Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN

JENIS-JENIS PERSIAPAN DIAGNOSTIK USG, RONTGEN, CTG, DAN


LAPARASKOPI

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi

Dosen Pengampu : Ns. Lia Komalasari, S.Kep, MM

DISUSUN OLEH :

RIZMA WULANDARI P17324419030


SALMA AMILIA AZZAHRA P17324419033

Jalum 1B
Kelompok 3

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG


PRODI KEBIDANAN KARAWANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadir at Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
Keterampilan Dasar Kebidanan dengan topik Jenis-jenis Persiapan Diagnostik
USG, Rontgen, CTG, dan Laparaskopi tepat pada waktunya. Adapun maksud
dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memahami mengenai apa saja
penghargaan serta sanksi dalam praktik kebidanan.
Sebagai manusia yang jauh dari kata sempurna dan tidak jauh dari segala
kesalahan, kami menyadari keterbatasan dalam makalah ini, untuk itu kami
harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama Bapak/Ibu Dosen dan
teman-teman mahasiswi semua, agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi
kedepannya.
Akhir kata kami mengucapkan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
seluruh mahasiswi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Bandung Program
Diploma DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan Karawanng bahkan masyarakat luas,
bahwa pentingnya memahami pengetahuan tentang bagian organ-organ
reproduksi.

Karawang, Januari 2020

Penyusun
BAB I

PEMBAHASAN
Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu
terhadap suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan sangat penting dalam
membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa.
Jenis-jenis pemeriksaan diagnostik :
1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
2. Pemeriksaan Rongent
3. Kardiotokografi (CTG)
4. Laparaskopi

1. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas
permukaan kulit atau di atas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound di
dalam jaringan. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh
atau analisis dari gelombang Doppler.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan yang
ada pada abdomen, otak, kandung kemih, jantung, ginjal, hepar, uterus, atau
pelvis. Selain itu, USG dapat digunakan untuk membedakan antara kista dan
tumor. Pada kehamilan, cairan amnion dapat mengidentifikasi pada fetus
mengenai ukuran bentuk dan posisi kemudian dapat mendeteksi pankreas, 5, tiroid
dan lain-lain.
Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam
tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2
sampai 13 megahertz. Sedangkan dalam fisika istilah "suara ultra" termasuk ke
seluruh energi akustik dengan sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia
(20.000 Hertz), penggunaan umumnya dalam penggambaran medis melibatkan
sekelompok frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi.

1.2 Manfaat USG


a. Menentukan penyebab pendarahan di awal atau pertengahan akhir
kehamilan
b. Melihat lokasi alat KB yang masih terpasang pada saat pembuahan
c. Melihat lokasi janin sebelum CVS atau amniosentesis
d. Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung yang terdengar
pada minggu ke 14 dengan alat doppler atau tidak ada gerakan janin
sampai minggu ke-22
e. Menentukan apakah ibu mengandung lebih dari 1 janin
f. Mengukur jumlah cairan ketuban
g. Memeriksa adanya fibroid jika pertumbuhan rahimnya tidak normal
h. Mengukur ukuran janin jika ada kemungkinan bahwa bayi akan lahir
prematur atau terlambat
i. Mendeteksi perubahan leher rahim yang menunjuk pada kemungkinan
persalinan prematur
j. Mengenali lokasi, ukuran, kematangan, atau kemungkinan
ketidaknormalan plasenta
k. Mengevaluasi kondisi janin melalui pengamatan kegiatan janin, gerakan
pernapasan, volume cairan ketuban
l. Mengenali kondisi sungsang atau posisi yang tidak normal dari janin dan
tali pusat sebelum kelahiran

1.2.1 Pada kehamilan trimester I:


a. Menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran
bayi.
b. Menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan adanya
kelainan atau cacat bawaan.
c. Meyakinkan adanya kehamilan.
d. Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini
pada kehamilan muda, misalnya kehamilan ektopik.
e. Mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, misalnya
IUD.
f. Menentukan lokasi janin, di dalam kandungan atau di luar
rahim.
g. Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung
atau pergerakan janin.
h. Mendiagnosa adanya janin kembar bila rahimnya terlalu
besar.
i. Mendeteksi berbagai hal yang mengganggu kehamilan,
misalnya adanya kista, mioma, dsb.

1.2.2 Pada kehamilan trimester II & III:


a. Untuk menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan
rahim terlalu cepat disebabkan oleh berlebihnya cairan
amnion atau bukan.
b. Menentukan kondisi plasenta, karena rusaknya plasenta
akan menyebabkan terhambatnya perkembangan janin.
c. Menentukan ukuran janin bila diduga akan terjadi kelahiran
prematur, lebih ke arah pertumbuhan janinnya normal atau
tidak.
d. Memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya,
gerak nafas, banyaknya cairan amnion, dsb.
e. Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlilit
tali pusar sebelum persalinan.
f. Untuk melihat adanya tumor di panggul atau tidak.
g. Untuk menilai kesejahteraan janin (bagaimana aliran darah
ke otaknya, dsb).

