Anda di halaman 1dari 17

Tugas Tutorial Askeb Neonatus

Nama : Wahyuni
Nim : P17324419046
Jalum : 2B

KASUS I
Mengidentifikasi Tampilan Fisik pada BBL
Berat rata-rata bayi yang dilahirkan normal adalah 2,5 kg keatas, jika bayi
lahir di bawah itu bayi lahir dengan berat badan yang rendah dan membutuhkan
penanganan khusus.
Panjang bayi sekitar 50 cm namun faktor genetik kedua orangtua sangat
mempengaruhi panjang bayi.
Berikut karakteristik bayi usia 0 bulan:
 Lingkar dada bayi 30-38 cm.
 Detak jantung bayi berdetak 120-140 kali per menit.
 Frekuensi pernapasan bayi 40-60 kali per menit.
 Warna kulit badan kemerah-merahan dan licin.
 Kuku bayi agak panjang dan lemas.
 Gerak memeluk secara spontan saat dikagetkan sudah baik.
 Reflek menghisap dan menelan juga baik saat diberikan IMD (Inisiasi
Menyusui Dini).
 Gerakan menggenggam pada tangan bayi sudah baik.
BAB pertama pada bayi atau mekonium akan keluar setelah 24 jam bayi lahir. Ini
merupakan indikasi bahwa pencernaan bayi normal atau tidak. BAB pertama pada
bayi normal berwarna hitam kehijauan dan lengket.
Pada bayi laki-laki testis sudah turun, sementara labia mayora pada anak
perempuan (bibir kemaluan) sudah menutupi labia minora.
Karakteristik pada Bayi Baru Lahir
1. Ukuran Kepala Lebih Besar dari Tubuhnya

Kepala bayi akan tampak lebih besar dari ukuran tubuh dan mungkin memiliki
bentuk memanjang atau tampak seperti benjolan. Perubahan ini disebut juga molding
yang terjadi saat persalinan namun setelah 1-2 hari lingkar kepala akan membulat
yaitu sekitar 33-35 cm.
2. Rambut Lanugo

Beberapa bayi dilahirkan dengan lapisan rambut halus di sebagian besar


tubuhnya. Disebut Lanugo, yaitu rambut pertama yang diproduksi oleh folikel rambut
bayi. Teksturnya lembut dan seperti bulu halus. Robin Elise Weiss, PhD, MPH,
profesor, pakar melahirkan dan pascapersalinan, konselor laktasi dan doula
bersertifikasi di Amerika Serikat, menjelaskan, bahwa lanugo muncul selama
kehamilan pada minggu ke-19 dan mulai rontok sebelum kelahiran. Saat lahir, Anda
kadang-kadang dapat melihat beberapa area pada tubuh bayi yang masih memiliki
lanugo. Bisa muncul di wajah, dapat pula terlihat di dekat cambang atau telinga.
Anda juga bisa melihatnya di bagian punggung dan atas bokong.
3. Mata Sembap atau Bengkak

Menurut Robin, setelah bayi Anda lahir, Anda mungkin menyadari bahwa ia
memiliki mata bengkak atau sembap. Robin mengatakan, ini adalah hal wajar yang
terjadi pada bayi saat ia baru dilahirkan. Pasalnya, tekanan pada wajah bayi di proses
persalinan menyebabkan beberapa pembengkakan yang akan menghilang dengan
cukup cepat. Beberapa bayi yang baru lahir sebenarnya memiliki pembuluh darah
kecil yang pecah di bagian putih mata mereka, juga sejak lahir. Ini juga akan hilang
perlahan.

4. Wajah Berjerawat

Umumnya, bayi dilahirkan dengan kemunculan milia di wajahnya. Milia adalah


titik-titik putih datar dan sangat kecil yang menyerupai jerawat. Biasanya, milia akan
muncul pada wajah bayi. Ini mungkin terlihat seperti jerawat, tetapi sebenarnya ini
terjadi karena kelenjar keringat dan minyak tersumbat. Namun menurut Richard,
milia akan menghilang dalam 2-3 minggu. Sementara itu, Richard mengatakan, Anda
boleh saja untuk mencuci area tersebut dengan lembut menggunakan sabun dan air.
5. Tangan yang Kebiruan

Bayi yang baru lahir sering memiliki tangan dan kaki berwarna kebiruan, yang
dikenal sebagai sianosis perifer (akrosianosis). Semburat biru ini adalah hasil dari
penurunan aliran darah ke area tubuh tersebut. Di sinilah sebagian besar bayi
kehilangan poin pada penilaian APGAR. Namun, Robin mengungkapkan, tangan dan
kaki biru pada bayi baru lahir tidak menjadi masalah. Jika Anda khawatir, gendong si
kecil dan amati perubahan kulitnya ke warna normal.

