Anda di halaman 1dari 5

RESUME ASKEB NIFAS KELOMPOK 5

Anggota :
1. Chika Amelia
2. Herlina Putri
3. Laili Magfiroh
4. Rosa Salsabila
5. Siska Nur
6. Siska Sri
7. Theresia Niken
8. Wahyuni
9. Yuli

A. Permasalahan pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya


1. Demam, muntah dan rasa sakit waktu berkemih
Pada masa nifas dini sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air
kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta
analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga
mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh
episiotomy yang lebar, laserasi, haematom dinding vagina.

Penatalaksanaan :
a. Pemberian parasetamol 500 mg sebanyak 3-4 kali sehari.
b. Antibiotik sesuai dengan mikroorganisme yang ditemukan.
c. Minum yang banyak.
d. Katerisasi bila perlu.
e. Makan makanan yang bergizi.
f. Jaga kebersihan daerah genitalia.

2. Mastitis pada Ibu


Mastitis atau radang pada bagian payudara adalah masalah yang sering
dijumpai pada ibu menyusui. Diperkirakan sekitar 3-20% ibu menyusui
dapat mengalami mastitis. Rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh
mastitis kerap membuat ibu jadi enggan untuk menyusui. Kenali mastitis,
cara pencegahan dan penanganannya, agar Anda dapat tetap memberikan
yang terbaik untuk si Kecil.
Etilogi :
Mastitis adalah proses peradangan pada satu atau dua payudara. Mastitis
mungkin disertai infeksi atau bisa juga terjadi tanpa infeksi. Sebagian
besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir (paling
sering pada minggu ke-2 dan ke-3). Meski demikian mastitis dapat terjadi
sepanjang masa menyusui.
Mastitis berbeda dengan statis ASI. Statis ASI terjadi apabila ASI menetap
di bagian tertentu payudara, baik karena saluran tersumbat atau karena
payudara bengkak. Bila ASI tidak juga dikeluarkan, akan terjadi
peradangan jaringan payudara yang disebut mastitis tanpa infeksi. Bila
terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi.
Selain penyumbatan saluran ASI, mastitis juga bisa disebabkan:
a. Menurunnya daya tahan tubuh
b. Kebersihan puting payudara saat menyusui tidak terjaga
c. Infeksi bakteri staphylococcus auereus yang masuk melalui celah atau
retakan puting payudara yang lecet.
d. Pengosongan payudara tidak optimal
e. Adanya saluran ASI yang tersumbat
f. Perlekatan mulut bayi yang kurang baik pada saat menyusu
g. Kenali Gejala Mastitis
Mastitis biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut:
a. Permukaan kulit payudara seperti meregang.
b. Demam dengan suhu lebih dari 38,5oC, terkadang hingga menggigil.
c. Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
d. Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, terasa keras
saat diraba dan nyeri.
e. Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.
f. Terjadi peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi
menolak menyusu karena ASI terasa asin.
Penatalaksanaan:
Menurut Varney (2007), penatalaksanaan mastitis adalah sebagai
berikut:
1. Seringnya menyusui dan mengosongkan payudara untuk
mencegah statis.
2. Memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu sempit,
jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
3. Perhatian yang cermat untuk mencuci tangan dan merawat
payudara.
4. Pengompresan dengan air hangat pada area yang efektif pada
saat menyusui untuk memfasilitasi aliran susu.
5. Meningkatkan pemasukan cairan
6. Membantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress
dan kelelahan dalam kehidupannya.
7. Antibiotik, penisilin jenis penicillinase resisten atau
cephalosporin. Erythromicin dapat digunakan jika wanita
alergi terhadap penisilin.
8. Memberi dukungan pada ibu.

3. Peritonitis
Peritonitis (radang selaput rongga perut) adalah peradangan yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum).
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut
dan dinding perut sebelah dalam. Peritonitis adalah peradangan
peritoneum, selaput tipis yang melapisi dinding abdomen dan meliputi
organ-organ dalam. Peradangan disebabkan oleh bakteri atau infeksi jamur
membran ini.
Peritonitis primer disebabkan oleh penyebaran infeksi dari darah dan
kelenjar getah bening ke peritoneum. Jenis jarang peritonitis - kurang dari
1% dari semua kasus peritonitis primer.
Jenis yang lebih umum dari peritonitis, yang disebut peritonitis sekunder,
disebabkan infeksi ketika datang ke peritoneum dari gastrointestinal atau
saluran bilier. Kedua kasus peritonitis sangat serius dan dapat mengancam
kehidupan jika tidak dirawat dengan cepat.
Peritonitis biasanya disebabkan oleh :
1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus,
kandung empedu atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum sangat kebal
terhadap infeksi. Jika pemaparan tidak berlangsung terus menerus,
tidak akan terjadi peritonitis, dan peritoneum cenderung mengalami
penyembuhan bila diobati.
2. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan
kegiatan seksual
3. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh
beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonore dan
infeksi chlamidia)
4. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di
perut (asites) dan mengalami infeksi
5. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.
Cedera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus
selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut.
Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk
menyambungkan bagian usus.
6. Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan
peritonitis.
Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang
ditempatkan di dalam perut.
7. Iritasi tanpa infeksi.
Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau bubuk bedak
pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis
tanpa infeksi.
Tanda-tanda dan gejala peritonitis meliputi:
1. Pembengkakan dan nyeri di perut
2. Demam dan menggigil
3. Kehilangan nafsu makan
4. Haus
5. Mual dan muntah
6. Urin terbatas
Gejala
Gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya.
Biasanya penderita muntah, demam tinggi dan merasakan nyeri tumpul di
perutnya. Bisa terbentuk satu atau beberapa abses.
Infeksi dapat meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan
(perlengketan, adhesi) yang akhirnya bisa menyumbat usus. Bila
peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi bisa berkembang
dengan cepat. Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan cairan
tertahan di usus halus dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari
peredaran darah ke dalam rongga peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan
darah kehilangan elektrolit. Selanjutnya bisa terjadi komplikasi utama,
seperti kegagalan paru-paru, ginjal atau hati dan bekuan darah yang
menyebar.
Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Dengan Peritonitis
Sebagai seorang bidan harus dapat mendeteksi dini komplikasi yang di
alami oleh pasien dengan cara mengetahui tanda dan gejala pada
peritonitis, sehingga seorang bidan dapat menentukan tindakan yang akan
dilakukannya secara tepat. Adapun asuhan yang diberikan oleh bidan,
diantaranya ;
a. Komunikasi kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan ibu
b. Merencanakan upaya rujukan ke RS dengan alasan: Ibu
memerlukan penanganan & pemantauan khusus dari tim ahli
c. Memberikan dukungan psikologis
d. Sebelum melakukan rujukan, berikan antibiotika sehingga bebas
panas selama 24 jam: Ampisilin 2g IV, kemudian 1g setiap 6 jam,
ditambah gantamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari
dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam dan antibiotik harus
diberikan dalam dosis yang tinggi untuk menghilangkan gembung
perut di beri Abot Miller tube.
e. Bila peritonitis meluas maka cairan oral dihindari dan diberikan
cairan vena yang berupa infuse NaCl atau Ringer Laktat untuk
mengganti elektrolit dan kehilangan protein (selama dilakukan
rujukan)
Selain itu, bidan melakukan pendidikan kesehatan mengenai hal yang
berhubungan dengan masalah tersebut

Anda mungkin juga menyukai