1.3 Macam-macam Jenis Ultrasonografi (USG)

Pada dasarnya ada delapan uji USG namun pada proses utamanya sama.
Kedelapan tipe prosedur tersebut adalah:

1. Transvaginal
Sebuah alat pemindai yang dirancang khusus digunakan di
dalam vagina untuk menghasilkan citra sonogram. Paling sering
digunakan di masa awal kehamilan.
2. Ultrasonografi standar
Uji USG umum yang menggunakan sebuah pemindai untuk
menghasilkan citra dua dimensi dari janin yang berkembang.
3. Ultrasonografi lanjutan
Uji ini mirip dengan USG standar, namun uji ini lebih
ditujukan untuk memeriksa penyakit tertentu dan menggunakan
peralatan yang lebih canggih.
4. USG Doppler
Prosedur pencitraan ini mengukur perubahan pada
frekuensi gelombang ultrasonografi saat dipantulkan obyek
bergerak, seperti sel darah.
5. USG 3-D
Dilakukan dengan menggunakan pemindai yang dirancang
khusus dan piranti lunak untuk menghasilkan citra tiga dimensi
dari janin yang sedang berkembang.
6. USG 4-D
Dilakukan dengan pemindai yang dirancang khusus untuk
melihat wajah dan pergerakan bayi sebelum kelahiran.
7. Echokardiografi Janin
Menggunakan gelombang suara ultra untuk mengetahui
fungsi dan anatomi jantung bayi. Ini digunakan untuk membantu
pemeriksaan dugaan cacat jantung kongenital.
8. Sabuk Sonogram
Alat ini Dirancang agar terlihat seperti sebuah sabuk besar,
PreVue cinches di belakang dan cocok di gunakan di perut.
Dengan menekan sebuah tombol, lapisan ultrasonik khusus akan
memunculkan gambar bayi dan kemudian menempatkan gambar
ini ke sebuah tekstil elektronik yang dapat tumbuh . Pada setiap
tahap pertumbuhan bayi, orang tua dapat melihat reaksinya
terhadap rangsangan buah hati mereka, melihatnya menendang,
berputar, tersenyum dan berkembang di depan mata para orang tua
sang bayi.
1.4 Jenis-jenis USG

Pada dasarnya, ultrasonografi (USG) memiliki beberapa jenis, yaitu:

a. 2D USG

USG jenis ini adalah ultrasound tradisional yang telah digunakan selama
bertahun-tahun. 2D menghasilkan gambar bayi yang lebih datar, dua dimensi,
hitam dan putih.

b. 3D USG

USG 3D adalah metode canggih yang menangkap gambar tiga dimensi


yang sebenarnya dari bayi. USG jenis ini memungkinkan untuk melihat fitur
wajah tertentu dan formasi yang terdefinisi dengan baik. Bayi akan muncul dalam
warna kuning atau cokelat.
c. 4D USG

Teknologi USG ini memungkinkan live streaming gambar 3D. Dengan


kata lain, pasien dapat melihat gerak hidup dari katup janin, aliran darah dinding
jantung, dan lain sebagainya. Teknologi USG 4D adalah USG 3D bergerak.
Kebanyakan orang mencari 4D ultrasound untuk video kenang-kenangan, sebuah
praktek yang saat ini dianjurkan oleh beberapa pengawas medis. Ini juga bisa
meningkatkan ikatan orangtua dengan bayi yang belum lahir dan meningkatkan
perilaku sehat sebagai hasil dari melihat bayi secara real time.

d. 5D USG
Picture Me Baby menjelaskan, 5D adalah teknologi baru dan
mengasyikkan yang memungkinkan orang tua melihat bayi dalam tampilan
realistis atau apa yang oleh banyak orang disebut tone look. Dirancang dengan
teknologi crystal clear review yang mampu memberikan hasil gambar dalam
tampilan yang realistis. Mengingat hasil gambar tampak begitu nyata, ibu bisa
terkoneksi langsung dengan si kecil.

Alat ini akan menunjukkan bayi dengan warna kemerahan atau merah
muda, seolah-olah ibu bisa melihat langsung bayi di dalam rahim. USG 5D baik
dilakukan saat usia kehamilan memasuki 24 minggu, sehingga ibu dapat melihat
jelas rupa dan kondisi fisik dari jabang bayi. Meski begitu, sayangnya belum
banyak rumah sakit di Indonesia yang menyediakan USG 5D.

5D menangkap dan menggabungkan data volume definisi tinggi untuk


membuat gambar otomatis dengan warna dan kejernihan luar biasa. Ikatan antara
bayi baru dan keluarga semakin kuat ketika keluarga dapat melihat gambar
realistis bayi dalam USG 5D.

1.5 Tujuan Pemeriksaan Menggunakan Ultrasonografi (USG)

USG bisa dilakukan pada saat masa kehamilan:

1. Trimester Pertama
a. Meyakinkan kemungkinan kehamilan
b. Meyakinkan detak jantung
c. Mengukur usia perkembangan atau panjang crown-rump
d. Meyakinkan adanya hamil ektopik (hamil di luar rahim)
atau hamil anggur
e. Menguji perkembangan yang tidak normal
2. Trimester Kedua
a. Diagnose cacat pada janin
b. Minggu ke-13 - ke14 untuk karakteristik kemungkinan
sindrom Down
c. Minggu ke-18 ke-20 untuk cacat kongenital
d. Mengetahui cacat struktural
e. Meyakinkan kehamilan kembar
f. Meyakinkan tanggal dan pertumbuhan
g. Meyakinkan kematian dalan rahim
1) Mengidentifikasi hydramnios atau oligohydramnios –
air ketuban yang kurang atau berlebihan
2) Menentukan jenis kelamin bayi

3. Trimester Ketiga
a. Mengidentifikasi lokasi janin
b. Meyakinkan kematian dalam rahim
c. Mengobservasi kehadiran janin
d. Mengobservasi gerakan janin
e. Mengidentifikasi ketidaknormalan panggul dan uterine sang ibu
selama masa kehamilan.

