PENDAHULUAN
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut
Abraham Maslow dalam teori Hirarki. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan
aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997). Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia
(KDM) yang dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia
pada saat memberikan perawatan. Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar
daripada kebutuhan lainnya.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kebutuhan eliminasi urine dan eliminasi alvi
2. Mengetahui pemasangan kateter.
3. Mengetahui cara melepas kateter dower dan kateter intermiten.
4. Mengetahui pemberian huknah rendah/tinggi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Fungsi ginjal :
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
d. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
2
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
4.Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :
1. Urethra pars Prostatica
2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter
uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya
sebagai saluran ekskresi.
3
2. Reabsorpsi
Sekitar 43 galon cairan melewati proses filtrasi, tetapi sebagian besar diserap kembali
sebelum dikeluarkan dari tubuh. Reabsorpsi terjadi di tubulus proksimal nefron, lengkung
Henle (loop of Henle), tubulus distal dan tubulus pengumpul. Pada gambar di atas, proses
reabsorpsi ditandai dengan huruf B.
Air, glukosa, asam amino, natrium, dan nutrisi lainnya diserap kembali ke aliran darah di
kapiler yang mengelilingi tubulus. Air bergerak melalui proses osmosis, yaitu pergerakan air
dari area konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Hasil pada proses pembentukan
urine ini adalah urine sekunder.
Biasanya semua glukosa diserap kembali. Namun, pada orang dengan diabetes, kelebihan
glukosa tetap bertahan dalam filtrat. Natrium dan ion-ion lain diserap kembali secara tidak
lengkap, dengan proporsi yang lebih besar tersisa dalam filtrat ketika lebih banyak
dikonsumsi dalam makanan, menghasilkan konsentrasi darah yang lebih tinggi. Hormon
mengatur proses transport aktif di mana ion seperti natrium dan fosfor diserap kembali.
Prosesnya terjadi dengan meningkatkan pembuangan zat seperti kalium dan kalsium ketika
konsentrasi tinggi dan dengan meningkatkan reabsorpsi dan mengurangi sekresi ketika
tingkatnya rendah.
Urine yang dibuat oleh proses ini kemudian mengalir ke bagian tengah ginjal yang disebut
pelvis ginjal, kemudian terus mengalir ke ureter dan kemudian tersimpan di kandung kemih.
Dari kandung kemih, urine selanjutnya mengalir ke uretra dan akan dibuang keluar saat
buang air kecil.
4
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
5
10. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksipengontirolan pengeluaran urine.
11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
ataupenurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan
jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
12. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan
sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan
edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
a. Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih danketidaksanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
1. Operasi pada daerah abdomen bawah.
2. Kerusakan ateren
3. Penyumbatan spinkter.
b. Eniorisis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam
hari.Kemungkinan peyebabnya :
1. Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
2. Kandung kemih yang irritable
3. Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
4. ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
6
c. Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensia
Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena
kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum
berkemih.
Faktor Penyebab:
1. Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
2. Penurunan tonur kandung kemih
3. Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
4. Lingkungan
5. Lanjut usia.
Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera
pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
1. Inkomplet outlet kandung kemih
2. Tingginya tekanan infra abdomen
3. Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
4. Lanjut usia.
Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus
menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
1. Penurunan Kapasitas kandung kemih.
2. Penurunan isyarat kandung kemih
3. Efek pembedahan spinkter kandung kemih
4. Penurunan tonus kandung kemih
5. Kelemahan otot dasar panggul.
6. Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
7. Perubahan pola
8. Frekuensi
9. Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
10. Urgency
11. Perasaan seseorang harus berkemih.
7
2. Pola Berkemih
Frekuensi berkemih
Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam.
Rata-rata orang normal berkemih 5-6 kali dalam sehari.
Urgensi
Perasaan sesorang untuk berkemih seperti seseorang sering ke toilet karena takut
mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
Disruria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan demikianlah dapat ditemukan
pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria, dan uretra.
Poliuria
Keadaan produksi urin yang abnormal pada jumlah yang besar tanpa adanya peningkatan
asupan cairan.
Urinaria supresi
Keadaan produksi urin yang berhenti secara mendadak.
3. Volume Urine
Volume urine yang dikeluarkan yaknisekitar 1500-1600ml setiap harinya Sriami et al(2016)
4. Karakteristik Urine
Warna Normal
: pucat, kekuningan, kuning coklat.