6. Kulit Bening atau Kulit Keriput

Tampilan kulit bayi Anda dapat menjadi pertanda lamanya usia kehamilan.
Contohnya, bayi yang lahir lebih awal dari HPL (hari perkiraan lahir) memiliki kulit
yang tipis, hampir tembus cahaya, dan mungkin masih tertutup vernix (lapisan putih
berminyak yang melindungi kulit janin dari cairan ketuban). Sementara itu, bayi yang
lahir setelah tanggal HPL mungkin hampir tidak memiliki lanugo dan kulitnya
terlihat keriput, seperti terlalu lama terendam air.
7. Tanda Lahir

Bayi berkulit putih sering memiliki hemangioma, yaitu tanda lahir berbentuk
tonjolan berwarna kemerahan. Tanda lahir ini cenderung menghilang selama
beberapa bulan, namun yang biasanya muncul di belakang leher akan cenderung
bertahan lebih lama. Para bayi di benua Asia, Afrika, dan bayi berkulit gelap lainnya
dapat lahir dengan bintik-bintik Mongolia, tanda lahir berpigmen dalam yang
biasanya ditemukan di punggung bawah atau bokong bayi. “Bintik-bintik Mongolia
dapat bertahan, tetapi menjadi kurang terlihat karena menjadi lebih terang sementara
bagian kulit lainnya menjadi lebih gelap,” kata Bill Stratbucker, M.D., asisten
profesor pediatri di Rush University Medical Center, Chicago.

8. Kaki Bengkok
Jangan khawatir jika kaki bayi mungil Anda terlihat sedikit menekuk ke arah
dalam atau ke arah luar. Ini merupakan normal karena posisi bayi yang meringkuk di
dalam rahim selama 9 bulan. Untuk memastikannya, Anda dapat bertanya pada
dokter anak atau bidan yang melakukan kunjungan pemeriksaan setelah bayi lahir.
Setelah berusia sekitar 6 bulan, biasanya kaki bayi akan menjadi lebih lurus. Bagian
telapaknya mungkin juga tampak rata. Sebenarnya, lengkungan di telapak kaki hanya
tersembunyi oleh bantalan lemak.

KASUS II
Mengidentifikasi Perkembangan pada Bayi dan Balita
a. Perkembangan pada Bayi dan Balita
1. Masa bayi ( 1-12 bulan)
Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Umur 5
bulan berat badan anak 2x berat badan lahir dan umur 1 tahun sudah 3x berat badan
saat lahir. Sedangkan untuk panjang badannya pada 1 tahun sudah satu setengah kali
panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan
pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah 50%. Oleh karena itu perlu pemberian
gizi yang baik yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk
mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri, dan
bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung
perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha
mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan
kepala ke samping.
Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke kiri-
kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan badan dari
posisi telentang ke telungkup, dan sebaliknya berusaha meraih benda-benda di
sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas pada suasana
yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan cerewet/menangis
pada suasana tidak menyenangkan.
Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi telungkup
untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan bulan anak
bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Bila
dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari
telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak dapat mengambil benda dengan
menjepitnya. Kehadiran orang asing akan membuat cemas (stranger anxiety)
demikian juga perpisahan dengan ibunya.
Pada usia 9 bulan sampai dengan 1 tahun, anak mampu melambaikan tangan,
bermain bola, memukul-mukul mainan, dan memberikan benda yang dipegang bila
diminta.Anak suka sekali bermain ci-luk-ba.
Pada masa bayi terjadi perkembangan interaksi dengan lingkungan yang menjadi
dasar persiapan untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan memperoleh
perkembangan interaksi yang positif dapat menyebabkan terjadinya kelainan
emosional dan masalah sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan
hubungan yang mesra antara ibu (orang tua) dan anak.