1.6 Prosedur Pemeriksaan Dengan Ultrasonography


Untuk pemeriksaan dengan ultrasonography, dilakukan dalam suatu
ruangan dengan teknisi dan mesin ultrasonography. Adapun prosedurnya sebagai
berikut :
1. Menanggalkan baju (dari semua baju atau hanya pada area yang
diperiksa). Ultrasonographer menutupi dengan kain di atas area yang akan
disinari saja dan tidak untuk yang akan diperiksa.
2. Ultrasonographer menuangkan suatu mineral minyak jelly ke kulit untuk
mengeliminasi udara antara probe dan kulit dan untuk membantu
melewatkan gelombang suara ke dalam tubuh. Ultrasonographer menutup
probe dengan tutup plastik.
3. Melewatkan probe di atas kulit untuk memperoleh gambar yang
dikehendaki. Tergantung dari jenis pemeriksaan, mungkin probe
disisipkan di bagian lekuk tubuh.
4. Mungkin diminta untuk mengubah posisi guna mendapatkan penglihatan
dan penggambaran yang lebih baik.
5. Setelah gambar diperoleh dan pengukuran telah dilakukan data disimpan
dalam disk, dan pasien dapat memperoleh hardcopy gambar.

Pemeriksaan USG dapat dilakukan pada perut atau vagina; kadang-


kadang, jika ada kebutuhan khusus, dokter dapat melakukannya melalui kedua
cara ini. Prosedurnya cepat (berlangsung 5-30 menit), tidak nyeri, kecuali rasa
tidak nyaman karena kandung kemih harus terisi penuh pada pemeriksaan melalui
perut pada trimester pertama.

Selama pemeriksaan, ibu akan berbaring terlentang. Untuk pemeriksaan


USG yang melintang perut, perut ibu akan diolesi selapis tipis gel yang akan
meningkatkan induksi suara. Kemudian, transduser dimasukkan ke dalam vagina.
Pada kedua pemeriksaan ini alat akan mencatat gema dari gelombang suara ketika
mereka memantul dari bagian-bagian tubuh bayi dan diterjemahkan ke dalam
gambar pada layar pantau. Dengan bantuan teknisi atau dokter, anda akan dapat
melihat jantung berdenyut; lengkungan tulang punggung, lengan dan tungkai kaki.
Mungkin anda akan dapat melihat bayi mengisap jempolnya. Pada banyak
keadaan, anda dapat mendapatkan “foto”, rekaman video, atau mungkin gambaran
komputer 3 dimensi dari bayi anda untuk ditunjukkan pada keluarga dan teman-
teman. Sekarang ini, karena gambarnya sudah semakin jelas, bahkan bukan para
ahli sekalipun (para orang tua) dapat membedakan kepala dari bokong dan
selanjutnya. Seringkali, organ genital pun dapat dikenali sehingga jenis kelamin
bayi dapat diduga, meskipun tidak dapat diandalkan 100%. (jika anda belum
mengetahui jenis kelamin bayi anda, beritahukan terlebih dahulu kepada dokter
atau teknisinya).
Cara Pemeriksaan :
Persiapan dan pelaksanaan
1. Lakukan informed consent
2. Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum pemeriksaan USG
aorta abdomen, kandung empedu, hepar, limpa dan pankreas.
3. Oleskan jeli konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG
4. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan dan ke belakang di
atas permukaan kulit.
5. Lakukan anatra 10-30 menit
6. Premedikasi jarang dilakukan hanya bila pasien dalam keadaan gelisah
7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masuknya
udara.
8. Bila pada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan kedua), pelvis dan ginjal
pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh berkemih sementara
untuk trimester ketiga, pemeriksaan pada pasien dilakukan pada saat kandung
kemih kosong.
9. Bila pada otak lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala.
10. Bila pada jantung anjurkan untuk bernapas perlahan dan menahan setelah inspirasi
dalam.

Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:


1) Pervaginam
a) Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan
pemeriksaan dalam.
b) Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
c) Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
d) Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
e) Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
f) Tidak menyebabkan keguguran.
2) Perabdominan
a) Probe USG di atas perut.
b) Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
c) Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot
perut, lemak baru menembus rahim.

1.7 Kelebihan Ultrasonography


Kelebihan atau keunggulan dari Ultrasnography antara lain sebagai
berikut:
1. Kemampuan penggambaran otot dan jaringan lembut sangat baik
sekali dan bermanfaat untuk menggambarkan alat penghubung antara
zat padat dan cairan pengisi ruang.
2. Kemampuan memandang gambar hidup, dimana operator dapat secara
dinamis memilih bagian paling bermanfat untuk mendiagnosa dengan
cepat.
3. Kemampuan menunjukkan susunan organ tubuh
4. Tidak memiliki efek samping dan ketidaknyamanan yang dirasakan
pasien.
5. Peralatan ini secara luas komparatif fleksibel.
6. Kecil dan mudah dibawa untuk menyediakan keperluan scan,
pemeriksaan atau pengujian dapat dilakukan disamping tempat tidur.
7. Harga relatif lebih murah bila dibandingkan dengan mode investigasi
lain seperti CAT, DEXA atau MRI.

1.8 Kelemahan Ultrasonography


Disamping memiliki kelebihan ultrasonography juga memiliki kelemahan,
kelemahan-kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Alat ultraonography memiliki masalah dalam menembus tulang. Sebagai
contoh, sonography otak orang dewasa sangat terbatas.
2. Performansi ultasonography kurang baik bila terdapat gas diantara
transducer dan organ tubuh yang diamati, keduanya mempunyai perbedaan
akustik impedansi yang ekstrim. Sebagai contoh, gas-gas trointestinal
sering terbaca pankreas karena ultrasonography sulit melacak, dan tidak
memungkinkan melakukan penggambaran paru-paru.
3. Tanpa adanya tulang atau udara, kedalaman penetrasi ultrasonography
terbatas, sehingga kesulitan membuat gambar kedalaman susunan tubuh,
khususnya pasien gemuk.
4. Metoda yang digunakan operator dependent. Diperlukan ketrampilan dan
pengalaman untuk memperoleh gambar berkualitas dan membuat diagnosa
akurat.
5. Tidak ada panduan penggambaran seperti halnya pada CT scan dan MRI.