Merah gelap : perdarahan diginjal / ureter
Merah terang : perdarahan KK atau uretra
Coklat gelap : peningkatan bilirubin akibat disfungsi hati bila dikocok busa kuning.
Kejernihan
Normal : transparan
Peningkatan protein : keruh atau berbusa
Bakteri : pekat dan akeruh.
Bau : Amonia
Urin berbau buah : DM dan kelaparan akibat aseton dan asam asetoasetik.
Pemeriksaan urin
Urinalisis
Berat jenis urin
Kultur urin
Pemeriksaan Urin (pengumpulan urin)
8
Acak
Bersih tapi tidak harus steril
Untuk urinalisis/ mengukur BJ, PH, kadar glukosa
Cara : klien berkemih dalam wadah urin yg bersih
Klien berkemih sebelum defekasi.
Spesimen midstream
Memperoleh spesimen yg relatif bebas mikroorganisme
Untuk kultur dan sensitivitas urin
Bersihkan genetalia dengan benar
Urin pertama jgn ditampung baru pertengahan ditampung
Spesimen steril
Diambil melalui kateter
b. Diet
Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi.
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk
ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
c. Asupan Cairan
9
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh
karena itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi. Intake
cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena
absorbsi cairan yang meningkat.
d. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot abdomen,
pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.
e. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan laksantif, atau
antasida yang terlalu sering.
g. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit – penyakit
tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau
penyakit infeksi lainnya.
h. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk defekasi seperti nyeri
pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.
j. Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan
diare.
k. Prosedur diagnostic
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma
dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.
10
m.Posisi selama defekasi
Posisi jongkok merupakan posisis yang normal saat melakukan defekasi. Toilet modern
dirancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu untuk duduk
tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intra abdomen dan mengeluarkan kontraksi otot-
otot pahanya.
Tanda klinis :
o adanya feses yang keras
o defekasi kurang dari 3 kali seminggu
o menurunnya bising usus
o adanya keluhan pada rektum
o nyeri pada saat mengejan dan defekasi
o adanya perasaan masih ada sisa feses
Kemungkinan penyebab :
o defek persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cidera serebrospinalis, dll
o pola defekasi yang tidak teratur
o nyeri saat defekasi karena hemorroid
o menurunnya peristaltik karena stres psikologis
o penggunaan obat seperti antasida
o proses menua/ usia lanjut
b. Diare
Merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair.
Tanda klinis:
o adanya pengeluaran feses cair
o frekuensi lebih dari 3 kali sehari
o nyeri atau kram abdomen
o bising usus meningkat
kemungkinan penyebab:
o malabsorpsi atau inflamsi, proses infeksi
11
o peningkatan peristaltik karean peningkatan metabolisme
o efek tindakan pembedahan usus
o efek penggunaan obat seperti antasida,antibiotik, dll
o stres psikologis
c. Inkontinensia usus
Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses
defekasi normal, hingga mengalami proses pengeluaran feses tak di sadari.
Tanda klinis:
o pengeluaran feses yang tidak di kehendaki
Kemungkinan penyebab:
o gangguan sphincter rektal akibat cedera anus, pembedahan dll
o distensi rektum berlebih
o kurangnya kontrol sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA dll
o kerusakan kognitif
d. Kembung
Merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung atau usus.
e. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabklan karena konstipasi, peregangan
saat defekasi dll
f. Fecal impaction
Merupakan massa feses keras dilipatan rektum yang di akibatkan oleh retensi dan
akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab nya yaitu asupan kurang, aktivitas
kurang, diet rendah serat, dan kelemah tonus otot.
12
2.Tinja berwarna putih atau pucat,
Tandanya empedu mengalami kekurangan cairan penting. Kondisi ini bisa sangat
berbahaya apabila selama berhari-hari warna feses tidak berubah. Dan pemeriksaan kondisi
empedu harus segera dilakukan untuk mengetahui masalah dalam empedu.
Namun ada kemungkinan lain yang menyebabkan hal ini terjadi, pada beberapa kasus medis
ada sebagian obat yang dapat menyebabkan warna tinja berwarna putih atau pucat.
Saat proses buang air besar, feses atau tinja dikeluarkan melalui anus dengan
kandungan rata-rata 75 % air dan 25% material padat, tetapi presentase ini bervariasi pada
setiap individu dan berapa lama feses tersebut mengendap dalam tubuh. Feses dapat
mengandung bakteri yang telah mati (yang membantu pada saat pencernaan), serat (yang
tidak dapat dicerna secara sempurna), protein, garam, lemak dan substansi yang dikeluarkan
dari hati dan usus.