2. Masa Toddler (1--3 tahun)


Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada masa bayi
tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami
penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai
belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan
dengan berpegangan. Sekitar usia enambelas bulan, anak mulai belajar berlari dan
menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak perlu diawasi
karena dalam beraktivitas, anak tidak memperhatikan bahaya.
Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding masa
sebelumnya yang lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya. Anak lebih banyak
menyelidiki benda di sekitarnya dan meniru apa yang diperbuat orang. Mungkin ia
akan mengaduk-aduk tempat sampah, laci, lemari pakaian, membongkar mainan,
dan lain-lain. Benda-benda yang membahayakan hendaknya disimpan di tempat yang
lebih aman.Anak juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata
dan mengulang kata-kata baru.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat
sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap miliknya. Bila anak menginginkan
mainan kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena dianggap miliknya.
Teman dianggap sebagai benda mati yang dapat dipukul, dicubit atau ditarik
rambutnya apabila menjengkelkan hatinya. Anak kadang-kadang juga berperilaku
menolak apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya (self defense), misalnya
menolak mengenakan baju yang sudah disediakan orang tuanya dan akan memilih
sendiri pakaian yang disukainya.
3. Masa Prasekolah
Pada usia 5 tahun, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Anak kelihatan lebih
langsing. Pertumbuhan fisik juga relatif pelan. Anak mampu naik turun tangga tanpa
bantuan, demikian juga berdiri dengan satu kaki secara bergantian atau melompat
sudah mampu dilakukan. Anak mulai berkembang superegonya (suara hati) yaitu
merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru.
Pada masa ini anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya,
sehingga anak banyak bertanya tentang segala hal disekelilingnya yang tidak
diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, akan membuat anak
merasa bersalah. Anak belum mampu membedakan hal yang abstrak dan konkret
sehingga orang tua sering menganggap anak berdusta, padahal anak tidak bermaksud
demikian. Anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki.
Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai
kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya.
Pada akhir tahap ini, anak mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar,
menulis, dan mengenal angka serta bentuk/warna benda. Orang tua perlu mulai
mempersiapkan anak untuk masuk sekolah. Bimbingan, pengawasan, pengaturan
yang bijaksana, perawatan kesehatan dan kasih sayang dari orang tua dan orang-
orang disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak.