1.9 Bahaya Ultrasonography


Terdapat banyak hal yang berkaitan dengan keselamatan ultrasonography.
Karena ultrasonography merupakan energi, pertanyaannya bagaimanakah energi
ini bekerja dalam jaringan tubuh atau bayi?. Banyak laporan bahwa bayi yang
dilahirkan dari ibu yang sering melakukan pemeriksaan ultrasonography selama
kehamilan mempunyai berat badan yang rendah. Ada dua kemungkinan besar
dengan penggunaan ultrasonography yaitu :
a. Peningkatan panas jaringan atau air menyerap energi ultrasonik,
sehingga menambah temperatur local.
b. Pembentukan gelembung (rongga) ketika gas di keluarkan
Walaupun demikian tidak ada pengaruh rasa sakit dari penggunaan
ultrasonogrphy, hal ini diperkuat dengan dokumentasi hasil penelitian pada
manusia ataupun hewan. Dinyatakan bahwa ultrasonography akan digunakan
hanya bila diperlukan saja dengan prosedur yang lebih baik dan hati-hati.

2. RONTGEN
2.1 Pengertian
Rontgen atau Roentgen (disimbolkan dengan R) adalah sebuah
satuanpengukuran radiasi ion di udara (berupa sinar X atau sinar gamma), yang
dinamaisesuai dengan nama fisikawan Jerman Wilhelm Rontgen. Rontgen adalah
jumlahradiasi yang dibutuhkan untuk menghantarkan muatan positif dan negatif
dari 1 satuanelektrostatik muatan listrik dalam 1 cm³ udara pada suhu dan tekanan
standar. Ini setaradengan upaya untuk menghasilkan sekitar 2.08×10^9 pasang
ion.Dalam sistem SI, 1 R = 2.58×10^−4 C/kg. Dosis 500 R dalam 5 jam
berbahayabagi manusia. Dalam keadaan atmosfer standar (kepadatan udara
~1.293 kg/m³) dan menggunakan energi ionisasi udara 36.16 J/C, akan didapat 1
R ≈ 9.330 mGy, atau 1Gy ≈ 107.2 R.
Rontgen dan CT-Scan adalah alat pendeteksi yang sudah tidak asing lagi
didunia kedokteran. Tetapi bagi orang awam atau yang belum pernah mengenal
alat inibiasanya begitu mendengar langsung merasakan takut dan khawatir.
Padahal alat inisangat diperlukan untuk mendeteksi penyakit atau kelainan pada
diderita pada tubuhkita.
Rontgen berasal dari kata Roentgen (Wilhelm Roentgen, seorang
dokterberkebangsaan Jerman) yang menemukan suatu bentuk sinar, oleh karena
tidak mengetahui namanya, maka ia memberi nama sinar X, yang dikenal dengan
sinar Roentgen. Nama sinar roentgen sendiri, diusulkan oleh seorang
anatomist yang terkenalbernama Kolliker pada tahun 1986. Sinar yang tidak
kelihatan ini mempunyaikemampuan untuk menembus segala material yang dapat
menyerap sinar. Sinar Roentgen ini pertama kali dipergunakan pada dunia
kedokteran pada tanggal 8 Februari1896 di sebuah klinik di kota Dartmouth,
Massachussets, Amerika Serikat.

2.2 Manfaat Rontgen


A. Dalam bidang kesehatan
1) Sinar-X lembut digunakan untuk mengambil gambar foto
yangdikenal sebagai radiograf. Sinar-X boleh menembusi badan
manusiatetapi diserap oleh bagian yang lebih tepat seperti tulang.
Gambarfoto sinar-X digunakan untuk mengesan kecacatan tulang,
mengesantulang yang patah dan menyiasat keadaan organ-organ
dalam badan.
2) Sinar-X keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel
kanser. Kaedahini dikenal sebagai radioterapi.

B. Dalam bidang indusrti


Dalam bidang perindustrian, sinar-X boleh digunakan untuk :
1) Mengesan kecacatan dalam struktur binaan atau bagian-
bagiandalam mesin dan engine.
2) Menyiasat rekahan dalam paip logam, dinding konkrit dan
dandangtekanan tinggi.
3) Memeriksa retakan dalam struktur plastik dan getah.Penyelidikan.
4) Sinar-X digunakan untuk menyelidik struktur hablur dan
jarak pemisahan antara atom-atom dalam suatu bahan hablur

2.3 Persiapan Pemeriksaan


Persiapan X-Ray ( persiapan sebelum Rontgen)
Berdasarkan jenis persiapannya, pemeriksaan X-Ray terbagi atas:
a. Radiografi konvensional tanpa persiapan
Pasien dapat langsung difoto saat datang
b. Radiografi konvensional dengan persiapan
 pemeriksaan organ abdomen atau perut dilakukan puasa beberapa jam
atau hanya makan makanan tertentu agar usus dapat tergambar dengan
jelas tanpa adanya penutupan dari feses
 pada pemeriksaan saluran kemih anda akan diminta berbaring
telentang dengan tangan menjauh dari tubuh titik serta sebelum
pemeriksaan anda akan diminta untuk minum banyak air atau dan
menahan urinasi agar dapat terlihat gambaran yang bagus pada buli
buli (kandung kemih)
 pemeriksaan dada dilakukan proyeksi posterior anterior (pa)a
dilakukan dengan posisi berdiri maju harus diturunkan sampai ke
pinggang. Anda akan diminta untuk melakukan menahan nafas saat
foto diambil
 pada daerah tengkorak, penjepit atau hiasan rambut kacamata dan gigi
palsu harus dipindahkan.