Rata-rata manusia dewasa menghasilkan 100 hingga 250 gram dari hasil pencernaan
harian secara normal dengan konsumsi makanan berat satu hingga dua mangkuk nasi dalam
sehari. Umur, jenis makanan, kebiasaan buang air besar, frekuensi buang air besar secara
alami akan merefleksikan tingkat kesehatan tubuh seseorang.
13
Alat dan bahan :
1. Sarung tangan steril
2. Kateter steril (sesuai ukuran dan jenis)
3. Duk steril
4. Minyak pelumas//jeli
5. Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimas)
6. Spuit yang berisi cairan atau udara
7. Perlak
8. Pinset anatomi
9. Bengkok
10. Kantung penampung urine
11. Sampiran
Tujuan
1.Utuk mengosongkan kandung kemih.
2.Dapat mengukur pengeluaran urine secara adekuat.
Indikasi
1.Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi kandung kemih.
2.Pengambilan urine residu setelah pengosongan kandung kemih.
Kontra indikasi
1.Prostatitis akut
2.Kecurigaan trauma uretra
Tujuan
1. Untuk memperlancar aliran kandung kemih.
2. Dapat mengukur pengeluaran urine secara adekuat.
Indikasi
1. Retensi urine/tertahannya urine didalam kandung kemih.
2. Untuk memonitor saluran urine secara akurat.
14
3. Pasien dengan kehilangan kendali kandung kemih.
4. Pasien yang akan menjalani operasi.
5. Pasien dengan multipletrauma.
Kontra Indikasi
1.Codera uretra
2. Pasien yang mempu berkemih spontan
Persiapan
Alat dan bahan :
15
1. Merangsang buang air besar dengan merangsang peristaltik usus.
2. Mengosongkan usus yang digunakan sebelum tindakan pembedahan.
Alat dan bahan :
1. Spuit gliserin
2. Gliserin dalam tempatnya
3. Bengkok
4. Pengalas
5. Sampiran
6. Sarung tangan
7. Tisu
Prosedur kerja :
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tanan
3. Atur ruangan
4. Atur posisi pasien (miring kiri)
5. Pasang pengalas diarea gluteal
6. Siapkan bengkok didekat pasien
7. Spuit di isi gliserin 10-20 cc
8. Gunakan sarung tangan
9. Masukan gliserin perlahan kedalam anus dengan cara tangan kiri meregangkan daerah
anus, tangan kanan memasukkan spuit kedalam anus sampai pangkal kanula dan
anjurkan pasien bernafas dalam.
10. Setelah selesai, cabut dan masukan spuit kedalam bengkok. Anjurkan
pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot
jika pasien tidak mampu ke toilet. Kemudian bersihkan daerah perineum
dengan air hingga bersih lalu keringkan dengan tisu.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12. Cacat jumlah feses, warna, konsisten, dan respons pasien.
Tugas :
1. Lakukan pemberian gliserin sesuai prosedur.
2. Jelaskan perbedaan pemberian huknah rendah, huknah tinggi, dan gliserin.
16
2.4.3 Pemasangan Kateter
a. Pemasangan Kateter pada pria
1. Jelaskan prosedur
2. Cuci tangan
3. Pasang sampiran
4. Pasang perlak
5. Gunakan sarung tangan steril
6. Pasang duk steril
7. Tangan kiri memegang penis lalu prepusium ditarik sedikit kepangkalnya dan bersihkan
dengan kapassublimat.
8. Kateter diberi minyak pelumas/jeli pada ujungnya (kurang lebih 12,5-17,5 cm)lalu
masukkan perlahan (kurang lebih17,5-20 cm) dan sambil anjurkanpasien menarik nafas
dalam.
9. Jika tertahan jangan dipaksa.
10. Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk kateter
menetap, dan bila intermiten tarik kembali sambil pasien diminta menarik nafas dalam.
11. Sambung kateter dengan kantung penampung dan fikasi ke arah atas paha/abdomen
12. Rapikan alat.Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
13. Catat prosedur dan respons pasien.
17
11. Sambung kateter dengan kantung penampung urine dan fiksasi ke arah samping.
12. Rapikan alat.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
14. Catat prosedur dan respons pasien.
Tugas :
1. Lakukan kateterisasi perkemihan sesuai dengan prosedur.
2. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi dilakukan kateterisasi.
