya, kemerahan dan fotofobia.
– Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin
stroma, dan infiltrat perineural.
ULKUS KORNEA PERIFER

■ ULKUS MARGINAL

 Bentuk simpel: ulkus superfisial yang


berwarna abu-abu terdapat pada infeksi
stafilococcus, toksik atau alergi dan gangguan
sistemik pada influenza disentri basilar
gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain.
 Bentuk cincin atau multiple dan lateral pada
leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis
dan lain-lain.
ULKUS KORNEA PERIFER

■ ULKUS MOOREN

A
 berjalan progresif dari perifer kornea ke sentral.
 T.u pada usia lanjut.
 Penyebabnya belum diketahui diduga hipersensitivitas
tuberculosis, virus, alergi, autoimun.
 Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang
B meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang
sentral.

A : Gambaran awal ulkus Mooren,


B : Gambaran lanjut Ulkus Mooren,
C C: Ulkus Mooren dengan penyebaran lesi ke tengah
RING ULCER
 Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus.
 Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di
dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang perforasi.
 Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu
menyerupai ring ulcer.
 Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan
konjungtivitis kataral.
 Perjalanan penyakitnya menahun.
Diagnosis

Anamnesis
■ Riwayat trauma
■ Benda asing
■ Penyakit kornea spt keratitis
■ Pemakaian obat topikal
■ Rwyt pemakaian kontak lensarwyt penyakit sistemik
PEMERIKSAAN KLINIS

■ Ketajaman penglihatan : visus menurun


■ Tes air mata : epifora
■ Pemeriksaan slit-lamp : CVI+, infiltrat pada kornea, hipopion.
■ Keratometri (pengukuran kornea)
■ Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi: positif pada tepi ulkus
■ Goresan ulkus untuk analisa atau kultur
Kornea ulcer dengan Pewarnaan gram ulkus
fluoresensi kornea fungi
Pewarnaan gram ulkus
kornea herpes simplex Pewarnaan gram ulkus
kornea herpes zoster
Diagnosis Banding

Kondisi Infeksi Bakteri/Jamur Infeksi Virus


Sakit Tak ada – hebat Rasa benda asing
Fotofobia Bervariasi Sedang
Visus Biasanya menurun Menurun Ringan
mencolok
Infeksi Okular Difus Ringan-sedang
DERAJAT
Ukuran ulkus Lokasi pada kornea Penatalaksanaan

3 mm Tidak pada sumbu mata Rawat jalan


Antibiotik topikal /jam

3mm Pada subu mata Rawat inap


Antibiotik topikal/1/4 jam

3mm+hipopion Di segala tempat Rawat inap


Antibiotik topikal / ¼ jam
Antibiotik subkonjunctivva
Antibiotik parenteral
PENATALAKSANAAN

■ Pengobatan pada ulkus kornea tergantung


penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang
mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur,
sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan
dengan steroid.
■ Sulfas atropine
■ Skopolamin sebagai midriatika.
■ Analgetik
PENATALAKSANAAN

■ Tidak boleh dibebat


■ Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari
■ Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder
■ Debridement sangat membantu penyembuhan
■ Indikasi rawat :
- ancaman terjadinya perforasi
- pasien tidak dapat memberi obat sendiri
- tidak terdapat reaksi obat
- perlunya obat sistemik.
MEDIKAMENTOSA

■ Siklopegik topikal (Atropin 1% 2 – 3 kali/hari ; Skopolamin


0,25 %)
Tujuannya :
– mengistirahatkan iris dan corpus siliar, sehingga dapat
mengurangi rasa sakit dan lakrimasi
– menghambat timbulnya reaksi radang pada traktus uvealis,
sehingga perjalanan penyakit ke bagian mata yang lebih
dalam dapat dicegah.
ANTIBIOTIK
Morfologi hapusan
Topikal Subkonjunctiva intravena
Methicilin 200
Cephaloridin 50 Cephaloridin 100 mg/kg BB/hr
Kokus gram positf
mg/ml mg

Gentamycin 3-7
Gentamycin 14 mg/kg BB/hari
Batang gram positif Gentamycin 20 mg
mg/ml