Persiapan teknis lainnya sebagai berikut sebagai persiapan sebelum merangsang:


 memakai pakaian yang nyaman dan longgar agar mudah untuk
membukanya namun pada beberapa rumah sakit akan diberikan gaun
untuk dipakai
 mencopot hiasan, jam atau alat-alat yang mengandung logam pada
tubuh titik jika anda memiliki implantasi metalik di dalam tubuh dari
operasi sebelumnya segera laporkan ke dokter karena implan dapat
memblokir sinar x-ray untuk menembus ke dalam tubuh (msy)

2.4 Dampak Rontgen


Walaupun sinar-X sangat berguna kepada manusia$ tetapi penggunaan
setara berlebihan kepada sinar-X dapat menyebabkan :
a. Pemusnahan sel-sel dalam tubuh
b. Perubahan struktur genetik suatu sel
c. Penyakit kanker basah
d. Kesan-kesan buruk seperti rambut rontok
e. Kulit menjadi merah dan berbisul
f. Keguguran pada perempuan hamil
g. Leukimia
h. Luka permukaan yang dangkal
i. Kerusakan kulit dan skin demage
j. Epilasi dan epilation
k. Kuku rapuh

2.5 Kelebihan Rontgen


Sebagai Alat Diagnosis atau biasa disebut dengan photo Rontgen, Sebagai
Alat Terapi (linec). dengan rontgen kita dapat mendeteksi penyakit-penyakit
dalam secara mudah.

2.6 Kekurangan Rontgen

Sifat biasa sinar X bergerak laju dan lurus. Tidak boleh Fokus oleh kanta
atau cermin dipesong oleh medan magnet sekitar arah tertuju yang dilaluinya.
Sifat khas menembusi jirim padat.

Kesan pendarcahaya memberikan kesan cahaya kepada sebatian kimia


seperti zink sulfida, kalsium tungstat dan barium platinosiamida. Kesan pengion
alur sinar X yang melintas melalui gas memindahkan tenaganya kepada molekul-
molekul yang akan seterusnya akan berpecah kepada titik yang berkas negatif.

Kesan biologi sinar X bertindak dengan tisu hidup yang berada dalam
tubuh, pada sinar X-ray dapat melintasi obyek yang relatif tebal tanpa banyak
diserap atau tersebar . Untuk alasan ini sinar-X secara luas digunakan untuk
gambar bagian dalam obyek visual buram, jangan berlebihan dalam penggunaan
sinar X pada pemeriksaan rontgen.
3. CARDIOTOGRAPHY (CTG)

3.1 Pengertian

Cardiotocography adalah sebuah alat yang digunakan oleh dokter


kandungan untuk memantau denyut jantung dan kontraksi rahim saat bayi berada
di dalam kandungan. Biasanya, bayi di dalam kandungan memiliki detak jantung
antara 110 dan 160 denyut per menit dan meningkat ketika bayi bergerak.

Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan
apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan
minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
Cardiotokografi merupakan pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai
kesejahteraanya (fetal-wellbeing).

Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang
digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya
dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan.
Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin
(DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim. Pemeriksaan dengan CTG sangat
diperlukan pada fasilitas pelayanan persalinan.
Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan
kondisi janin terutama dalam keadaan:
a. Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit
infeksi kronis, dll)
b. Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
c. Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)z
d. Polihidramnion (air ketuban berlebih)

Dalam Cardiotokografi terdapat 3 hal yang di catat :


a. Denyut jantung janin
b. Kontraksi Rahim
c. Gerakan janin.
Pemeriksaan detak jantung bayi ini secara tidak langsung adalah cara
mengetahui bayi mendapat cukup oksigen dari plasenta. Tes ini melihat
bagaimana detak jantung bayi dipengaruhi oleh kontraksi. Alat ini digunakan saat
ibu hamil menginjak trimester ketiga dan bermanfaat untuk mendeteksi apakah
ada gangguan atau tidak pada bayi sebelum atau selama persalinan.

3.2 Indikator pemeriksaan CTG


Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko
tinggi, dan indikasinya terdiri dari :
a. Ibu
 Pre-eklampsia
 Ketuban pecah
 Diabetes mellitus
 Kehamilan > 40 minggu
 Vitium cordis
 Asthma bronkhiale
 Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
 Infeksi TORCH
 Bekas SC
 Induksi atau akselerasi persalinan
 Persalinan preterm.
 Hipotensi.
 Perdarahan antepartum.
 Ibu perokok.
 Ibu berusia lanjut.
 Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal,
penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.

b. Janin
 Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
 Gerakan janin berkurang
 Suspek lilitan tali pusat
 Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
 Hidrops fetalis
 Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
 Mekoneum dalam cairan ketuban
 Riwayat lahir mati
 Kehamilan ganda
 Dan lain-lain

3.3 Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi


a. Usia kehamilan > 28 minggu.
b. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
c. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
d. Prsedur pemasangan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan
e. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
f. Waktu pemeriksaan selama 20 menit.
g. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu
maupun bayi.
h. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera
diberikan pertolongan yang sesuai.
i. Konsultasi langsung dengan dokter kandungan

3.4 Kontra Indikasi Cardiotokografi


Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan
Cardiotokografi terhadap ibu maupun janin.

3.5 Persiapan Pasien


a. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara
pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak
medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan
lisan).
b. Kosongkan kandung kencing.
c. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
d. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau
gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
e. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan
punctum maksimum DJJ.
f. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera
setelah kontraksi berakhir..
g. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah
punktum maksimum.
h. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak,
pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang
dirasakan oleh ibu selama perekaman cardiotokografi.
i. Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.
j. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang
ingin dicapai).
k. Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.
l. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
m. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali
alat pada tempatnya.
n. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
o. Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung jawab atau
paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap
kepada dokter.

3.6 Cara Melakukan


1) Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
2) Waktu pemeriksaan selama 20 menit.
3) Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu
maupun bayi.
4) Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera
diberikan pertolongan yang sesuai.
5) Konsultasi langsung dengan dokter kandungan

a. Prosedur :
1) Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara
pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak
medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup
persetujuan lisan).
2) Kosongkan kandung kencing.
3) Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
4) Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau
gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
5) Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan
punktum maksimum DJJ.
6) Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera
setelah kontraksi berakhir..
7) Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di
daerah punktum maksimum.
8) Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak,
pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang
dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG.
9) Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
10) Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil
yang ingin dicapai).
11) Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
12) Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan
kembali
13) Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
14) Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau
paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara
lengkap kepada dokter.
15) Paramedik (bidan) dilarang memberikan interpretasi hasil ctg kepada
pasien.

4. LAPAROSKOPI

4.1 Pengertian
Laparaskopi adalah suatu tindakan bedah minimal yang umumnya
ditujukan untuk mengurangi resiko yang didapatkan pada operasi besar. Proses
penyembuhan dengan laparoskopi jauh lebih cepat dibandingkan dengan operasi
besar. Pada kasus kandungan laparoskopi dilakukan dengan menggunakan
teropong yang dimasukkan kedalam luka sayatan kecil berukuran 0.5-1 cm di
pusar dan bagian bawah perut.
Laparoskopi adalah sebuah prosedur pembedahan minimally invasive
dengan memasukkan gas CO2 ke dalam rongga peritoneum untuk membuat ruang
antara dinding depan perut dan organ viscera, sehingga memberikan akses
endoskopi ke dalam rongga peritoneum tersebut.
Anestesi secara umum artinya suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh.

a. Laparoskopi Diagnostik

Laparoskopi diagnostik adalah operasi menggunakan sebuah teleskop medis


untuk melihat bagian perut dan organ panggul. Pada beberapa wanita, perawatan
ringan dapat dilakukan pada waktu yang sama.

Laparoskopi diagnostik dilakukan untuk mencari tahu penyebab nyeri perut


bagian bawah dan nyeri panggul, masalah tertentu, dan infertilitas. Operasi ini
juga dilakukan untuk memeriksa apakah Anda mengalami endometriosis, infeksi
panggul, adhesi, kerusakan saluran tuba fallopi, kehamilan ektopik, kista ovarium
atau fibroid.

Kapan saya perlu menjalani laparoskopi diagnostik?

Ketika tes lain tidak dapat menyediakan data yang cukup untuk kebutuhan
diagnosis, laparoskopi dapat menyediakan data yang diperlukan dengan rinci. Tes
ini juga dapat dilakukan untuk mengambil biopsi.

Dokter akan merekomendasikan tes laparoskopi untuk memeriksa organ


berikut:

1. usus buntu
2. kandung empedu
3. hati
4. pankreas
5. usus kecil dan besar
6. limpa
7. perut
8. organ panggul atau reproduksi

Dengan mengamati bagian-bagian tersebut, dokter dapat memeriksa:

1. sakit perut
2. massa perut atau tumor
3. cairan dalam rongga perut
4. sakit hati
5. efektivitas pengobatan tertentu
6. perkembangan kanker
7. Pencegahan & peringatan

Apa yang harus saya ketahui sebelum menjalani laparoskopi diagnostik?

Risiko infeksi dapat terjadi. Anda mungkin akan diberikan antibiotik untuk
mencegah komplikasi terjadi. Laparoskopi diagnostik mungkin dilakukan jika
usus Anda membengkak, terdapat cairan di perut (ascites), atau Anda pernah
melakukan operasi sebelumnya.

Apakah ada alternatif untuk laparoskopi diagnostik?

Tes darah, rontgen, dan CT scan mungkin diperlukan untuk mengetahui


penyebab gejala-gejala tertentu yang terjadi pada Anda.

Proses

Apa yang harus saya lakukan sebelum laparoskopi diagnostik?

Dokter mungkin akan meminta Anda untuk tidak mengonsumsi apa pun 8
jam sebelum tes. Dokter juga akan meminta Anda untuk berhenti minum obat
tertentu, termasuk obat pereda nyeri sebelum tes dilakukan. Anda tidak boleh
mengganti atau mengonsumsi obat tanpa seizin dokter. Ikuti saran dari dokter
dengan benar.

Bagaimana proses laparoskopi diagnostik?

Operasi ini biasanya dilakukan di bawah anestesi umum dan


membutuhkan waktu sekitar 20 menit.

Laparoskopi diagnostik dapat dilakukan di rumah sakit atau pusat bedah yang
memiliki peralatan memadai. Prosedur ini membutuhkan bius total, yang berarti
pasien akan tertidur dan tidak merasakan sakit selama prosedur.

Pertama, dokter bedah akan membuat sayatan kecil, biasanya di bawah


pusar. Lalu, tabung khusus dimasukkan melalui sayatan tersebut untuk
mengalirkan gas karbon dioksida. Tujuannya adalah untuk memompa organ. Pada
beberapa kasus, dokter bedah juga menyuntikkan zat pewarna melalui tabung;
biasanya pada laparoskopi leher rahim untuk memeriksa tuba fallopi.