3. Apa yang diperlukan selama pemasangan kateter.
4. Apa yang dimaksud tentang self-catheteri-zation.
2. Buanglah urine yang ada di dalam kantung kateter agar lebih memudahkan Anda
untuk melepas kateter.
Kantung kateter biasanya memiliki corong pembuangan yang berbentuk
penutup yang dapat dilepaskan, klem yang dapat dibuka ke samping, atau penutup
kantung yang dapat diputar. Buanglah urine yang ada di kantung kateter ke dalam
kloset. Anda juga dapat membuangnya ke dalam wadah pengukur jika dokter sedang
memantau pengeluaran urine Anda. Setelah kantung dikosongkan, tutuplah klem atau
kencangkan tutupnya agar urine tidak menetes. Jika urine Anda keruh, berbau busuk,
atau berwarna kemerahan, hubungi penyedia layanan kesehatan Anda.
18
4. Kenakan sarung tangan dan bersihkan selang kateter.
Mengenakan sarung tangan sangatlah penting untuk mengurangi risiko terkena
infeksi. Setelah sarung tangan dikenakan, gunakan kapas alkohol untuk
membersihkan bagian yang menghubungi selang dengan kateter. Anda juga harus
membersihkan seluruh bagian kateter. Jika Anda laki-laki, gunakan larutan saline (air
garam) untuk membersihkan lubang kemih pada penis. Jika Anda perempuan,
gunakan larutan saline untuk membersihkan area di sekitar labia dan lubang uretra.
Mulailah membersihkan dari uretra dan kemudian bergerak ke arah luar untuk
menghindari penyebaran bakteri.
5. Ketahui ujung selang yang berhubungan dengan balon kateter (balloon port).
Selang kateter memiliki dua ujung. Salah satu ujung berfungsi untuk
mengalirkan urine ke dalam kantung kateter. Ujung selang yang lain berfungsi untuk
mengempiskan balon kecil berisi air yang menahan kateter di dalam kandung
kemih.Ujung selang yang berhubungan dengan balon memiliki penutup berwarna
pada ujungnya. Anda juga dapat melihat angka-angka yang dicetak pada ujung selang
tersebut.
7. Lepaskan kateter
Jika memungkinkan, jepitlah selang kateter dengan klem arteri atau karet
gelang untuk mencegah urine mengalir keluar dari kateter saat Anda melepasnya.
Setelah itu, tariklah kateter keluar dari uretra secara perlahan. Selang kateter akan
keluar dengan mudah.
Jika Anda merasakan adanya perlawanan, kemungkinan besar masih ada air di
dalam balon kateter. Jika hal ini terjadi, Anda harus memasukkan jarum suntik
kembali ke ujung selang balon dan mengeluarkan sisa air dari balon seperti yang
Anda lakukan pada langkah sebelumnya.
19
Para pria mungkin akan merasakan adanya sensasi menyengat saat selang
dikeluarkan dari uretra. Ini merupakan hal yang normal dan tidak menyebabkan
masalah. Beberapa orang menyatakan bahwa melicinkan kateter dengan KY jelly
akan membantu proses pengeluaran selang kateter.
c. Kontra indikasi
1. Dalam pelaksanaan harus diperhatikan kontra indikasi pemberian huknah tinggi seperti
pasien dengan sakit jantung, perdarahan, kontraksi yang kuat, pembukaan lengkap.
2. Bila pada saat pemberian huknah tinggi, kanul ada hambatan, jangan dipaksakan.
20
d. Indikasi
1. Pasien yang obstipasi
2. Pasien yang akan dioperasi
3. Persiapan tindakan diagnostika misalnya pemeriksaan radiologi
4. Pasien dengan melaena (tinja yang hitam akibat pendarahan gastrointestinal)
Prosedur Pelaksanaan :
Tahap Pra-Interaksi
a. Periksa catatan perawatan dan kaji catatan medis pasien.
b. Kaji kebutuhan pasien.
c. Eksplorasi dan falidasi perasaan pasien.
Tahap Orientasi:
21
1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya.
2. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
3. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya.
4. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik pada pasien, pasang sampiran.
Tahap Pelaksanaan:
1. Cuci tangan.
2. Atur ruangan, tutup jendela dan pintu, gunakan sampiran apabila pasien berada di ruangan
bangsal umum atau tutup pintu bila pasien berada di ruang khusus.
3. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kanan.
4. Pasang pengalas di bawah glutea.
5. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus,
kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok lalu berikan jeli
pada ujung kanula.