b. Perkembangan Bahasa
Setelah melewati fase bayi, perkembangan bahasa anak usia dini akan semakin pesat.
Secara umum, perkembangan bahasa anak dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap
pralinguistik dan linguistik.
1. Tahap Pralinguistik
Tahap pralinguistik ini akan dialami pada fase bayi. Pada tahapan ini, bahasa
bayi berupa simbol-simbol ekspresi tertentu seperti menangis, menjerit, dan juga
tertawa.
Berbagai ekspresi tersebut merupakan bentuk komunikasi bayi dalam
menyampaikan perasaannya mulai dari senang, sedih, nyaman, atau takut.
Bisa juga untuk menyampaikan keinginannya misalnya haus, lapar, ingin
tidur, ataupun minta digendong. Selain itu, bentuk komunikasi tersebut juga
digunakan untuk menyampaikan perasaan tidak nyaman dengan suatu hal seperti
ketika mereka mengompol, buang air besar, ataupun kesakitan.
Seiring berjalannya waktu, tahapan tersebut akan meningkat perlahan menjadi
komunikasi ke arah verbal. Komunikasi verbal pada tahapan ini masih dalam bentuk
sederhana seperti mengoceh dengan kalimat yang belum begitu jelas.
2. Tahap Lingustik
Lebih meningkat dari tahapan pralinguistik, pada tahapan ini anak sudah dapat
melakukan komunikasi verbal dalam bentuk kata-kata yang dapat dimengerti. Pada
tahapan ini pula, anak-anak sudah dapat menyusun kata dan menyampaikan
komunikasinya dalam sebuah kalimat seperti orang dewasa.
Jika dilansir dari laman resmi National Institutes of Health, tahapan
perkembangan bahasa pada anak terjadi sangat intensif pada umur 0-3 tahun. Pada
tahapan ini, otak anak berada dalam kondisi terbaik untuk mengasah kemampuan
berbahasa dan berbicara dengan suara, pandangan, hingga bahasa yang digunakan
sehari-hari.
Secara lebih rinci, tahapan perkembangan bahasa anak berdasarkan usia dapat
dikategorikan sebagai berikut.
Usia 0-12 bulan
Pada usia ini, sebagian besar bayi berada pada tahap pralinguistik. Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada tahapan ini bayi akan lebih banyak
menunjukkan komunikasinya dalam bentuk simbol-simbol ekspresi.
Pada fase ini pula, bayi sudah mampu merespons suara, babling (mengulang
konsonan atau vocal), memahami perintah verbal, serta menunjuk arah.
Umumnya, jika sudah mulai memasuki usia 10 bulan, si bayi sudah mulai
mengucapkan kata-kata sederhana seperti menyebut orang terdekatnya (mama atau
papa).
Usia 1-3 tahun
Pada usia ini, anak sudah mulai menunjukkan peningkatan bahasa. Jika pada
tahun pertama anak sudah mulai dapat memahami intruksi dan mengucap satu kata,
maka di tahun kedua dan ketiga, anak sudah mulai mengenal dan belajar
mengucapkan kata-kata sederhana meskipun pengucapannya belum begitu sempurna.
Seperti “patu" (apa itu), “ndak au" (tidak mau), dan lain sebagainya.
Usia 3-5 tahun
Pada tahapan usia ini, anak sudah mampu menyusun kata dan menyampaikan
komunikasinya dalam sebuah kalimat seperti orang dewasa.
Ia sudah mampu mengenal kata kerja dan kata ganti, ia juga sudah dapat
menyampaikan keinginannya dalam bentuk kalimat seperti “aku ingin makan roti",
“aku mau bermain", dan lain sebagainya.
Tak hanya bisa menyampaikan keinginannya, pada usia ini anak juga sudah
mampu melontarkan pertanyaan, protes, penolakan, ataupun menyampaikan perasaan.

c. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik anak menjadi salah satu hal penting yang butuh
perhatian khusus dari orangtua karena berhubungan dengan kemampuan anak
mengendalikan gerak tubuhnya. Kemampuan anak untuk bergerak ini dipengaruhi
oleh perkembangan kekuatan otot, tulang, dan koordinasi otak untuk menjaga
keseimbangan tubuh.
Kemampuan motorik anak dibagi menjadi dua kategori, yaitu motorik kasar
dan motorik halus. Motorik kasar berhubungan dengan gerakan otot besar yang
ditandai dengan kemampuan Si Kecil dalam duduk, berjalan, berlari, melompat, dan
sebagainya. Sedangkan motorik halus berhubungan dengan gerakan otot-otot kecil
seperti jari-jemari tangan yang ditunjukkan dengan kemampuan Si Kecil
memindahkan benda, mencorat-coret, dan menyusun balok.
Berikut beberapa perkembangan motorik bayi secara umum:
0-3 bulan
Selama tiga bulan pertama kehidupannya, bayi akan mulai mengembangkan
kemampuan dan kekuatan yang mereka butuhkan untuk bergerak nantinya. Pada
masa ini, Si Kecil akan berusaha untuk mengangkat kepalanya. Ibu juga dapat
membantu melatih kemampuan Si Kecil yang satu ini agar otot lehernya semakin
kuat. Bila kekuatan leher dan tubuh bagian atasnya sudah semakin kuat, Si Kecil
tidak hanya mampu mengangkat kepala, tapi ia juga bisa menengok ke kanan dan ke
kiri. Selain itu, bayi di usia ini juga mulai suka menendang-nendangkan kakinya. Hal
ini bermanfaat untuk memperkuat otot-otot kakinya.
Di usia 0-3 bulan, bayi masih menggenggam erat jemarinya. Nah, ibu bisa
melatih motorik halusnya dengan memberikan benda yang dapat digenggam atau
menyilangkan tangannya dengan lembut untuk menguatkan otot lengannya.
4-6 bulan
Pada usia ini, Si Kecil sudah mampu mengangkat kepala dan dadanya ketika
dibaringkan dalam posisi telungkup. Kemampuan mendorong kepala dan dadanya
pun sudah lebih jauh ke atas. Bukan cuma itu saja, Si Kecil juga mulai bisa
memiringkan badan ke sisi kanan dan kiri dan menggulingkan badan. Dengan
kekuatan leher dan tubuhnya yang sudah semakin berkembang, ia pun sudah bisa
belajar duduk dengan bantuan ibu. Latihlah Si Kecil duduk dengan bersandar pada
tubuh ibu atau bantal.
Selain itu, motorik halus Si Kecil juga semakin berkembang. Ia sudah bisa
mulai mengeksplorasi mainan dengan menggenggam dan menggapainya.
7-9 bulan
Pada usia ini, kekuatan kaki Si Kecil sudah semakin kuat, dan ibu bisa
membantu meningkatkan kekuatan otot kakinya dengan melatihnya berdiri sambil
menopang tubuhnya. Namun, jangan paksa Si Kecil untuk berdiri bila ia tampak
belum siap dan kuat. Cara melatih bayi berdiri, pertama-tama bantulah Si Kecil
berdiri dari posisi duduk dan topang badannya dalam 3 hitungan. Biarkan ia
memantul-mantulkan tubuhnya beberapa kali sampai ibu mengembalikannya lagi ke
posisi duduk. Kebanyakan bayi berusia 7 bulan sangat suka berdiri dan memantul-
mantulkan tubuhnya naik turun (bouncing).
Kemampuan motorik halus bayi juga mengalami perkembangan di usia ini. Ia
sudah bisa menggunakan tangannya sebagai penyangga keseimbangan saat duduk. Si
Kecil pun mulai bisa mengambil benda yang ada di jangkauannya tanpa terjatuh. Ia
bahkan bisa mengambil benda yang lebih kecil dengan ibu jari dan telunjuknya.
10-12 bulan
Tidak terasa Si Kecil sudah hampir berusia satu tahun! Saat ini, Si Kecil
sudah bisa mengubah posisi sendiri, misalnya dari tengkurap ke posisi merangkak.
Jadi ketika tengkurap, Si Kecil bisa mendorong tangan dan lututnya ke posisi dasar
merangkak dan bergerak maju mundur tanpa melangkah. Gerakan ini sangat
bermanfaat melatih otot tangan dan kakinya hingga ia siap untuk merangkak. Latihlah
kemampuan merangkak Si Kecil dengan cara meletakkan mainan di depannya untuk
diraih.
Seiring mendekati usia satu tahun, kaki Si Kecil sudah bertambah kuat,
sehingga ia bisa mulai melangkah sambil berpegangan pada benda apa saja yang ada
di sekitarnya untuk membantu menjaga keseimbangannya. Si Kecil juga sudah bisa
mengambil benda-benda kecil, melempar bola, dan bertepuk tangan sebagai
perkembangan motorik halusnya

d. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial adalah sebuah kondisi saat bayi dapat merespons dengan
baik keadaan sekitarnya. Misalnya mampu memberi perhatian kepada ibu, ayah,
ataupun orang-orang disekitarnya.
Perkembangan si kecil dalam hal emosional dan kemampuan sosialnya di
lingkungan sekitar akan terus berkembang seiring waktu dan bertahap. Maka dari itu
baik ibu maupun ayah harus mengetahui tahap-tahap perkembangan sosial emosional
si kecil.
Dan berikut ini tahap-tahap perkembangan sosial emosional si kecil yang kami
kutip dari artikel Ibu & Balita:
Bulan Ke-1
Bulan pertama, perkembangan sosial maupun emosi bayi memang masih
belum terlalu nampak atau sangat terbatas. Namun perlu diketahui bahwa si kecil
sudah bisa bersosialisasi dengan sekitar meski hanya dengan kontak mata, tangisan,
maupun gerakan tubuh ketika dia mendengar suara yang sangat tidak asing untuknya
seperti suara ibu dan ayahnya.
Bulan Ke-2
Pada bulan kedua, si kecil dapat dibilang terdapat peningkatan dalam
emosionalnya, ia sering kali memberikan respons berupa senyuman. Dan pada bulan
ini dia sudah dapat memandangi orang-orang sekitarnya maupun lingkungannya, dan
juga dia sudah dapat menikmati jika diajak berinteraksi ataupun marah ketika dia
merasa tidak nyaman.
Bulan Ke-3
Di bulan ketiga, si kecil juga sudah dapat memulai sebuah interaksi dengan
ibu, ayah, maupun orang-orang terdekatnya.
Interaksinya hampir sama dengan bulan kedua, ia bakal melempar senyum
yang sangat menggemaskan disertai menggumam ketika diajak berinteraksi ataupun
mengajak berinteraksi dengan memandang orang tersebut. Dan perlu diketahui pada
bulan ketiga ini dia sudah mulai mampu untuk menirukan beberapa ekspresi.
Bulan Ke-4
Di bulan keempat, si kecil dapat mengetahui yang sesama dengannya atau
sesama bayi, ia dapat merasakan atau dapat tertarik dengan sesama bayi. Jika ia
bertemu sesama bayi maka dia akan memunculkan ekspresi senang dan antusias.