Kemudian, video kamera kecil dimasukkan melalui tabung. Kamera ini


digerakkan di dalam tubuh untuk mengambil gambar dari organ dalam. Hasilnya
akan digunakan oleh dokter untuk mencari penyakit atau kelainan pada tubuh.

Tergantung pada kondisi setiap pasien, dokter dapat menggunakan alat


bedah lain dan membuat sayatan tambahan. Jika ditemukan masalah tertentu,
seperti pertumbuhan abnormal, maka dokter akan mengambil sampel jaringan dari
lapisan perut. Sampel ini akan dianalisis dengan biopsi.

Untuk mengakhiri pemeriksaan, dokter bedah akan mengeluarkan


laparoskop dan alat lainnya. Lalu, sayatan akan dijahit. Area pemeriksaan akan
diberi perban untuk perlindungan dan kenyamanan pasien selama pemulihan.
Suatu hal yang wajar jika bekas sayatan terasa nyeri selama beberapa hari.
Namun, karena sayatan yang dibuat sangat kecil, nyeri tidak akan terlalu
menyakitkan. Biarpun begitu, dokter dapat memberikan obat pereda nyeri bagi
pasien yang membutuhkan.
Laparoskopi diagnostik biasanya dilakukan secara rawat jalan, yang
berarti pasien tidak perlu menginap di rumah sakit. Namun, biasanya pasien
dianjurkan untuk diantarkan pulang agar keamanannya terjaga.

Apa yang harus saya lakukan setelah laparoskopi diagnostik?

Anda dapat pulang pada hari yang sama setelah operasi. Dokter akan
memberi tahu Anda tentang apa hasil laparoskopi dan mendiskusikan pengobatan
yang tepat untuk Anda. Anda boleh beristirahat selama satu sampai dua hari.
Anda juga boleh mengonsumsi obat pereda rasa sakit jika Anda
membutuhkannya. Olahraga teratur akan membantu Anda kembali melakukan
aktivitas normal segera. Sebelum Anda mulai berolahraga, mintalah saran tim
kesehatan atau dokter.

4.2 Komplikasi

Komplikasi apa yang dapat terjadi?

Komplikasi yang paling umum terjadi adalah perdarahan dan infeksi,


jarang terjadi. Namun, setiap operasi memiliki risiko komplikasi, misalnya:

a. reaksi terhadap anestesi umum


b. peradangan pada dinding perut
c. pembekuan darah, yang dapat menjalar ke panggul, kaki, paru-paru.
Pembekuan darah bisa menjalar ke jantung atau otak (jarang terjadi)

Ada risiko tertusuknya organ, yang dapat menyebabkan usus bocor.


Perdarahan dalam rongga perut juga mungkin terjadi. Operasi terbuka
(laparotomy) sebaiknya segera dilakukan jika terjadi komplikasi ini.

4.3 Manfaat Teknik Laparoskopi


Terdapat beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari penggunaan
tindakan laparoskopi adalah :
a. Meringankan rasa nyeri, sehingga konsumsi obat-obatan pereda
nyeri akan berkurang.
b. Meminimalisir timbulnya perdarahan yang bisa muncul setelah
operasi.
c. Meminimalisir timbulnya perdarahan saat operasi.
d. Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk rawat inap.
e. Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan pasca operasi akan lebih
cepat.

4.4 Prosedur laparoskopi


a. Praoperasi laparoskopi  Pasien harus puasa 4 – 6 jam
sebelumnya. Sebelum puasa pasien makan makanan cair / bubur,
makanan yang mudah diserap, tapi rendah sisa, mengurangi jumlah
kotoran.
b. Setelah teranestesi, tindakan pertama dilakukan membuat sayatan
di bawah lipatan pusar 10 mm, kemudian jarum veres disuntikkan
memasukkan gas CO2 sampai batas 12-15 mmHg untuk
menggembungkan perut pasien.
c. Bertujuan agar usus tertekan ke bawah dan menciptakan ruang di
dalam perut. Setelah perut terisi gas CO2, alat trocar dimasukkan,
pipa dengan klep untuk akses kamera dan alat-alat lain selama
pembedahan.

Ada empat trocar yang dipasang di tubuh:

1. Terletak di pusar.
2. Kira-kira letaknya 2-4 cm dari tulang dada (antara dada dan pusar)
selebar 5-10 mm.
3. Dipasang di pertengahan trocar kedua agak ke sebelah kanan (di
bawah tulang iga), selebar 2-3 atau 5 mm.
4. Keempat, bilamana diperlukan, akan dipasang di sebelah kanan
bawah, selebar 5 mm.
Melalui trocar inilah alat-alat, dimasukkan dan digerakkan. Trocar
pertama berfungsi sebagai ‘mata’ dokter, yaitu tempat dimasukkannya kamera.
Sementara itu, trocar kedua sampai keempat merupakan trocar kerja.

Penggunaan Gas CO2 dalam Laparoskopi. CO2 merupakan gas pilihan


untuk insuflasi karena:

- tidak mudah terbakar


- tidak membantu pembakaran
- mudah berdifusi melewati membrane
- mudah keluar dari paru-paru
- mudah larut dalam darah dan risiko embolisasi CO2 kecil
- Level CO2 dalam darah mudah diukur. Selain itu, CO2 menimbulkan efek
lokal maupun sistemik, dapat terjadi hipertensi, takikardi, vasodilatasi
pembuluh serebral, ↑ CO, hiperkarbi, dan respiratory acidosis.