6. Gunakan sarung tangan.
7. Masukkan kanula ke dalam rectum ke arah kolon asenden kurang lebih 15-20 cm sambil
pasien diminta nafas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur dan buka
klem sehingga air mengalir pada rectum sampai pasien menunjukkan keinginan untuk buang
air besar.
8. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau
anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu ke toilet, bersihkan dengan air sampai bersih dan
keringkan dengan tisu.
9. Buka sarung tangan.
Tahap Terminasi :
1. Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan.
2. Simpulkan hasil prosedur yang dilakukan.
3. Rapikan peralatan dan cuci tangan.
6. Dokumentasikan tindakan
b. Tujuan
1. Merangsang peristaltik sehingga pasien bisa BAB.
2. Persiapan tindakan operasi / persiapan pemeriksaan radiologi.
3. Memberi rasa nyaman.
5. Mengosongkan usus untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti buang air besar
selama prosedur operasi dilakukan atau pengosongan sebagai tindak diagnostik /
pembedahan.
22
c. Kontra indikasi
1. Pemberian huknah rendah adalah tanggung jawab tenaga keperawatan.
2. Dalam pelaksanaan harus diperhatikan kontra indikasi pemberian huknah tinggi seperti
pasien dengan penyakit jantung tertentu, perdarahan intra abdomen, ibu hamil dengan
kontraksi uterus yang kuat.
3. Bila pada saat pemberian huknah rendah, kanul ada hambatan, jangan dipaksakan, cari
tahu penyebabnya, dan bila perlu berkolaborasilah dengan dokter.
d. Indikasi
1. Pasien yang obstipasi
2. Pasien yang akan di operasi
3. Persiapan tindakan diagnostika misalnya pemeriksaan radiologi
4. Pasien dengan melaena (tinja yang hitam akibat pendarahan gastrointestinal)
23
c. Eksplorasi dan falidasi perasaan pasien.
Tahap Orientasi:
5. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya.
6. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
7. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya.
8. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik pada pasien, pasang sampiran.
Tahap Pelaksanaan:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur ruangan, tutup jendela dan pintu, gunakan sampiran apabila pasien berada di ruangan
bangsal umum atau tutup pintu bila pasien berada di ruang khusus.
4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kanan.
5. Buka pakaian bagian bawah.
6. Pasang pengalas dan perlak di bawah bokong.
7. Pasang selimut, pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan.
8. Dekatkan nierbekken ke dekat pasien.
9. Perawat memakai handschoen.
10. Irigator diisi dengan air hangat 700-1000 mL dengan suhu 43,5-45oC.
11. Ujung kanul diolesi vaselin secukupnya.
12. Pangkal kanul dihubungkan ke selang dan irrigator.
13. Keluarkan udara dari saluran irigator dan diklem.
14. Tangan kiri membuka belahan bokong bagian atas, tangan kanan memasuk kanul ke
dalam anus sedalam 7,5 cm sampai dengan 15 cm secara perlahan-lahan sambil pasien
dianjurkan menarik nafas panjang, tinggi irigator 30 cm-50 cm dari atas tempat tidur.
15. Klem selang dibuka, cairan dialirkan perlahan-lahan kurang lebih selama 15-20 menit.
16. Bila cairan sudah habis klem ditutup dan kanul dikeluarkan secara perlahan-lahan.
17. Minta pasien untuk menahan BAB sebentar, kemudian pasang pispot.
18. Untuk pasien yang dapat mobilisasi berjalan, pasien dapat dianjurkan ke toilet.
19. Setelah selesai bersihkan daerah bokong dengan menggunakan air dan tisu.
20. Angkat pispot, perlak dan pengalas.
21. Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur.
22. Lepaskan handschoen.
Tahap Terminasi:
1. Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
2. Simpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Rapikan perlak dan cuci tangan
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan tentang hasilnya.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh.Sistem perkemihan
terdiri daridua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal
ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan
satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake), respons
keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat , aktivitas, tingkat
perkembangankondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pengobatan,
dan pemeriksaan diagnostik.
3.2 Saran
1.Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urin dalam kehidupan kita sehari-hari.
2. Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine.
3.Menjaga asupan cairan yang masuk kedalam tubuh agar sistem eliminasi urine tidak
terganggu.
25
Daptar Pustaka
www.academia.edu.pemenuhaneliminasiurine.
www.wikipedia.pemenuhaneliminasiurine.
26