Bulan Ke-5
Memasuki bulan lima, bayi sudah bisa dikatakan dapat membedakan orang-
orang sekitar, ia sudah mulai mengetahui mana orang lain, dan mana anggota
keluarganya.
Ketika ia bertemu keluarganya, responsnya akan aktif dan bebas, berbeda
dengan saat bertemu orang baru, mereka cenderung diam sambil berusaha untuk
mengenali siapa orang yang mengajaknya berinteraksi.
Pada bulan ini juga dapat dikatakan kalau bayi sudah dapat menyampaikan
keinginannya maupun sebuah tolakan dengan jelas. Hal tersebut sangat amat
membantu ibunya maupun siapapun yang merawatnya.
Bulan Ke-6
Pada usia enam bulan, kita makin dibuatnya tersenyum dengan tingkah laku si
kecil yang makin ekspresif. Si kecil sudah bisa bermain dengan orang-orang
sekitarnya dan dapat merespons dengan baik. pada bulan ini juga sudah mulai
nampak karakter si kecil.
Bulan Ke-7 dan Ke-8
Bulan ketujuh dan delapan, si kecil sudah dapat menikmati saat-saat
berinteraksi dengan orang-orang, meski begitu ia akan tetap malu-malu ketika
bertemu seseorang yang asing untuknya. Dan pada bulan-bulan ini ia juga sudah
memulai untuk menirukan ucapan-ucapan terutama dari ibunya
Bulan Ke-9 dan Ke-10
Saat sudah berusia 9 bulan dan 10 bulan dia juga sudah mulai menunjukan
ekspresi lain yaitu ketika dia berpisah dengan ayah maupun ibunya. Biasanya dia
akan merasa sedih dan juga ketika dia merasa diabaikan dia dapat menangis maupun
berteriak agar mendapatkan perhatian.
Bayi pada bulan ini juga sudah dapat merespons kata-kata sederhana yang
diucapkan oleh orang-orang seperti “makan", “minum", “duduk" dan lain sebagainya.
Bulan Ke-11 dan Ke-12
Usia 11 sampai 12 bulan, bayi sudah dapat mempelajari apa itu kasih sayang
dan bagaimana bentuknya. Seperti kontak fisik yang biasa dilakukan oleh orang
tuanya seperti mencium atau memeluknya, dan bayi juga tak segan untuk membagi
rasa kasih sayang tersebut ke orang sekitar seperti saat diminta untuk memberikan
sebuah ciuman di pipi, bayi akan dengan senang hati memberikannya.
Pada bulan ini pula bayi akan lebih responsif pada saat dia merasa jengkel
maupun bahagia. Dia dapat marah-marah, menangis, berteriak, dan lain-lain ketika
dia merasa jengkel. Sebaliknya, ketika dia merasa bahagia, dia akan tertawa lebih
ekspresif, jelas dan lantang.