Penicillin G 2-6
Filamen gram Penicillin G Penicillin G U/hr
negatif 100.000U/ml 500.000U/ml

Gentamycin 3-7
Gentamycin 14 mg/kg BB/hari
Batang gram negatif Gentamycin 20 mg
mg/ml

Amikacin 5 mg/kg
Basil tahan asam Amikacin 10 mg/ml Amikacin 25 mg BB/hari
ANTIBIOTIK
Organisme
Topikal Subkonjunctiva intravena

Methicilin
Staphylococcus
Cefazolin 50 mg/ml Cefazolin 50 mg/ml
resisten penisillin

Penicillin G 2-6
U/hr
Streptococcus, Penicillin G Penicillin G
pneumococcus 100.000U/ml 500.000U/ml

Gentamycin 3-7
mg/kg BB/hari
Speecies Gentamycin 14
Gentamycin 20 mg
Pseudomonas mg/ml
Antibiotik/antijamur /antiviral sesuai agen penyebab
(topikal, subkonjungtiva) :

- bakteri ; spektrum luas


- jamur :
Amphoterisin B 1,0 – 2,5 mg / ml
Thimerosal 10 mg / ml
Natamycin (Piramycin 2,5 – 5 %)
- virus : Idoxuridine, Vidarabine, Acyclovir
■ Steroid, untuk menenangkan inflamasi yang
terjadi. Sediaan steroid biasanya digabungkan
dengan sediaan antibiotik.

■ Vitamin A, dosis tinggi untuk keratomalacia

■ Debridement, untuk membersihkan debris,


eksudat dan sisa – sisa ulkus yang terdapat
pada kornea dengan menggunakan aplikator
kapas steril atau spatula
KERATOPLASTI /
PEMBEDAHAN
■ Jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak
berhasil.
■ Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu
penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan
kemunduran tajam penglihatan.

Penyulit:
1. Infeksi
2. Iritis
3. Blok pupil  glaukoma sekunder
4. Penolakan graft (3 minggu – 5 thn )
KERATOPLASTI
( PENCANGKOKAN KORNEA )

DONOR
Kornea Diambil Dari Orang Yg Telah Meninggal
Kemudian Digunakan Langsung / Dipindahkan Pd
Resipien / Diawetkan Dulu Dgn Es / Medium Tertentu

RESIPIEN
Penderita2 Dengan Kelainan Kornea Tertentu
INDIKASI

1. Optik : siktarik di axial kornea


Makula/ Lekoma –Kornea Ditengah2 Kornea
2. Therapi:
 Herpes Simplex Keratitis
 ulkus kornea sentral cenderung prolaps
3. Kosmetik : Lekoma Kornea
CARA / METODE

■ Keratoplasti Tembus : Terhadap Seluruh Tebal


Kornea.

■ Keratoplasti Lameller : Endotel Kornea


Ditinggalkan.
KERATOPLASTI
KERATOPLASTI KERATOPROSTHESIS
TEMBUS
KOMPLIKASI

– Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat


– Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan
panopthalmitis
– Prolaps iris
– Sikatrik kornea
– Katarak
– Glaukoma sekunder
PROGNOSIS

■ Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan


cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme
penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul.
■ Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang
lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.
KESIMPULAN
■ Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan
kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus
pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.
Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang berpotensi
menyebabkan kebutaan nomor dua di Indonesia yang
membutuhkan penatalaksanaan secara langsung.
■ Ulkus Kornea bisa disebabkan oleh infeksi (bakteri, jamur
,virus dan Acanthamoeba), noninfeksi;seperti bahan kimia
bersifat asam atau basa tergantung PH, radiasi atau suhu,
Sindrom Sjorgen, defisiensi vitamin, obat-obatan, pajanan
(exposure), neurotropik dan juga bisa disebabkan oleh
pengaruh sistem imun (Reaksi Hipersensitivitas).
KESIMPULAN

■ Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya,


diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti
virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi
peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam
perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak
terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
■ Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan
cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme
penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai