PENDAHULUAN
Sejak diperkenalkan pertama kali di bidang obstetrik oleh Ian Donald sekitar 50 tahun
yang lalu, USG telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dalam hal teknik
maupun kualitas resolusi yang dihasilkan. Hal ini telah membawa kemajuan yang sangat
dramatis di dalam hal diagnosis dan penanganan kehamilan
Ultrasonografi atau sonografi (USG) adalah sebuah teknik yang memvisualisasikan struktur
superfisial atau dalam pada tubuh dengan merekam denyut dari gelombang ultrasonik yang
direfleksikan dari jaringan. USG dalam obstetrik merupakan pemeriksaan ultrasound dalam
kehamilan. Menurut WHO, pemeriksaan USG untuk keperluan antenatal, sebaiknya
dilakukan sesuai usia gestasi, satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua,
dan satu kali pada trimester ke tiga
Salah satu tujuan utama dari pemeriksaan USG di bidang obstetri adalah untuk
menentukan usia gestasi secara lebih tepat, memantau pertumbuhan janin dan melakukan
deteksi dini adanya kelainan janin pada masa antenatal. Oleh karena itu pada setiap
pemeriksaan USG obstetri, apapun indikasinya, biometri janin dan struktur anatomi janin
harus diperiksa dengan cermat dan sistematis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cara kerja USG adalah dengan memancarkan gelombang suara ke jaringan yang
hendak dicitrakan, lalu dipantulkan kembali oleh jaringan tsb dan ditangkap oleh transducer.
Oleh transducer gelombang suara yang dipantulkan tadi akan dikonversi menjadi
energi listrik lalu ditayangkan di layar monitor. Setiap jenis jaringan memiliki kemampuan
memantulkan gelombang berbeda-beda. Jaringan padat seperti tulang, memantulkan
gelombang dengan kecepatan tinggi sehingga memberikan gambaran putih di layar.
Sedangkan cairan atau jaringan lunak hanya memantulkan lebih sedikit gelombang sehingga
memberikan gambaran hitam di layar. Gambar yang dihasilkan sangat cepat, dapat mencapai
40 frame/detik, sehingga dapat menampilkan gambaran bergerak yang real-time.
Transduser (probe) yang digunakan untuk pemeriksaan USG-TA adalah jenis linear
atau konveks. Transduser jenis konveks lebih popular digunakan pada saat ini karena dapat
2
menampilkan lapang pandangan yang lebih luas dibandingkan jenis linear. Pemeriksaan
USG-TA terutama dikerjakan pada trimester II dan III. Kekuatan Gelombang yang digunakan
berkisar pada 3 – 5 MHz
Sebelum memulai pemeriksaan, dinding abdomen ibu harus dilumuri gel untuk
lubrikasi. Pemeriksaan USG-TA dapat dikerjakan tanpa memerlukan persiapan kandung
kemih.
Dalam pemeriksaan transduser terlebih dulu diberi jel pada permukaan elemennya (untuk
menghilangkan udara di permukaan transducer), kemudian dibungkus dengan alat
pembungkus khusus atau kondom (berfungsi sebagai alat pelindung). Sebelum dimasukkan
ke dalam vagina, ujung pembungkus transduser diberi jel lagi (berfungsi sebagai lubrikan.
Transduser dimasukkan ke dalam vagina hingga mencapai daerah forniks. Manuver gerakan
transduser di dalam vagina merupakan kombinasi gerakan maju-mundur, gerakan maneuver
(rotasi), dan gerakan angulasi ke samping kiri-kanan atau ke atas-bawah
3
5. Panduan Pemeriksaan USG dasar Obstetri
Pemeriksaan USG pada kehamilan trimester pertama dapat dilakukan melalui
transabdominal, transvaginal atau keduanya
Ditemukannya embrio atau yolk sac merupakan bukti pasti adanya kantung
gestasi.
Peralatan USG ‘’real time’’ sangat penting untuk mendiagnosis tanda- tanda
kehidupan janin. Melalui pemeriksaan USG transvaginal, denyut jantung janin
sudah dapat dideteksi pada janin dengan CRL 5 mm. Bila embrio dengan CRL
kurang dari 5 mm belum tampak DJJ, pemeriksaan USG harus diulangi pada
minggu berikutnya untuk memastikan ada tidaknya tanda-tanda kehidupan
janin.
Kavum Douglas harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya cairan bebas. Bila
ditemukan cairan di kavum douglas harus dilakukan pemeriksaan USG pada
4
daerah subdiafragma dan subhepar untuk mencari adanya cairan intra
abdomen
Laporkan keterangan jumlah KG, jumlah janin, jumlah plasenta ada tidaknya
sekat amnion-khorion, jenis kelamin, perbandingan berat janin dan
perbandingan volume cairan ketuban pada masing-masing janin
Usia Gestasi
Pengukuran TBJ harus dilakukan pada akhir trimester kedua dan trimester
ketiga berdasarkan perbandingan lingkaran perut (LP) dengan DBP. Evaluasi
pertumbuhan janin berdasarkan pengukuran biometri harus memperhatikan
jarak waktu dengan pemeriksaan sebelumnya. Artinya jika sebelumnya sudah
dilakukan pengukuran biometri janin, maka prakiraan laju pertumbuhan janin
harus ditentukan
5
Uterus dan Adneksa ( termasuk serviks uteri dan struktur adneksa
Anatomi Janin
6
- Usia gestasi 5 minggu
Bentuk embrio mulai berubah dari lurus menjadi sedikit fleksi. Duktus
vitellinus tampak menghubungkan embrio dengan yolk sac. Panjang
embrio (CRL) sekitar 4 – 10 mm. Denyut jantung janin ( DJJ) akan
bertambah cepat pada kehamilan 6-9 minggu, kemudian sedikit menurun
pada kehamilan 10 minggu dan selanjutnya menetap dengan frekuensi DJJ
normal antara 120 – 160 dpm. Bila pada CRL ≥ 5 mm belum dapat
dideteksi DJJ, maka pemeriksaan USG diulangi satu minggu
Embrio tampak terpisah dari yolk sac dan dihubungkanb melalui duktus
vitellinus, berbentuk seperti huruf ‘’C’’ dengan bagian kepala tampak
dominan. Panjang CRL sekitar 11-16 mm. Pada CRL 12 mm sudah dapat
dibedakan struktur kepala dari bagian tubuh janin. Vertebra juga mulai
dapat dikenali sebagai dua garis ekhogenik yang berjalan sejajar sepanjang
daerah punggung janin. Selaput dan rongga amnion sudah tampak,
umbilikus juga sudah dapat dikenali
8
Gambar 5. Usia gestasi 8 minggu
a. Kantung Gestasi
Kantung Gestasi seringkali berbentuk ovoid, dapat diukur dengan dua cara
yaitu : pertama dengan mencari diameter rata-rata dari penjumlahan
panjang longitudinal. Transversal dan antero-posterior kemudian dibagi
tiga dan cara kedua dengan mengukur volumenya. Volume kantong
gestasi dihitung dengan cara panjang antero-posterior x longitudinal x
transversal x 0,5223 mm3. KG dapat dilihat sejak kehamilan 4 minggu
melalui USG transvaginal dan sekitar 5-6 minggu melalui USG
transabdominal. Pengukuran kantong gestasi dilakukan dari tepi bagian
dalam ke tepi bagian dalam sisi lainnya ( inner to inner). Dengan USG-TA
kehamilan intrauterine dapat terlihat setelah diameter KG mencapai 5mm;
dan secara konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu, saat diameter KG
mencapai ≥ 10mm6
Panjang CRL diukur pada saat bayi melakukan gerak ekstensi tubuh
karena pada posisi ini panjang bayi mendekati ukuran sebenarnya ( tubuh
bayi lebih lurus) atau disebut juga sebagai posisi netral. Pengukuran CRL
dapat diukur pada umur kehamilan 6 – 7 minggu.
CRL hanya dapat dipakai sampai usia gestasi 12 minggu karena pada usia
gestasi selanjutnya bentuk tubuh janin akan melengkung, sehingga
pengukuran usia gestasi setelah 12 minggu memiliki kesalahan lebih dari
9
satu minggu. Pengukuran diukur dari kepala sampai bokong. ekstremitas
dan yolk sac tidak ukur.
Menurut Hadlock pengukuran CRL diindikasikan pada kehamilan 7 – 10
minggu dengan kesalahan 3 hari. Beberapa literature merekomendasikan
pemeriksaan CRL pada umur kehamilan 9 – 13 minggu dengan USG
transabdominal dan 7 – 9 minggu dengan USG transvaginal
Yolk Sac yang normal berbentuk hampir bulat seperti cincin atau kue
donat, tepinnya ekhoik dengan bagian tengahnya anekhoik atau
hipoekhoik, diameternya sekitar 4-6 mm. Yolk Sac mulai tampak secara
sonografis pada usia kehamilan 5-6 minggu, letaknya berdekatan dengan
embrio, dihubungkan dengan embrio melalui duktus vitellinus dan
merupakan organ ekstra amniotik yang terletak diantara amnion dan
korion.
Bila Yolk Sac atau embrio tidak ditemukan pada kantung gestasi dengan
diameter lebih dari 25 mm ( USG Transabdominal) atau 15 mm ( USG
transvaginal) maka kemungkinan kehamilan yang ada saat ini adalah suatu
kehamilan nir mudigah ( Blighted ovum)
1. Keadaan janin
2. Usia gestasi
3. Cairan ketuban
4. Plasenta
1. Keadaan janin
Menentukan usia gestasi pada trimester II dan III berbeda dengan trimester I,
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
Banyak sekali cara menentukan usia gestasi pada trimester II dan III, namun yang
essensial / wajib dalam pemeriksaan adalah
11
Waktu terbaik untuk penentuan usia gestasi berdasarkan diameter
biparietal adalah 15 – 24 minggu tetapi DBP sudah dapat diukur sejak
kehamilan 12 minggu
12
thalamus.
13
d. Lingkar Perut ( LP)
Pada usia gestasi 12 minggu panjang femur ( PF) sudah dapat dipakai
untuk menentukan usia gestasi. Pengukuran PF terutama bernilai bila DBP
tidak dapat diukur dengan baik misalnya kepala sudah masuk rongga
panggul. Ketepatan pemeriksaan panjang femur dalam penentuan usia
gestasi sama seperti diameter biparietal. PF dapat diukur mulai kehamilan
12 minggu hingga aterm
14
Gambar 8 : Gambaran diatas adalah contoh gambaran femur yang baik, panjang
femur diukur dari ujung-ujung.
8. Pemeriksaan Plasenta
Plasenta merupakan organ ekstrakorporal yang menghubungkan ibu dan janin serta
memiliki fungsi yang unik dan kompleks. Plasenta terdiri dari dua komponen yaitu
komponen maternal dan fetal. Komponen maternal berasal dari endometrium dan
komponen fetal berasal dari khorion yang terdiri dari cakram khorion dan vili korialis
15
- Derajat I : Piring korion: bergelombang halus , Jaringan : kadang densitas
gema meninggi, Lapisan basal: tidak tampak, usia kehamilan 31-36
minggu
16
9. Pemeriksaan Cairan Amnion
Cairan Amnion sangat penting bagi tumbuh kembang normal seorang janin. Bila
terdapat oligohidramnion atau hidramnion, maka angka mortalitas dan morbiditas
janin dan neonatus akan meningkat. USG dapat membantu menilai volume cairan
amnion baik secara subjektif maupun semikuantitatif
Cairan amnion berfungsi sebagai media bagi janin untuk tumbuh dan
berkembang dengan normal, penting bagi janin untuk dapat bergerak
bebas, melindungi janin dari trauma atau cedera, menjaga stabilitas suhu
tubuh janin dan berperan dalam proses pembesaran rongga amnion dan
uterus. Selain itu cairan ketuban juga berperan dalam proses pembukaan
serviks pada waktu persalinan
17
Secara Single Pocket
< 1 cm Oligohidramnion
Gambar 19: Pemeriksaan cairan amnion menurut Phelan, abdomen dibagi atas
4 kuadran, dan setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya
19
Gambar 20: di atas menunjukkan cara meletakkan probe
yang benar pada perut pasien.
20
BAB II
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22