4.5 Keuntungan Prosedur Laparoskopi


 Dibandingkan dengan bedah terbuka, laparoskopi lebih
menguntungkan karena insisi yang kecil dan nyeri pasca operasi
yang lebih ringan.
 Fungsi paru pasca operasi tidak terganggu dan sedikit
kemungkinan terjadi atelektasis setelah prosedur laparoskopi.
 Setelah operasi fungsi pencernaan pasien pulih lebih cepat, masa
rawat inap rumah sakit pendek, serta lebih cepat kembali
beraktivitas.

4.6 Kerugian Prosedur Laparoskopi


 Komplikasi dapat terjadi langsung / tidak langsung karena
kebutuhan insuflasi CO2 untuk membuat ruang operasi. CO2
masuk kedalam pembuluh darah secara cepat. Gas yang tidak larut
terakumulasi didalam jantung kanan menyebabkan hipotensi dan
cardiac arrest.
 Intervensi dapat dengan menghentikan insuflasi CO2,
hiperventilasi dengan 100% O2 dan resusitasi cairan, merubah
posisi pasien right side up dan memasang kateter vena central
untuk aspirasi gas.
 Hal serius lain adalah pneumothorak, jika gas masuk ke dalam
rongga thorax melalui luka atau insisi yang dibuat sewaktu
pembedahan.

4.6 Respon Fisiologi Selama Bedah Laparoskopi


 Perubahan hemodinamik dan ventilasi dapat terjadi dikarenakan
insuflasi CO2 ke dalam rongga peritoneum menyebabkan
terjadinya pneumoperitoneum yang bermanfaat untuk visualisasi
selama prosedur laparoskopi.
 Insuflasi CO2 ini juga meningkatkan tekanan intraabdomen dan ↑
resistensi pembuluh darah sehingga curah jantung menjadi turun
sementara tekanan darah meningkat.
 Efek oleh insuflasi CO2 menimbulkan terjadinya hiperkapnia
selama beberapa menit dimana kenaikan CO2 biasanya mencapai
30%, hal ini menimbulkan stimulasi simpatis dan berpotensi terjadi
disritmia dan respiratori asidosis. Dapat dikoreksi dengan ↑
ventilasi.
 Pengaruh tambahan dari pneumoperitoneum adalah efek mekanik
dari ↑ tekanan intra abdomen yang menyebabkan ↓ pulmonary
compliance dan kapasitas residu fungsional serta ↑ dead space.
4.7 Manajemen Anestesi pada Laparoskopi

Pemilihan jenis anestesi memperhatikan beberapa faktor. Anestesi regional


tidak digunakan rutin pada prosedur laparoskopi, karena iritasi yang mengenai
diafragma dari insuflasi CO2 bisa menyebabkan sakit pada pundak, ditambah lagi
waktu penyembuhan untuk pengembalian fungsi yang lengkap bisa lama.
4.8 Evaluasi Preoperasi

Secara umum sebelum memulai anestesi, dilakukan terlebih dulu


anamnesis dan pf. Karena perubahan tekanan hemodinamik dan respirasi terjadi
pada pasien selama prosedur laparoskopi, evaluasi sebelum operasi difokuskan
untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit paru berat dan gangguan fungsi
jantung.

4.9 Manajemen Intraoperatif

 Pengukuran TD non invasive dan kapnografi penting untuk


mengikuti efek hemodinamik dan pneumoperitoneum pada
respirasi dan perubahan posisi. Dalam situasi tertentu, monitor
pengukuran tekanan arteri sebaiknya dilakukan.

 Untuk mencegah aspirasi paru dan menjaga jalan nafas, perlu


pemasangan ETT dikarenakan dapat mengurangi tekanan udara
lambung, ↓ resiko kerusakan gaster, dan memperbaiki visualisasi
selama operasi. Pada saat tekanan intraabdomen ↑ karena
pneumoperitoneum, ETT dapat digunakan untuk memberikan
tekanan ventilasi yang positif untuk mencegah hipoksemia dan
untuk mengekskresikan kelebihan CO2 yang diabsorbsi.

 Obat anestesi yang digunakan berupa volatile agent, opioid


intravena, dan obat pelumpuh otot. Ada studi yang mengatakan
bahwa N2O sebaiknya dihindari selama prosedur laparoskopi
karena ↑ pelebaran usus dan resiko mual pasca operasi.

 2 tujuan utama pemeliharaan selama laparoskopi dengan anestesi


umum adalah menjaga agar tetap normokapnia dan mencegah
ketidakseimbangan hemodinamik. Hiperkapnia biasanya berawal
beberapa menit setelah insuflasi CO2. Untuk menormalkan
kembali, ventilasi ditingkatkan biasanya dengan ↑ RR dengan
volume tidal tetap.

 Jika tekanan darah meningkat maka pemberian kadar obat anestesi


inhalasi dapat ditingkatkan dan dapat ditambahkan dengan
pemberian obat seperti nitropusside (nitropusside menyebabkan
reflek tackikardi, berpotensi untuk menimbulkan keracunan
sianida), esmolol, atau calcium channel blocker.

4.10 Manajemen Pasca Operasi

 Di ruang pemulihan pasca anestesi, hiperkapnia bisa tetap terjadi


selama 45 menit setelah prosedur selesai. Insiden mual muntah
pasca operasi laparoskopi dilaporkan cukup tinggi. Untuk ↓ insiden
mual dan muntah pasca operasi dapat dilakukan dengan
meminimalkan dosis opioid dan mempertimbangkan pemberian
propofol untuk anestesi.

 Penggunaan analgetik setelah prosedur laparoskopi umumnya lebih


sedikit dibandingkan dengan sesudah bedah terbuka. Pemberian
opioid iv (fentanyl, morfine) dalam kombinasi dengan NSAID
intravena membantu agar pasien nyaman pada akhir dari prosedur.

Anda mungkin juga menyukai