e. Perkembangan Kognitif
1. Perkembangan kognitif Anak Usia 1 Tahun
Saat Ibu melihat si Kecil bermain, Ibu akan melihatnya berkonsentrasi pada
semua hal yang Ia lakukan. Setiap mainan, permainan dan aktivitas merupakan
pengalaman baginya. Pada usia ini, si Kecil dapat mulai menarik kesimpulan dan
membuat asosiasi untuk menemukan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi.
Perilaku meniru biasanya mendominasi proses belajar pada usia ini. Ia tidak lagi
memegang barang-barang di sekitarnya secara acak, seperti yang dilakukannya di
tahun pertama, kini Ia akan mulai menggunakannya dalam konteks yang tepat.
Misalnya menggunakan sisir untuk rambutnya, mengoceh lewat telepon dan memutar
kemudi mobil mainan.
Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan kognitif si Kecil
yang berumur 1 tahun:
 Tepuk ketukan pada drum mainan atau permukaan sambil menghitung setiap
ketukan. Si Kecil seharusnya mulai meniru ritmenya seiring dengan waktu.
 Bicara tentang segala sesuatu di sekitar Ibu sambil menunjuk dan memberi
nama benda atau bagian tubuhnya yang berbeda. Pegang jari dan bantu Ia
menunjuk hidungnya seperti yang Ibu katakan "Ini hidung adik"
 Mainkan teka-teki yang sesuai usia, permainan mencocokkan, permainan
mengurutkan, dan menyusun balok dapat melibatkan anak balita dan anak-
anak prasekolah dalam aktivitas yang mengharuskan mereka memikirkan
suatu masalah dan menemukan solusinya.
 Ajari si Kecil untuk bertepuk tangan sambil mengikuti ritme sebuah lagu saat
diminta untuk melakukannya. Misalnya, nyanyikanlah “Jika Kau Suka Hati,
Tepuk Tangan.”
2. Perkembangan Kognitif Anak Usia 2 Tahun
Pada usia ini, si Kecil mampu mengenali bayangannya sendiri di cermin,
mengatakan nama sendiri atau nama panggilan lain yang sering disebut. Ia akan mulai
menyortir objek dan membedakannya menjadi beberapa kelompok, misalnya mobil
dan hewan. Si Kecil dapat mengomunikasikan apa yang mereka lakukan dengan
menggunakan kata-kata dasar dan suka meniru tindakan orang dewasa. Ibu akan
melihat adanya perubahan dalam pola berpikir si Kecil saat Ia mulai memahami
kondisi sebab dan akibat (kombinasi tindakan-reaksi).
Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan Kognitif si Kecil
yang berumur 2 tahun:
 Nyanyikan lagu anak-anak yang familiar yang mencakup nama benda atau
hewan yang berbeda, seperti “Old MacDonald had a Farm”. Si Kecil dapat
membantu Ibu memberi nama hewan yang akan membantu memperbaiki
ingatan dan rentang perhatian jangka pendeknya.
 Lakukan permainan "Apa yang ada dalam kotak?" Dengan menunjukkan
benda yang berbeda sebelum menempatkannya dalam kotak. Kemudian
mintalah Ia untuk mengingat dan memberi tahu barang apa saja yang ada di
dalamnya.
 Berlatih menyanyikan lagu alfabet. Bantu si Kecil mengingat abjad dan
tunjukkan juga melalui buku bergambar.
 Beri pertanyaan pada si kecil yang akan melatihnya mencari jawaban dan
solusi sendiri.
 Minta si Kecil untuk mencocokkan wadah berbagai ukuran dengan tutupnya
yang sesuai
3. Perkembangan Kognitif Anak Usia 3 Tahun
Si Kecil yang berumur 3 tahun mulai memahami konsep waktu dan mampu
membedakan antara "sekarang", "segera" dan "nanti". Ia mulai mengurutkan objek
berdasarkan satu ciri seperti bentuk, ukuran atau warna. Perlahan Si Kecil akan lebih
memahami konsep ukuran, misalnya objek mana yang lebih besar dibandingkan
dengan yang lain. Ia bisa menunjukkan dengan jari-jari saat ditanya mengenai
umurnya. Kini Ia sudah memiliki konsentrasi yang lebih baik, meski terkadang masih
dapat mudah terganggu. Pertanyaan "Mengapa" & "Bagaimana" akan menjadi bagian
dari diskusi harian Ibu karena Ia menjadi lebih ingin tahu dengan dunia di sekitarnya.
Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan kognitif si Kecil
yang berumur 3 tahun
 Bantu si Kecil memiliki pemahaman terkait kata dan benda. Sebagai contoh,
tunjukkan kepadanya kata "kucing" dan kemudian bantu dia mengenali objek
kucing sebenarnya dalam kehidupan nyata.
 Kegiatan memilah benda akan mengembangkan kemampuannya untuk
menyortir, menyusun dan mengklasifikasikan objek sesuai warna, bentuk dan
ukuran.
 Lakukan permainan memori bersama si Kecil, misalnya mencocokkan kata-
kata dengan gambar yang tepat
 Berikan si Kecil puzzle, seperti menyortir bentuk, atau yang akan melatihnya
belajar tentang berbagai bentuk dan ruang
 Pilih kategori seperti warna atau bentuk. Kemudian bergiliran temukan contoh
dari lingkungan sekitar Ibu dan si Kecil. Misalnya, cari semua barang yang
berwarna biru atau bulat.
4. Perkembangan Kognitif Anak Usia 4 Tahun
Pada usia ini, keterampilan memecahkan masalah menjadi lebih efektif. Misalnya
mulai dapat melakukan hipotesis, menguji, menganalisis dan mengevaluasi setiap
tugas yang ada. Ia akan mulai merencanakan dan berpikir ke depan, juga melakukan
sesuatu untuk tujuan tertentu. Keterampilan komunikasinya juga meningkat, karena
sekarang Ia dapat mengingat lebih banyak kata yang memampukannya untuk
mengkomunikasikan perasaan dan emosi. Ia sekarang bisa megikuti aktivitas dengan
peraturan, misalnya permainan kartu dan permainan sederhana lain yang memerlukan
giliran, kesabaran dan kerja sama.
Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan kognitif si Kecil
yang berusia 4 tahun:
 Bermainlah petak umpet dengan si Kecil, hal ini memberinya kesempatan
untuk mengeksplorasi sambil mencari lokasi yang mungkin merupakan
tempat Ibu bersembunyi di dalam rumah
 Mintalah si Kecil untuk membantu Ibu memilah pakaian yang berbeda
berdasarkan pemiliknya. Misalnya, campurkan pakaian dari setiap anggota
keluarga dan minta Ia menebak siapa pemilik dari masing-masing pakaian
tersebut.
 Mulailah permainan di mana si kecil harus mengikuti berbagai instruksi yang
Ibu berikan kepadanya. Misalnya, "duduk", "letakkan satu tangan di kepala"
Atau "berdiri dengan satu kaki"
 Permainan "Ya atau Tidak": ajukan pertanyaan kepada si Kecil yang
jawabannya bisa benar atau salah, kemudian minta Ia untuk menjawab dengan
“ya atau tidak”. Misalnya "Langit berwarna merah.“

e. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5 Tahun


Masa pra-sekolah adalah dimana Ia mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang cepat, terutama pada kemampuan berpikirnya. Si Kecil yang penasaran dan
ingin tahu lebih mampu melakukan percakapan. Kosa katanya berkembang seiring
dengan proses berpikirnya. Si Kecil tidak hanya bisa menjawab pertanyaan sederhana
dengan mudah dan logis, tapi Ia juga bisa mengekspresikan perasaan dengan lebih
baik. Sebagian besar anak di usia ini menikmati bernyanyi, berirama, dan menyusun
kata-kata. Biasanya si Kecil juga bisa menghitung 10 atau lebih objek, mengenali
setidaknya 4 warna dan 3 bentuk, mengenali huruf dan akan mencoba menuliskan
namanya sendiri jika diajarkan.
Kegiatan yang dapat membantu perkembangan keterampilan kognitif si Kecil
berumur 5 tahun:
 Mulailah permainan "tebak-tebakan", misalnya memberikan huruf pertama
dari sebuah benda di sekitar. Si Kecil kemudian harus berpikir dan menebak
berbagai pilihannya.
 Mintalah si Kecil untuk memejamkan mata dan merasakan benda dengan
berbagai bentuk dan tekstur untuk mengenali benda apa itu.
 Mainkan permainan "Yang mana yang tidak termasuk?". Ibu bisa menamai
barang-barang seperti buku, majalah, komputer dan kartu ulang tahun dan
mengajaknya untuk mengidentifikasi mana yang paling menarik perhatian dan
mengapa.

Anda mungkin juga menyukai